MAKALAH
MENUJU PERILAKU POLITIK YANG BERTANGGUNG JAWAB
“BERFIKIR DAN BERJUANG BERSUNGGUH-SUNGGUH UNTUK RAKYAT”
Di susun Guna Memenuhi Tugas:
Mata Kuliah Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu: Muhammad Hufron, M.S.I
Disusun Oleh:
Taufiq Kurniawan (2021110181)
Kelas D
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Pemimpin adalah seseorang yang mengetuai suatu kelompok. Seorang pemimpin haruslah yang dikagumi oleh pengikutnya baik itu dalam tindakan, ucapan, dan perbuatan, serta mematuhi apa yang di perintahkan oleh pemimpin. Seorang pemimpin suatu kelompok merupakan cerminan dari rakyat-ratyatnya.jikalau pemimpin itu tidak baik maka rakyatnya pun dipandang tidak baik, begitu pun sebaliknya.
Seorang pemimpin harus bertanggung jawab terhadap rakyatnya, karena seorang pemimpin telah di deri amanat dan tanggung jawab oleh Allah SWT, apabila disia-siakan itu termasuk dosa besar, lebih-lebih apabila seorang pemimpin menghianati rakyat itu termasuk penipu terhadap kaum Muslimin, dan itu termasuk dosa besar yang bias menjauhkan dari surga
BAB II
PEMBAHASAN
A. Materi hadits
ان عبيدالله بن زياد عاد معقل بن يسار في مرضه فقال له معقل اني محدثك بحديث لولا اني في الموتي لم احدثك به سمعت رسول ا الله صل الله عليه وسلم يقول :
مَا مِنْ أَمِير يَلِي أَمْر الْمُسْلِمِينَ ثُمَّ لَا يَجْهَد لَهُمْ وَيَنْصَح إِلَّا لَمْ يَدْخُل مَعَهُمْ الْجَنَّة
B. Tarjamah Hadits
Sesungguhnya Ubaidillah bin Ziad menjenguk Ma’qil bin Yasar dalam sakitnya kemudian Ma’qil berkata kepadanya: “aku akan membacakan hadits ku kepadamu, seandainya jika aku tidak akan meninggal maka aku akan tidak membacakan hadits ini kepadamu. Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: tidaklah seorang pemimpin yang memimpin perkara orang muslimin kemudian dia tidak bersungguh-sungguh dan tidak berbuat baik kepada mereka kecuali dia tidak akan masuk surga bersama mereka”
C. Mufrodat
ان عبيدالله بن زياد عاد معقل بن يسار في مرضه فقال له معقل اني محدثك بحديث لولا اني في الموتي لم احدثك به سمعت رسول ا الله صل الله عليه وسلم يقول مَا مِنْ أَمِير يَلِي أَمْر الْمُسْلِمِينَ ثُمَّ لَا يَجْهَد لَهُمْ وَيَنْصَح إِلَّا لَمْ يَدْخُل مَعَهُمْ الْجَنَّة | Sesungguhnya Ubaidillah bin Ziad menjenguk Ma’qil bin Yasar dalam sakitnya kemudian Ma’qil berkata kepadanya: aku akan membacakan hadits ku kepadamu seandainya jika aku tidak akan meninggal maka aku akan tidak membacakan hadits ini kepadamu Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: tidaklah seorang pemimpin yang memimpin perkara orang muslimin kemudian dia tidak bersungguh-sungguh kepada mereka dan tidak berbuat baik Kecuali dia tidak akan masuk bersama kesurga mereka (kaum Muslimin) |
D. Biogafi perowi
Ma’qil bin Yasar nama lengkapnya adalah Ma’qal Ibn Mu;ir al-Mujni AbuAli. Dikatakan bahwa dia adalah Abu Ali, ada yang mengatakannya sebagai AbuYasar; serta ada pula yang mengatakan bahwa dia adalah Abdullah al-Bashry.
Ia meriwayatkan hadits dari Rasulullah saw. dan termasuk salah seorangsahabat yang hadir pada bai’at di bawah pohon(bai’ah al-ridwan). Ia jugameriwayatkan hadits dari Nu’man Ibn Maqran
Al-Azaly berkata, “Ia diberi kunyahAbu Ali, tetapi di kalangan sahabat tidak diketahui siapa yang memberi kunyah dengan Abu Ali tersebut.” Dikatakan bahwa ia meninggal di Basrah pada akhir kekhalifahan Mu’awiyah. Namun menurut sebagia ulama, ia meninggal pada masa kekhalifahan Abu Yazid. AbuHajar al-Asqalani bekata bahwa pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat al-Bukhari dalam kitab al-Ausath pasal “Orang-orang yang meninggal antara tahun60 dan 70 H.[1]”
E. Keterangan Hadits
) اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَنَّ ذَلِكَ مِنْ الْكَبَائِر الْمُوبِقَة الْمُبْعِدَة عَنْ الْجَنَّة . وَاَللَّه أَعْلَم . مَا مِنْ أَمِير يَلِي أَمْر الْمُسْلِمِينَ ثُمَّ لَا يَجْهَد لَهُمْ وَيَنْصَح إِلَّا لَمْ يَدْخُل مَعَهُمْ الْجَنَّة ) أَمَّا فِقْه الْحَدِيث فَقَوْله صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : حَرَّمَ اللَّه عَلَيْهِ الْجَنَّة فِيهِ التَّأْوِيلَانِ الْمُتَقَدِّمَانِ فِي نَظَائِره أَحَدهمَا أَنَّهُ مَحْمُول عَلَى الْمُسْتَحِلّ ، وَالثَّانِي حَرَّمَ عَلَيْهِ دُخُولهَا مَعَ الْفَائِزِينَ السَّابِقِينَ وَمَعْنَى التَّحْرِيم هُنَا الْمَنْع . قَالَ الْقَاضِي عِيَاض رَحِمَهُ اللَّه : مَعْنَاهُ بَيِّن فِي التَّحْذِير مِنْ غِشّ الْمُسْلِمِينَ لِمَنْ قَلَّدَهُ اللَّه تَعَالَى شَيْئًا مِنْ أَمْرهمْ وَاسْتَرْعَاهُ عَلَيْهِمْ وَنَصَبَهُ لِمَصْلَحَتِهِمْ فِي دِينهمْ أَوْ دُنْيَاهُمْ ، فَإِذَا خَانَ فِيمَا اُؤْتُمِنَ عَلَيْهِ فَلَمْ يَنْصَح فِيمَا قُلِّدَهُ إِمَّا بِتَضْيِيعِهِ تَعْرِيفهمْ مَا يَلْزَمهُمْ مِنْ دِينهمْ ، وَأَخْذهمْ بِهِ ، وَإِمَّا بِالْقِيَامِ بِمَا يَتَعَيَّن عَلَيْهِ مِنْ حِفْظ شَرَائِعهمْ وَالذَّبّ عَنْهَا لِكُلِّ مُتَصَدٍّ لِإِدْخَالِ دَاخِلَة فِيهَا أَوْ تَحْرِيف لِمَعَانِيهَا أَوْ إِهْمَال حُدُودهمْ ، أَوْ تَضْيِيع حُقُوقهمْ ، أَوْ تَرْك حِمَايَة حَوْزَتهمْ ، وَمُجَاهَدَة عَدُوّهِمْ ، أَوْ تَرْك سِيرَة الْعَدْل فِيهِمْ ، فَقَدْ غَشَّهُمْ قَالَ الْقَاضِي : وَقَدْ نَبَّهَ صَلَّى
وَأَمَّا قَوْل مَعْقِل رَضِيَ اللَّه عَنْهُ لِعُبَيْدِ اللَّه بْن زِيَاد : ( لَوْ عَلِمْت أَنَّ لِي حَيَاة مَا حَدَّثْتُك )
حَرَّمَ اللَّه عَلَيْهِ الْجَنَّة kata Mempunyai dua fersi, yang pertama, mustahil masuk surga, yang kedua haram masuk surga bersama orang-orng yang beruntung yang dahulu (mungkin masuk surga tapi tidak bersama orang-orang yang beruntung) menurut Qodhiat hadits tersebut merupakan peringtan dari penipu kaum muslimin bagi orang yang diamanati urusan mereka dan mengatur kemaslahatan mereka dalam masalah agama atau dunia.
Apabila orang itu menghianati apa yang menjadi amanatnya bisa dengan menyia-nyiakan apa yang menjadi ketetapan kaum muslimin dari agamanya atau berubah makna-makna syariat atau menyia-nyiakan had-had mereka atau menyia-nyiakan hak-hak mereka atau meninggalkan keadilan maka itu termasuk penipun terhadap kaum muslimin dan itu termasuk dosa besar yang menjauhkan dari surga.
Ma’qil tidak akan menceritakan kalau dia akan hidup karena dia tahu bahwa tidak akan bermanfaat mauidhoh tentang hal tersebut, tetapi Ma’qil takut kalau termasuk orang yang menyembunyikan hadits[2].
F. Aspek tarbawi
Dari hadits diatas dapat kita ambil pelajaran bahwa seorang pemimpin adalah orang yang diamanati oleh Allah, untuk memimpin rakyatnya. seorang pemimpin itu harus berfikir dan berjuang bersungguh-sungguh untuk rakyat
Seorang pemimpin hendaknya jangan menganggap dirinya sebagai manusia super yang bebas berbuat dan memerintah apa saja kepada rakyatnya, akan tetapi ia harus berusaha memposisikan dirinya sebagai pelayan dan pengayom rakyat, seperti firman Allah dalam surat Asy-Syuara: 215
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman”. “(Q.S.asy-Syu’ara : 215)[3].
Apabila seorang pemimpin menyia-nyiakan apa yang menjadi amanatnya, maka pemimpin itu adalah seorang yang penipu terhadap kaum Muslimin, dan itu dosa besar yang menjauhkan dari surga
Seorang pemimpin yang seperti itu tidak akan masuk surga bersama orang-orang yang beruntung
Selain yang disebutkan diatas seorang pemimpin hendaknya:
1. Sebagai seorang pemimpin harus memiliki kepribadian yang baik dan berwibawa.
2. Berprilaku jujur,adil,serta bijaksana dalam menjalankan roda pemerintahan.
3. Selalu bersungguh-sungguh dalam mengemban amanat dari rakyat.
4. Harus selalu percaya bahwa apa yang dilakukannya untuk rakyat pasti akan dimintai pertanggung jawabannya di dunia maupun di akhirat.
5. Dalam setiap tindakannya sebagai pemimpin harus selalu berpegang teguh pada aturan hukum dan agama.
BAB III
PENUTUP
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin haruslah mempunyai pribadi yang bijaksana, bertanggung jawab, dan adil untuk kemakmuran rakyatnya. Bijaksana dalam mengambil keputusan, bertanggung jawab atas apa yang diputuskannya, adil dalam setiap tindakan-tindakannya.
Tidaklah mudah menjadi seorang pemimpin yang sesuai dengan ketentuan agama Islam. Tetapi kita tidak boleh menyerah untuk menjadi pemimpin yang baik, yang mampu mensejahterakan rakyat dan diridhoi oleh Allah. Kreteria pemimpin yang baik diantaranya :
1. Sebagai seorang pemimpin harus memiliki kepribadian yang baik dan berwibawa.
2. Berprilaku jujur,adil,serta bijaksana dalam menjalankan roda pemerintahan.
3. Selalu bersungguh-sungguh dalam mengemban amanat dari rakyat.
4. Harus selalu percaya bahwa apa yang dilakukannya untuk rakyat pasti akan dimintai pertanggung jawabannya di dunia maupun di akhirat.
5. Dalam setiap tindakannya sebagai pemimpin harus selalu berpegang teguh pada aturan hukum dan agama.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
v Syaikh Nawawi, syarah sohih muslim, kitabul iman, bab istuhqoqul walilghosyi liro’iyatinnar, jilid2
v Prof. T.M. Hasbi Ashshiqi,dkk, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Madinah Al-Munawarah: Al-Malik Fahd li Tiba’at Almushaf Asy-syarif,
Nama : Asmaul fauziah
BalasHapusKelas: D
Nim : 2021110165
dalam berpolitik kan tidak kenal teman/lawan karena sikap orang berpolitik kadang berubah2 mengikuti yang berkuasa.bagaimana cara kita mempertahankan prinsip/pendapat kita terhadap sesuatu yang memihak rakyat sedangkan kalau pendapat kita tak sama dengan kelompok/ partai maka kita akan dikucilkan???
Nama : Taufiq Kurniawan
BalasHapusNIM : 2021110181
sedikit menjawab dari pertanyaan mbak asmaul, kalau menyimpang mohon diluluruskan....
sebenarnya saya belum terlalu tahu tentang konsep berpolitik,,, tapi tak apalah sekadar mengeluarkan pendapat saya
jika terjaadi hal yang seperti itu menurut saya lebih baik dirrrembuk ulang antara anggota parol tersebut,,,
bagaimana solusi terbaik untuk rakyat..
karena pemimpin itu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat
Nama:Nur salam
BalasHapus2021110182
kelas D
Bagaimana penerapan hadits di atas dalam dunia pendidikan ?
sedikit menanggapi pertanyaannya mas nur salam,,,
Hapusapabila menyeleweng mohon diliuruskan
menurut saya penerapan hadits ini didalam dunia pendidikan yaitu dimana seorang pendidik itu adalah seorang pemimpin bagi anak-anak didiknya, dimana seorang pendidik haruslah berjuang, serta bersungguh-sungguh untuk mencerdaskan anak didiknya, bukan hanya sekedar memberi materi kemudian tidak mau tahu entah muridnya paham atau tidak....
terimakasih
Nama: M.Iqbal Majdi
BalasHapusNim: 202 111 0170
P: bgaimana agar Indonesia mjd negara Rahmatan Lil Alamin??
Nama : TAufiq Kurniawan
HapusNIM : 2021110181
terimakasih atas partisipasinya
sedikit menanggapi pertanyaan dari mas iqbal semampu saya...
apabila menyeleweng mohon diluruskan
mengingat tatanegaraan di Indonesia pada saat ini sulit dikatakan sekali menjadikan indonesia sebagai rahmatan lil alamin
rohmatan lil biladina indonesian khoshshoh pun saya kira masih belum terlalu terlaksana, hal ini disebabkan karena memang dari faktor kepimpinannya yang tidak berjalan dengan semestinya, namun semoga saja negara indonesia tercinta ini bisa menjadi negara yang bisa menjadi rahmatan lil alamin, dengan memperhatikan hal-hal seperti berikut,
1. seperti dijelaskan dimakalah saya diatas bahwa setiap pemimpin haruslah berfikir, berjuang, bersungguh-sungguh untuk rakyat, dengan seperti itu rakyat akan senang dikarenakan diperhatikan oleh pemimpinnya, dan pastinya akan makmur,,
2. Dengan hidup toleransi yang tinggi, barulah kita akan dapat hidup damai dan harmonis
dlm bermacam agama dan suku.
3. para rakyat haruslah patuh terhadap seorang pemimpin yang adil dan bijaksana, karena seorang pemimpin merupakan seseorang yang diamanati oleh Allah
4. berhubung negara indonesia sendiri bukanlah negara islam, tetapi negara yang pancasilais, seyogyanya semua orang indonesia haruslah mengamalkan isi dari sila-sila pancasila,
Nama : Saefurrahman Wahid
BalasHapusKelas : D
Nim : 2021110161
Bagaimana anda mengenai menyelesaikan masalah ini, dalam realita seorang pemimpin yang tidak bertanggung jawab dalam memimpin rakyatnya..?? tolng diringkas jwabannya..
terimakasih atas partisipasi anda,
Hapussaya akan sedikit menanggapi pertanyaan anda, apabila menyimpang mohon diluruskan,,..
jika terjadi sebuah kasus seperti ini maka menurut saya haruslah pemimpin itu diganti supaya bisa bertanggung jawab dan bersungguh-sungguh dalam memimpin rakyatnya,,,..
karena pemimpin itu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat,,,
apabila tidak bersungguh-sungguh memimpin rakyat kenapa menyalonkan diri sebagai pemimpin???
seperti firman Allah yang termaktub dalam Al-Qur'an surat an-nisa' ayat 58
• •• • •
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS An-Nisaa 58)
Nama : Dewi Shofiana
BalasHapusNIM : 2021110164
Kelas : D
Pertanyaan
Bagaimana pendapat Anda jika seorang pemimpin hanya memperhatikan golongan tertentu saja (sebagai balas budi atas dukungan yang diberikan)?
nama : Taufiq Kurniawan
HapusNIM : 2021110181
terimakasih atas partisipasi anda, sedikit menanggapi pertanyaannya mbak dewi, apabila menyimpang mohon diluruskan,,.
seyogyanya seorang pemimpin itu harus memperhatikan semua rakyatnya,,, tidak memilih-milih dikarenakan apabila seorang pemimpin hanya memperhatikan golongan tertentu saja pasti akan menimbulkan kecemburuan sosial, dan ini bisa merusak tatanan suatu negara,,,
dikarenakan pasti golongan yang tidak diperhatikan pasti akan memberontak,, dan seprang pemimpin itu harus gertanggung jawab atas semua rakyatnya,,
seperti sabda Nabi SAW "Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggung jawab atas yang dipimpinnya." [HR. Bukhari & Muslim].
Nama : Ifada Roudhotul chusna
BalasHapusNim : 2021110173
Kelas : D
Jika salah satu dari kreteria pemimpin tidak terpenuhi, apakah pemimpin tersebut tetap mendapatkan dosa besar?
Nama : Taufiq Kurniawan
BalasHapusNIM : 2021110181
mencoba menanggapi pertanyaannya mbak ifada semampu saya, apabila menyimpang mohon diluruskan
jika suatu kaum dipimpin oleh orang yang bukan ahlinya maka ketatanan negara itu akan hancur,, karena urusan negara dipegang oleh orang yang bukan ahlinya,,
seperti sabda rasulullah SAW
"dari Jabir RA berkata, tatkala Nabi SAW berada dalam suatu majelis sedang berbicara dengan sahabat, maka datanglah orang Arab Badui dan berkata: “Kapan terjadi Kiamat?” Rasulullah SAW terus melanjutkan pembicaraannya. Sebagian sahabat berkata: Rasulullah SAW mendengar apa yang ditanyakan tetapi tidak menyukai apa yang ditanyakannya. Berkata sebagian yang lain: Rasul SAW tidak mendengar”. Setelah Rasulullah SAW menyelesaikan perkataannya, beliau bertanya: ”Mana yang bertanya tentang Kiamat?” Berkata orang Badui itu: ”Saya wahai Rasulullah saw.” Rasul SAW berkata: ”Jika amanah disia-siakan, maka tunggulah Kiamat”. Bertanya: ”Bagaimana menyia-nyiakannya?”. Rasul SAW menjawab: ”Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah Kiamat” (HR Bukhari)"
Oleh karena itu, urusan-urusan yang menyangkut umat sebaiknya dipercayakan kepada orang-orang yang murni dalam beragama dan bisa dipercaya. Sebab, jika sampai dipercayakan kepada selain mereka, itu berarti menyia-nyiakan amanat yang telah dibebankan Allah ke pundak mereka.
mengenai dosa atau tidak wllahu a'lam ya mbak,, karena itu urusan Allah, tetapi misalkan sudah tahu calon pemimpinnya itu tidak bisa memimpin negara kenapa rakyat memilih pemimpin yang tidak bisa mengurus ketatanegaraan???
NAMA: M SYAUQIL MALIK
BalasHapusKELAS; D
NIM: 202110180
kita tau bahwa negara kita negara demokrasi, dan ketika memolih pemimpin kita mengadakan pemilu ....
yang suya pertanyakan bagaimana pandangan anda ketika calon pememipin dari beberapa calon hakikatnya tidak bisa mugkin bisa juga dikatakan kurang mampu, tetapi ia mempunyai masa banyak yang akhirnya ia menjadi pemimpin ....
bgaimana tanggapan anda?????
sedikit menjawab pertanyaan mas malik, apabila menyimpang mohon diluruskan
BalasHapuskalau memang kenyataannya semua calon tidak mempunyai skill leader, terus terang dalam hati saya, saya tidak akan memilih siapapun,, tetapi berhubung negara indonesia negara demokrasi, dimana pemilu itu harus dijalankan maka sebagai seorang warga negara yang baik seyogyanya ikut berpartisipasi dalam pemilu tersebut,,,
mengenai ketika seorang pemimpin yang tidak mempunyai keahlian dalam hal kepemimpinan itu merupakan tanda-tanda hari akhir spt sabda Nabi SAW
"dari Jabir RA berkata, tatkala Nabi SAW berada dalam suatu majelis sedang berbicara dengan sahabat, maka datanglah orang Arab Badui dan berkata: “Kapan terjadi Kiamat?” Rasulullah SAW terus melanjutkan pembicaraannya. Sebagian sahabat berkata: Rasulullah SAW mendengar apa yang ditanyakan tetapi tidak menyukai apa yang ditanyakannya. Berkata sebagian yang lain: Rasul SAW tidak mendengar”. Setelah Rasulullah SAW menyelesaikan perkataannya, beliau bertanya: ”Mana yang bertanya tentang Kiamat?” Berkata orang Badui itu: ”Saya wahai Rasulullah saw.” Rasul SAW berkata: ”Jika amanah disia-siakan, maka tunggulah Kiamat”. Bertanya: ”Bagaimana menyia-nyiakannya?”. Rasul SAW menjawab: ”Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah Kiamat” (HR Bukhari)
namun apabila benar-benar terpilh seorang pemimpin harus sipatuhi, asalkan tidak menyimpang dengan syriat islam dan hukum positif di Indonesia
Nama : Amanullah Jaya wardana
HapusNIM : 2021110162
Kelas : D
Pertanyaan
Bagaimana jika pemahaman antara rakyat dan pemimpin berbeda, apa yang harus dilakukan?apakah mengikuti pemimpin atau mengikuti keinginan rakyat?
sedikit menanggapi pertanyaannya mas amnullah semampu saya, jika menyimpang mohon diluruskan
BalasHapusjika terjadi perbedaan persepsi antara rakyat dan pemerintah, menurut saya masing-masing wakil dari keduanya bermusyawarah hingga menimbulkan mufakat, mana yang terbaik bagi kedua belah pihak, atau mengambil jalan keluar yang terbaik diantara yang terbaik bagi kedua belah pihak
referensi:
BalasHapus- www.ikhwanmuslim.or.id/?content=hadits_detail&idb=27
- http://assunnah-qatar.com
- Qur'an dan hadits