Laman

new post

zzz

Jumat, 22 Maret 2019

UQ A 6B METODE TAFSIR / TA’WIL AL-QUR’AN DAN HERMENEUTIKA AL-QUR’AN


METODE TAFSIR / TA’WIL AL-QUR’AN DAN HERMENEUTIKA AL-QUR’AN
DIAN ZULHA RAHMAWATI
NIM. (2318050)
Kelas A

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2019




KATA PENGANTAR

Alhamdullilah Teriring rasa syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan inpirasi terhadap pembaca. Amin yaa robbal ‘alamin.

Pekalongan,   Maret  2019
Penulis



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL   ........................................................................................................     i
KATA PENGANTAR      ...................................................................................................    ii
DAFTAR ISI  .....................................................................................................................   iii
BAB I PENDAHULUAN  .................................................................................................    1
A.    Latar belakang         .................................................................................................    1
B.     Rumusan masalah       ..............................................................................................    1
C.     Ruang lingkup     .....................................................................................................    1
D.    Tujuan penulisan        ...............................................................................................    1
BAB II PEMBAHASAN    ................................................................................................    2
A.    Pengertian tafsir Bi al – Ma’Isur dan Tafsir bi al-Ra’yi        ...................................    2
B.     Pertemuan antara tafsir Bi Al Ma’Isur dan Bi Al – Ra’yi       .................................    2
C.     Kaidah – kaidah Tafsir     ........................................................................................    2
D.    Pengertian Ta’wil        ..............................................................................................    3
E.     Pengertian Hermeneutika Al Qur’an    ....................................................................    4
BAB III PENUTUP      .......................................................................................................    5
A.    Kesimpulan    ...........................................................................................................    5
B.     Saran   ......................................................................................................................    5
BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Pembuatan makalah ini dilatar belakangi oleh keingintahuan kami sebagai mahluk ciptaan tuhan yang diberi akal dan pikiran sehingga menurut kami untuk mencari tahu segala sesuatu yang telah diciptakannya. Dari sekian banyak penciptaan Allah SWT, salah satunya adalah adanya ilmu Tafsir, Tawi’l dan hermeneutika yang mempunyai arti masing-masing secara etimologi dan termonologi. Ilmu Tafsir danTawi’l memiliki banyak perbedaan menurut para ulama yang sedangkan Ilmu Tafsir danTawi’l hermeneutika selain memiliki perbedaan kedua ilmu ini juga memiliki persamaan dan menyusun makalah ini juga didasarkan akan tugas kelompok yang harus diselesaikan.

B.   Rumusan Masalah
Makalah tentang ilmu Tafsir, Tawi’l dan  hermeneutika ini mencakup beberapa masalah yaitu :
1.      Apa pengertian ilmu tafsir?
2.      Apa pengertian ilmu ilmu ta’wil?
3.      Apa itu hermeneutika Al-Qur’an?
C.     Ruang Lingkup
            1.      Menjelaskan tentang pengertian Ilmu Tafsir ?
            2.      Menjelaskan tentang pengertian Ilmu Ta’wil?
3.      Menjelaskan tentang pengertian ilmu Hermeneutika?
D.        Tujuan Penulisan
            1.      Untuk memenuhi tugas Kelompok?
2.      Untuk mengetahui ilmu Tafsir, Ta’wil dan Hermeneutika?






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Tafsir Bi al-Ma’tsur dan Tafsir bi al-Ra’yi
Istilah tafsir bi al-ma’tsur merupakan gabungan dari tiga buah kata; tafsir,bi,dan al-ma’tsur. Tafsir secara leksikal berarti mengungkap atau menyingkap. Bi secara leksikal berarti “dengan”. Al-ma’tsur berarti ungkapan yang dinukil khalaf dari salaf. Dengan demikian secara etimologis tafsir bi al-ma’tsur berarti menyingkap isi kandungan Al-Qur’an dengan penjelasan yang dinukil oleh khalaf dari salaf. Adapun secara terminologi tafsir bi al-ma’tsur adalah penafsiran al-Qur’an dengan al-Qur’an,atau hadist,atau pendapat sahabat,atau tabi’in.
Istilah tafsir bi al-ra’yi juga merupakan gabungan dari tiga buah kata yakni; tafsir, bi dan al-ra’yi. Secara sematik al-ra’yi berarti keyakin,pengaturan dan akal. Al-ra’yi juga identik dengan ijtihad. Berdasarkan pengertian sematik ini para pakar ilmu tafsir menyatakan bahwa yang dimaksud dengan tasfir dengan tasfir bi al-ra’yi adalah menyingkap isi kandungan al-Qur’an dengan ijtihad yang dilakukan oleh akal.[1]  
B.     Pertemuan Antara Tafsir Bi al-Ma;tsur dan Tafsir Bi al-Ra’yi
Bila yang menjadi menjadi ruh tafsir bi al-ma’tsur adalah istidlal,dan demikian pula dengan tafsir bi al-ra’yi al-mahmud,maka secara teoritis kedua macam tafsir tersebut telah menemukan titik temu. Artinya, tafsir bi al-ma’tsur sejauh yang berkaitan dengan isridlal identic dengan tafsir bi al-ra’yi al-mahmud. Demikian pula sebaliknya, tafsir bi al-ra’yi al-mahmud sejauh ia mendasarkan penafsirnya pada dalil-dalil yang berasal dari al-Qur’an dan riwayat maka ia identic dengan tafsir bi al-ma’tsur.

C.     Kaidah-Kaidah Tafsir
1.      Kaidah-kaidah Khas Tafsir
Sebelum tafsir bi al-mar’tsur menemukan konsep istidlal,penafsirannya bertumpu pada riwayat. Ini berarti kaidah pertama yang harus dipegang adalah bahwa untuk memperoleh penafsiran yang benar, maka riwayat yang dinukil pun harus benar cara untuk menentukan mana riwayat yang benar dan mana yang tidak telah dibahas secara teliti oleh ilmu hadist diyarah. Masalahmya isi kitab-kitab bi al-ma’tsur ternyata banyak dipenuhi oleh riwayat-riwayat yang tidak memenuhi kriteria ke-sa’ian. Menerapkan kriteria tersebut secara ketat berarti membuang sebagian besar isi kitab-kitab bi al-ma’tsur.
Untuk memecahkan masalah tersebut diperlukan standar yang lebih ringan dari apa yang telah ditetapkan oleh ilmu hadist dirayah, namun tetap dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu kaidahnya menurut Ibn Taymiyah yaitu riwayat israiliyat yang tidak ada manfaatnya tidak perlu diperbincangkan lebih jauh,kecuali bila ada hujjah yang mendukung.[2]
2.      Kaidah-kaidah Khas Tafsir Bi al-Ra’yi
                                                                                                 a.      Tafsir harus relevan dengan ayat yang ditafsirkan, tidak dikurang atau ditambah oleh penjelasan yang tidak proposional.
                                                                                                b.      Memilah dengan teliti kapan harus menafsirkan ungkapan suatu ayat secara hakiki dan kapan pula menafsirkannya secara majazi
                                                                                                 c.      Memperhatikan dengan sesama konteks kalimat dan jaringan kata-kata dari ayat-ayat al-Qur’an.
                                                                                                d.      Memperhatikan munasabah antara satu ayat al-Qur’an dengan ayat lainnya.
                                                                                                 e.      Memperhatikan asbab an-nuzul.
                                                                                                 f.      Membahas ayat-ayat al-Qur’an secara seksama mulai dari unit yang terkecil yaitu mufradat-nya, lalu tarkib-nya, lalu balagh-nya, lalu isi kandungannya dan terakhir kesimpulan yang dapat diambil dari ayat-ayat tersebut.
                                                                                                g.      Tidak berpendapat atau berkeyakinan bahwa dalam al-Qur’an ada pengulangan kata-kata atau ungkapan yang sia-sia.
                                                                                                h.      Mampu mentarjih berbagai pendapat yang berbeda sehimgga menjadi satu kesatuan yang harmonis.[3]

D.    Pengertian Ta’wil
Secara etimologi, menurut sebagian ulama, kata ta’wil memiliki makna yang sama dengan kata tafsir, yakni “menerangkan” dan “menjelaskan”. Ta’wil berasal dari kata “aul”. Kata tersebut dapat berarti: pertama, al-ruju (kembali,mengembalikan) yakni, mengembalikan makna pada proposi yang sesungguhnya, kedua, al-sharf (memalingkan) yakni memalingkan suatu lafal yang mempunyai sifat khusus dari makna lahir kepda makna batin lafal itu sendiri karena ada ketetapan atau kecocokan dan keserasian dengan maksud yang dituju. Ketiga, al-siyasah (menasihati).[4]
Secara terminologi para ulama juga berbeda-beda pendapat mengenai ta’wil, dapat dilihat dalam narasi berikut:
1.      Tafsir menurut ulama salaf mempunyai dua penegertian
a.       Menafsirkan kalimat dan menerangkan maknanya, baik sesuai dengan bentuk asli kalimat itu atau tidak. Tafsir dan ta’wil dalam pengertian ini sama dan searti.
b.      Keterangan yang dimuat dalam kalimat dan realisasinya. Maka ta’wilnya ialah perbuatan yang yang diperintahkan.
2.      Tafsir menurut istilah ulama khalaf dari para ahli fiqh, ahli kalam,ahli hadist,dan ahli tasawuf,diartikan sebagai memalingkan lafadz dari arti yang kuat ke arti yang tidak kuat, karena ada dalil yang melandasinya. Dua syarat yang harus dipenuhi oleh seorang muawwil yaitu, pertama harus menerangkan kemungkinan makna lain sebagaimana menerangka alasan atas pilihan makna yang dipilihnya. Kedua, menerangkan argumentasi yang membawa kepada pemalingan lafadz dan pentarjihan.[5]
E.     Pengertian Hermeneutika Al-Qur’an
Hermeneutika dalam konteks ke-islaman merupakan sekumpulan metode dan teori yang difokuskan pada problrm pemahaman sebuah teks, salah satunya adalah teks-teks Al-Qur’an. Dalam tradisi hermeneutika islam, terdapat tiga tren utama dalam teori hermeneutika terutama yang diterapkan terhadap pembaca al-Qur’an kontemporer. Pertama, teori yang berpusat pada pengarang (author), yaitu bahwa makna teks adalah yang dimaksudkan oleh pengarang. Dalam konteks al-Qur’an , yang paling banyak mengetahui maksud pengarang adalah Nabi Muhammad SAW, sahabat, tabi’in, dan para ulama berikutnya. Kedua teori yang berpusat pada teks, yakni bahwa makna suatu teks ada pada teks itu sendiri. Ketiga, teori yang berpusat pada penafsir atau pembaca (reader), yakni bahwa teks tergantung pada apa yang diterima dan didiproduksi oleh penafsirnya sehingga teks bisa biasfsirkan kea rah yang difungsikan oleh pembaca.[6]












BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pembahasan diatas kita tahu bahwa terdapat dua metode tafsir, yaitu tafsir bi al-ma’tsur merupakan gabungan dari tiga buah kata; tafsir,bi,dan al-ma’tsur dan tafsir bi al-ra’yi merupakan gabungan dari tiga buah kata yakni; tafsir, bi dan al-ra’yi. Secara sematik al-ra’yi berarti keyakin,pengaturan dan akal. Al-ra’yi juga identik dengan ijtihad. Berdasarkan pengertian sematik.
B.     Saran
Dalam penulisan makalah ini terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan, baik dari segi penulisan mapun dari segi penyusunankalimatnya dan dari segi isi masih banyak yang kurang. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kepada para pembaca maupun dosen pengampu agar memberikan masukan-masukan yang bersifat menmbangun
dan tidak mengandung unsur sara.




















DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,Mawardi.2011.Ulumul Qur’an.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Usman.2009.Ulumul Qur’an.Yogyakarta: Teras
Zayyadi,Ahmad.2017.Hermeneutika Al-Qur’an Kontemporer Nashr Hamid Abu Zaid.vol.2 No.1








[1] Mawardi Abdullah, ulumul qur’an,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar),hlm.154-155
[2] Mawardi Abdullah,ulumul qur’an,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar),hlm.160-161
[3] Ibid,hlm.162
[4] Usman,ulumul qur’an,(Yogyakarta:Teras),hlm.317
[5] Mawardi Abdullah,ulumul qur’an,(Yogyakarta: pustaka pelajar),hlm.144
[6] Ahmad Zayyadi,2017,”Pendekatan Hermeunatika Al-Qur’an Kontemporer Nashr Hamid Abu Zaid”,maghza,vol,2 No.1

3 komentar:

  1. AJOQQ menyediakan 8 permainan yang terdiri dari :
    Poker,Domino99 ,BandarQ,BandarPoker,Capsa,AduQ,Sakong,Bandar66 ( NEW GAME )
    Ayo segera bergabung bersama kami di AJOQQ :)
    Bonus : Rollingan 0.3% dan Referral 20% :)

    BalasHapus
  2. Do you understand there's a 12 word phrase you can say to your crush... that will induce intense feelings of love and instinctual attractiveness to you buried inside his heart?

    Because deep inside these 12 words is a "secret signal" that triggers a man's impulse to love, worship and guard you with all his heart...

    12 Words Will Trigger A Man's Love Impulse

    This impulse is so hardwired into a man's genetics that it will make him try better than ever before to build your relationship stronger.

    In fact, triggering this powerful impulse is so essential to having the best possible relationship with your man that as soon as you send your man a "Secret Signal"...

    ...You'll instantly find him open his soul and mind to you in a way he never experienced before and he will distinguish you as the one and only woman in the universe who has ever truly tempted him.

    BalasHapus