SEJARAH PENULISAN AL-QUR’AN DAN KODIFIKASI
AL-QUR’AN
MAULIDA KHASANAH
NIM. 2023214441
Kelas A
JURUSAN PGMI
FAKULTAS TARBIYAH DAN
ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2019
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Dengan mengharap puji syukur kepada Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya kepada penyusun, sehingga dapat menulis Makalah ini dengan lancar tanpa halangan suatu apapun.
Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok mata kuliah Ulumul Qur’an semester genap tahun pelajaran 2018/2019.
Penyusun secara khusus meyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Muhammad
Hufron, M.S.I sebagai Dosen Pengampu mata kuliah Ulumul Qur’an.
2. Orang
tua dan teman-teman yang telah memberi motivasi dalam penulisan Makalah ini.
3. Seluruh
pihak yang telah membantu dalam penyusunan Makalah ini.
Penyusun menyadari
sepenuhnya bahwa penulisan Makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Penyusun mengharap kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk perbaikan Makalah ini di kemudian hari,
sehingga hasil dari Makalah ini dapat
bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca pada umumnya dan
Penyusun pada khususnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Pekalongan, 20 Februari 2019
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an sebagaimana yang dimiliki ummat Islam
sekarang ternyata mengalami proses sejarah yang cukup panjang dan upaya
penulisan dan pembukuan (kodifikasi). keotentikan al-qur’an yang merupakan warisan islam
terpenting dan paling berharga meskipun mushaf yang kita kenal sekarang ini
berdasarkan atas rasm utsman bin affan (al-mshaf ala al-rasm al-utsmani). Akan
tetapisebenarnya ia tidak begitu saja muncul sebagai sebuah karya besar yang
hampa dari proses panjang yang telah di lalui pada masa – masa sebelumnya.
Allah akan menjamin kemurnian dan kesucian
Al-Qur’an, akan selamat dari usaha-usaha pemalsuan, penambahan atau
pengurangan-pengurangan. Al-Qur’an ditulis sejak Nabi masih hidup. Dalam
makalah ini penulis akan menggambarkan sejarah penulisan dan kodifikasi Al-Qur’an.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah penulisan Al-Qur’an ?
2. Bagaimana Kodifikasi Al-Qur’an ?
C. Tujuan
Tujuan penulisan Makalah ini adalah Agar
kita kaum muslimin dapat mengetahui sejarah penulisan dan kodifikasi Al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Penulisan Al-Qur’an
Salah satu yang sangat di
banggakan umat islam dari dahulu hingga saat ini adalah keotentikan al-qur’an
yang merupakan warisan islam terpenting dan paling berharga meskipun mushaf
yang kita kenal sekarang ini berdasarkan atas rasm utsman bin affan (al-mshaf
ala al-rasm al-utsmani). Akan tetapi sebenarnya ia tidak begitu saja muncul
sebagai sebuah karya besar yang hampa dari proses panjang yang telah di lalui
pada masa – masa sebelumnya. Proses itu dimulai pada masa Rasulullah Saw setiap
kali menerima wahyu Al-Qur’an, Rasulullah langsung mengingat, menghafalnya, dan
memberitahukan serta membacakannya kepada para sahabat, agar mereka mengingat
dan menghafalnya pula.[1]
Terdapat beberapa periodesasi penulisan Al-Qur’an diantaranya :
1. Periode Mekah
Kendati diwahyukan
secara lisan, Al-Qur’an sendiri secara konsisten menyebut sebagai kitab
tertulis. Ini memberi petunjuk bahwa wahyu tersebut tercatat dalam tulisan.
Pada dasarnya ayat-ayat Al-Qur’an tertulis sejak awal perkembangan Islam, meski
masyarakat yang baru lahir itu masih menderita berbagai permasalahan akibat
kekejaman yang dilancarkan oleh pihak kafir Quraish. Al-Kattani mencatat
peristiwa ini : Sewaktu Rafi` bin Malik al-Ansari menghadiri baiah al-’Aqaba, Nabi
Muhammad menyerahkan semua ayat-ayat yang diturunkan pada dasawarsa sebelumnya.
Ketika kembali ke Madinah, Rafi` mengumpulkan semua anggota sukunya dan
membacakan di depan mereka
2. Periode Madinah
a) penulis
wahyu nabi Muhammad SAW.
Pada periode Madinah kita memiliki cukup banyak
informasi termasuk sejumlah nama, lebih kurang enam puluh lima sahabat yang
ditugaskan oleh Nabi Muhammad bertindak sbg penulis wahyu. Mereka diantaranya
adalah Abban bin Sa’id, Abu Umama, Abu Ayyub al -Ansari, Abu Bakar as-Siddiq,
Abu Hudhaifa, Abu Sufyan, Abu Salama, Abu ‘Abbas, Ubayy bin Ka’b, al-Arqam,
Usaid bin al-Hudair, Buraida, Bashir, Thabit bin Qais, Ja`far bin Abi Talib,
Jahm bin Sa’d, Suhaim, Hatib, Hudhaifa, Husain, Hanzala, Huwaitib, Khalid bin
Sa’id, Khalid bin al-Walid, az-Zubair bin al-`Awwam, Zubair bin Arqam, Zaid bin
Thabit, Umar bin Al-khatab.
b) Nabi Muhammad Mendiktekan Al-Qur’an
Saat wahyu turun, Nabi
Muhammad secara rutin memanggil para penulis yang ditugaskan agar mencatat ayat
itu. Zaid bin Thabit menceritakan sebagai ganti atau mewakili peranan dalam
Nabi Muhammad, ia sering kali dipanggil diberi tugas penulisan saat wahyu
turun. Sewaktu ayat al-jihad turun, Nabi Muhammad memanggil Zaid bin Thabit
membawa tinta dan alat tulis dan kemudian mendiktekannya; ‘Amr bin Um-Maktum
al-A’ma duduk menanyakan kepada Nabi Muhammad, “Bagaimana tentang saya ? Karena
saya sebagai orang yang buta.” Dan kemudian turun ayat, “ghairuli al-darar”
(bagi orang-orang yang bukan catat). Namun saat tugas penulisan selesai,
Zaid membaca ulang di depan Nabi Muhammad agar yakin tak ada sisipan kata lain
yang masuk ke dalam teks.
c) Tradisi Penulisan Al-Qur’an di Kalangan Sahabat :
Kebiasaan di kalangan
para sahabat dalam penulisan Al Qur’an, menyebabkan Nabi Muhammad melarang
orang-orang menulis sesuatu darinya kecuali Al-Qur’an, “dan siapa yang telah
menulis sesuatu dariku selain Al-Qur’an, maka ia harus menghapusnya.” Beliau
ingin agar Al-Qur’an dan hadith tidak ditulis pada halaman kertas yang sama
agar tidak terjadi campur aduk serta kekeliruan. Sebenarnya bagi mereka yang
tak dapat menulis selalu hadir juga di masjid memegang kertas kulit dan minta
orang lain secara suka rela mau menuliskan ayat Al-Qur’an.. Berdasarkan
kebiasaan Nabi Muhammad memanggil juru tulis ayat-ayat yang baru turun, kita
dapat menarik anggapan bahwa pada masa kehidupan beliau seluruh Al-Qur’an sudah
tersedia dalam bentuk tulisan.
B. Kodifikasi Al-Qur’an
Kodifikasi atau
pengumpulan Al-Qur’an sudah dimulai sejak zaman Rasulullah SAW, bahkan sejak Al-Qur’an
diturunkan. Setiap kali menerima wahyu, Nabi SAW membacakannya di hadapan para
sahabat karena ia memang diperintahkan untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada
mereka. Proses pengumpulan Al-Qur’an terdiri dari
beberapa tahapan atau masa Yaitu :
1. Pada masa Rasullah
SAW
Penulisan atau pengumpulan al-qur’an dimasa Rasulullah
dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu : pertama, pengumpulan dalam dada
berupa hafalan dan penghayatan serta pengumpulan dalam catatan berupa penulisan
kitab. Dalam rangka menjaga kemurnian Al-Qur’an , selain ditempuh lewat jalur
hafalan, juga dilengkapi dengan tulisan. Fakta sejarah menginformasikan bahwa
segera setelah menerima ayat al-qur’an Nabi SAW memanggil para sahabat yang
pandai menulis, untuk menulis ayat – ayat yang baru saja diterimannya disertai
informasi tempat dan urutan setiap ayat dalam suratnya.[2]
Ayat – ayat tersebut ditulis dalam pelapah – pelapah kurma, batu – batu, kulit
– kulit atau tulang – tulang binatang.[3]
Penulisan pada masa ini belum terkumpul menjadi satu mushaf disebabkan beberapa
faktor , yakni :
a. Tidak adanya faktor pendorong untuk membukukan
al-qur’an menjadi satu mushaf mengingat Rasulullah masih hidup dan banyaknya
sahabat yang menghafal al-qur’an, dan sama sekali tidak ada unsur – unsure yang
di duga akan menganggu kelstarian Al-Qur’an.
b. Al-Qur’an diturunkan secara berangsur – angsur,
maka suatu hal yang logis bila Al-Qur’an baru bisa dibukukan dalam satu mushaf
setelah nabi wafat.
c. Selama proses turun Al-Qur’an, masih terdapat
kemungkinan adanya ayat – ayat Al-Qur’an yang mansukh.
2. Pada Masa Abu bakar
Al- Shiddiq
Penulisan Al-Qur’an pada masa khalifah Abu bakar
dilakukan untuk menghimpun dan menyalin kembali catatan – catatan serta tulisan
– tulisan Al-Qur’an yang ada menjadi satu mushhaf, dengan tertib surat –
suratnya menurut urutan turun wahyu. Faktor pendorongnya adalah kekhawatiran
akan adanya kemungkinan hilangnya sesuatu dari Al-Qur’an disebabkan banyaknya
para sahabat penghafal Al-Qur’an yang gugur di medan perang. Adapun
karakteristik penulisan Al-Qur’an pada masa ini adalah :
a. seluruh ayat Al-Qur’an dikumpulkan dan ditulis
dalam satu mushaf berdasarkan penelitian yang cermat dan seksama.
b. meniadakan ayat – ayat Al-Qur’an yang telah mansukh.
c. seluruh ayat
yang ditulis telah diakui kemutawatirannya.
d. dialek arab yang dipakai dalam pembukuan ini
berjumlah 7 (qira’ah) sebagaimana yang ditulis pada kulit unta pada masa
Rasulullah.
3. Penulisan Al-Qur’an pada masa khalifah utsman bin
affan
dilakukan untuk menyalin mushaf yang ditulis pada masa Abu Bakar menjadi
beberapa mushaf dengan tertib ayat maupun surat – suratnya sebagaimana yang ada
sekarang. Faktor pendorong usaha tersebut adalah adanya perpecahan dikalangan
kaum muslimin yang disebabkan adanya perbedaan qira’at al-Qur’an diantara
mereka. Adapun karakteristik penulisan Al-Qur’an pada masa ini :
a. ayat – ayat Al-Qur’an yang ditulis seluruh
berdasarkan riwayat yang mutawatir.
b. tidak memuat ayat –
ayat yang mansukh
c. surat – surat maupun ayat – ayatnya telah disusun
dengan tertib sebagaimana Al-Qur’an yang kita kenal sekarang. Tidak seperti
mushaf Al-Qur’an yang tulis pada masa Abu bakar yang hanya disusun menurut
tertib ayat, sementara surat – suratnya disusun menurut urutan turunya wahyu.
d. tidak memuat sesuatu yang tidak tergolong
Al-Qur’an, seperti yang ditulis oleh sebagian sahabat nabi dalam masing –
masing mushafnya, sebagai penjelasan atau keterangan terhadap makna ayat- ayat
tertentu.
e. dialek yang dipakai dalam mushaf ini hanya dialek
Quraisy sekalipun pada mulanya diizinkan membacanya dengan menggunakan dialek
lain.[4]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terdapat beberapa periodesasi penulisan Al-Qur’an diantaranya : periode
makkah dan periode madinah. Kodifikasi atau
pengumpulan Al-Qur’an sudah dimulai sejak zaman Rasulullah SAW, Proses pengumpulan Al-Qur’an terdiri dari beberapa tahapan atau masa Yaitu : pada masa
Rasulullah penulisan pada masa ini belum terkumpul menjadi satu mushaf
mengingat rasulullah masih hidup dan banyak para sahabat yang menghafal, pada
masa Abu bakar Al- Shiddiq mulai menghimpun dan menyalin kembali catatan
tulisan – tulisan Al-Qur’an menjadi satu mushaf karena kekhawatiran hilangnya
sesuatu dari Al-Qur’andisebabkan banyaknya sahabat yang hafal Al-Quran gugur di
medan perang, pada masa khalifah utsman bin affan dilakukan untuk menyalin
mushafyang di tulis pada masa abu bakar ash-shidiq dengan tertib ayat maupun
suratnya sebagaiamana yang ada sekarang, karena adanya perpecahan dikalangan
kaum muslimin yang disebabkan adanya perbedaan qira’at Al-Qur’an diantara mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abyari
Ibrahim. 1993. Sejarah Al-Qur’an. Semarang:
Toha Putra Group.
Al-Munawar
said agil husin. 2002.Al-Qur’an membangun tradisi kesalehan hakiki. Jakarta
:Ciputat press.
.
REFERENSI
PROFIL
Nama :
Maulida Khasanah
NIM :
(2023214441)
TTL : Pekalongan
10 Agustus 1995.
Riwayat
Pendidikan : Pendidikan dimulai dari SDI Gondang
Wonopringgo, di lanjut ke SMP N 01 Wonopringgo, kemudian SMK Gondang
wonopringgo.
[1]
Said Agil husin
al-munawir, Al-Qur’an membangun tradisi kesalehan hakiki, (Jakarta:
Ciputat Press,2002),hlm.14
[2]
Ibid, hlm.17
[3] Ibrahim
Al-abyari, Sejarah Al-Qur’an, (Semarang: Toha putra group, 1993),hlm.14
[4] Sail Agil Husin Al-Munawar, Op.Cit, hlm.28 -
29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar