METODE PENDIDIKAN SPACIAL
"METODE KISAH"
Q.S. AL-A’RAAF 7 : 176
Nailal Izza
NIM. (2117112)
Kelas A
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya kepada kita.Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Metode Pendidikan Spacial” dengan tema Metode Kisah ini. Kemudian
shalawat dan salam penulis persembahkan kepada Nabi Muhammad saw, beserta
keluarga dan para sahabatnya.
Tidak
lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
memotivasi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Teristimewa
untuk Bapak Muhammad Ghufron selaku dosen pengampu mata kuliah
Tafsir Tarbawi, yang telah memberikan tugas kepada saya untuk membuat makalah
ini.
Untuk
itu, penulis yang hanya orang biasa tetapi ingin melakukan sesuatu yang luar
biasa mengharapkan adanya kritik dan saran pembaca dalam penulisan makalah ini.
Karena mungkin masih banyak kekurangan dan juga kesalahan-kesalahan yang tidak
di ketahui penulis baik dari tulisan, isi, dan lain sebagainya. Semoga dengan
adanya makalah ini bisa memudahkan pembaca dalam memahami materi perkuliahan yang ada.
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb.
Pekalongan, 22 November 2018
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Al-qur’an merupakan wahyu yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw dan merupakan kalamullah yang mutlak kebenaranya,
berlaku sepanjang zaman dan mengandung ajaran dan petunjuk tentang berbagai hal
yang berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia maupun di akhirat kelak.
Ajaran dan petunjuk tersebut amat dibutuhkan oleh manusia dalam mengarungi
kehidupan.
Namun demikian Al-qur’an bukanlah kitab
suci yang siap pakai dalam arti berbagai konsep yang dikemukakan Al-qur’an
tersebut tidak langsung dapat dihubungkan dengan berbagai masalah yang dihadapi
manusia. Ajaran Al-qur’an tampil dalam sifatnya yang global, ringkas dan
general sehingga untuk dapat memahami ajaran Al-qur’an tentang berbagai masalah
tersebut, mau tidak mau seseorang harus melalui jalur tafsir yang sebagaimana
dikemukakan oleh para ulama.
Dalam Al-qur’an dan hadits dapat ditemukan
berbagai metode pendidikan yang sangat menyentuh perasaan, mendidik jiwa, dan
membangkitkan semangat, juga mampu menggugah puluhan ribu muslimin untuk
membuka hati umat manusia dalam menerima tuntunan Allah swt. Dalam hal ini
salah satunya yaitu metode kisah, merupakan metode pendidikan yang berfungsi
untuk mengajak manusia kejalan yang lebih baik yaitu jalan yang diridhoi Allah
swt.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa hakikat dari
metode kisah?
2.
Bagaimana dalil
dari metode kisah yang sesuai dengan Al-qur’an?
3.
Bagaimana
implementasi metode kisah dalam pendidikan?
C. Tujuan
Masalah
1.
Untuk mengetahui
hakikat dari metode kisah.
2.
Untuk mengetahui
dalil dari metode kisah yang sesuai dengan Al-qur’an.
3.
Untuk mengetahui
implementasi metode kisah dalam pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Hakikat
Metode Kisah
Secara etimologis kata “qishah” berasal
dari kata “al-qashshu”, yang artinya mencari jejak, seperti terungkap dalam
kalimat “qashashtu atsarahu”, artinya saya mencari jejaknya.
Sedangkan secara terminologis, kata
“Qishah Al-qur’an” mengandung dua makna yaitu, pertama: “Al-qashash fi
Al-qur’an” yang artinya pemberitaan Al-qur’an tentang hal ikhwal ummat
terdahulu, baik informasi tentang kenabian maupun tentang peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada ummat terdahulu. Kedua, “Qashash Al-qur’an” yang artinya
karakteristik kisah-kisah yang terdapat dalam Al-qur’an. Pengertian yang kedua
inilah yang dimaksud kisah sebagai metode pendidikan.
Metode kisah yaitu teknik yang dilakukan
dengan cara bercerita, mengungkapkan peristiwa-peristiwa bersejarah
yang mengandung ibrah (nilai moral, sosial, dan rohani) bagi seluruh umat
manusia di segala tempat dan zaman baik mengenai kisah yang bersifat kebaikan maupun
kisah kedzaliman yang berakibat buruk dimasa lalu. Teknik ini sangat efektif
sekali, terutama untuk materi sejarah, dan terlebih lagi sasaranya untuk
peserta didik yang masih dalam perkembangan fantasi. Dengan mendengarkan suatu
kisah kepekaan jiwa dan perasaan peserta didik dapat tergugah, meniru figur
yang baik yang berguna bagi perkembangan hidupnya, dan membenci terhadap tokoh
antagonis atau dzalim. Jadi dengan memberikan stimulasi kepada peserta didik
untuk berbuat kebajikan dan dapat membentuk akhlak mulia serta membina rohani.
Metode kisah juga merupakan metode
Al-quran dan hadis dalam menyampaikan bimbinganya kepada manusia. Dalam
Al-quran banyak dikisahkan sejarah dan pengalaman umat pada zaman nabi-nabi
terdahulu, kemajuan, kemunduran, bahkan kehancuranya. Tujuannya adalah menjadi
bahan renungan dan pelajaran bagi umat masa kini dan masa depan, terutama
perihal nasib umat yang mendustakan Tuhan dan membuat kerusakan di muka bumi.
Dengan demikian metode kisah mengandung
arti suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran dengan menceritakan secara
kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal yang menuturkan perbuatan,
pengalaman atau penderitaan orang lain baik yang sebenarnya terjadi ataupun
hanya rekaan saja. Metode kisah yang disampaikan merupakan salah satu metode
pendidikan yang mashur dan terbaik sebab kisah itu menyentuh jiwa jika
didasarkan oleh ketulusan hati yang mendalam.[1]
B. Dalil
dari Metode Kisah yang Sesuai dengan Al-qur’an
Dalil metode kisah
terdapat dalam surat Al-A’raf ayat 176
وَلَوْ
شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ
هَوَاهُ ۚ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ
تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا
ۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya:
“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya
Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada
dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti
anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya
dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat- ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu
agar mereka berfikir.”(Q.S. Al-A'raf Ayat:
176).
Tafsir:
a.
Al-Maraghi
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا
Kalau kami menghendaki agar orang itu kami
angkat dengan ayat-ayat kami tersebut dan dengan mengamalkanya kepada
derajat-derajat kesempurnaan dan pengetahuan, bisa saja itu kami lakukan.
Yaitu, kami buat petunjuk itu jadi wataknya benar-benar, dan kami membuat dia
mesti mengamalkanya, baik dengan suka hati maupun terpaksa. Karna bagi kami itu
pun tidak sukar. Hanya saja itu bertentangan dengan sunnah kami.
وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ
وَاتَّبَعَ هَوَاهُ
Akan tetapi orang itu cenderung dan lebih
condong terhadap dunia yang tidak akan ada puas-puasnya. Akhirnya,
hilanglah perhatianya sama sekali untuk memikirkan ayat ayat kami yang telah
kami berikan kepadanya.[2]
b.
Al-Mishbah
Allah swt menyatakan bahwa, dan sekiranya
kami menghendaki, pasti kami mensucikan jiwanya dan meninggikan derajatnya
denganya, yakni melalui pengalaman terhadap ayat-ayat, bukan hanya menuruti
hawa nafsu duniawi saja, terjebak dalam gemerlapnya duniawi yang diperumpamakan
seperti anjing yang selalu menjulurkan lidahnya, saat di halau atau dibiarkan
dia tetap saja menjulurkan lidahnya. Seperti melekatnya kulit pada daging.
Namun iya menguliti dirinya sendiri, dalam artian melepaskan tuntunan
pengetahuanya. Seharusnya sepengetahuan tersebut membentengi dirinya dari
perbuatan buruk yang menjerumuskanya terus untuk mengejar kebahagiaan duniawi,
karena yang demikian telah menjadi sifat bawaan anjing tersebut.
c.
Tafsir Jalalain
176. (Dan kalau Kami menghendaki,
sesungguhnya Kami tinggikandia) kepada derajat para ulama (dengan ayat-ayat
itu). Umpamanya Kami memberikan taufik/kekuatan kepadanya untuk mengamalkan
ayat-ayat itu (tetapi dia cenderung) yaitu lebih menyukai (kepada tanah) yakni
harta benda dan duniawi (dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah) dalam doa
yang dilakukannya, akhirnya Kami balik merendahkan derajatnya. (Maka
perumpamaannya) cirri khasnya (seperti anjing jika kamu menghalaunya) mengusir
dan menghardiknya (diulurkannya lidahnya) lidahnya menjulur (atau) jika (kamu
membiarkannya dia mengulurkan lidahnya juga) sedangkan sifat seperti itu tidak
terdapat pada hewan-hewan selain anjing. Kedua jumlah syarat menjadi hal, ia
menjulurkan lidahnya dalam keadaan terhina dalam segala kondisi. Maksudnya
penyerupaan/tasybih ini ialah mengumpamakan dalam hal kerendahan dan kehinaan
dengan qarinah ada nyafa yang memberikan pengertian tertib dengan kalimat
sebelumnya, yakni kecenderungan terhadap duniawi dan mengikuti hawa nafsu
rendahnya, juga karena adanya qarinah/bukti firman-Nya, (Demikian itulah) perumpamaan
itulah (perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka
ceritakanlah kisah-kisah itu) kepada orang-orang Yahudi (agar mereka berpikir)
agar mereka mau memikirkannya hingga mereka mau beriman.[3]
C. Implementasi
Metode Kisah dalam Pendidikan
Pada dasarnya kisah-kisah Qur’ani berisi
nasihat, pelajaran dan petunjuk yang sangat efektif diterapkan dalam interaksi
pendidikan. Kisah-kisah dan nasihat itu jika disampaikan secara baik akan
sangat berpengaruh pada perkembangan psikologis peserta didik. Dalam Al-qur’an
terdapat kisah kisah yang sangat berharga nilainya, yang mana hal tersebut
apabila digunakan untuk proses pendidikan Islam akan dapat membantu mengarahkan
peserta didik menjadi manusia dewasa yang beriman dan mampu memenfaatkan waktu
dalam mengerjakan sesuatu yang diridhoi Allah swt. Untuk mendapatkan
keselamatan dan kebahagiaan serta kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.
Al-qur’an mempergunakan kisah-kisah untuk
semua jenis pendidikan dan bimbingan yang dicakup oleh metodologi
pendidikannya, yaitu untuk pendidikan mental, pendidikan akal, dan pendidikan
jasmani. Kisah dalam Al-qur’an juga mempunyai tujuan-tujuan yang ingin
diwujudkan karena Al-qur’an bukanlah buku cerita tetapi kitab suci yang
mengandung pendidikan dan tuntunan yang sangat teliti dalam penyampaiannya dari
segi keindahan bahasanya. Dalam Al-qur’an terdapat kisah seorang tokoh yang
memiliki kesan luhur, suci dan sempurna sehingga patut untuk diteladani dan
dijunjung tinggi. Di samping itu juga terdapat kisah dari golongan yang
memberikan kesan kehitaman hati dan perilaku mereka, hal ini dimaksudkan agar
kita menjauhi perbuatan itu dan mengambil hikmah yang terkandung didalamnya.[4]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Metode kisah adalah suatu metode
pendidikan yang dalam penyampaianya dengan menceritakan peristiwa-peristiwa
bersejarah untuk dijadikan sebagai i’tibar atau ibrah. Dimana dalam peristiwa
tersebut dapat dijadikan sebagai tauladan untuk kita sehingga kita bisa menjadi
muslim yang lebih baik.
Kemudian apabila kita memiliki
pengetahuan, seharusnya kita bisa menggunakan pengetahuan tersebut untuk
sesuatu yang lebih bermanfa’at baik di dunia terlebih untuk akhiratnya. Bukan
hanya digunakan untuk mengejar sesuatu yang mengarah kepada nafsu dunia saja,
sedangkan untuk akhiratnya dilalaikan. Karena setiap orang pasti ingin
mendapatkan kebahagiaan di dunia dan juga di akhiratnya.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat,
semoga bermanfaat bagi pembaca. Dengan pembahasan tentang “Metode Pendidikan
Spacial” dengan tema Metode Kisah ini, semoga
kita bisa memahami dengan baik dan bisa mengamalkannya sesuai Al- qur
an. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan dan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Mushthafa
Al Maraghi Ahmad. 1994. Tafsir Al Maraghi. Semarang. CV. Toha Putra
Semarang.
Jalalud-Din
Al Mahally Imam dan Imam Jalalud-Din As Suyuthi. 1990. Terjemah Tafsir
Jalalain Berikut Asbabun Nuzul. Bandung. CV. Sinar Baru Bandung.
M.
Irfangi. 2017. “Implementasi Metode Kisah dalam Pembelajaran Akidah Akhlak
di Madrasah Aliyah”. Jurnal Kependidikan. 5 (1) : 8.
http://www.wartamadrasah.com/2016/03/metode-kisah-sebagai-suatu-metode-html?m=1,
(Diakses pada tanggal 22 November 2018 pukul 07.12).
BIODATA DIRI
Nama : Nailal
Izza
Tempat,
tanggal lahir : Pekalongan,
16 Mei 1999
Alamat :
Jl. Pelita V Rt 02 Rw 11 No. 20 Jenggot
Pekalongan Selatan
Hobi :
Membaca
Wa :
085742590749
Motto hidup : Jangan lelah untuk menjadi orang baik.
Riwayat
pendidikan ; a. MIS Jenggot
03
b. SMP Negri 14 Pekalongan
c. SMA Negri 1 Kedungwuni
d. IAIN Pekalongan (masih)
[1] Warta
Madrasah, “Metode Kisah Sebagai Suatu Metode Pendidikan Islam”, http://www.wartamadrasah.com/2016/03/metode-kisah-sebagai-suatu-metode-html?m=1,
(Diakses pada tanggal 22 November 2018 pukul 07.12)
[2] Ahmad
Mushthafa Al Maraghi, Tafsir Al Maraghi, (Semarang : CV. Toha Putra
Semarang, 1994), hlm. 195.
[3] Imam
Jalalud-Din Al Mahally dan Imam Jalalud-Din As Suyuthi, Terjemah Tafsir
Jalalain Berikut Asbabun Nuzul, (Bandung : CV. Sinar Baru Bandung, 1990),
hlm. 693-694.
[4] M.
Irfangi, “Implementasi Metode Kisah dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di
Madrasah Aliyah”, Jurnal Kependidikan. Vol 5. No. 1 Mei 2017, hlm. 8.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar