Laman

new post

zzz

Jumat, 14 Oktober 2011

Psikologi Agama (4) Kelas A

Analisis psikologi agama
 
Disusun untuk memenuhi tugas:
Mata Kuliah: Psikologi Agama
Dosen Pengampu: Muhammad Ghufron Dimyati, M. SI.
 
 
Disusun Oleh:
1.      Lia Khafidoh         (2022110010)
2.      Rima Asofa           (2022110012)
3.      Ni’matul Labibah  (2022110012)
 
Kelas A
 
JURUSAN TARBIYAH PBA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
TAHUN  2011
 
BAB I
PENDAHULUAN
            Psikologi agama merupakan cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dangan perkembanga usia masing-masing. Disamping itu psikologi agama juga meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari seberapa besar pengaruh keyakinan agama itu. Dalam pembahasan kali ini kami akan membahas tentang analisis psikologi agama, yang meliputi :
a. Definisi analisis psikologi agama.
b. Tahap analisis terhadap psikologi agama.
c. Perilaku penganut beragama terhadap ajaran agama.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB II
PEMBAHASAN
 
1. Definisi Analisis Psikologi Agama
            Psikologi secara umum dapat didefinisikan sebagai disiplin ilmu yang berfokus pada perilaku dan berbagai proses mental serta bagaimana perilaku dan berbagai proses mental ini dipengaruhi oleh kondisi mental organisme, dan lingkungan eksternal.[1]
            Agama : Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus diptuhi.[2]
Dengan demikian, psikologi agama merupakan cabang dari psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh kenyakinan terhadap agama yang dianutnya.
            Analisis didalam kamus besar bahasa indonesia adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yg sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb).[3]
            Jadi, analisis psikologi agama merupakan penelitian yang meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh kenyakinan terhadap agama yang dianutnya.
 
 
 
2. Tahap Analisis Terhadap Psikologi Agama
            Sebagai disiplin ilmu yang otonom, maka psikologi agama juga memiliki metode penelitian ilmiah. Kajian yang  dilakukan  dengan mempelajari  fakta-fakta berdasarkan data yang terkumpul dan dianalisis secara obyektif. Karena agama menyangkut masalah yang berkaitan dengan kehidupan batin yang sangat mendalam, maka masalah agama sulit untuk diteliti secara seksama, terlepas dari pengaruh-pengaruh subyektivitas. Namun demikian, agar penelitian mengenai agama dapat dilakukan lebih netral, dalam arti tidak memihak kepada suatu kenyakinan atau menentangnya maka diperlukan adanya sikap obyektif. Dalam penelitian psikologi agama perlu diperhatikan antara lain :
      a. Memiliki kemampuan dalam meneliti kehidupan dan kesadaran batin                       manusia.
      b.Memiliki kenyakinan bahwa segala bentuk pengalaman dapat       dibuktikan secara empiris.
            d.Tidak mencampuradukan antara fakta dan angan-angan atau perkiraan     khayali.
            e. Mengenal baik masalah-masalah psikologi dan metodenya.
      f. Memiliki konsep mengenai agama serta mengetahui metodologinya.
      g. Menyadari tentang adanya perbedaan antara ilmu dan agama.
      h. Mampu menggunakan alat-alat mpenelitian yang digunakan dalam          penelitian ilmiah.
      Dengan berpedoman kepada petunjuk-petunjuk seperti yang dikemukakan di atas, diharapkan para peneliti dalam mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data akan bersikap lebih objektif,karena dalam meneliti seorang peneliti harus memiliki sikap objektif yang baik. Dengan demikian, hasil yang diperoleh tidak akan menyimpang dari tujuan semula.   
      Dalam meneliti  ilmu jiwa agama menggunakan sejumlah metode, yang antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.      Dokumen Pribadi(Porsenal Document)
      Metode ini digunakan untuk mempelajari tentang bagaimana pengalaman dan kehidupan batin seseorang dalam hubungannya dengan agamanya. Untuk memperoleh informasi mengenai hal tersebut maka cara yang akan ditempuh adalah mengumpulkan dokumen pribadi orang seorang. Dokumen tersebut mungkin berupa autobiografi, biografi , tulisan ataupun catatan-catatan yang dibuatnya.
      Dalam penerapannya, metode pribadi ini dilakukan dengan berbagai cara atau teknik-teknik tertentu. Diantara yang banyak digunakan adalah :
      a. Teknik Nomotatik
Nomotatik yang digunakan dalam study tentang kepribadian adalah mengukur perangkat sifat seperti kejujuran, ketekunan, dan kepasrahan sejumlah individu dalam suatu kelompok.
      b.Teknik Analisis Nilai (Value Analisis)
Teknik ini digunakan dengan dukungan analisis statistik. Teknik statistik digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa ada sejumlah pengalaman keagamaan yang dapat dibahas dengan menggunakan bantuan ilmu eksakta, terutama dalam mencari hubungan antara sejumlah variabel.
      c. Teknik Idiography
Teknik ini juga merupakan pendekatan psikologis yang digunakan untuk memahami sifat-sifat dasar (tabiat) manusia . Teknik ini banyak digunakan oleh Gordon Allort dalam menelitinya.
      d. Teknik Penilaian terhadap sikap (Evaluation Attitudes Technique)
Teknik ini digunakan dalam penelitian terhadap biografi, tulisan atau dokumen yang ada hubungannya dengan individu yang akan diteliti.[4]
 
3. Perilaku-Perilaku Pada Penganut Agama Terhadap Pengaruh Ajaran Agama
      Sikap keberagaman orang dewasa memiliki perspektiif  yang luas didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya. Selain itu, sikap keberagamaan ini umumnya juga dilandasioleh pendalaman pengertian dan perluasan pemahaman tentang ajaran  agama yang dianutnya. Beragama, bagi orang dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan.
            Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, maka sikap keberagamaan orang dewasa antara lain memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Ø  Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang, bukan sekedar ikut-ikutan.
Ø  Cenderung bersifat realis, sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tlngkah laku.
Ø  Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-nrma agama,dan berusaha untuk mempellajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.
Ø  Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.
Ø  Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.
Ø  Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran,juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani.
Ø  Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-masing.
Ø  Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan kehidupan sosial.[5]
     Kehidupan keagamaan pada usia lanjut menurut hasil penelitian psikologi agama ternyata meningkat. M. Argyle mengutip sejumlah penelitian yang dilakukan oleh Cavan yang mempelajari 1.200 orang sampel berusia antara 60-100 tahun. Temuan menunjukan secara jelas  kecenderungn untuk menerima pendapat keagamaan yang semakin meningkat pada umur-umur ini. Sedangkan, pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat baru muncul sampai 100 persen setelah usia 90 tahun (Robert H. Thouless,1992: 108).[6]
      Menganalisis hasil penelitian M. Argyle dan Elie A. Cohen, Robert H. Thouless cenderung berkesimpulan bahwa yang menentukan  berbagai sikap keagamaan di umur tua diantaranya adalah depersonalisasi. Kecenderungan hilangnya identifikasi diri dengan tubuh dan juga cepatnya akan datang kematian merupakan salah satu faktor yang menentukan sebagai sikap keagamaan di usia lanjut (Robert H. Thouless, 1992:117).
      Berbagai latar belakang yang menjadi penyebab kecenderungan sikap keagamaan pada manusia usia lanjut, seperti yang dikemukakan di atas bagaimanapun turut memberi gambaran tentang cici-ciri keberagamaan mereka. Secara garis besarnya ciri-ciri keberagamaan di usia lanjut adalah ;
1. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan.
2. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.
3. Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara lebih sungguh-sungguh.
4. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesama manusia, serta sifat-sifat luhur.
5. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan pertambahan usia lanjutnya.
6. Perasaan takut kepada kematian yang berdampak pada peningkatan pembentukan sikap keagamaan dan kepercayaaan terhadap adanya kehidupan abadi.[7]             
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB III
 PENUTUP
 
            Dari materi yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa analisis psikologi agama merupakan penelitian yang meneliti dan mempelajari jiwa manusia yang berhubungan dengan perilaku-perilaku penganut agama terhadap ajaran agama.
            Dalam menganalisis psikologi agama dapat dilakukan dengan dokumen pribadi yang penerapannya dapat dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu teknik nomotatik, teknik analisis nilai, teknik ideography dan teknik penilain terhadap sikap.
            Demikianlah makalah yang kami buat, dan kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfat bagi kita semua. Terima kasih. 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
DAFTAR PUSTAKA
Carole wade dan Carol travis. Psikologi jilid 1. Jakarta: Erlangga. 2007.
 
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2003.
 
Jalaluddin, Psikologi agama edisi revisi, Jakarta: PT. Raja Grafindo                              Persada,2010.
 
http://kamusbahasaindonesia.org. diakses


[1] Carole wade dan Carol travis. Psikologi jilid 1. ( Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.2007) .hlm.3
[2]  Jalaludin. Psikologi Agama.( Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.2003) hlm.12.
[3]  http://kamusbahasaindonesia.org. Diakses dada tanggal 13 Oktober 2011
 
[4] Jalaluddin, Psikologi Agama edisi revisi.( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.2010 ). Hlm.36-40
[5]  Ibid. Hlm.108-109
[6]  Ibid. Hlm. 111.
[7]  Ibid. Hlm. 113-114

Tidak ada komentar:

Posting Komentar