Laman

new post

zzz

Senin, 17 Oktober 2011

ilmu akhlak (4) Kelas H


MAKALAH
 HUBUNGAN HATI NURANI DENGAN KESADARAN MORAL,
MORALITAS DAN PERILAKU

Mata Kuliah                : Ilmu Akhlak
Dosen Pengampu        : Muhammad Ghufron, M.SI
Kelas                           : H


Kelompok IV


                                                      Disusun Oleh :
1.                              Ana Mazidah                    2021 111 341
2.                              Qonitatan Yuhanidz         2021 111 342
3.                              Desi Atinasikhah               2021 111 343
4.                              Banaina Zulfa                   2021 111 344




SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )
PEKALONGAN
 2011





BAB I
PENDAHULUAN

Manusia merupakan makhluk sosial, dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan manusia lain.  Dalam kehidupan sehari-hari pastilah manusia mempunyai adat istiadat, perilaku, dan norma-norma yang berlaku di lingkungannya masing-masing.  Dalam hal tersebut manusia dituntut untuk bisa mengendalikan kesadaran moral, moralitas, dan perilaku sesuai hati nurani agar dapat  tercipta lingkungan masyarakat yang  baik.
Dalam makalah ini kita akan menguraikan masalah hubungan hati nurani, kesadaran moral, moralitas, dan perilaku.























BAB II
PEMBAHASAN

A. Hati Nurani, , Kesadaran Moral, Moralitas Dan Perilaku

1. Hati Nurani
       Hati nurani adalah kekuatan untuk memerintah dan melarang. Manusia merasa bahwa di dalam jiwanya ada suatu kekuatan yang memperingatkan perbuatan buruk dan usaha mencegah dari perbuatan itu, bila ia tetap dalam perbuatannya dan mulai berbuat maka ia tidak senang waktu mengerjakan karena tidak tunduk kepada kekuatan itu. Sehingga bila ia telah menyelesaikan perbuatannya, mulailah kekuatan itu memarahinya atas perbuatan yang ia lakukan dan menyesal atas perbuatan itu. Demikian juga sebaliknya, apabila kekuatan itu memerintahkannya melakukan kewajiban dan melangsungkan perbuatannya dan bila telah selesai dia merasa gembira dan lapang dada.
    Seperti contoh pengalaman tentang hati nurani berikut :
Seorang hakim telah menjatuhkan vonis dalam suatu perkara pengadilan yang penting. Malam sebelumnya ia didatangi oleh wakil dari pihak terdakwa. Orang itu menawarkan sejumlah uang, bila si hakim bersedia memenangkan pihaknya. Hakim yakin bahwa terdakwa itu bersalah. Bahan bukti yang telah dikumpulkn dengan jelas menunjukkan hal itu. Tapi ia tergiur oleh uang begitu banyak, seihngga ia menerima tawaran tersebut. Ia telah memutuskan terdakwa tidak bersalah dan membebaskannya dari segala tuntutan hukum. Kejadian ini sangat menguntungkan untuk dia. Sekarang ia sanggup menyekolahkan anaknya sampai keluar negeri dan membli rumah yang sudah lama diidamkan oleh istrinya. Namun demikian, ia tidak bahagia. Dalam batinnya ia merasa gelisah. Ia malu terhadap dirinya sendiri. Bukan karena ia takut kejadian itu akan diketahui oleh atasannya. Prosedurnya begitu hati-hati dan teliti, sehingga kasus suap itu tidak akan pernah diketahui oleh orang lain. Namun kepasian ini tidak menghilangkan kegelisahannya. Baru kali ini ia menyerah kepada godaan semacam itu. Ia selalu merasa marah terhadap dirinya sendiri.[1]


 Dari contoh diatas dapat dikatakan apabila tidak mengikuti hati nurani berarti menghancurkan integritas pribadi dan menghianati martabat terdalam seseorang. Hati nurani berkaitan erat dengan kenyataan bahwa manusia mempunyai kesadaran.
Dalam diri kita, seolah-olah ada instansi yang menilai dari segi moral perbuatan-perbuatan yang kita lakukan. Hati nurani merupakan semacam “saksi” tentang perbuatan-perbuatan moral kita. Kenyataan itu diungkapkan baik melalui kata latin conscienta ( turut mengetahui ).
a)      Macam Hati Nurani
Hati nurani dibedakan atas dua macam :
1. Hati nurani retrospektif : memberikan penilaian tentang perbuatan-perbuatan yang telah berlangsung dimasa lampau. Hati nurani ini seakan-akan menoleh kebelakang dan menilai perbuatan-perbuatan yang sudah lewat. Ia menyatakan bahwa perbuatan yang telah dilakukan itu baik atau tidak baik.
2. Hati nurani prospektif : melihat kemasa depan dan menilai perbuatan- perbuatan kita yang akan dating. Hati nurani dalam arti ini mengajak kita untuk melakukan sesuatu atau mengatakan jangan dan melarang untuk melakukan sesuatu. 
b)      Sifat Hati Nurani
Hati nurani bersifat :
1. Personal : selalu berkaitan erat dengan pribadi bersangkutan
2. Adipersonal :hati nurani yang seolah-olah melebihi pribadi kita, seolah-olah merupakan instansi diatas kita.
       c).  Fungsi kekuatan hati nurani
1. Apabila kekuatan mengiringi suatu perbuatan, akan memberi petunjuk dan menakuti dari kemaksiatan.
2. Apabila kekuatan mengiringi suatu perbuatan, akan mendorongnya untuk menyempurnakan perbuatan yang baik dan menahan dari perbuatan yang buruk.
3. Apabila kekuatan menyusul setelah perbuatan, akan merasa gembira dan senang apabila melakukan perbuatan yang ditaati namun akan merasa sakit dan pedih waktu melanggar (perbuatan jelek)
3.                                                                        2. Kesadaran Moral
Adapun arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa Latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat  kebiasaan.[2]
Moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atau buruk.
Pengertian moral dalam buku The Advenced Leaner’s Dictionary Of Current English, dikemukakan beberapa pengertian moral sebagai berikut :
1.      Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk.
2.      Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah.
3.      Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.
Berdasarkan kutipan di atas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah.
Kesadaran moral merupakan factor penting untuk memungkinkan tindakan manusia selalu bermoral, berperilaku susila, tindakannya akan selalu sesuai dengan norma yang berlaku. Kesadaran moral didasarkan atas nilai-nilai yang benar-benar esensial, fundamental. Perilaku manusia yang berdasarkan kesadaran moral akan selalu direalisasikan sebagaimana yang seharusnya, kapan saja, dan dimana saja, bukan karena paksaan tetapi berdasarkan kesadaran moral itu sendiri.
            Unsur kesadaran moral :
a.  Von Magnis menyebut tiga unsur kesadaran moral
Ø  Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral itu ada dan terjadi disetiap hati sanubari manusia
Ø  Rasional, kesadaran moral dapat dikatakan rasional karena bersifat umum, terbuka bagi pembenaran dan penyangkalan
Ø  Kebebasan, atas dasar moralnya seseorang bebas untuk mentaatinya

b. Poedja Wijatna berpendapat bahwa kesadaran moral bertindak sebagai :
Ø  Index atau petunjuk
Memberi petunjuk tentang baik buruknya tindakan yang mungkin akan dilakukan seseorang
Ø  Iudex atau hakim
Sesudah tindakan dilakukan kata hati menentukan baik buruknya tindakan
Ø  Vindex atau penghukum
Jika ternyata tindakan itu buruk, maka dikatakan dengan tegas dan berulangkali “buruklah itu”
c. Prof. Notonagoro
Ø  Sebelum
Sebelum melakukan tindakan, kata hati sudah memutuskan satu diantara 4 hal: memerintah, melarang, menganjurkan, dan atau membiarkan.

Ø  Sesudah
Sesudah melakukan tindakan, bila bermoral diberi penghargaan, bila tidak bermoral dicela atau dihukum.

2. Moralitas
         Moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia. System nilai ini terkandung dalam ajaranberbentuk petuah-petuah, nasihat, wejangan, peraturan, perintah dan semacamnya yang diwariskan secara turun-temurun melalui agama, atau kebudayaan tertentu tentang bagaimana manusia harus hidup secara baik. Moralitas adalah tradisi kepercayaan, dalam agama atau kebudayaan, tentang perilaku yang baik dan buru. Moralitas memberi manusia aturan atau petunjuk kenkret tentang bagaimana ia harus hidup, bagaimana ia harus bertindak dalam hidup ini sebagai manusia yang baik, dan bagaimana menghindari perilaku-perilaku yang tidak baik.[3]


4.. Perilaku
Perilaku adalah merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya.
Perilaku mempunyai beberapa dimensi:
       1. Fisik, dapat diamati, digambarkan dan dicatat baik frekuensi, durasi dan         intensitasnya
2.  Ruang, suatu perilaku mempunyai dampak kepada lingkungan (fisik maupun sosial) dimana  perilaku itu  terjadi,
  3. Waktu, suatu  perilaku mempunyai  kaitan dengan   masa lampau maupun                        masa yang akan datang.
Perilaku diatur oleh prinsip dasar perilaku yang menjelaskan bahwa ada hubungan antara perilaku manusia dengan peristiwa lingkungan. Perubahan perilaku dapat diciptakan dengan merubah peristiwa didalam lingkungan yang menyebabkan perilaku tersebut
Perilaku dapat bersifat overt ataupun covert :
            1.  Overt artinya nampak (dapat diamati dan dicatat)
            2. Covert artinya tersembunyi (hanya dapat dan diamati oleh orang yang                                melakukannya)
Fokus pengubahan perilaku kepada perilaku yang dapat diamati (perilaku overt).

 Pengertian Pengubahan Perilaku
Pengubahan perilaku adalah suatu bidang psikologi yang berkaitan dengan analisa dan pengubahan perilaku manusia.
            1). Analisa artinya mengidentifikasi hubungan fungsional antara lingkungan           dengan perilaku tertentu untuk memahami alasan suatu perilaku terjadi.
2). Pengubahan berarti mengembangkan dan mengimplementasikan prosedur  pengubahan  perilaku untuk membantu orang merubah perilakunya (merubah peristiwa-peristiwa lingkungan yang  mempengaruhi perilaku).
       3). Pengubahan perilaku adalah penerapan yang terencana dan sistematis dari          prinsip belajar yang telah ditetapkan untuk mengubah perilaku mal adaptif .



B. Hubungan Hati Nurani Dengan Kesadaran Moral, Moralitas Dan Perilaku
            Pada uraian diatas telah disinggung bahwa suatu perilaku baru dapat dikategorikan sebagai perbuatan akhlak, apabila perbuatan tersebut dilakukan atas kemauan sendiri, bukan paksaan dan bukan pula dibuat-buat dan dilakukan dengan tulus ikhlas. Untuk mewujudkan perilaku akhlak yang ciri-cirinya demikian baru bisa terjadi apabila orang yang melakukannya memiliki kebebasan atau kehendak yang timbul dari dalam dirinya sendiri, tetapi perilaku tersebut harus sesuai dengan kesadaran moral. Perbuatan yang seperti inilah yang dapat dimintakan pertanggungjawabnya dari orang yang melakukannya disinilah hubungan antara hati nurani dengan moralitas dan perilaku.

























BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

            Sesungguhnya yang mendorongkan manusia menunaikan kewajiban dan merapikan perbuatan/pekerjaan mereka. Dialah yang merapikan apa yang mereka kerjakan. Karenanya bila suatu bangsa hilang hati nuraninya akan hilanglah kebahagiannya, bahkan lenyaplah hidupnya.
            Hati nurani merupakan factor utama dalam menentukan moral dan perilaku manusia. Karena manusia dalam melakukan setiap tindakan nya pastilah berdasarkan keinginan hatinya (suara hati). Apabila hati nurani manusia telah dibutakan oleh sesuatu maka berantakanlah hal yang diperbuatnya. Jadi hati nurani sangat berhubungan dengan kesadaran moral, moralitas dan perilaku.













DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ahmad. 1991. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang.

Bertens, K. 1999. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Nata, Abuddin. 2006. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Salam, Burhanudin. 1997 .Etika Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

www.google.com

Zubair, Achmad Charris. 1987. Kuliah Etika. Jakarta: Rajawali.








[1] K. Bertens, Etika,( Jakarta:Gramedia Pustaka Utama 1999), hlm 50
[2] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, ( Jakarta:Raja Gravindo Persada, 2006), hlm 92
[3] Burhanudin Salam, Etika Social:Asas Moral Dalam Kehidupan Manusia, ( Jakarta:Rineka Cipta, 1997) hlm 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar