Laman

new post

zzz

Minggu, 24 Februari 2019

UQ A 2c SEJARAH PENULISAN AL-QUR’AN DAN KODIFIKASI AL-QUR’AN


SEJARAH PENULISAN AL-QUR’AN DAN KODIFIKASI AL-QUR’AN
MAULIDA KHASANAH
NIM. 2023214441
Kelas A 

JURUSAN PGMI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2019




KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.
Dengan mengharap puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya kepada penyusun, sehingga dapat menulis  Makalah ini dengan lancar tanpa halangan suatu apapun.
Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok mata kuliah Ulumul Qur’an semester genap tahun pelajaran 2018/2019. Penyusun secara khusus meyampaikan terima kasih kepada:
1.      Bapak Muhammad Hufron, M.S.I sebagai Dosen Pengampu mata kuliah Ulumul Qur’an.
2.      Orang tua dan teman-teman yang telah memberi motivasi dalam penulisan Makalah ini.
3.      Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah ini.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa penulisan  Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Penyusun mengharap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan Makalah ini di kemudian hari, sehingga hasil dari  Makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca pada umumnya dan Penyusun pada khususnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.              


Pekalongan, 20 Februari 2019


Penulis,

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an sebagaimana yang dimiliki ummat Islam sekarang ternyata mengalami proses sejarah yang cukup panjang dan upaya penulisan dan pembukuan (kodifikasi). keotentikan al-qur’an yang merupakan warisan islam terpenting dan paling berharga meskipun mushaf yang kita kenal sekarang ini berdasarkan atas rasm utsman bin affan (al-mshaf ala al-rasm al-utsmani). Akan tetapisebenarnya ia tidak begitu saja muncul sebagai sebuah karya besar yang hampa dari proses panjang yang telah di lalui pada masa – masa sebelumnya.
Allah akan menjamin kemurnian dan kesucian Al-Qur’an, akan selamat dari usaha-usaha pemalsuan, penambahan atau pengurangan-pengurangan. Al-Qur’an ditulis sejak Nabi masih hidup. Dalam makalah ini penulis akan menggambarkan sejarah penulisan dan kodifikasi Al-Qur’an.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah penulisan Al-Qur’an ?
2. Bagaimana  Kodifikasi Al-Qur’an ?
C. Tujuan
Tujuan penulisan Makalah ini adalah Agar kita kaum muslimin dapat mengetahui sejarah  penulisan dan kodifikasi Al-Qur’an


BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Penulisan Al-Qur’an
       Salah satu yang sangat di banggakan umat islam dari dahulu hingga saat ini adalah keotentikan al-qur’an yang merupakan warisan islam terpenting dan paling berharga meskipun mushaf yang kita kenal sekarang ini berdasarkan atas rasm utsman bin affan (al-mshaf ala al-rasm al-utsmani). Akan tetapi sebenarnya ia tidak begitu saja muncul sebagai sebuah karya besar yang hampa dari proses panjang yang telah di lalui pada masa – masa sebelumnya. Proses itu dimulai pada masa Rasulullah Saw setiap kali menerima wahyu Al-Qur’an, Rasulullah langsung mengingat, menghafalnya, dan memberitahukan serta membacakannya kepada para sahabat, agar mereka mengingat dan menghafalnya pula.[1] Terdapat beberapa periodesasi penulisan Al-Qur’an diantaranya :
1. Periode Mekah
Kendati diwahyukan secara lisan, Al-Qur’an sendiri secara konsisten menyebut sebagai kitab tertulis. Ini memberi petunjuk bahwa wahyu tersebut tercatat dalam tulisan. Pada dasarnya ayat-ayat Al-Qur’an tertulis sejak awal perkembangan Islam, meski masyarakat yang baru lahir itu masih menderita berbagai permasalahan akibat kekejaman yang dilancarkan oleh pihak kafir Quraish. Al-Kattani mencatat peristiwa ini : Sewaktu Rafi` bin Malik al-Ansari menghadiri baiah al-’Aqaba, Nabi Muhammad menyerahkan semua ayat-ayat yang diturunkan pada dasawarsa sebelumnya. Ketika kembali ke Madinah, Rafi` mengumpulkan semua anggota sukunya dan membacakan di depan mereka


2.      Periode Madinah
a) penulis wahyu nabi Muhammad SAW.
Pada periode Madinah kita memiliki cukup banyak informasi termasuk sejumlah nama, lebih kurang enam puluh lima sahabat yang ditugaskan oleh Nabi Muhammad bertindak sbg penulis wahyu. Mereka diantaranya adalah Abban bin Sa’id, Abu Umama, Abu Ayyub al -Ansari, Abu Bakar as-Siddiq, Abu Hudhaifa, Abu Sufyan, Abu Salama, Abu ‘Abbas, Ubayy bin Ka’b, al-Arqam, Usaid bin al-Hudair, Buraida, Bashir, Thabit bin Qais, Ja`far bin Abi Talib, Jahm bin Sa’d, Suhaim, Hatib, Hudhaifa, Husain, Hanzala, Huwaitib, Khalid bin Sa’id, Khalid bin al-Walid, az-Zubair bin al-`Awwam, Zubair bin Arqam, Zaid bin Thabit, Umar bin Al-khatab.

b) Nabi Muhammad Mendiktekan Al-Qur’an
Saat wahyu turun, Nabi Muhammad secara rutin memanggil para penulis yang ditugaskan agar mencatat ayat itu. Zaid bin Thabit menceritakan sebagai ganti atau mewakili peranan dalam Nabi Muhammad, ia sering kali dipanggil diberi tugas penulisan saat wahyu turun. Sewaktu ayat al-jihad turun, Nabi Muhammad memanggil Zaid bin Thabit membawa tinta dan alat tulis dan kemudian mendiktekannya; ‘Amr bin Um-Maktum al-A’ma duduk menanyakan kepada Nabi Muhammad, “Bagaimana tentang saya ? Karena saya sebagai orang yang buta.” Dan kemudian turun ayat, “ghairuli al-darar”  (bagi orang-orang yang bukan catat). Namun saat tugas penulisan selesai, Zaid membaca ulang di depan Nabi Muhammad agar yakin tak ada sisipan kata lain yang masuk ke dalam teks.

c) Tradisi Penulisan Al-Qur’an di Kalangan Sahabat :
Kebiasaan di kalangan para sahabat dalam penulisan Al Qur’an, menyebabkan Nabi Muhammad melarang orang-orang menulis sesuatu darinya kecuali Al-Qur’an, “dan siapa yang telah menulis sesuatu dariku selain Al-Qur’an, maka ia harus menghapusnya.” Beliau ingin agar Al-Qur’an dan hadith tidak ditulis pada halaman kertas yang sama agar tidak terjadi campur aduk serta kekeliruan. Sebenarnya bagi mereka yang tak dapat menulis selalu hadir juga di masjid memegang kertas kulit dan minta orang lain secara suka rela mau menuliskan ayat Al-Qur’an.. Berdasarkan kebiasaan Nabi Muhammad memanggil juru tulis ayat-ayat yang baru turun, kita dapat menarik anggapan bahwa pada masa kehidupan beliau seluruh Al-Qur’an sudah tersedia dalam bentuk tulisan.

B. Kodifikasi Al-Qur’an

Kodifikasi atau pengumpulan Al-Qur’an sudah dimulai sejak zaman Rasulullah SAW, bahkan sejak Al-Qur’an diturunkan. Setiap kali menerima wahyu, Nabi SAW membacakannya di hadapan para sahabat karena ia memang diperintahkan untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada mereka. Proses pengumpulan Al-Qur’an terdiri dari beberapa tahapan atau masa Yaitu :
1. Pada masa Rasullah SAW
Penulisan atau pengumpulan al-qur’an dimasa Rasulullah dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu : pertama, pengumpulan dalam dada berupa hafalan dan penghayatan serta pengumpulan dalam catatan berupa penulisan kitab. Dalam rangka menjaga kemurnian Al-Qur’an , selain ditempuh lewat jalur hafalan, juga dilengkapi dengan tulisan. Fakta sejarah menginformasikan bahwa segera setelah menerima ayat al-qur’an Nabi SAW memanggil para sahabat yang pandai menulis, untuk menulis ayat – ayat yang baru saja diterimannya disertai informasi tempat dan urutan setiap ayat dalam suratnya.[2] Ayat – ayat tersebut ditulis dalam pelapah – pelapah kurma, batu – batu, kulit – kulit atau tulang – tulang binatang.[3] Penulisan pada masa ini belum terkumpul menjadi satu mushaf disebabkan beberapa faktor , yakni :
a. Tidak adanya faktor pendorong untuk membukukan al-qur’an menjadi satu mushaf mengingat Rasulullah masih hidup dan banyaknya sahabat yang menghafal al-qur’an, dan sama sekali tidak ada unsur – unsure yang di duga akan menganggu kelstarian Al-Qur’an.
b. Al-Qur’an diturunkan secara berangsur – angsur, maka suatu hal yang logis bila Al-Qur’an baru bisa dibukukan dalam satu mushaf setelah nabi wafat.
c. Selama proses turun Al-Qur’an, masih terdapat kemungkinan adanya ayat – ayat Al-Qur’an yang mansukh.
2. Pada Masa Abu bakar Al- Shiddiq
Penulisan Al-Qur’an pada masa khalifah Abu bakar dilakukan untuk menghimpun dan menyalin kembali catatan – catatan serta tulisan – tulisan Al-Qur’an yang ada menjadi satu mushhaf, dengan tertib surat – suratnya menurut urutan turun wahyu. Faktor pendorongnya adalah kekhawatiran akan adanya kemungkinan hilangnya sesuatu dari Al-Qur’an disebabkan banyaknya para sahabat penghafal Al-Qur’an yang gugur di medan perang. Adapun karakteristik penulisan Al-Qur’an pada masa ini adalah :
a. seluruh ayat Al-Qur’an dikumpulkan dan ditulis dalam satu mushaf berdasarkan penelitian yang cermat dan seksama.
b. meniadakan ayat – ayat Al-Qur’an yang telah mansukh.
c.  seluruh ayat yang ditulis telah diakui kemutawatirannya.
d. dialek arab yang dipakai dalam pembukuan ini berjumlah 7 (qira’ah) sebagaimana yang ditulis pada kulit unta pada masa Rasulullah.
3. Penulisan Al-Qur’an pada masa khalifah utsman bin affan
dilakukan untuk menyalin mushaf yang ditulis pada masa Abu Bakar menjadi beberapa mushaf dengan tertib ayat maupun surat – suratnya sebagaimana yang ada sekarang. Faktor pendorong usaha tersebut adalah adanya perpecahan dikalangan kaum muslimin yang disebabkan adanya perbedaan qira’at al-Qur’an diantara mereka. Adapun karakteristik penulisan Al-Qur’an pada masa ini :
a. ayat – ayat Al-Qur’an yang ditulis seluruh berdasarkan riwayat yang mutawatir.
b. tidak memuat ayat – ayat yang mansukh
c. surat – surat maupun ayat – ayatnya telah disusun dengan tertib sebagaimana Al-Qur’an yang kita kenal sekarang. Tidak seperti mushaf Al-Qur’an yang tulis pada masa Abu bakar yang hanya disusun menurut tertib ayat, sementara surat – suratnya disusun menurut urutan turunya wahyu.
d. tidak memuat sesuatu yang tidak tergolong Al-Qur’an, seperti yang ditulis oleh sebagian sahabat nabi dalam masing – masing mushafnya, sebagai penjelasan atau keterangan terhadap makna ayat- ayat tertentu.
e. dialek yang dipakai dalam mushaf ini hanya dialek Quraisy sekalipun pada mulanya diizinkan membacanya dengan menggunakan dialek lain.[4]
















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terdapat beberapa periodesasi penulisan Al-Qur’an diantaranya : periode makkah dan periode madinah. Kodifikasi atau pengumpulan Al-Qur’an sudah dimulai sejak zaman Rasulullah SAW, Proses pengumpulan Al-Qur’an terdiri dari beberapa tahapan atau masa Yaitu : pada masa Rasulullah penulisan pada masa ini belum terkumpul menjadi satu mushaf mengingat rasulullah masih hidup dan banyak para sahabat yang menghafal, pada masa Abu bakar Al- Shiddiq mulai menghimpun dan menyalin kembali catatan tulisan – tulisan Al-Qur’an menjadi satu mushaf karena kekhawatiran hilangnya sesuatu dari Al-Qur’andisebabkan banyaknya sahabat yang hafal Al-Quran gugur di medan perang, pada masa khalifah utsman bin affan dilakukan untuk menyalin mushafyang di tulis pada masa abu bakar ash-shidiq dengan tertib ayat maupun suratnya sebagaiamana yang ada sekarang, karena adanya perpecahan dikalangan kaum muslimin yang disebabkan adanya perbedaan qira’at Al-Qur’an  diantara mereka.



                                                         




DAFTAR PUSTAKA

Al-Abyari Ibrahim. 1993.  Sejarah Al-Qur’an. Semarang: Toha Putra Group. 
Al-Munawar said agil husin. 2002.Al-Qur’an membangun tradisi kesalehan hakiki. Jakarta :Ciputat press.

.


















REFERENSI










PROFIL

Nama                           : Maulida Khasanah
NIM                            : (2023214441)
TTL                             : Pekalongan 10 Agustus 1995.
 Riwayat Pendidikan    :  Pendidikan dimulai dari SDI Gondang Wonopringgo, di lanjut ke SMP N 01 Wonopringgo, kemudian SMK Gondang wonopringgo.



[1] Said Agil husin al-munawir, Al-Qur’an membangun tradisi kesalehan hakiki, (Jakarta: Ciputat Press,2002),hlm.14
[2] Ibid, hlm.17
[3] Ibrahim Al-abyari, Sejarah Al-Qur’an, (Semarang: Toha putra group, 1993),hlm.14
[4]  Sail Agil Husin Al-Munawar, Op.Cit, hlm.28 - 29

Tidak ada komentar:

Posting Komentar