Tujuan Pendidikan Diversifikasi
"Merubah Keadaan (Nasib)"
Ahmad Hairudin
NIM. 2117153
Kelas: A
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAIN) PEKALONGAN
2018
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya kepada
kita semua. Syukur alhamdulilah penulis dapat merampungkan makalah Tafsir
Tarbawi yang berjudul
“Tujuan
Pendidikan „Diversifikasi‟ Merubah Keadaan (Nasib)”. Tidak lupa pula kita
panjatkan puji syukur kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari zaman jahiliyah ke zaman yang penuh dengan teknologi ini. Dan juga saya
berterima kasih kepada Bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku Dosen mata kuliah
Tafsir Tarbawi, yang telah memberikan tugas ini kepada saya, guna melatih
ketajaman dalam mengkaji ilmu tafsir tarbawi.
Penulis pun
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik
dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat dimasa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Kami
berharap makalah sederhana ini dapat dipahami dan menambah wawasan bagi semua
orang khususnya pembaca, Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat
kata-kata yang kurang berkenan. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih
dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Pekalongan, 15 Oktober 2018
Ahmad
Hairudin
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hidup adalah sebuah
proses aktifitas manusia yang berjalam
menurut waktu (disebut usia) diwarnai dengan berbagai kegiatan yang
bersangkutan,sehingga akan memberikan corak atau warna mengenaikualitas
seseorang memanfaatkan waktu tersebut.
Islam sebagai agama,
diturunkan Allah SWT bukan hanya untuk mengisi atau menuntun manusia dalam
perjalan waktu hidupnya sebagai alat peribadatan ritual saja sebagaimana
persepsi kebanyakan manusia,namun juga merupakan alat bagaimana aktivitas
manusia dapat dijadikan sebagai bentuk beribadatan yang mempunyai nilai dalam
pandangan Allah SWT.
Allah
swt juga memerintahkan kepada semua manusia untuk merubah keadaan mereka yang
lebih baik dan Allah juga akan merubah keadaan mereka dari yang buruk ke yang
baik begitupun sebaliknya dari yang baik ke yang tidak baik dan dari yang baik
akan menjadi lebih baik dan yang buruk akan menjadi lebih buruk
keadaannya(sesuai kehendak-Nya) dengan
cara berusaha.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan
pengertian nasib?
2. Apa dalil yang menjelaskan
berusaha merubah keadaan supaya lebih baik?
3. Bagaimana yang dimaksud usaha itu
wajib, hasil itu pasti ?
C.
Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari
nasib.
2. Untuk dapat mengetahui dalil
merubah keadaan yang lebih baik
3. Untuk dapat mengetahui usaha yang
wajib dan usaha yang pasti.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nasib
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi
takdir adalah ketetapan, ketentuan dan nasib. Sedangkan nasib menurut KBBI
adalah sesuatu yang sudah ditentukan Tuhan atas diri seseorang, takdir.
Jadi, secara bahasa Indonesia sendiri makna takdir dan
nasib itu similar alias sama.
Untungnya kedua kata di atas adalah sama² kata serapan dari Bahasa Arab. Dalam
bahasa Arab kata taqdir adalah bentuk infinitif dari kata qoddaro yuqoddiru
yang artinya menentukan, menetapkan, menghukumi, sesuai dengan ketetapan dan
ketentuan. Jika dikatakan taqdîru amalin artinya waznuhu hasaba qîmatihi
(menimbang amalan tersebut sesuai dengan bobotnya)
Sedangkan kata nasib dalam bahasa Arab, berasal dari
kata nashîb (نصيب) yang artinya adalah bagian dari
sesuatu/bagian sesuatu yang telah ditentukan baginya.
Kedua
kata di atas, taqdir dan nashib terdapat dalam Al-Qur‟ân.
Mereka
itulah yang memperoleh nashib (bagian) dari apa yang telah mereka kerjakan, dan
Allah Maha cepat perhitungan-Nya.[1]
B. Dalil Merubah Nasib
Nash QS.
Ar-Ra‟d / 13 ayat 11
لَهُ مُعَقَّبَا تٌ مِنْ بَيْنِ
يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُوْنَهُ مِنْ أَمْرِ الله أِنَّ اللهَ لَا يُغَيّرُ
مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْا مَا بِأَ نْفُسِهِمْ وَ اِذَا
أَرَادَاللهَ بِقَوْمٍ سُوْ ءًا فَلَا
مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُوْ
نِهِ مِنْ وَالٍ
Artinya: “ Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya
bergiliran,dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap suatu kaum,maka tidak ada yang dapat
menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.(Qs. Ar-Ra‟d/
13 :
11)
i)
Tafsir
Al-Mishbah
Siapapun,baik yang bersembunyi dimalam
hari atau berjalan terangterangan di siang hari,masing-masing ada baginya
pengikut-pengikut,yakni malaikat-malaikat atau makhluk yang selalu mengikutinya
secara bergiliran,di hadapannya dan juga di belakangnya,mereka,yakni para malaikat
itu menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan
suatu kaum dari positif ke negatif atau sebaliknya dari negatif ke positif
sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka,yakni sikap mental dan
pikiran mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu
kaum,tetapi ingat bahwa Dia tidak menghendakinya kecuali jika manusia mengubah
sikapnya terlebih dahulu. Jika Allah menghendaki keburukan terhadap suatu
kaum,maka ketika itu berlakulah ketentuan-Nya yang berdasar sunnatullah atau
hukumhukum kemasyarakatan yang ditetapkan-Nya bila itu terjadi,maka tidak ada
yang dapat menolaknya dan pastilah sunnatullah menimpanya;dan sekali-kali tak
ada pelindung bagi mereka yang jatuh atasnya ketentuan tersebut selain Dia.
ii)
Tafsir
Al-Maraghi
Manusia
dikelilingi Empat malaikat . manusia mempunyai para malaikat yang bergiliran
mengawasinya di waktu malam dan siang
hari, menjaganya dari bahaya ,dan mengawasi kedaannya,sebagaimana para malaikat
yang lain bergantian mengawasi perbuatannya. Ada para malaikat di waktu malam
dan ada para malaikat diwaktu siang. Dua masing-masing berada disamping kanan
dan kiri untuk mencatat perbuatannya. Dan dua lain menjaga dan memeliharanya
satu dari belakang dan satu lagi dari
depan. Jadi ,dia diapit oleh 4 malaikat diwaktu siang dan 4 malaikat diwatu
malam secara bergantian , 2 malaikat penjaga dan 2 malaikat pencatat amal.
Perkara
pencatatan tidak Mustahil bagi akal. Para malaikat itu menjaga manusia dengan
perintah,izin,dan
pemeliharaan Allah Ta‟ala). Ibnu Abbas mengatakan
,mereka adalah para malaikat yang mengawasi di waktu malam, mencatat perbuatan
manusia, dan menjaganya dari depan dan belakangnya. Penjagaan ini atas perintah
dan izin Allah , karena tidak ada seorangpun diantara para malaikat dan makhluk
lain yang dapat melindungi seseorang dari ketetapan Allah atasnya kecuali
dengan perintah dan izin-Nya. Maka jika
datang takdir Allah, para malaikat itu meninggalkannya. Ali mengatakan tidak
ada seorang hambapun kecuali Dia disertai oleh para malaikat yang menjaganya
dari tertimpa dinding,jatuh kesumur,dimakan binatang buas,tenggelam atau
terbakar. Tetapi, jika takdir datang,mereka akan meninggalkannya.
Kezaliman :
Pertanda Rusaknya Kemakmuran ”sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang
ada pada suatu kaum”,berupa nikmat serta kesehatan,lalu mencabutnya dari
mereka,”sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri”,seperti
kezaliman sebagian mereka terhadap sebagian yang lain,dan kejahatan yang
menggerogoti tatanan masyarakat serta menghancurkan umat,seperti bibit penyakit
menghancurkan individu
“Apabila Allah menghendaki keburukan bagi suatu kaum”
seperti penyakit kemiskinan dan musibah lain yang di sebabkan oleh olah mereka
sendiri, maka tidak ada seorangpun yang dapat melindungi mereka dari padanya,
tidak pola menolak apa yang telah ditakdirkan Allah kepada mereka.
Mereka tidak mempunyai –selain
Allah ta‟ala-seorang yang dapat menolong mereka, sehingga mendatangkan manfaat
dan menolak kemudaratandari mereka tuhan – tuhan yang mereka jadikan tidak
dapat melakukan sedikitpun dari semua itu, tidak pula dapat menolak bahaya dari
dirinya sendiri, lebih-lebih menolaknya
dari yang lain. [2]
iii) Tafsir Ibnu Katsir
“Bagi mnusia ada malaikat –malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya” . yakni seorang hamba memiliki sejumlah
malaikat yang datang bergantian. Malaikat itu menjaganya malam dan siang serta
memeliharanya dari aneka keburukan dan kejadian. Malaikat lainpun datang
bergantian untuk menjaga amal hamba baik yang baik maupun yang buruk.
“ Mereka
menjaganya atas perintah Allah.” Mereka menjaganya atas perintah Allah dengan
seizin Allah .
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mreka
merubah yang ada pada diri mereka sendiri.“ ibnu Abbas Hatim meriwayatkan dari
ibrahim, dia berkata: Allah mewahyukan kepada salah satu seorang nabi Bani
Israil : katakanlah kepada kaummu ,” Tidaklah penduduk
suatu negeri dan tidaklah penhuni suatu rumah ang berada dalam ketaatan kepada
Allah,kemudian mereka beralih kepada kemaksiatan terhadap Allah melainkan Allah
mengalihkan dari mereka apa yang mereka cintai kepada apa yang mereka benci.”
Kemudian ibrahim berkata: pembenaran atas pernyataan itu terdapat pada kitab
Allah
,”sesungguhnya
Allah tidah mengubah keadaan suatukaum sehingga mereka mengubah apa yang ada
pada diri mereka.”
C.
Aplikasi
dalam kehidupan sehari- hari
Dari Qs. Ar-Ra‟d ayat 11 ini dapat kita
praktikan dalam kehidupan seharihari yakni ketika akan melakukan sesuatu selalu
diawali dengan niat dibarengi dengan do‟a dan dengan usaha yang sungguh-sungguh
untuk menggapai sesuatu atau cita-cita yang kita inginkan, berdoa dengan
sungguh-sungguh agar usaha yang kita lakukan itu berjalan dengan baik dan
lancar, berhati-hatilah dalam melakukan sesuatu amal karena Allah telah
memerintahkan kepada malaikat untuk mengawasi dan menjaga kita di waktu siang
hari dan malam hari dimanapun kita berada.
D.
Aspek
Tarbawi
1.
Perteballah
keimanan kita kepada Allah SWT; kepada malaikat-malaikat-Nya; kepada
kitab-kitab-Nya; kepada Rasul-rasul-Nya; kepada Hari Akhir serta kepada qadha
dan qadar (Takdir).
2.
Allah
telah memerintahkan malaikat untuk mengawasi, menjaga serta mencatat amal
perbuatan kita,maka berhati-hatilah dalam segala hal.
3.
Janganlah
khawatir atau takut kepada sesama makhluk cipatan-Nya karena Allah telah mengirimkan
malaikat malam dan siang untuk menjaga kita,maka takutlah hanya kepada Allah SWT semata.
4.
Hendaklah
kita selalu berdoa dibarengi dengan niat serta berusaha agar apa yang kita
inginkan itu tercapai
5.
Hendaknya
kita harus berusaha mencapai kehidupan yang lebih bahagia dan lebih maju,
tetapi kitapun mesti insaf bahwa tenaga kita sebagai insan amat terbatas.
6.
Hendaknya
kita harus berusaha sendiri merubah nasib kepada yang lebih baik,mempertinggi
mutu diri dan mutu amal ,melepaskan diri dari perbudakan dari yang selain
Allah.[3]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari makalah ini yang membahas tentang “Merubah Keadaan (Nasib)” dengan sub judul “ada usaha nyata untuk
merubah nasib” yang termuat dalam Al-
Qur‟an surat Ar-ra‟d/13 ayat 11 dapat disimpulkan bahwa setiap
makhluk ciptaan Allah itu diawasi dan dijaga oleh dua malaikat yaitu
malaikat yang berada disamping kanan dan kiri ( malaikat pencatat amal) serta dua malaikat lain
menjaga dan memeliharanya (didepan dan dibelakangnya). Jadi semua makhluk ciptaan
Allah itu diapit oleh empat malaikat di waktu siang hari dan empat malaikat di
waktu malam hari secara bergantian.yakni
dua malaikat penjaga dan dua malaikat pencatat amal dengan seizin Allah
SWT. Kemudian Allah juga memerintahkan kepada makhluk ciptaan-Nya supaya
berusaha untuk merubah nasibnya baik dari yang buruk ke yang jahat begitupun
sebaliknya dari yang baik ke yang buruk atas kehendak-Nya. Dan jika Allah
menghendaki keburukan maka tidak ada seorangpun yang dapat menolongnya.
Kita sebagai seorang muslim sudah
sepatutnya harus mempercayai kepada takdir yang telah ditetapkan Allah SWT kepada kita ,maka kita tidak boleh menyerah saja kepada takdir. Kita
mesti tahu bahwa Allah tidak akan merubah nasib kita,kalau kita sendiri tidak
berusaha merubahnya. Oleh sebab itu, maka didalam segala kegiatan hidup,kita
tidak pernah melepaskan ingatan kita kepada Tuhan,sehingga apapun yang bertemu
,namun jiwa kita telah bersedia menghadapinya dan tidak ada pelindung kita
selain daripada Allah SWT .
DAFTAR
PUSTAKA
Amirus Sodi,
Konsep Kesejahteraan dalam Islam, Jurnal Ekonomi Syariah,
EQUILIBRIUM, Vol. 3, No. 2, Desember 2015
https://alwasathiyah.com/2017/06/12/qa-perbedaan-antara-takdir-dan-nasib/
diakses pada hari rabu, 3 okktober 2018, pukul 22:29
Syekh Muhamad Musthafa. 2004. Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Yogyakarta : Sumber Ilmu.
Biodata
Penulis
Nama : Ahmad
Hairudin
Ttl : Batang,
28 April 1999
Hobi : Online
shop
Alamat : Jalan Gajah Mada Gang Sriti No. 7 Proyonanggan
Tengah RT / RW
VI Kec. Batang, Kab. Batang
51216
Riwayat Pendidikan : -
SD Kauman 05 Batang
-
SMP Plus Azzahro’
-
MAN Batang
-
IAIN Pekalongan
[1]
https://alwasathiyah.com/2017/06/12/qa-perbedaan-antara-takdir-dan-nasib/
diakses pada hari rabu, 3 okktober 2018, pukul 22:29
[2] Syekh Muhamad Musthafa, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Yogyakarta
: Sumber Ilmu, 1986) hlm 65-67
[3]
Amirus Sodi, Konsep Kesejahteraan
dalam Islam, Jurnal Ekonomi
Syariah, EQUILIBRIUM, Vol. 3, No. 2, Desember 2015, hlm 23
Tidak ada komentar:
Posting Komentar