MAKALAH
SUMBER ILMU PENGETAHUAN
( EPISTEMOLOGI )
Disusun guna memenuhi tugas :
Mata Kuliah : Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu : M. Ghufron Dimyati, M.S.I
Oleh :
NUR KHOLIS
2021110014
A
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Realita pendidikan dizaman sekarang ini, masih banyak dijumpai banyak orang yang kurang optimal dalam memanfaatkan alat inderawi yang Allah SWT. berikan kepada manusia untuk menggali ilmu pengetahuan dan kelangsungan hidupnya. Masih banyak dari kita yang lalai dalam menjadi nikmat (indera). Kita cenderung memakai alat indera kita untuk perbuatan-perbuatan yang tidak semestinya kita kerjakan. Seolah kita tidak percaya bahwa ada malaikat yang senantiasa mencatat amal perbuatan kita. Ketidakperdulian kita akan semakin parah seiring dengan berkembangnya zaman dan banyaknya godaan yang muncul untuk menggoyahkan keyakinan dan keteguhan hati jika kita tidak mengantisipasinya.
Nikmat yang indah ini adalah titipan yang harus kita jaga, harus kita pelihara, dan harus kita upayakan agar semaksimal mungkin bermanfaat sebagaimana mestinya, karena banyak hal yang dapat terlewati oleh indera akibat keterbatasan manusia. Maka dari itu, dalam makalah ini akan membahas lebih jelas lagi hadits mengenai dorongan untuk memanfaatkan panca indera.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dorongan Untuk Memanfaatkan Panca Indera
- Hadits
عن عبد الله بمثله قال وكان يعلمنا كلمات ولم يكن يعلمناهن كما يعلمنا التشهد اللهم ألف بين قلوبنا وأصلح ذات بيننا واهدنا سبل السلام ونجنا من الظلمات إلى النور وجنبنا الفواحش ما ظهر منها وما بطن وبارك لنا في أسماعنا وأبصارنا وقلوبنا وأزواجنا وذرياتنا وتب علينا إنك أنت التواب الرحيم واجعلنا شاكرين لنعمتك مثنين بها قابليها وأتمها علينا . صحيح
- Terjemah :
“Dari Abdullah dengan hadits yang sama dia berkata: Beliau biasa mengajarkan kami beberapa kalimat, dan beliau tidak mengajarkannya kepada kami sebagaimana beliau mengajarkan tasyahud. Yaitu: Wahai Allah, rukunkanlah hati kami, damaikanlah diantara kami, tunjukilah kami kepada jalan kesejahteraan, selamatkanlah kami dari kegelapan menuju kebenaran, jauhkanlah kami dari perbuatan-perbuatan keji yang terang dan yang samar, limpahkanlah berkah kepada kami, pada pendengaran, penglihatan, hati, isteri dan cucu kami, terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkaulah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang, dan jadikanlah kami orang-orang yang mensyukuri nikmat Engkau, berterima kasih lagi menerimanya, dan sempurnakanlah ni’mat itu atas kami ”[1]
- Mufrodat (kata-kata penting)
ألف : rukunkanlah
قلب : hati
الظلمات: kegelapan
النور : cahaya
أسماع : pendengaran
أبصار : penglihatan
أزواج : isteri
ذريات : cucu
- Biografi Perawi
Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil bin Habib Al-Hudzali. Ibunya adalah Ummu Abd.Hudzailiyyah. Ibnu Mas’ud termasuk orang yang pertama masuk islam. Diriwayatkan bahwa dia orang keenam dari enam orang yang masuk islam. Dia orang orang yang pertama kali terang-terangan membaca Al-Qur’an di Mekkah. Dia hijrah ke Habasyah kemudian ke Madinah, ikut serta perang Badar bersama Rosulullah SAW. Biat Ar-Ridhwan dan semua peperangan. Bahkan ikut serta dalam perang Yarmuk setelah Rosulullah SAW. wafat. Rosulullah SAW. sangat mencintai dan memuliakannya. Dia adalah pelayan Rosulullah SAW. yang amanah, penjaga rahasianya, teman ketika mukim dan bepergian. Dia masuk setiap saat dan berjalan bersamanya. Dia membawakan siwak, sandal, dan air untuk bersuci Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wassalam. Dia termasuk Ulama’ besar dikalangan sahabat dan penghafal Al-Qur’an. Rosulullah SAW. menyifatinya dalam sabdanya, “sesungguhnya kamu adalah seorang anak yang berilmu” Umar bin Al-Khattab pernah memperhatikannya pada suatu hari lalu berkata, “bejana yang dipenuhi”.
Meriwayatkan dari Nabi SAW. sebanyak 848 hadits setelah Nabi SAW.wafat, dia menjadi penanggung jawab Baitul Mal di Kuffah, kemudian datang ke Madinah pada masa kekhalifahan Utsman, dan meninggal disana tahun 30 H ketika berusia sekitar 60 tahun. Semoga Allah SWT. meridhoi dan mencurahkan rahmat kepadanya.[2]
5. Keterangan Hadits
Nabi SAW. biasa mengajarkan kami beberapa kalimat, selain tasyahhud yaitu:
اللهم ألف بين قلوبنا ( wahai Allah, rukunkanlah hati-hati kami ) yaitu jadikanlah persatuan diantaranya, ( damaikanlah diantara kami ) yaitu perdamaian diantara kami.
Ada suatu pendapat dalam kitab Al-Majma’: sesuatu pada dirinya dan sejatinya . Yang dimaksud sesuatu yang disandarkan kepadanya termasuk didalam perdamaian diantara orang-orang yang bertikai yaitu memperbaiki keadaan diantara kamu sekalian sehingga menjadi rukun, kasih sayang, dan kesepakatan. Berbeda ketika ada suatu keadaan tersebut melaksanakannya kepada permusuhan. Maka dikatakan kepadanya yaitu yang bermusuhan ( سبل السلام ) yang artinya jalan keselamatan ( وجنبنا الفواحش ) dan jauhkanlah kami dari perbuatan-perbuatan jahat , yaitu dosa-dosa besar seperti zina ( sesuatu yang jelas dan yang tidak jelas ) yaitu, jelas dan tersembunyi ( sempurnakanlah kalimatnya ). Suatu perkara dari kesempurnaan ( ketika kamu berkata ini atau memutuskan ini ).
6. Syarah Hadits
( قد علم ) على البناء للمجهول من التعليم أي علم من الله تعالى ما لم يعلمه ( وكان يعلمنا كلمات )
أي غير التشهد وهي اللهم ألف بين قلوبنا إلخ ( ألف بين قلوبنا )
أي أوقع الألفة بينها ( وأصلح ذات بيننا )
أي أصلح أحوال بيننا قال في المجمع ذات الشيء نفسه وحقيقته والمراد ما أضيف إليه ومنه إصلاح ذات البين أي إصلاح أحوال بينكم حتى يكون أحوال ألفة ومحبة واتفاق قال ولما كانت الأحوال ملابسة للبين قيل لها ذات البين ( سبل السلام )
جمع سبيل أي طرق السلامة ( وجنبنا الفواحش )
أي الكبائر كالزنا ( ما ظهر منها وما بطن )
أي علانيتها وسرها ( أتمها )
أمر من الإتمام[3]
7. Aspek Tarbawi
Hadits ini menjelaskan bahwa sumber ilmu pengetahuan berasal dari indera penglihatan (mata), pendengaran (telinga), dan kekuatan (hati) beserta pemeliharaannya yang bertujuan untuk menjaga keutuhan, fungsi, dan manfaat dari indera tersebut sesuai ketentuan yang benar yang pada akhirnya akan menjadikan kita semakin taat kepada Allah SWT.
Sebagai sumber ilmu pengetahuan, indera telah mampu mencakup semua ilmu pengetahuan, karena hanya dengan panca indera, lima dimensi dari berbagai bentuk fisik yang kita alami. Ole karena itu, kita harus mampu memanfaatkan alat indera semaksimal mungkin dan memeliharanya dari hal-hal yang tidak baik yang dapat menjerumuskan kita untuk melakukan keburukan.
BAB III
PENUTUP
Melalui hadits ini kita dituntut untuk dapat menggunakan alat inderawi semaksimal mungkin dalam mencari dan menggali ilmu pengetahuan, untuk kemudian ilmu tersebut dapat digunakan untuk menambah keyakinan dan keimanan kita kepada Allah SWT. serta dapat menuntut kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya, bukan malah menjauhkan diri kita dari jalan-Nya.
Kita telah mengetahui bahwa Allah SWT. memberikan kebebasan kepada kita untuk menggunakan panca indera. Namun kita tidak boleh lupa untuk memeliharanya dari hal-hal larangan-Nya, dan kita harus manyadari batasan-batasan yang telah ditentukan oleh-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Al- Asqolani Ibnu Hajr, 1995, Taqrib At- Tahdzib, (Beirut: Dar Al-Fikr).
Al-Bugha. Musthafa, dkk, 2008, syarah hadits arba’in, (Jakarta: Pustaka Al-kautsar.).
Al Mundziry. Hafidz, 1992, Tarjamah Sunan Abu Daud, (Semarang : CV. Asy-Syifa,).
Usman. Abdurrahman, 1979, Aunul Ma’but, Syarah Abu Daud, jilid 8. (Beirut: Dar Al-Fikr).
Nurul Fauziyah 2021110023
BalasHapuskelas A
bagaimana cara menjadikan panca indera sebagai sumber ilmu pengetahuan ?(tidak menggunakan panca indera untuk hal maksiat)
kelas A 2021110012
BalasHapuskarena sama-sama sumber.apa perbedaan antara epistemologi dengan intuisi.
bagaimana mengoptimalkan alat indra dalam menggali ilmu pengetahuan dan kelangsungan hidupnya agar semaksimal mungkin bermanfaat sebagaimana mestinya???
BalasHapusNurul Maulidah_2021110039_A
Duwi Kurniawati
BalasHapus2021110029
bagaimana cara mensyukuri kesempurnaan panca indera yang dimiliki sehingga terjauh dari kemaksiatan?
orang yang mempunyai kecacatan pada panca indra justru lebih bersemangat untuk menggali ilpeng, sdangkan orang yang normal justru menyalah gunakan panca indra mereka??
BalasHapusdi dalam makalah anda di sebutkan "sumber ilmu pengetahuan berasal dari indera penglihatan (mata), pendengaran (telinga), dan kekuatan (hati)" .
BalasHapusapa dampak negatifnya jika dalam mencari ilmu tidak menggunakan hati,?
Ikrimah 2021110045_A
BalasHapusmohon dijelaskan lagi saja antara judul makalah dengan keterangan dalam hadits..? trima kasih
Hikmah Rifqiani
BalasHapus2021110001
Kelas A
Bersumber dari manakah pengetahuan manusia itu?
KHAYYUN NAFI 2021110028 KELAS A
BalasHapusApa yang yang harus dilakukan oleh seorang pendidik jika ada salah satu peserta didiknya mempunyai salah satu kecacatan, misalnya tunaaksara ataupun tunarungu...???
mohon penjelasannya..
terimakasih,,.
@Nurul Fauziyah 2021110023
BalasHapuskelas A
Menurut saya, tubuh itu memiliki peranan penting bagi manusia. Tubuh adalah tempat
bersemayamnya panca indera, sehingga dengan panca indera manusia dapat melihat,
meraba, mencium, mendengar dan merasa. Melalui alat inderawi-lah,
manusia dapat melihat dan membaca ayat-ayat dan tanda-tanda yang
tertabur di alam semesta ini. Di sinilah letak keutamaan jasad dalam turunnya
Ilmu. Penerima pertama yang bersinggungan langsung dengan
data-data dan informasi yang tersebar di alam semesta ini ya jasad yang kita miliki. Hal ini dapat ditegaskan betapa pentingnya peranan jasad –terutama panca indra– sebagai sumber
untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Bukannya malah menjadikan panca indera untuk hal-hal yang tidak baik atau maksiat.
faqihudin 2021110036
BalasHapusberdasarkan hadits diatas, mana yang menunjukan tentang dorongan memanfaatkan panca indra...?
mohon penjelasannya
tolong jelaskan maksud dari "Sebagai sumber ilmu pengetahuan, indera telah mampu mencakup semua ilmu pengetahuan, karena hanya dengan panca indera, lima dimensi dari berbagai bentuk fisik yang kita alami".
BalasHapusterima kasih
@ubaydi muhammad
BalasHapusMungkin saya akan sedikit menjelaskannya dengan melihat buku mas ya..
Epistemologi secara sederhana bisa dimaknai teori pengetahuan. Mungkinkah mengetahui, apa itu pengetahuan, dan bagaimana mendapatkan pengetahuan, merupakan tema-tema pembahasan epistemologi mas. Menurut Milton D. Hunnex, epistemologi berasal dari bahasa Yunani, episçmç yang bermakna knowledge, pengetahuan, dan logos yang bermakna teori. Istilah ini pertama kali digunakan pada tahun 1854 oleh J.F. Ferrier yang membuat perbedaan antara dua cabang filsafat yaitu ontologi (Yunani: on = being, wujud, apa + logos = teori) dan epistemologi. Jika ontologi mengkaji tentang wujud, hakikat, dan metafisika, maka epistemologi membandingkan kajian sistematik terhadap sifat, sumber, dan validitas pengetahuan. Menurut Mulyadhi Kartanegara, ada dua pertanyaan yang tidak bisa lepas dari epistemologi tersebut, yaitu:
(1) apa yang dapat diketahui
(2) bagaimana mengetahuinya.
Yang pertama mengacu pada teori dan isi ilmu, sedangkan yang kedua pada metodologi.
Berbeda dengan intuisi.
Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datangnya dari dunia lain dan diluar kesadaran. Misalnya saja, seseorang tiba-tiba saja terdorong untuk membaca sebuah buku. Ternyata, didalam buku itu ditemukan keterangan yang dicari-carinya selama bertahun-tahun. Atau misalnya, merasa bahwa ia harus pergi ke sebuah tempat, ternyata disana ia menemukan penemuan besar yang mengubah hidupnya.
Mungkin dari sini ada sedikit pamahaman yang anda peroleh mas ya.. Terimakasih..
@Nurul Maulidah_2021110039_A
BalasHapusMungkin pertanyaan anda sedikit ada persamaan dengan pertanyaan Nurul Fauziyah mbak ya..
Saya akan mencoba lebih pertegas lagi, bagaimana mengoptimalkan alat indra dalam menggali ilmu pengetahuan dan kelangsungan hidupnya agar semaksimal mungkin bermanfaat sebagaimana mestinya.
Berbicara panca indra, berarti berbicara tentang aspek jasmiyyah(fisik) manusia. Di dalam al-Qur’ain dijelaskan beberapa fungsi aspek
jasmiyyah yang membantu cara kerja aspek psikis lainnya, antara lain:
(1)Kulit (al-jild) sebagai alat peraba (al-lams) (QS. al-An‘am: 7).
(2) Hidung(al-anf) sebagai alat penciuman (al-shummu) (Yusuf: 94);
(3) Telinga (al- udhun) sebagai alat pendengaran (al-sam‘) (al-Isra@’: 36; al-Mu’minu@n: 78;
al-Sajdah: 9; al-Mulk: 23);
(4) Mata (al-‘ay@n) sebagai alat penglihatan (alabs}(al-A‘raf: 185; Yunus: 101; al-Sajdah: 27)
(5) Lidah (lisan), kedua bibir (al-shafatayan) dan mulut (al-famm) sebagai alat pengucapan (al-qawal) yang berguna untuk memperoleh dan menyebarkan informasi dan ilmu pengetahuan (al-Balad: 9-10;T}(al-Fath: 11)
Jadi kita harus dapat mengoptimalkan alat indera yang kita miliki sebagaimana disebutkan di dalam al-Qur'an agar bermanfaat sebagaimana mestinya... Terimakasih..
@Duwi Kurniawati
BalasHapus2021110029
Bagaimana cara mensyukuri kesempurnaan panca indera yang dimiliki sehingga terjauh dari kemaksiatan?
Allah SWT telah memberikan kenikmatan yang tiada terhitung kepada kita mbak. Antara lain nikmat berupa penciptaan manusia beserta kebutuhannya, juga rasa kasih sayang yang ditanamkan kedalam hati kedua orang tua kita pada saat kita masih kecil dan membutuhkannya. Tidak kalah besarnya adalah nikmat Allah SWT berupa panca indera, umur, pikiran dan kelengkapan tubuh lainnya, sehingga membedakan manusia dari makhluk lain . Petunjuk ke arah kebenaran serta nikmat berupa kesehatan, baik kesehatan tubuh maupun jiwa kita mbak, juga merupakan nikmat yang tiada ternilai harganya,dan berbagai macam ciptaan-Nya di atas bumi ini juga merupakan nikmat.
Singkat kata, hamparan daratan dan lautan dipenuhi dengan nikmat Allah SWT yang disediakan bagi kita. Walaupun kita jadikan air lautan untuk jadi tinta dan semua ranting dan batang kayu menjadi tangkai penanya, dan kita gunakan untuk menulis nikmat Allah yang telah dicurahkan kepada kita, maka belumlah akan dapat terhitung jumlah nikmat Allah SWT yang kita gunakan setiap hari mbak, mulai dari terbitnya matahari sampai terbenam dan hingga terbit lagi. Namun manusia banyak yang tidak mensyukuri bahkan mengingkari penciptanya, disebabkan kesombongan dan keangkuhan mereka.
Umumnya manusia itu suka lupa ketika mereka dalam keadaan bahagia, sejahtera ataupun senang, mereka hanya melihat kedepan, lalu bila dalam kekurangan, keterpurukan, barulah mereka menghitung-hitung, atau ketika mereka mendapat kebaikan, mereka berbangga atas keberhasilan pribadi, namun bila mereka tersandung kemalangan, mereka menggerutu atau menyadari takdir Allah SWT. Sesungguhnya nikmat dan karunia Allah SWT tidak akan terasa banyak, berlimpah ruah kecuali adanya rasa syukur. Mensyukuri nikmat akan menambah nikmat yang lebih banyak serta dapat memelihara nikmat yang telah ada. Cara kita melatihnya minimal setelah sholat luangkan sedikit waktu untuk bersujud syukur di awali dengan membaca tasbih, sholawat, do’a sapu jagad kemudian ucapkan syukur di dalam hati atas apa yang di anugerahkan Allah kepada kita.
Insya’Allah kalau kita bisa bersyukur baik ketika diberikan hal yang indah ataupun diberikan cobaan oleh Allah, hari yang kita lewati akan terasa nyaman tanpa beban.
Betul, Betul, Betul,.?
@Nur Islamiyah
BalasHapusOrang yang mempunyai kecacatan pada panca indera justru lebih bersemangat untuk menggali ilpeng, sedangkan orang yang normal justru menyalah gunakan panca indra mereka??Iya, iya,.
Maksud dari pernyataan anda tersebut bagaimana mbak, mohon dapat diperjelas lagi?Terima kasih..
@Wakhid rohmansyah (232107241) kelas A
BalasHapusApa dampak negatifnya jika dalam mencari ilmu tidak menggunakan hati,?
Diatas sudah sedikit saya jelaskan mas ya..
Jika kita dalam mencari ilmu tidak menggunakan hati maka yang akan terjadi muncullah sifat sombong dalam diri kita mas, misalnya, ketika kita mencari ilmu tetapi tidak sungguh-sungguh, pasti kita akan sombong dan angkuh mas. Sombong yang bagaimana, maksudnya kita sombong akan segala sesuatu, dan kita akan merasa paling.
Mungkin begitu saja ya mas?Terima kasih..
Slamet Uripah
BalasHapus2021110025
A
Bagaimana cara menjaga panca indra (mata dan telinga) dan kekuatan (hati) agar semakin taat kepada Allah?
subariroh
BalasHapus2021110009
A
bagaimana jika seseorang tidak mempunyai alat indra yang lengkap untuk tetap mencari ilmu pengetahuan?
Widyawati
BalasHapus2021110041
A
Bagaimana agar kita dapat memanfaatkan panca indra dengan semaksimal mungkin, jika di kaitkan untuk mencari ilmu?
Bagaimana menurut pemakalah apabila ada seseorang yang memanfaatkan panca inderanya dikasihkan kepada orang lain dengan tujuan jual beli atau jual beli panca indera?
BalasHapusIkrimah 2021110045_A
BalasHapusPenjelasan antara judul makalah dengan keterangan dalam hadits ya mbak?oke..Terimakasih..
Seperti penjelasan yang sudah saya sampaikan di atas ya mbak, apa itu pengertian epistemologi, dan sebagainya..
Inti dari keterangan Hadits ini adalah do'a yang diajarkan Rosulullah SAW. agar segala nikmat yang sudah kita miliki yang khususnya berupa alat indera selalu dalam keadaan yang baik dan bermanfaat di jalan Allah SWT.
Mungkin itu saja ya mbak..Terima Kasih..
Hikmah Rifqiani
BalasHapus2021110001
Kelas A
Bersumber dari manakah pengetahuan manusia itu?
Pengetahuan manusia itu bersumber dari hati mbak,. Setelah kita dapat menggunakan hati kita untuk merasakan segala seuatu, pastinya kita akan memperoleh ilmu semaksimal yang kita harapkan mbak. Karena proses keilmuan manusia dapat terjadi karena bertemunya subyek ilmu dengan obyek ilmu. Maka suatu ilmu pada dasarnya akan tercipta apabila subyek ilmu dan obyek ilmu bertemu. Bisa dipahami mbak? Oke.. Terima kasih..
@KHAYYUN NAFI 2021110028 KELAS A
BalasHapusApa yang yang harus dilakukan oleh seorang pendidik jika ada salah satu peserta didiknya mempunyai salah satu kecacatan, misalnya tunaaksara ataupun tunarungu.?Oke mbak..
Jika ada salah satu peserta didik kita yang mempunyai keistimewaan ya mbak?jangan kecacatan..
Misalnya tunaaksara ataupun tunarungu, hendaknya kita itu harus melakukan pedekatan terhadap anak itu dulu mbak.. Biasanya,anak yang terlahir tuna rungu, tuna wicara, ataupun tuna aksara cenderung memiliki emosi yang tidak stabil dan tumbuh sebagai anak yang kurang memiliki percaya diri mbak..Hal ini sangat banyak terjadi dan disebabkan karena banyak hal yaitu: anak tidak mampu menerima dan bersahabat dengan kekurangan yang ada didalam dirinya, sehingga tumbuh menjadi anak yang penuh dengan kemarahan. Sebab lain adalah kurang adanya penerimaan dilingkungan sekitarnya.
sebaiknya yang harus kita lakukan untuk kasus ini adalah terapi pengembangan diri mbak.. Pengembangan diri bisa didapatkan dari penerimaan diri sendiri, bersahabat dengan diri sendiri yang akan bisa menumbuhkan sikap fokus pada kelebihan, serta keberanian untuk menghadapi lingkungan.
Mislnya,kita lakukan pembagian kelas, terdiri dari dua kelas pilihan yaitu kelas besar dan private.
a. Kelas private: 1jam pertemuan bersama dengan orang tua.
b. Kelas besar: 1jam pertemuan bersama teman dan orang tua.
Max diikuti 5 anak dalam satu kelas(orang tua ikut terlibat untuk membangun penerimaan diri antara anak dan orang tua).
Dan yang harus kita bidik dalam proses terapy penyandang tuna rungu, tuna wicara, ataupun tuna aksara kelas anak-anak sebaiknya:
>Usia 4th-6th
Memaksimalkan fungsi indera, dan proses adaptasi dan penerimaan diri.
>Usia 7th-12th
Pengembangan diri menuju pribadi yang optimis dan fokus pada kelebihan.
Kepanjangan ya mbak..Maaf..
mungkin itulah yang bisa sedikit saya sampaikan kurang dan lebihnya saya mohon maaf..
Assalamu'alaikum..
@faqieh
BalasHapus@arif_pandansarian
@slamet uripah
@subariroh
@Widya Wati
@shofiyatul inayah
MOHON MAAF..ANDA BELUM BERUNTUNG..
TERIMA KASIH..