MAKALAH
“As-Sunnah Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan”
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Hadist Tarbawi II
Disusun Oleh:
Kelas “F”
Khoirotunnisa’ Alina 202 111 0253
Dosen Pengampu : Ghufron Dimyati, M. Si
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Kita telah mengetahui bersama bahwa sumber hukum tertinggi dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Hadits. Yang mana telah kita ketahui bersama didalam keduanya terdapat hukum-hukum yang relevan dalam kehidupan kita bermasyarakat, beragama dan menjalani kehidupan kita sebagai khalifah di muka bumi ini. Sejarah yang terkandung dalam keduanya memberi kita contoh dalam bermasyarakat untuk meneladaninya, dalam segi beragama kita dituntut untuk bisa mengungkap isinya agar ibadah kita didunia ini tidak sia-sia dan hanya berupa formalitas semata. Sedangkan dalam mengerjakan tugas hidup kita sebagi khalifah, al-quran dan sunnah punya ilmu yang sangat melimpah dari ilustrasi dasar lampu, dan banyak lagi.
Semua muslimin sepakat bahwa sumber hukum pertama yang tertinggi adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya, yang disebut Al-Quran. Sumber hukum peringkat selanjutnya adalah kejelasan yang tersurat maupun yang tersirat dari kehidupan Rasul Allah disebut As-Sunnah.
Sunnah Nabi bagaikan samudra luas nan dalam, penuh dengan permata, barang berharga dan kekayaan lainnya, yang kesemuanya tidak dapat ditemukan kecuali oleh orang yang pandai menyelami kedalamannya, tidak cuma berhenti termenung di pinggir laut atau berenang di tepiannya saja.
Sunnah mengandung kata-kata mutiara yang indah, permata hikmah, pengetahuan yang indah, arahan yang menawan dan sumber-sunber kecerdasan yang tidak akan dapat ditemukan semuanya dalam warisan tokoh filosof kondang sekalipun.
Adalah kenyataan bahwa di kalangan kaum muslimin sunnah telah masyhur sebagai sumber kedua tasyri' setelah Al-Quran, dan ini benar adanya. Namun studi yang ini telah mencoba melihat sunnah dari sisi lain, dan studi ini menegaskan bahwa sunnah ternyata juga menjadi sumber ilmu pengetahuan dan peradaban.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadist
عَنِ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَالسُّلَمِيِّ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ:نَزَلْنَامَعَ النَّبِىِّ ص.م. خَيْبَرَ،وَمَعَهُ مَنْ مَعَهُ مِنْ اَصْحَابِهِ،وَكَانَ صَاحِبُ خَيْبَرَرَجُلًامَارِدًامُنْكِرًا،فَاَقْبَلَ اِلَى النَّبِيِّ ص.م.فَقَالَ:يَامُحَمَّدْ،اَلَكُمْ اَنْ تَذْجَحُوْاحُمُرَنَا،وَتَأْكُلُوْاثَمَرَنَاوَتَضْرِبُوْانِسَاءَنَا،فَغَضَبَ النَّبِيُّ ص.م.،وَقَالَ:يَاابْنَ عَوْفٍ,اِرْكَبْ فَرَسَكَ,ثُمَّ نَادِ:اِنَّ الْجَنَّةَلَاتَحِلُّ اِلَّالِمُؤْمِنٍ وَاَنِ اجْتَمِعُوْالِصَّلَاةِ,قَالَ:فَاجْتَمَعُوْا,ثُمَّ صَلَّى بِهِمُ النَّبِيُّ ص.م.,ثُمَّ قَامَ,فَقَالَ,اَيَحْسِبُ اَحَدُكُمْ مُتَّكِىأًعَلَى اَرِيْكَةَ,قَدْيَظُنُّ اَنَّ اللهَ لَمْ يُحَرِّمْ شَيْىأًاِلَّامَافِى هَذَاالْقُرْاَنِ,اَلَاوَاِنِّى وَاللهِ قَدْاَمَرْتُ وَوَعَظْتُ وَنَهَيْتُ عَنْ اَشْيَاءَ,اِنَّهَالَمِثْلُ الْقُرْاَنِ,اَوْاَكْثَرَ,وَاِنَّ اللهَ عَزَّوَجَلَّ لَمْ يُحِلَّ لَكُمْ اَنْ تَدْخُلُوْابُيُوْتَ اَهْلِ الْكِتَبِ اِلَّابِاِذْنٍ,وَلَاضَرْبَ نِسَاءِهِمْ,وَلَااَكْلَ ثِمَارِهِمْ,اِذَااَعْطَوْكُمُ الَّذِى عَلَيْهِمْ.
B. Terjemah
Dari ‘irbadh bin Sariyah As Sulami R.A. dia berkata: kami pergi ke khaibar. Beliau disertai sahabat yang menyertainya. Tokoh khaibar adalah seorang laki-laki durhaka yang cerdik. Dia datang menghadap Nabi S.A.W berkata: “wahai Muhammad, apakah kalian hendak menyembelih keledai-keledai kami, memakan buah-buah kami dan memukuli kaum wanita kami?”.
mendengar itu Nabi S.A.W marah dan bersabda: “wahai Ibnu Auf, naikilah kudamu lalu berserulah: sesungguhnya surga tidak halal, kecuali untuk orang mu’min. dan hendaklah kamu berkumpul untuk sholat!”.
kata Irbadh: “maka mereka berkumpul, kemudian Nabi S.A.W. mengerjakan sholat bersama mereka, lalu berdiri.
Setelah itu beliau (Nabi Muhammad) bersabda: “apakah salah seorang diantara kamu mengira seraya duduk-duduk diatas singgasananya, bahwa Allah tidak pernah mengharamkan sesuatu kecuali yang terdapat didalam Al-Qur’an ini? Ketahuilah, demi Allah, sesungguhnya aku telah memerintahkan dan memberi peringatan,dan aku melarang beberapa perkara! Sesungguhnya hal itu adalah seperti Al-Qur’an, atau lebih banyak.dan sesungguhnya Allah A.W.J. belum pernah menghalalkan untuk kamu memasuki rumah-rumah ahlul kitab, kecuali dengan meminta izin. Tidak pula memukul kaum wanita mereka, dan tidak pula memakan buah-buahan mereka, apabila mereka telah memberi kewajiban mereka kepadamu (berupa upeti)”.[1]
C. Mufrodat
Berkumpul | اجْتَمِعُوْا | Cerdik | مَارِدًا |
Diatas Singgasananya | عَلَى اَرِيْكَةَ | Durhaka | مُنْكِرًا |
Memerintahkan | قَدْاَمَرْتُ | Menyembelih Keledai Kami | تَذْجَحُوْاحُمُرَنَا |
Memperingatkan | وَعَظْتُ | Memukuli | تَضْرِبُوْا |
Melarang Beberapa Perkara | نَهَيْتُ عَنْ اَشْيَاءَ | Naikilah Kudamu | اِرْكَبْ فَرَسَكَ |
D. Biografi Perawi
Nama lengkap Imam Abu Dawud adalah Sulaiman bin al-Asy as bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin ‘Amr al-Azi as-Sijistani. Beliau merupakan seorang imam ahli hadis yang sangat teliti, tokoh terkemuka para ahli hadis dan pengarang kitab sunan. Beliau lahir pada tahun 202 H/817 M di Sijiatan. Abu Dawud meninggal dunia di Basrah pada tanggal 16 Syawal 275 H/889 M.
Pribadi Abu Dawud sejak sejak masih kecil merupakan pecinta ilmu pengetahuan dan bergaul dengan para ulama guna menerima ilmu yang diinginkannya. Sebelum dewasa beliau telah melakukan rihlah ilmiyah dan belajar hadis keberbagai negeri seperti, Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah, Sagar, Khurasan dan negeri-negeri lainnya. Hasil pengembarannya dikonklusikan dengan menyaring hadis-hadis untuk kemudian ditulis dalam sunannya. Di Baghdad beliau mengajarkan hadis dan fiqih kepada para penduduk dengan menggunakan kita sunan sebagai referensi utamanya. Kitab sunannya mendapat pujian yang besar dari Imam Ahmad bin Hambal. Imam Abu Dawud Kemudian menetap di Basrah atas permintaan gubernur Basrah.
Beliau mempunyai beberapa guru antara lain: Ahmad bin Hambal al-Qan’abi, Abu ‘Amr ad-Darir, Muslim bin Ibrahim, Abdullah bin Raja, Abu al-Walid at-Tayalisi dan lain-lain. Di antara muridnya antara lain: Abu Isa at-Tirmizi, Abu Abd ar-Rahman an-Nasa’i, Abu Bakar bin Abi dawud, Abu ‘Awanah, Abu Sa’id al-A’rabi, Abu Ali al-Lu’lu’i, Abu Bakar bin Dassah, Abu Salim Muhammad bin Sa’id al-Jaldawi dan lain-lain.
E. Keterangan Hadist
Tidak ada salahnya kaum muslimin, baik sebagai pemerintah maupun sebagai rakyat biasa minta bantuan kepada golongan ghairul Islam dalam bidang pengetahuan, perekonomian, ilmu kedokteran, perindustrian, pertanian dan lain-lain. Sekalipun sebaiknya ummat Islam dapat berdiri sendiri dalam hal-hal tersebut. Dalam sirah nabawiyah bagaimana beliau boleh menggaji Abdullah bin Uraiqith padahal dia seorang musyrik untuk menjadi pemandu dalam hijrahnya. Justru itu para ulama berpendapat: kerana kufurnya seseorang tidak berarti samasekali tidak boleh dipercaya dalam tiap hal. Sebab sedikitpun tidak ada bahayanya orang kafir menunjukkan jalan. Apalagi seperti jalan hijrah ke Madinah.
Az-Zuhri meriwayatkan bahawa Rasulullah s. a. w. pernah minta bantuan kepada orang- orang Yahudi dalam bidang militer dan memberinya ghanimah. Di antaranya hadis yg diriwayatkan oleh Ummu Salamah bahawa Rasulullah s. a. w. pernah bersabda kepadanya: “Sungguh saya pernah memberi hadiah kepada raja Najasyi sebuah baju dan beberapa uqiyah dari sutera.” Islam selalu menghargai manusia dari segi kemanusiaannya bagaimana pula kalau dia itu ahli kitab atau kafir dzimmi.
Kita dapati banyak kejadian di Indonesia khususnya, dimana banyak bermunculan konflik antara umat beragama, tak jarang ada efek tersendiri dari konflik tersebut baik fisik maupun non fisik, sehingga kehormatan salah satu pihak (minoritas) dilecehkan.
Seperti halnya kekerasan atas nama agama, terjadinya konflik dua kelompok madzhab sunni-syiah yang baru-baru ini masih hangat ditelinga kita. Konflik yang berujung pada pembakaran kompleks Islam Syiah (tempat ibadah, rumah warga, dan mushola) di Sampang,Madura.[2]
Tentang keniscayaan sebuah perbedaan diakui secara langsung oleh Allah dalam Al-Qur’an (QS. Al-Ma’idah: 48) sekaligus perintah tegas untuk merajut persatuan karena pada dasarnya manusia adalah umat yang satu (QS. Al-Baqarah: 213).
Maka dari itu sangat tidak adil jika kita sebagai manusia sekenanya dan seenak hati mengadili sesama saudara yang belum tentu benar apa kesalahan mereka, karna Allah Azza Wa Jalla lah yang berkuasa atas segala-Nya.
Rosul sendiri mengambil sikap bijak terhadap umatnya yang hampir bersiteru, kemudian beliau memberikan penjelasan sejelas-jelasnya terhadap mereka kaumnya sehingga konflik dan kesalah fahaman diantaranya dapat terhindari, seperti yang sudah dijelaskan di atas. Dari kejadian tersebut, pemahaman dan penafsiran atas realitas masa Rosul ini bisa kita jadikan sebagai sebuah sumber rujukan ilmu pengetahuan mengenai kajian ilmu Humaniora Society, dan kita sebagai ahli sunnah hendaknya dapat mengamalkan petunjuk Rosul sebagaimana dalam hadist di atas. Untuk mewujudkan masyarakat yang harmonis harus saling mengenal dan saling menjelaskan antar satu yang lain, sehingga tidak terjadi salah faham diantaranya. Dimaksudkan untuk tidak memunculkan fitnah yang dapat menimbulkan konflik.[3]
“semakin tinggi pengetahuan (keagamaan) seseorang, maka semakin tinggi pula semangat toleransinya.”
“Barangsiapa mengganggu seorang kafir dzimmi maka saya adalah musuhnya dan barangsiapa memusuhi saya maka akan saya musuhinya nanti di hari kiamat.” “Barangsiapa berlaku zalim kepada seorang kafir 1ahdi atau mengurangi haknya atau memberi beban melebihi kemampuannya atau mengambil sesuatu daripadanya dengan niat ygan tidak baik maka saya adalah pembelanya nanti di hari kiamat.”
Para khalifah Nabi telah melaksanakan perlindungan hak dan kehormatan ini terhadap warga negara yg bukan beragama Islam. Dan diperkuat pula oleh para ahli fiqih dalam berbagai madzhab.
Dijelaskan secara tegas di dalam Surat Al-Maidah: 5, bahwa makanan orang ahli kitab itu halal untuk kita makan (dengan tidak mengganggunya, dan dengan halal kita mendapatkanya)
F. Aspek Tarbawi
Dari hadist tersebut sangat jelas sekali nilai tarbawi yang dapat kita peroleh dan kita amalkan mengenai bab etika kepada sesama saudara, termasuk dengan saudara yang beda keyakinan dengan kita.
Seperti yang telas dijelaskan dari hadist di atas, betapa pentingnya kita sebagai seorang muslim untuk selalu melaksanakan sunnah Nabi dan mengamalkan etika agama Islam dalam semua perkara termasuk dalam kita berhubungan dengan saudara yang berbeda keyakinan atau pun beda agama dengan kita seperti halnya :
Larangan berlaku dzalim terhadap kafir.
Etika pergaulan antara mu’min dan orang non mu’min.
Segala harta benda dan nyawa mereka (orang non mu’min) dilindungi dalam Islam selagi mereka tidak mengusik. Apalagi dengan saudara yang hanya berbeda mahdzab masih dalan satu bendera agama Islam (intern Islam).
BAB III
PENUTUP
Pada dasarnya, perbedaan itu justru patut dipahami sebagai rahmat Allah sebagai bentuk kekayaan khazanah intelektual sekaligus pilihan dan alternatif bagi kesulitan yang dihadapi umat. Sedangkan persatuan sebenarnya berarti kepatutan untuk saling berbagi, mengisi dan menyempurnakan di tengah perbedaan, bukan berarti menyamakan sesuatu yang berbeda dan mustahil untuk disatukan.
DAFTAR PUSTAKA
Al Munzdiri, Hafidz. 1992. MUKHTASAR SUNAN ABU DAWUD. Semarang: CV. Asy Syifa’
Al-Qardhawy, yusuf.,1997,As-Sunnah Mashdaran li Al-Ma’rifah wa Al-Hadhrah, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
nama: ahmad mursalin
BalasHapuskelas: F
nim: 202 1110 277
bagaimana cara kita mensikapi dan membawa diri kita dalam menghadapi segala perkembangan pengetahuan disegala bidang? trus bagaimana cara menyeimbangkan antara ilmu agama dengan ilmu umum agar kita bisa menguasai kedua2nya..?trimsss
kita harus mengikuti perkembangan pengetahuan yang ada, namun jangan sampe perkembangan zaman yang ada malah justru jadi penguasa iman kita, dengan berbekal ilmu agama insyaallah selamat dunia akhirat. Ilmu agama kita jadikan sebagai pegangan di dunia untuk berjalan mengikuti perkembangan ilmu umum yang ada,dengan begitu urusan dunia lancar- begitu pula ila akhirat."fa insyaallah, amin".
Hapusuntuk menyeimbangkan antara ilmu agama dan umum, kita letakkan pendidikan agama sebagai pendidikan dasar,sekaligus sebagai pondasi utama kita untuk mempelajari perkembangan ilmu lainya (ilmu umum).
tempatkan diri kita sesuai dengan tempat dan kondisi yang ada.
u 'a wlcome.... semoga bermanfaat..!!!!
ALYNA : MENJAWAB
BalasHapuskita harus mengikuti perkembangan pengetahuan yang ada, namun jangan sampe perkembangan zaman yang ada malah justru jadi penguasa iman kita, dengan berbekal ilmu agama insyaallah selamat dunia akhirat. Ilmu agama kita jadikan sebagai pegangan di dunia untuk berjalan mengikuti perkembangan ilmu umum yang ada,dengan begitu urusan dunia lancar- begitu pula ila akhirat."fa insyaallah, amin".
untuk menyeimbangkan antara ilmu agama dan umum, kita letakkan pendidikan agama sebagai pendidikan dasar,sekaligus sebagai pondasi utama kita untuk mempelajari perkembangan ilmu lainya (ilmu umum).
tempatkan diri kita sesuai dengan tempat dan kondisi yang ada.
u 'a wlcome.... semoga bermanfaat..!!!!
Nama:Dadang Irwanto
BalasHapusKls:F
Nim:2021110256
Pada zaman sekarang ini,Hadis ataupun sunah jarang sekali dikaji/diperdalam dalam kehidupan sekarang ini.Karena semakin banyak buku-buku yang berisi tentang pengetahuan yang sangat modern.
Bagaimana cara kita memanfaatkan sunah /hadis sebagai sumber ilmu pengetahuan?
sungguh karunia Allah selalu terlimpahkan kepada orang2 yang bertaqwa..
HapusNabi Muhammad SAW dengan as-sunnahnya (qouli,fi'li, wa taqriri)merupakan karunia dan rahmat bagi kita semua. Dialah Rahmat Seluruh Alam..
didalamnya terdapat banyak amalan yang bisa kita ambil pelajaranya dan kita amalkan dlam kehidupan sehari-hari, dimana kalau kita beristiqomah mengamalkan assunnah,, insyaAllah kehidupan dunia lancar ila akhirat..
karena kita tahu sendiri betapa suksesnya Rosulullah di kehidupan Dunia (begitu banyaknya umat yang mengimani ajaranya) itu merupakan bentuk kesuksesan Nabi Muhammad SAW. dan sudah tidak bisa diragukan lagi untuk kesuksesan di akhiratnya,, WALLAHU 'ALAM..
nur khasanah
BalasHapus2021110244
salah satunilai tarbawi di makalah adalah larangan mendzalimi orang kafir.
yang ingin saya tanyakan,bagaimana jika orang kafir yang mendzalimi orang-orang muslim? jelaskan!
saudari nur khasanah yang saya hormati nan saya cintai..
Hapustelah kita ketahui bahwa ada 4 macam orang kafir, yaitu:
1. Kafir harbi, yaitu orang kafir yang memerangi dan diperangi.
2. Kafir Dzimi, yaitu orang kafir yang tunduk pada penguasa islam dan membayar jizyah.
3. Kafir Muahad, yaitu orang kafir yang tinggal di Negara kafir, yang ada perjanjian damai dengan Negara islam.
4. Kafir Musta’man, yaitu orang kafir yang masuk ke Negara islam,dan mendapatkan jaminan keamanan dari pemerintah.
dari penjelasan diatas sudah jelas bisa kita simpulkan mana kafir yang harus kita lindungi dan mana pula kafir yang harus kita perangi..
dan yang menjadi analisis permasalahan saya mengenai makalah ini adalah kafir Dzimmi dimana kafir Dzimmi adalah orang kafir yang tidak memerangi kita (kaum muslim) dan justru harus kita lindungi keamananya.
HENI MAYSAROH
BalasHapus2021110280
Class F
what do you think Islamic ethics and Sunnah can be applied ?
especially in our environment ^_^
Thax Trilili,,
be delicious :D
maturnwun pitakenanipun..
Hapussangat bisa diaplikasikan,,!!!!
dan assunah memang harus bisa kita amalkan/aplikasikan dalam lingkungan..
Menawi njenengan ngaku sebagai umatnya kanjeng Nabi ya jangan cuma mengimani mawon tapi juga mengamalkan apa yang yang menjadi sunnahnya,, segala sunnahnya adalah sumber Agama ke-2 bagi kita setelah AlQuran..
orang yang bertaqwa adalah orang yang melaksanakan perintah ajaraNya dan meninggalkan segala yang dilarang..
soo.... jangan ragu untuk mencoba mengamalkan apa yang menjadi sunnahnya !!!!!
sumonggo disekecaaken....
nama eni marfuah
Hapusnim 2021110238
disinikan disebutkan bahwa tidak boleh memusuhi orang kafif,tapi jika seandainya sesama orang islan sendiri yang memusuhi bagaimana?kira2 apa yang harus dilakukan?
Nama : Mariyam
HapusNim : 202109070
Kls : F
Kita sebagai orang Islam dan manusia yang baik, tentunya berusaha untuk memperlakukan dan berinteraksi yang baik dengan umat lain. Tp belum tentu juga kita memperoleh perlakuan yang sama seperti yang kita lakukan. Bagaimana pendapat anda?
"Amar ma'ruf wa nahi munkar.."
Hapusredaksi di atas bisa kita jadikan sebagai pedoman.. sebesar apapun kita mendapat kedzaliman alangkah lebih baik jika menerima dan mendoakan agar dia tidak lagi berlaku dzalim, dan alangkah lebih bijaksana jika kita mengajak nya ke jalan yang benar,,,
jangan justru kita malah memusuhinya dan balik membalas mandzaliminya...
this is answer for "ENY MARFUAH"
Hapusjawabannya sama kaya jawaban MARYAM ya mba,,,,!!!!!!
"Amar ma'ruf wa nahi munkar.."
redaksi di atas bisa kita jadikan sebagai pedoman.. sebesar apapun kita mendapat kedzaliman alangkah lebih baik jika menerima dan mendoakan agar dia tidak lagi berlaku dzalim, dan alangkah lebih bijaksana jika kita mengajak nya ke jalan yang benar,,,
jangan justru kita malah memusuhinya dan balik membalas mandzaliminya...
chomsatun nadhiroh
BalasHapus2021110274
F
dalam makalah anda bahwa"para khalifah nabi telah melaksanakan perlindungan hak dan kehormatan ini terhadap warga negara yg bukan beragama islam"....yg saya tanyakan apakah pada zaman sekarang pemerintah juga melakukan hal yg sama pd masa nabi/spt yg dilakukan khalifah nabi..???
bisa njenengan lihat pada realyta sekitar...
Hapusbahwa dalam negara Indonesia penduduknya gak hanya kaum muslim saja (mayoritas) namun juga kaum kafir (sebagai kaum minoritas),,
keduanya berada dibawah payung pemerintahan.. dimana pemerintah (negara) telah menjamin baik dari segi pendidikan, kesehatan,dan keamanan untuk seluruh warga negaranya..
jadi itu merupakan bukti nyata bahwa pemerintah juga melindungi warga negara yang kafir..
NISFU LAILA (202 111 0272)
BalasHapusmengenai sikap kita terhadap orang kafir,diatas dijelaskan bahwa kita tdk boleh bebuat dzalim terhadapnya. dalam hal ini, perbuatan dzalim yang dimaksud itu yang bagaimana,tolong jelaskan..!!!
banyak kasus yang bisa kita saksikan setiap hari bahwa terdapat banyak kejadian pengeboman/ kasus perusakan tempat peribadatan umat agama lain.. itu sudah jelas bisa kita jadikan contoh adanya perbuatan dzalim terhadap umat agama lain..
HapusARUM ARIFAH
BalasHapus2021110271
Kelas: F
Bagaimana cara kita bertoleransi dengan sesama muslim maupun orang kafir yang tidak mengakibatkan permusuhan akidah maupun fisik?
khususnya dari kalangan kita sendiri (kaum muslim) yang sudah diajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan baik bersangkutan dengan ilmu aqidah ,sosial, maupun dll..
Hapussemua ilmu sudah terangkum rapi dalam sumber ajaran kita Al-Quran dan Hadits,, yang mana itu adalah kwajiban kita untuk mempelajari dan mengamalkanya dalam kehidupan sehari2..
jika kita memang orang yang bertaqwa,segala perintah akan kita laksanakan dan segala larangan kita tinggalkan, maka segala sunnah rosul patut dan harus kita amalkan dalam kehidupan sehari2,, terkhusus dalam bidang hubungan kepada orang non muslim.. dan menjalin silaturrhmi diantaranya..
DWI KARTIKA SARI
BalasHapus2021110251
Kelas: F
Bagaimana jika ada seorang muslim yang perilakunya seperti orang kafir yang mendzalimi sesama muslim ?
janagn kita blas dengan kdzaliman juga,,, bilamana seperti itu,, maka kita juga bisa disebut sebagai orang dzalim.. doakan dan ajak mereka ke jalan yang benar..
Hapusyani nadia
BalasHapus2021110247
mba' alin dalam makalah anda kn juga menjelaskan hubungan antara muslim dan kafir...nah saya hanya minta dijelaskan mengenai batasan-batasan pergaulan/berteman antara orang muslim dg orang kafir??_
makacee....^^
untuk urusan ilmu ilmu "humaniora society" sosial...kita tidak pendang buluh untuk menerapkanya,, kepada siapapun kapanpun dan diamanapun.. nah batasan kita untuk bersosialisasi terhadap umat agama lain adalah dalam bidang aqidah.. diamna aqidah kita masing2 hrus kita pertahankan,, dan tidak selayaknya dicampur-baurkan satu sama lain
Hapusnur aini
BalasHapus2021110263
F
membahas masalah as-sunah sebagai ilmu pengetahuan, bagaimana nilai tarbawi pada hadits tersebut yang berkaitan dengan judul anda, yaitu as-sunah sebagai sumber ilmu pengetahuan..thanx....
As-Sunnah yang memiliki pengertian...
Hapus"segala hal ikhwal baik qouli,fi'li, maupun taqriri yang ada pada diri Rosulullah nabi Muhammad SAW"
perintah agama kita adalah seruan untuk dapat mengamalkan apa yang telah diamalkan Rosulullah.. nah salah satu amalannya adalah, dimana baginda Rosulullah dan para sahabat berlaku baik, menghormati orang2 non muslim,, baik dalam urusan perdagangan maupun sosial pada masa hidupnya..
nah,, amalan terssebut bisa kita amalkan dalam masa sekarang ini,,
jeng alina__
BalasHapusq ingin bertanya ini mengenai Assunnah di jadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan itu adakah kriteria dalam Assunnah tersebut sebagaimana dalam kaitannya assunnah sebagai hujjah dalam hukum islam?
mohon beri penjelasan..... karena macam" assunnah kan juga ada yang shoheh, hasan,dho'if dll....
terimakasih ^___^
syifa adilla (2021110281)
untuk hadits dzoif (urusan dalam fadzillah amal) itu boleh kita amalkan SEMISAL , hadits yang mengatakan bahwa " shoall lail itu lebih baik amalanya dari seluruh isi alam ini" namun hal ini terdapat dalam hadits dhoif... nah amalan tersebut tetep dapat kita laksanakan...
Hapusnah sedangkan untuk urusan Syara' / hukum islam ,, kita tidak boleh ber-Hujjah pada hadits dhoif...
syukron ktsirr
Syaiful ISlam
BalasHapus2021110250
Dalam konteks pendidikan, kita dipertemukan dengan orang yang berbeda agama. Bagaimana korelasi dalam menjaga keharmonisan dalam belajar mengajar?
keimanan yang kita utamakan,, dengan kita memeganga teguh keimanan dan ketaqwaan kita.. fainsyaAllah bertemu dan beraktifitas dengan orang non mukmin setiap hari pun bukan menjadi suatu permasalahan buat kita..
Hapuskita masing2 mempunyai kepercayaan dan keimanan sendiri2 yang harus kita pegang teguh,,
untuk masalah belajar mengajarpun kita bisa saling tukar ilmu pengetahuan umum.. atau mungkin bahkan ilmu agama masing2(dengan catatan hanya untuk perbandingan pengetahuan semata)
m syamsul hadi
BalasHapus2021110261
jelaskan maksud 'Etika pergaulan antara mu’min dan orang non mu’min"...! apakah dalam pergaulan tersebut ada batasan-batasannya? jelaskan!
**MOHON MAAF,,**
HapusPERTANYAAN ANDA SERUPA DENGAN SAUDARI "yani Nadia"
SIALHKAN, JAWABAN BISA DIBACA SENDIRI DI KOLOM YANI NADIA...
SYUKRON KATSIR....
ifrokha
BalasHapus2021110258
contohkan penerapan sunah dalam sehari-hari yang berhubungan dengan pergaulan dengan non muslim
bwanyak sekali hal dikehidupan sehari2 dan itu merupakan amalan sunnah..
Hapusmenghormati umat lain yang sedang menjalankan ibadah.. tidak merusak tempat peribadatan mereka sehingga dapat mengganggu kenyamanan dan kelancaran ibadah mereka.. itu bisa kita amalkan,, mengingat banyak realita yang sekarang ini sedang marak,, antar umat beragama saling merusak tempat peribadatan masing2,,,
Hartini
BalasHapus2021110237
F
Dinegara kita terdapat 5 macam agama kalau tidak salah ya.. dan kita pun hidup tidak hanya dilingkungan yang hanya beragama islam, lantas bagaimana kita menghormati perbedaan agama yang ada disekeliling kita tanpa menyinggung atau merendahkan agama yang mereka anut ?
sebelumnya kita flshback ke masa SD mapel kwarganegaraaan.. dimana ada beberapa macam kerukunan,, diantaranya kerukunan antar umat beragama.. nah, teori ini akan saya jadikan sebagai jawaban untuk pertanyaan anda.
Hapusmenghormati mereka (non muslim) bukan berarti kita harus ikut ajaran mereka, namun disini kita memberi kebebasan kepada mereka untuk tetap beribadah dan melaksanakan kegiatan sbagaimana kepercayaan yang mereka anut.. dengan tidak mengangggu mereka, toh jika kita berlaku baik terhadap mereka, maka kelak kita juga akn mendapat balasan kebaikan pula..
Nama : Gunawan
BalasHapusKelas : F
Nim : 202109209
bagaimana sikap kita terhadap perkembangan teknologi yang sagat pesat ini dengan ilmu agama atau assunah?
ilmu pengetahuan/ teknologi tanpa diimbanggi adanya ilmu agama (aqidah yang kuat) akan menyebabkan kehancuran umat.. sebaliknya..
Hapusilmu agama tanpa diimbangi adanya ilmu pengetahuan akan seperti oarang buta yang tak tahu arah..
harus ada keseimbangan pada diri kita... kebutuhan yang bersifat dlahiriyah "ilmu pengetahuan" harus kita penuhi begitu juga kebutuhan yang bersifat rukhaniyah " ilmu agama" juga harus kita jadikan sebagai pondasi/ dasar hidup... maka dengan begitu keselamatan akan menyertai kita... Fiddunya wal Akhirat..
dzul amal
BalasHapus2021110276
kalau kita tidak menggunakan as sunah sebagai sumber ilmu pengatuhan bagaimana?banyak ilmuan,tetapi mereka belum tentu memakai as- sunah padahal as sunah itu juga ilmu?