QIRA’AT
AL-QUR’AN
Nofa Auliyatul Faizah
NIM :
2318049
Kelas D
JURUSAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah
Swt yang telah melimpahkan segala rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga
penyusun mampu menyelesaikan makalah dengan tema “Qira’at Al-Qur’an”. Sholawat
serta salam senantiasa tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, para
sahabat, tabi’in dan umat yang senantiasa berjalan dalam risalahnya.
Makalah “Qira’at
Al-Qur’an” yang diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ulumul Al-quran
. Dalam kesempatan ini kami banyak mendapat
bimbingan dan bantuan dari semua pihak baik moral maupun spiritual. Sehubungan
dengan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Hufron, M.S.I
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, walaupun penyusun sudah berusaha
semaksimal mungkin untuk membuat yang terbaik. Oleh karena itu, dengan segala
ketulusan dan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan sarann dan kritik
yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya
kepada Allah SWT juga kami memohon ampunan sekiranya dalam tulisan ini terdapat
kekeliruan-kekeliruan yang tidak disengaja. Kami berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi semuanya terutama bagi yang membaca makalah ini, agar dapat
berpikir secara benar dan dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang benar.
Aamiin.
Pekalongan, Maret 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................
i
Daftar Isi.................................................................................................................... ii
Bab I
Pendahuluan.................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
C. TujuanMasalah............................................................................................... 1
D. Metode pemecahan........................................................................................ 2
E. Sistematika penulisan makalah....................................................................... 2
Bab II
Pembahasan................................................................................................... 3
A. Pengertian qira’at........................................................................................... 3
B. Klasifikasi qira’at........................................................................................... 3
C.
Imam qira’at tujuh dan sepuluh……………………………………. 4
D. Syarat sahnya qira’at...................................................................................... 4
E. Sebab perbedaan para qari’............................................................................ 5
F. Qira’at yang benar dan salah.......................................................................... 5
G. Hikmah qira’at............................................................................................... 6
Bab III Penutup........................................................................................................ 7
A.
Simpulan…………………………………………………………………... 7
B.
Saran.............................................................................................................. 7
Daftar pustaka……………………………………………………………………….8
PROFIL PENULIS........................................................................................................ 9
LAMPIRAN................................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat arab
merupakan komunitas dari berbagai suku yang berbeda diseluruh
semenanjung Arab. Secara geografis ini membawa dampak pada tatanan sosial
masyarakat arab, salah satu tatanan itu adalah beragamnya dialek (lahjah) yang
berbeda antar satu suku dengan suku yang lain. Perbedaan semacam ini sangat
wajar kalau kita melihat dari segi gepgrafis dan sosio cultural dari
masing-masing suku.
Walaupun terbagi dari berbagai dialek, namun
masyarakat arab mempunyai bahasa bersama yang dapat menyatukan mereka dalam
berkomunikasi, berniaga dan melakukan aktifitas lainnya.
Pada sisi lain, keragaman dialek itu juga berpengaruh
pada kemampuan orang untuk melafatkan bahasa al-qur’an. Fenomena keragaman
dialek yang berpengaruh kepada kemampuan melafatkan bahasa al-qur’an merupakan
sesuatu yang natural. Dari sini membawa konsekuasi timbulnya berbagai macam
bacaan (qira’at) dalam melafatkan al-qur’an yang pada akhirnya direspon oleh
Rasulullah SAW dengan membenarkan pelafatan al-qur’an dengan berbagai macam
qira’at. Pada perkembangan selanjutnya dipahami bahwa perbedaan bacaan dapat
dijadikan sebagai sarana mempermudah untuk membaca dan melafatkan al-qur’an
yang sesuai dengan kemampuan dan dialek seseorang.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian qira’at?
2.
Apa saja klasifikasi qira’at?
3.
Siapa saja imam qira’ah tujuh dan sepuluh?
4.
Apa saja syarat syahnya qira’at?
5.
Apa penyebab perbedaan para qari’?
6.
Bagaimana qira’at dikatakan benar dan salah?
7.
Apa hikmah qira’at?
C. Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah:
1.
Mengetahui Pengertian Qira’at
2.
Mengetahui klasifikasi qira’at
3.
Mengetahui imam qira’at tujuh dan sepuluh
4.
Mengetahui syarat syahnya qira’at
5.
Mengetahui sebab perbedaan para qari
6.
Mengetahui qira’at yang benar dan salah
7.
Mengetahui hikmah qira’at
D. Metode pemecahan
Metode pemecahan masalah yang dilakukan melalui studi
literatur/metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa referensi
buku atau dari referensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang dibahas.
Langkah-langkah pemecahan masalahnya dimulai dengan menentukan masalah yang
akan dibahas dengan melakukan perumusan masalah, melakukan langkah-langkah
pengkajian masalah, penentuan tujuan dan sasaran, perumusan jawaban
permasalahan dari berbagai sumber, dan penyintesisan serta pengorganisasian
jawaban permasalahan.
E. Sistematika penulisan makalah
Makalah ini ditulis dalam tiga bagian, meliputi: Bab I,
bagian pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, perumusan
masalah, metode pemecahan masalah, dan sistematika penulisan makalah; Bab II,
adalah pembahasan; Bab III, bagian penutup yang terdiri dari simpulan dan
saran-saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Qira’at
Qira’at berarti bacaan. Menurut istilah qira’at adalah
ilmu yang membahas
tentang cara membaca
ayat-ayat al-Qur’an dengan menisbahkan setiap bacaanya kepada seorang Imam
pakar qira’at, yang mana salah seorang
imam qurra’ berbeda dengan madzhab lainnya dalam pengucapannya. Perbedaan dalam
bacaan di sini terutama yang disandarkan pada sanad-sanasd yang sampai pada
Rasulullah.
Qira’at yang dianggap mutawatir dalam pembacaan al-qur’an
adalah qira’at sab’ah atau qira’at tujuh yang diriwayatkan mereka telah diakui
dan disepakati oleh para ulama dan benar-benar dari Rasulullah.[1]
B. Klasifikasi Qira’ah
Para ulama mengklasifikasikan qira’ah menjadi enam
macam, yaitu sebagai
berikut:
1)
Qira’ah Mutawatirah, yaitu qira’ah yang diriwayatkan
oleh banyak perawi yang tidak mungkin melakukan dusta hingga sampai rawi paling
atas (Rasulullah SAW). Qira’ah mutawatir wajib diterima dan dipakai untuk
membaca Al-Qur’an.
2)
Qira’ah Masyhurah, yaitu qira’ah yang sanadnya sahih,
tapi tidak mencapai derajat mutawatir, sesuai dengan kaidah bahasa Arab, dan
sesuai dengan salah satu rasm utsmani.
3)
Qira’ah Ahad, yaitu qira’ah yang sanadnya sahih, tapi
menyalahi salah satu rasm utsmani atau menyalahi kaidah bahasa Arab.
4)
Qira’ah Syadzdzah, yaitu qira’ah yang tidak sahih
sanadnya, walaupun sesuai dengan kaidah bahasa Arab dan rasm utsmani.
Adapun hukum qira’ah
syadzdzah adalah:
a.
Haram dipakai dan tidak sah shalat yang menggunakan
qira’ah ini, karena ia bukan termasuk bagian dari bacaan Al-Qur’an.
b.
Sebagian besar fuqaha, termasuk imam syafi’i,
berpendapat tidak boleh berhujjah dengan qira’ah syadzdzah, karena ia tidak termasuk model
bacaan al-qur’an. Sedangkan menurut madzhab hanafi dibolehkan, karena qira’ah syadzdzah
termasuk bagian dari tafsir.
c.
Berhujjah dalam masalah bahasa dibolehkan dengan
menggunakan qira’ah ini.
5)
Qira’ah Mudrajah,
yaitu kata atau kalimat yang ditambahkan atau diselipkan pada ayat
Al-Qur’an.
6)
Qira’ah Maudhu’ah, yaitu qira’ah yang tidak bersumber
dari Nabi, hanya merupakan buatan seseorang.
C. Imam Qira’ah Tujuh dan Sepuluh
1.
Imam Nafi
2.
Ibnu Katsir
3.
Abu Amr bin al-Ala
4.
Ibnu Amir ad-Dimasyqi
5.
‘Ashim bin Abi an-Nujud al-Kufi
6.
Hamzah bin Habib az-Zayyat
7.
Al-Kisa’i
8.
Abu Ja’far
9.
Ya’qub al-Hadhrami
10. Khallaf bin
Hisyam al-Bazzar[2]
D. Syarat Syahnya Qira’at
1)
Sanadnya sahih. Maksudnya suatu bacaan dianggap shahih
sanad-nya apabila bacaan itu diterima dari guru yang masyhur, tertib, tidak ada
cacat dan sanadnya bersambung hingga kepada Rasulullah.
2)
Sesuai dengan Rasm Utsmani. Maksudnya suatu qira’at
dianggap sah apabila sesuai dengan salah satu mushaf utsmani yang dikirimkan ke
berbagai wilayah islam, karena ia mencakup sab’ah ahruf.
3)
Sesuai dengan tata bahasa arab walaupun hanya sekedar
kemiripan pada satu segi.[3]
E. Sebab perbedaan para Qari’, yaitu antara lain:
1.
Perbedaan dalam I’rab atau harakat kalimat perubahan
makna dan bentuk kalimat.
2.
Perbedaan pada I’rab dan harakat (baris) kalimat
sehingga mengubah maknanya.
3.
Perbedaan pada perubahan huruf tanpa berubah I’rabnya
dan bentuk tulisannya.
4.
Perubahan pada kalimat dengan perubahan pada bentuk tulisannya, tertapi tanpa perubahan
maknanya.
5.
Perbedaan pada kalimat dimana bentuk dan maknanya
berubah pola.
6.
Perbedaan peda mendahulukan kata dan mengakhirkannya.
7.
Perbedaan dengan menambah atau mengurangi huruf.[4]
F. Qira’at yang Benar dan Salah
Kita dapat
mengetahui bahwa segala qira’at yang tidak diterima dengan jalan mutawatir,
tidak boleh dibaca didalam maupun diluar shalat dan tidak wajib dianggap
sebagai al-qur’an. Untuk membedakan mana qira’at yang diterima dari
qira’at-qira’at yang syadzdzah, para ulama telah menetapkan suatu dhabith bagi
qira’at-qira’at yang diterima yaitu yang mempunyai 3 syarat.
Perlu
ditegaskan bahwa belumlah seseorang dinamakan muqri, walaupun dia telah
mengahafal qira’at 10 atau qira’at 14, terkecuali kalau dia menerima
qira’at-qira’at itu dengan jalan sama-sama dan musyafahah.
Dari
keterangan yang ringkas ini dapatlah kita menggambarkan hakikat qira’at dan
dapatlah kita mengambil suatu fikrah yang umum yaitu memahami nash-nash
al-qur’an. Oleh karena Al-Qur’an diturunkan atas 7 huruf maka kita mempelajari
ketujuhnya, didalam segala qira’at yang mutawatir.
Pegangan
kita dalam hal ini mana yang paling shahih nukilan nya, bukan mana yang paling
sesuai dengan kaidah Arabiyah. Kita menjadikan Al-Qur’an sebagai hakim atas
kaidah-kaidah lughah dan kita tidak menjadikan lughah dan nahwu sebagai hakim
atas Al-Qur’an. Ulama-ulama nahwu mengambil kaidah-kaidah mereka dari Al-Qur’an
kemudian dari Al-Hadits dan dari tutur kata bangsa Arab.[5]
G. Hikmah Qiraa’at
Sudah dijelaskan pada bagian
sebelumnya bahwa qira’ah yang dapat diterima karena sudah memenuhi kualifikasi
qira’ah standar cukup beragam. Lalu apa hikmah keragamaan qira’ah yang dapat
diterima tersebut?
Menurut Manna’ Al-Qaththan, diantara
hikmahnya adalah sebagai berikut:
1.
Menunjukkan betapa terjaga dan terpeliharanya kitab
suci Al-Qur’andari perubahan dan penyimpangan sekalipun mempunyai sekian banyak
segi bacaaan yang berbeda-beda.
2.
Meringankan dan memudahkan umat islam untuk membaca
Al-Qur’an.
3.
Bukti mukjizat Al-Qur’andari aspek bahasa, karena
perbedaan qira’ah dapat menampung perbedaan makna tanpa harus mengulang
lafazhnya, seperti pada contoh membasuh kaki atau mengusap kaki pada waktu
wudh’ (Al-Maidah: 5-6). Perbedaan membaca Arjulakum (dengan fathah pada Lam),
dan membaca Arjulikum (kasrah pad Lam). Jika dibaca dengan fathah berarti
membasuh kaki karana di’athofkan kepada ‘aidiyakum, tetapi jika dibaca dengan
kasroh berarti mengusap kaki karena
di’athafkan dengan ruusikum.
4.
Penjelasan terhadap apa yang mungkin masih global pada
ayat lain. Misalanya kalimat yathurna pada surat Al-Baqarah ayat 222, dibaca
dalam qira’ah lain dengan yaththaharna.[6]
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Menurut bahasa, qira’at adalah bentuk jamak dari
qira’ah yang merupakan isim masdar dari qaraa, yang artinya bacaan. Ada
beberapa kata kunci dalam membicarakan qira’at yang harus diketahui. Kata kunci
tersebut adalah qira’at, riwayat dan tariqah. Qira’at sebenarnya telah muncul
sejak masa Nabi walaupun pada saat itu qira’at bukan merupakan sebuah disiplin
ilmu. Menurut catatan sejarah, timbulnya penyebaran qira’at dimulai pada masa
tabi’in, yaitu pada awal abad II H. Tatkala para qari telah tersebar di
berbagai pelosok. Mereka lebih suka mengemukakan qira’at gurunya dari pada
mengikuti qira’at imam-imam.
Perbedaan membaca atau pelafalan kitab suci tidak
sesuai dengan Al-Qur’an itu sendiri, karena perbedaan itulah timbul yang
namanya ilmu qira’at Al-Qur’an, tidak semua orang dapat membuat perbedaan
bacaan tersebut, dan ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi terlebih
dahulu.
B. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
dipertanggung jawabkan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritk dan saran yang membangun
dari berbagai pihak, khususnya Bapak M.Hufron, M.S.I selaku dosen mata kuliah
Ulumul Qur’an, serta bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semuanya, dan kita
dapat mengambil hikmah setelah membaca makalah ini. Aamiin.
DAFTAR
PUSTAKA
Anshori.
2013. Ulumul Qur’an: Kaidah-kaidah
Memahami Firman Tuhan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Ash-Shiddieqy,
Hasbi. 2014. Ilmu-ilmu Al-Qur’an: Ulum
Al-Qur’an. Semarang: PT . Pustaka Rizki Putra.
Ghufron,
Mohammad, Rahmawati. 20013. Ulumul Qur’an Praktis dan Mudah. Yogyakarta: Teras.
Ilyas,
Yunahar. 2017. Kuliah Ulumul Qur’an.
Yogyakarta: Itqan Publishing.
Marzuki
Kamaludin. 1994. Ulumul Qur’an. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya, 1994.
PROFIL PENULIS
1. Nama :
Nofa Auliyatul Faizah
2. Nim/Jurusan :
2318049/ PGMI
3. Tempat Tanggal Lahir :
Pekalongan, 20 Februari 2000
4. Alamat :
Ds.Galangpengampon, Kecamatan Wonopringgo
5. Nama Ayah :
Khumaidi
6. Nama Ibu :
Badriyah
7. Pendidikan :
a. TK Muslimat NU Galangpengampon 2006
b. MII Galangpengampon 2012
c. MTS Walisongo Kedungwuni 2015
d. MA YMI Wonopringgo 2018
e. IAIN Pekalongan (sekarang)
LAMPIRAN
[1]
Mohammad Ghufron, rahmawati, Ulumul
Qur’an:Praktis dan Mudah, (Yogyakarta: Teras, 2013), hlm. 51.
[2]
Anshori, Ulumul Qur’an: Kaidah-kaidah
Memahami Firman Tuhan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), hlm.
149-154.
[3]
Mohammad Ghufron, Rahmawati, Op.cit., hlm.56.
[4]
Kamaluddin Marzuki, Ulumul Qur’an,
(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1994 ), hlm. 110-112.
[5]
Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur’an
(Ulum Al-Qur’an), (Semarang: PT . Pustaka Rizki Putra, 2014), hlm. 132-136.
[6]
Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an,
(Yogyakarta: Itqan Publishing, 2017), hlm. 171.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar