Laman

new post

zzz

Rabu, 28 November 2018

TT C L1 METODE PENDIDIKAN SPECIAL “METODE KISAH”


METODE PENDIDIKAN SPECIAL
“METODE KISAH”
( QS. Al- A’raf 7 : 176 )
Apriza Nur Anbya
NIM. (2117280) 
KELAS C

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018





KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahamatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat hidayah dan inayah sehingga saya  sebagai penuilis makalah ini dapat menyelesaikan makalah saya yang berjudul “Metode Pendidikan Spesial” dengan sub tema  “Metode Kisah”.  sholawat dan salam marilah kita limpah curahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW, yang kita nantikan syafaat nya di hari akhirat. Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi. Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada:
Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada kami, orangtua kami yang selalu memberikan doa dan dukungan dalam menuntut ilmu. Rekan rekan mahasiswa dan seluruh pihak yang bersedia memberikan partisipasi dalam penyusunan makalah ini.
Manusia pasti memiliki kekuragan seperti halnya dalam pembuatan makalah ini pun kami banyak sekali kekurangan. Untuk itu, kami selalu mengharap kritik dan saran dari pembaca guna kemajuan bersama.
Akhir kata dari penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Pekalongan, 23 November 2018
    
      Penulis

Apriza Nur Anbya


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
       Metode kisah yaitu teknik yang dilakukan dengan cara bercerita, mengungkapkan peristiwa-peristiwa bersejarah yang mengandung ibrah (nilai moral, sosial, dan rohani) bagi seluruh umat manusia disegala tempat dan zaman baik mengenai kisah yang bersifat kebaikan maupun kisah kedzoliman yang berakibat buruk dimasa lalu. Teknik ini sangat efektif sekali, terutama untuk materi sejarah, dan terlebih lagi sasarannya untuk peserta didik yang masih dalam perkembangan fantasi. Dengan mendengarkan suatu kisah kepekaan jiwa dan perasaan peserta didik dapat tergugah, meniru figur yang baik yang berguna bagi perkembangan hidupnya, dan membenci terhadap tokoh antagonis atau dzolim. Jadi dengan memberikan stimulasi kepada peserta didik dengan cerita itu, secara otomatis mendorong peserta didik untuk berbuat kebajikan dan dapat membentuk akhlak mulia serta membina rohani.
       Al-Qur’an merupakan wahyu yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dan merupakan kalamullah yang mutlak kebenarannya, berlaku sepanjang zaman dan mengandung ajaran dan petunjuk tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia maupun diakhirat kelak.
            Namun demikian Al-qur’an bukanlah kitab suci yang siap pakai dalam arti berbagai konsep yang dikemukakan Al-Qur’an tersebut, tidak langsung dapat dihubungkan dengan berbagai masalah yang dihadapi manusia. Ajaran Al-Qur’an tampil dalam sifatnya yang global, ringkas dan general sehingga untuk dapat memahami ajaran Al-Qur’an tentang berbagai masalah tersebut, mau tidak mau seseorang harus melalui jalur tafsir yang sebagaimana dikemukakan oleh para ulama.
Dalam al-Qur’an dan hadist dapat di temukan berbagai metode pendidikan yang sangat menyentuh perasaan, mendidik jiwa, dan membangkitkat semangat, juga mampu menggugah puluhan ribu muslimin untuk membuka hati umat manusia menerima tuntunan Allah. Untuk itu disini akan dibahas lebih mendalam
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Hakikat Metode kisah
2.      Bagaimana dalil mengenai metode kisah yang sesuai dengan Al- quran Al-Al-Karim
3.      Bagaimana Implementasi metode kisah dalam pendidikan
4.      Apa Aplikasi Kehidupan dalam metode kisah
5.      Apa Aspek Tarbawi metode kisah
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui Hakikat metode kisah
2.      Untuk mengetahui dalil mengenai metode kisah yang sesuai dengan Al-quran Al- Karim
3.      Untuk mengetahui Implementasi metode kisah dalam pendidikan
4.      Untuk mengetahui Aplikasi Kehidupan dalam metode kisah
5.      Untuk mengetahui Aspek Tarbawi metode kisah



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Metode Kisah
Metode kisah yaitu teknik yang dilakukan dengan cara bercerita, mengungkapkan peristiwa-peristiwa bersejarah yang mengandung ibrah (nilai moral, sosial, dan rohani) bagi seluruh umat manusia disegala tempat dan zaman baik mengenai kisah yang bersifat kebaikan maupun kisah kedzoliman yang berakibat buruk dimasa lalu. Teknik ini sangat efektif sekali, terutama untuk materi sejarah, dan terlebih lagi sasarannya untuk peserta didik yang masih dalam perkembangan fantasi. Dengan mendengarkan suatu kisah kepekaan jiwa dan perasaan peserta didik dapat tergugah, meniru figur yang baik yang berguna bagi perkembangan hidupnya, dan membenci terhadap tokoh antagonis atau dzolim. Jadi dengan memberikan stimulasi kepada peserta didik dengan cerita itu, secara otomatis mendorong peserta didik untuk berbuat kebajikan dan dapat membentuk akhlak mulia serta membina rohani.[1]
Sebagian besar isi Al-Qur’an, muatannya sejarah. Filosofi mempelajari sejarah ialah untuk menjadikan kisah sejarah yang ada itu untuk menjadi i’tibar atau ibrah. Didalam kisah sejarah selalu muncul dua peristiwa yaitu baik dan buruk begitu juga muncul tokoh baik dan juga buruk. Karena kebaikan selalu mendatangkan kemasalahatan, sedangkan kejahatan mendatangkan kehancuran. Maka sejarah dapat dijadikan pembelajaran untuk mencontoh yang baik dan menjauhi yang jahat.
Al-Qur’an dalam mengajar mnausia selalu menggunakan cerita, yaitu cerita orang-orang berakhlak mulia dan cerita orang-orang yang berakhlak tercela. Cerita orang berakhlak mulia misalnya para nabi, orang-orang shaleh, dan orang yang teguh imannya dalam meghadapi cobaan. Dan cerita tentang orang yang berakhlak tercela yang meliputi cerita orang sombong, angkuh, dan terlalu mencintai  harta dan kekayaan  dunia sehingga lupa kepada Allah.[2]
Dalam surat Al-A’raf ayat 176, seorang pendidik mengajarkan kepada muridnya dengan cara menceritakan kisah tentang seseorang yang tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah di milikinya. Seperti Qorun yang tamak akan harta yang dimilikinya, sehingga dengan ketamakannya itu, Allah menengglamkannya bersama hartanya tersebut. Jadi, surat Al-A’raf ayat 176 memberikan perempumaan tentang siapapun yang sedemikian dalam pengetahuannya sampai-sampai pengetahuan itu melekat pada dirinya, seperti melekatnya kulit pada daging. Namun ia menguliti dirinya sendiri dengan melepaskan tuntutan pengetahuannya. Ia diibaratkan seekor anjing yang terengah-engah sambil menjulurkan lidahnya sepanjang hidupnya. Hal ini sama seperti seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan tetapi ia terjerumus karena mengikuti hawa nafsunya. Ia tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya dengan ilmu yang ia miliki.[3]
B.     Dalil mengenai metode kisah yang sesuai dengan Al- quran Al-Al-Karim

وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ ۚ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا ۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُون
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat- ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.”(Q.S. Al-A'raf Ayat:  176).
Tafsirannya :
1.      Tafsir Jalalain
Ayat 176. (Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan dia) kepada derajat para ulama (dengan ayat-ayat itu). Umpamanya Kami memberikan taufik/kekuatan kepadanya untuk mengamalkan ayat-ayat itu (tetapi dia cenderung) yaitu lebih menyukai (kepada tanah) yakni harta benda dan duniawi (dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah) dalam doa yang dilakukannya, akhirnya Kami balik merendahkan derajatnya. (Maka perumpamaannya) cirri khasnya (seperti anjing jika kamu menghalaunya) mengusir dan menghardiknya (diulurkannya lidahnya) lidahnya menjulur (atau) jika (kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya juga) sedangkan sifat seperti itu tidak terdapat pada hewan-hewan selain anjing. Kedua jumlah syarat menjadi hal, ia menjulurkan lidahnya dalam keadaan terhina dalam segala kondisi. Maksudnya penyerupaan/tasybih ini ialah mengumpamakan dalam hal kerendahan dan kehinaan dengan qarinah ada nyafa yang memberikan pengertian tertib dengan kalimat sebelumnya, yakni kecenderungan terhadap duniawi dan mengikuti hawa nafsu rendahnya, juga karena adanya qarinah/bukti firman-Nya, (Demikian itulah) perumpamaan itulah (perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu) kepada orang-orang Yahudi (agar mereka berpikir) agar mereka mau memikirkannya hingga mereka mau beriman.[4]
2.       Al-Mishbah
Allah swt menyatakan bahwa, dan sekiranya kami menghendaki, pasti kami mensucikan jiwanya dan meninggikan derajatnya denganya, yakni melalui pengalaman terhadap ayat-ayat, bukan hanya menuruti hawa nafsu duniawi saja, terjebak dalam gemerlapnya duniawi yang diperumpamakan seperti anjing yang selalu menjulurkan lidahnya, saat di halau atau dibiarkan dia tetap saja menjulurkan lidahnya. Seperti melekatnya kulit pada daging. Namun iya menguliti dirinya sendiri, dalam artian melepaskan tuntunan pengetahuanya. Seharusnya sepengetahuan tersebut membentengi dirinya dari perbuatan buruk yang menjerumuskanya terus untuk mengejar kebahagiaan duniawi, karena yang demikian telah menjadi sifat bawaan anjing tersebut.[5]
3.      Tafsir Al Maraghi
Kalau kami menghendaki agar orang itu kami angkat dengan ayat-ayat kami tersebut dan dengan mengamalkannya kepada derajat derajat kesempurnaan dan pengetahuan, bisa aja itu kami lakukan.yaitu, kami buat petunjuk itu jadi wataknya benar-benar, dan kami membuat dia mesti mengamalkannya, baik dengan suka hati maupun terpaksa.karna bagi kami itu pun tidak sukar. Hanya saja itu bertentangan dengan sunnah kami. akan tetapi orang itu cenderung dan lebih condong terhadap dunia yang tidak akan ada puas puasnya akhirnya, hilanglah perhatiannya sama sekali untuk memikirkan ayat ayat kami yang telah kami berikan kepadanya[6].
C.    Implementasi metode kisah dalam pendidikan
Pada dasarnya kisah-kisah Qur’ani berisi nasihat, pelajaran dan petunjuk yang sangat efektif diterapkan dalam interaksi pendidikan. Kisah-kisah dan nasihat itu jika disampaikan secara baik akan sangat berpengaruh pada perkembangan psikologis peserta didik. Dalam Al-qur’an terdapat kisah kisah yang sangat berharga nilainya, yang mana hal tersebut apabila digunakan untuk proses pendidikan Islam akan dapat membantu mengarahkan peserta didik menjadi manusia dewasa yang beriman dan mampu memenfaatkan waktu dalam mengerjakan sesuatu yang diridhoi Allah swt. Untuk mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan serta kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.[7]
Implementasi metode kisah dalam dunia pendidikan antara lain 
a.        Seorang guru membawakan kisah ilmuwan muslim terdahulu agar para siswa termotivasi untuk belajar.
b.        Seorang guru membawakan kisah pentingnya menjauhi akhlak tercela melalui kisah Qorun, Sa’labah, Raja Fir’aun, dll.
c.       Seorang guru membawakan kisah pentingnya menghiasi diri dengan akhlak terpuji melalui kisah para Nabi, Wali, Ulama Salaf.

D.    Aplikasi dalam kehidupan
Penerepan dalam kehidupan sehari-hari mengenai surat Al-A’raf 176 ini ialah hendaknya kita sebagai manusia, makhluk ciptaan Allah yang sempurna dan mempunyai akal, harus tersadar akan kepentingan pengetahuan, menggunakan dan mengamalkan pengetahuan yang kita miliki di jalan yang benar, pengetahuan yang kita miliki harus dapat membentengi dari segala hal yang buruk, menjadikan pengetahuan yang kita punya untuk kepentingan akhirat agar dapat bermanfaat kelak di kehidupan kita nanti, bukan malah menjerumuskan kita di germerlapnya dunia.[8]
E.     Aspek Tarbawi
Dalam surat Al-A’raf ayat 176 terdapat banyak nilai tarbawi:
1. Memerintahkan untuk tidak mengikuti hawa nafsu
2. Senantiasa mengamalkan ayat-ayat Al-Qur’an
3. Meyakini ayat-ayat Allah
4. Menjadikan kisah-kisah terdahulu sebagai pembelajaran
5. Tidak mencintai harta dunia
6. Istiqomah dalam bertaqwa dan berdzikir kepada Allah agar tidak  terjerumus oleh hawa nafsu.[9]












BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari surat Al-A’raf ayat 176 bahwa Allah menyuruh kita untuk selalu menggunakan pengetahuan kita untuk hal yang baik dan bermanfaat, bukan untuk  di gunakan lantaran menuruti nafsu akan kehausan duniawi,dan kita sebagai makhluk yang berakal dan berpengetahuan, di tuntun untuk menyampaikan pengetahuan yang baik kepada sesama, bukan untuk mentiadakannya atau menyalahgunakannya.
Menjadikan metode kisah sebagai metode pembelajaran yang senantiasa di amalkan dalam kehidupan. Serta kita janganlah mengikuti hawa nafsu yang semata-mata hanya untuk dunia saja dan bisa menjerumuskan kita kedalam neraka serta syukurilah apa yang telah ada pada diri kita.



DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib, 2006. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media
Haidar Putra Daulay 2014. Pendidikan Islam Dalam Prespektif Filsafat, Jakarta: Kencana
M. Quraish Shihab.2006. Tafsir Al-Misbah Jakarta: Lentera Hati
Mushthafa Al Maraghi Ahmad. 1994. Tafsir Al Maraghi. Semarang. CV. Toha Putra Semarang.
Jalalud-Din Al Mahally Imam dan Imam Jalalud-Din As Suyuthi. 1990. Terjemah Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul. Bandung. CV. Sinar Baru Bandung.
Sudiyono M, 2009.  Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Rineka Cipta.


Biodata Diri
Nama                             : Apriza Nur Anbya
Tempat tanggal lahir      : Pekalongan, 23 April 1998
Alamat                           : Jl. Ambokembang Gg13, Kedungwuni
No Wa                           : 085774685864
Hobi                                : Bermain Gitar , Membaca , Berolahraga
Motto hidup                            : Tiada hidup yang tiada juang karena
   hidup adalah perjuangan
Riwayat pendidikan       : a. TK. Bustanul Athfal Ambokembang
                                           b. SD Muhammadiyah 04 Pekajangan
                                          c. SMP N 1 Kedungwuni
                                          d.  MAN 1 Pekalongan
                                          e. IAIN Pekalongan ( Masih Berlangsung)


[1] Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006) hlm.34

[2] Ibid., hlm. 35-36
[3] Ibid ., hlm. 37
[4] Jalalud-Din Al Mahally Imam dan Imam Jalalud-Din As Suyuthi. 1990. Terjemah Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul. Bandung. CV. Sinar Baru Bandung. hlm 20
[5] M. Quraish Shihab.2006. Tafsir Al-Misbah Jakarta: Lentera Hati. hlm 37

[6] Mushthafa Al Maraghi Ahmad. 1994. Tafsir Al Maraghi. Semarang. CV. Toha Putra Semarang. hlm,45
[7] Haidar Putra Daulay 2014. Pendidikan Islam Dalam Prespektif Filsafat, Jakarta: Kencana. hlm 112

[8] Sudiyono M, 2009.  Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Rineka Cipta.hlm 69
[9] Ibid ., hlm. 70-71

Tidak ada komentar:

Posting Komentar