Laman

new post

zzz

Rabu, 22 Februari 2012

Kelas D makalah 2 : MASJID SEBAGAI PUSAT ILMU PENGETAHUAN


MAKALAH
HADITS MASJID SEBAGAI PUSAT
 ILMU PENGETAHUAN


Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliyah : Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu : Muhammad Hufron, M.S.I







Disusun Oleh :
Nama : Zulfa Nurfitriana
Nim : 2021110148
Kelas : D


JURUSAN TARBIYAH (PAI)
 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN TAHUN 2012
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai umat Islam, kita semua yakin bahawa masjid merupakan rumah Allah serta tempat beribadat yang paling mulia, dan merupakan satu syiar yang melambangkan wujudnya masyarakat Islam dan perpaduan ummah. Justru itu kita semua seharusnya menghayati fungsi serta peranan masjid salah satunya yaitu masjid sebagai pusat ilmu pengetahuan. Tingginya kemuliaan masjid dapat digambarkan daripada tindakan Rasulullah SAW itu sendiri. Maka dimakalah ini akan membahas tentang peranan masjid sebagai pusat ilmu pengetahuan.



















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Masjid Pusat Ilmu Pengetahuan
سَمِعْتُ أَبِي بُرَيْدَةَ يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُنَا إِذْ جَاءَ الْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ عَلَيْهِمَا قَمِيصَانِ أَحْمَرَانِ يَمْشِيَانِ وَيَعْثُرَانِ فَنَزَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْمِنْبَرِ فَحَمَلَهُمَا وَوَضَعَهُمَا بَيْنَ يَدَيْهِ ثُمَّ قَالَ صَدَقَ اللَّه{ إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ }فَنَظَرْتُ إِلَى هَذَيْنِ الصَّبِيَّيْنِ يَمْشِيَانِ وَيَعْثُرَانِ فَلَمْ أَصْبِرْ حَتَّى قَطَعْتُ حَدِيثِي وَرَفَعْتُهُمَا قَالَ أَبُو عِيسَ  هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ إِنَّمَا نَعْرِفُهُ مِنْ حَدِيثِ الحسين بْنِ وَاقِدٍ[1]

B.     Terjemahan
Abi buroidah berkata : Bahwasannya Rosulullah SAW. berkhutbah kepada kita ketika datang hasan dan husen, keduanya memakai baju gamis berwarna merah, keduanya berjalan dan keduanya jatuh maka Rasulullah turun dari mimbar maka beliau mengangkat mereka (Hasan dan Husen) dan menggendong diantara kedua tangannya, kemudian bersabda “maha benar Allah, sesungguhnya harta kalian dan anak kalian adalah fitnah”
Maka saya melihat kedua anak kecil ini (Hasan dan Husen) keduanya berjalan dan jatuh, kemudian saya tidak sabar (Nabi) sehingga saya memotong perkataan saya dan mengangkat keduanya.

C.     Mufrodat
أَبِي بُرَيْدَةَ يَقُولُ                                                                                 ( Abi Buraidah berkata )
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُنَا          (Rasulllah SAW berkhutbah kepada kami)
إِذْ جَاءَ الْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ                                               (Ketika Datang Hasan dan Husain)
عَلَيْهِمَا                                                                                                        (keduanya)
قَمِيصَانِ أَحْمَرَانِ                                                                    (memakai gamis merah)
يَمْشِيَانِ وَيَعْثُرَانِ                                            (mereka berjalan dan kemudian terjatuh)
فَنَزَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ                                          (maka Rasulullah SAW turun)
مِنْ الْمِنْبَرِ                                                                                                     (dari mimbar)
فَحَمَلَهُمَا وَوَضَعَهُمَا                                         (mengangkat mereka dan menggendong)
بَيْنَ يَدَيْهِ                                                                                (diantara kedua tangan beliau)
قَالَ صَدَقَ اللَّه                                                           (maka Beliau bersabda Maha Benar Allah)
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ   (sesungguhnya harta dan anakmu adalah fitnah)           
فَنَظَرْتُ إِلَى هَذَيْنِ الصَّبِيَّيْنِ                    (maka aku melihat oada kedua anak kecil ini)
يَمْشِيَانِ وَيَعْثُرَانِ                                                        (mereka berjalan dan terjatuh)
فَلَمْ أَصْبِرْ حَتَّى قَطَعْتُ حَدِيثِي       (maka aku tidak sabar hingga aku memotong khutbahku)
وَرَفَعْتُهُمَا                                                                             (dan mengankat mereka)


D.    Biografi Buraidah
Buraidah atau yang lebih dikenal dengan Buraidah bin Hashib Al-Aslamy. Nama Aslinya adalah Amar bin Hashib Al-Aslamy. Ia berasal dari Bani Aslamy. Buraidah adalah nama laqab (panggilan)[2].
Ia menetap di daerah Bashrah. Beliau meriwayatkan hadits kepada Abdullah bin maula serta kedua anaknya yaitu Sulaiman bin Buraidah dan Abdullah. Pada beberapa riwayat beliau disebut Abi Buraidah karena dirwayatkan oleh anaknya sendiri baik Abdullah maupun Sulaiman[3].Beliau masuk islam pada saat sebelum terjadinya perang Badar. Beliau Wafat 63 H.[4]

E.     Keterangan Hadits


قَوْلُهُ : ( سَمِعْت أَبِي ) أَيْ سَمِعْت وَالِدِي( بُرَيْدَةَ ) بَدَلٌ مِنْ مَا قَبْلَهُ (وَيَعْثُرَانِ) أَيْ كَبَا اِنْتَهَى وَالْمَعْنَى أَنَّهُمَا يَسْقُطَانِ عَلَى الْأَرْضِ لِصِغَرِهِمَا وَقِلَّةِ قُوَّتِهِمَا(صَدَقَ اللَّهُ ) أَيْ فِيقَوْلِهِ : " )إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ("أَيْ اِخْتِبَارٌ وَابْتِلَاءٌ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى لِخَلْقِهِ لِيَعْلَمَ مَنْ يُطِيعُهُ مِمَّنْ يَعْصِيهِ") فَلَمْ أَصْبِرْ("أَيْ عَنْهُمَا
لِتَأْثِيرِ الرَّحْمَةِ وَالرِّقَّةِ فِي قَلْبِي" )حَتَّى قَطَعْت حَدِيثِي("أَيْ كَلَامِي فِي الْخُطْبَةِ .

Dan keduanya terjatuh (Hasan dan Husein) ketanah karena mereka masih kecil dan  fisiknya masih lemah, sesungguhnya harta dan anak-anak itu fitnah, yang merupakan ujian dan bencana dari Allah bagi mahluknya untuk mengetahui siapa yang taat dan siapa yang ingkar. Maka saya tidak sabar, untuk menunjukkan kasih sayang kepada keduanya, sehingga saya memotongkan (perkataan disaat khutbah).[5]



F.      Aspek-aspek Tarbawi
Masjid dapat diaanggap sebagai lembaga ilmu pengetahuan yang tertua dalam islam, pembangunannya telah dimulai semenjak zaman Nabi dan tersebar ke seluruh negeri Arab bersamaan dengan menyebarnya Islam diberbagai pelosok negeri tersebut, di masjid inilah dimulai mengajarkan Al-Qur’an dan dasar-dasar agama Islam pada masa Rosulullah SAW. di samping tugasya yang utama sebagai tempat untuk menunaikan ibadah. Masjid merupakan tempat yang utama untuk mempelajari ilmu agama dan ilmu lainnya. Zaman Rosulullah SAW dan seterusnya dizaman para sahabat dan tabi’in masjid telah menjadi pusat pengembangan ilmu-ilmu islam kepada seluruh umat. Bermula dari Madinah dan selanjutnya ke Andalusia, masjid-masjid di kota-kota tersebut telah berkembang sebagai pusat-pusat pengajian sehingga menjadi universitas yang terbilang diwaktu itu dan kini menjadi Universitas Al Azhar di Mesir yang masih terus menjadi tumpuan umat islam diseluruh dunia.
Masuk ke masjid untuk belajar, seperti halnya kita akan melakukan ibadah, maksudnya bahwa setiap orang berhak untuk mendengar pelajaran yang diberikan disitu, siapapun orang itu, selama ia mempunyai keinginan untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mempunyai kemampuan untuk memahaminya. Belajar dissitu tidak terikat dengan umur, jenis kelamin, atau keahlian.
Namun seseorang yang belajar disana terbagi menjadi 2 yaitu :
1.      Murid yang terdaftar untuk belajar disitu, mereka ini belajar disana unutk beberapa tahun lamanya, sejak dari pagi dan belajar sepanjang hari disana.
2.      Pelajar-pelajar pendengar yang tidak terdaftar. Mereka pergi kesana untuk mendengar beberapa mata pelajaran, seperti mendengar ceramah-ceramah umum tanpa terikat kurikulum pelajaran.
Tempat belajar di dalam masjid guru dapat memilih salah satu tempat dalam ruang masjid disana belajar sambil duduk dan dikelilingi oleh pelajarnya yang duduk di tikar atau lantai.[6] 




BAB III
PENUTUP
Sebuah masjid itu banyak sekali fungsinya, salah satunya yaitu masjid sebagipusat ilmu pengetahuan. Fungsi masjid ini sudah ada atau sudah terbangun sejak zaman Rosulullah. Dalam pelajaran yang diajarkan mula-mula yaitu tentang bacaan Al-qur’an dan dasar-dasar agama islam.
Belajar disebuah masjid seperti halnya kita melaksanakan solat/sembahyang, karena setiap orang berhak untuk mendengar pelajaran-pelajaran yang diajarkan. Tanpa memandang dia itu siapa.















DAFTAR PUSTAKA
Fahmi, Asma Hasan. Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Sunan Tirmidzi Juz 12
Tahdzibul Kamal Juz 35

Al-Jahra wa Ta’dil Juz 2

Taqribut Tahdzib Juz 1

Tuhfatul Akhwadzy Juz 9



[1] Sunan Tirmidzi Juz 12 Hal.244
[2] Tahdzibul Kamal Juz 35 hal.37
[3] Al-Jahra wa Ta’dil Juz 2 hal.424
[4] Taqribut Tahdzib Juz 1 Hal.124
[5] Tuhfatul Akhwadzy Juz 9 hal.191
[6] DR.Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam , (Jakarta:Bulan Bintang) Hal.33-37

10 komentar:

  1. NAMA : SUCI WIDIATMI
    NIM : 2021110187
    KELAS : D
    apa maksud dari Rasulullah turun dari mimbar maka beliau mengangkat mereka (Hasan dan Husen) dan menggendong diantara kedua tangannya, kemudian bersabda “maha benar Allah, sesungguhnya harta kalian dan anak kalian adalah fitnah”...??

    BalasHapus
  2. Nama : Selly Monika
    NIM : 2021110179
    Kelas : D

    Pertanyaan:
    Masjid merupakan tempat yang utama untuk mempelajari ilmu agama dan ilmu lainnya. Mohon disebutkan macam-macam ilmu lainnya itu seperti apa?

    BalasHapus
  3. Nama: Atiyatul Islah
    Nim : 202110152
    Kelas : D
    Pertanyaan :
    Mengapa dikatakan masjid sebagai ilmu pengetahuan, padahal ilmu bisa didapat dimana saja?

    BalasHapus
  4. bismillah...
    jwaban untuk suci W: itu merupakan perilaku nabi dimana beliau mempunyai sifat sayang dan iba, karena disaat khutbah beliau lebih baik menghentikan khutbah itu dan menolong hasan dan husen yang jatuh,kemudian beliau menggendongnya, dan maksud dari harta dan anak itu fitnah merupakan cobaan dan ujian dari Allah kpada mahluknya supaya manusia mengetahui watak orang yang bermaksiat kpda Allah.

    jawaban untuk selli M: kita tahu bahwa ilmu itu bemacam-macam,tidak hanya agama saja bisa ilmu tentang kesopanan, dan moral, karena dimasa rosul itu tempat beljar hanya masih di masjid, jadi disana bisa diberi ilmu tentang sopan santun untuk menciptakan kepribadian yang baik.

    BalasHapus
  5. jawaban untuk Atiyatul I: Memang benar menuntut ilmu itu bisa dilakukan dimanapun tempatnya, tapi dikatakan masjid sebagai ilmu pengetahuan itu karena awal mula tempat belajar dimasa Rosul itu adalah di sebuah masjid dan dimasjid inilah awal mula untuk mempelajari Al-Qur'an. Dan samapi sekarangpun masjid masih digunakan sebagai tempat untuk menerima sebuah pengetahuan agama maupun yang lainnya.

    BalasHapus
  6. Nama : Dewi sofiana
    Nim : 2021101
    Kelas : D
    pertanyaan : kita tau bahwa masjid adalah tempat ilpeng, Bagaimana dengan seorang wanita yang haid, apabila dia belajar didalam masjid?setahu saya wanita yang haid itu tidak boleh masuk masjid, sedangkan mencari ilmu itu hukumnya wajib, bagaimana unutk menyikapi hal tersebut?

    BalasHapus
  7. NAMA : ASMAUL FAUZIAH
    NIM : 2021110165
    KELAS: D

    di makalah dijelaskan bahwa guru dapat memlih salah satu tempat dalam ruang masjid,yg saya mau tanyakan adakah ruang khusus yag dipilih rasulullah untuk mengajarkan al qur'an dan dasar dasar agama islam?

    BalasHapus
  8. NAMA : NISA`UL MUSLIMAH
    KELAS : D
    NIM : 2021110151
    Pada zaman sekarang kita banyak menemukan banyak masjid yang dekat sekali dengan masjid yang lain,sedangkan kita berada diantara keduanya.Bagaimana cara kita meramaikan masjid?apa lagi kita yang sangat dibutuhkan mereka...??? gmna pndapat anda..??

    BalasHapus
  9. Nama : Amanullah Jaya Wardana
    NIM : 2021110162
    Kelas : D

    Pertanyaan
    Mengapa masjid pada zaman sekarang malah sepi dan hanya menjadi tempat ibadah saja tidak seperti zaman Nabi, hal ini bertolah belakang dngan kondisi makam-makam yang dikatakan "KERAMAT" yang justru ramai, padahal yang dilakukan di sana hanya ibadah monoton?

    BalasHapus
  10. 1. Asmaul F: Dalam masjid ini adalah tempatuntuk beribadah dan menurut saya pada zaman Rosulullah itu sama. Dan beliau disaat mengajarkan ilmu beliau juga memilih tempat di mana dalam masjid itu untuk melakukan kegiatan tersebut, di mana tempat yang digunakan merupakan tempat yang sekiranya nyaman untuk dilakukan kegiatan tersebut.
    2. Nisa'ul M.: Menurut saya sendiri, sebaiknya kita mengatur jadwal diantara masjid tersebut. Seandainya hari ini di masjid A kemudian besok di masjid B, pada dasarnya disekitar kita bukan hanya kita saja yang bisa memimpin untuk meramaikan masjid tersebut.
    3. Dewi S.: Memang benar, wanita yang haid itu tidak boleh masuk masjid jika wanita tersebut ragu-ragu jika darah haid itu menetes kelantai masjid. Tapi, jika wanita itu yakin bisa menjaga dan tidak akan menetes, berarti apabila ingin belajar di dalam masjid itu tidak apa-apa.
    4. Amanullah: Mungkin itu tergantung pada lingkungan kita sendiri saja, karena di lingkungan kita tidak ada ikatan- ikatan remaja ataupun organisasi. Jadi, sebuah masjid itu hanya digunakan untuk ibadah shalat. Mendatangi makam atau ziarah itu memang tradisi dari zaman Rosul. Dan sekarangpun masih juga dilakukan karena itu merupakan tradisi dari Madzhab syafi'i yang berpaham ASWAJA.

    BalasHapus