MAKALAH
PROSES
AKAL SEHAT
(
AKAL, ILMU DAN AMAL )
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas individu :
Mata Kuliah : Hadits
Tarbawi II
Dosen Pengampu : Ghufron Dimyati, M.S.I
Oleh :
AMILATUN ISTIQOMAH
2021 111 100
PAI C
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PEKALONGAN
2013
PENDAHULUAN
Hadits
sebagai sumber kedua setelah Al – Qur’an selain mempunyai fungsi menjelaskan,
menguatkan hukum yang ada dalam AL –
Qur’an juga merupakan sumber ilmu pengetahuan (keagamaan), humaniora
(kemanusiaan) dan pengetahuan sosial yang dibutuhkan umat manusia.
Hadits dari Aisyah mengatakan bahwa manusia
bisa utama baik di dunia maupun di akhirat dengan akalnya. Allah SWT
menganugerahkan akal kepada manusia, dengan akal itulah manusia berbeda dari
makhluk – makhluk lainnya. Dan dengan akal juga manusia dikenai kewajiban oleh
Allah SWT. Agar manusia tidak sesat, maka akal manusia harus dibekali dengan
ilmu yang bermanfaat sehingga manusia mendapatkan keutamaan baik di dunia
maupun di akhirat.
PEMBAHASAN
A.
Materi
Hadits
Hadits 21 : Proses Akal Sehat ( Akal, Ilmu dan Amal )
عَنْ عَائِشة قَالَتْ:﴿ قُلْتُ يَا رَسُوْلَ
اللهِ بِأَيِّ شَئٍ يَتَفَاضَلُ النَّاسُ فِى الدُّنْيَا ؟ قَالَ: بِالْعَقْلِ,
قَلَتْ فَفِى اْلأَخِرَةِ ؟ قَالَ: بِالْعَقْلِ. فَقَالَتْ عَائِشَةُ: اِنَّمَا
يُجْزَوْنَ بِأَعْمَالِهِمْ ؟ قَالَ وَهَلْ عَمِلُوْا اِلاَّ بِقَدْرِمَا
أَعْطَاهُمْ اللهُ مِنَ الْعَقْلِ فَبِقَدْرِمَا أُعْطُوْا مِنَ الْعَقْلِ كَانَتْ
أَعْمَالُهُمْ وَبِقَدْرِمَا عَمِلُوْا يُجْزَوِنَ﴾ ( رَاوَهُ الحَارث فِى الْمُسْنَد )
B.
Terjemah
Hadits
Dari ‘Aisyah-ra- ia berkata : saya
bertanya kepada Rasulullah, dengan apakah manusia bisa utama di dunia.
Rasulullah berkata ; dengan akal. Aisyah bertanya lagi : kalau diakhirat?,
Rasulullah menjawab ; dengan akal. Maka Aisyah bertanya lagi : (bukankah)
manusia sesungguhnya manusia itu dibalas hanya karena amal-amalnya. Rasulullah
menjawab : dan tidaklah manusia-manusia beramal kecuali dengan sekedar yang
Allah SWT berikan yaitu akal. Maka dengan sekedar apa yang telah diberikan
kepada mereka (akal) itulah amal-amal mereka. Dan atas sekedar apa yang mereka
kerjakan, maka mereka mendapat balasan.
C.
Mufrodat
بِأَيِّ شَئٍ
: Dengan apakah الدُّنْيَا : Dunia
يَتَفَاضَلُ
:Utama بِالْعَقْل :Dengan akal
يُجْزَوْنَ : Dibalas اْلأَخِرَةِ : Akhirat
عَمِلُوْا : Beramal بِقَدْر : Dengan sekedar
أَعْطَاهُمْ
: Telah diberikan kepada mereka.
D. Biografi perowi
Aisyah Ash Shiddiqiah ialah Aisyah binti Abu Bakar Ash shiddieq. Ibunda
beliau bernama Ummu Rumman binti ‘Amr Ibn Umaimir Al Kinaniyah. Aisyah
dilahirkan sesudah Nabi diangkat menjadi Rasul.
Menurut riwayat yang masyhur Nabi mengawini beliau di Makkah di waktu
beliau berusia 6 tahun, sesudah sebulan Nabi kawin dengan Saudah yaitu 3 tahun
sebelum hijrah. Pada bulan Syawal sesudah 8 bulan Nabi berhijrah ke Madinah
dikala itu Aisyah berusia 9 tahun, baru Nabi berumah tangga dengan beliau.
Dikala Nabi wafat, beliau baru berusia 13 tahun.
Beliau meriwayatkan 2210 hadits. Bukhary Muslim menyepakati sejumlah 174
hadits. Bukhary sendiri meriwayatkan 64 hadits dan Muslim sendiri meriwayatkan
63 hadits. Beliau menerima hadits dari Nabi sendiri dan dari para sahabat. Di
antaranya ialah ayahanda beliau sendiri, Umar Hamzah ibn Al Aslamy, Sa’ad ibn
Abi Waqash, Fatimah az Zahra. Hadits haditsnya diriwayatkan oleh banyak sahabat
dan tabi’in. Banyak para sahabat dan tabi’in menerima berbagai macam hukum dari
beliau.
Hisyam ibn Urwah mengatakan “aku tidak melihat seseorang yang mengetahui
tentang fiqh, obat-obatan dan syi’ir Arab selain Aisyah.” Atha berkata, “
Aisyah adalah sepandai pandai ulama.”
Menurut Az Zuhri, jika dibandingkan ilmu yang dimiliki oleh Aisyah dengan
seluruh ilmu yang dipunyai oleh permaisuri – permaisuri Rasul yang lain dan
ilmu para sahabat, maka ilmu yang dimiliki oleh Aisyah masih lebih unggul.
Aisyah adalah orang yang keempat diantara tujuh orang sahabat yang banyak
meriwayatkan hadits. Beliau wafat pada bulan Ramadhan sesudah melakukan shalat
witir pada tahun 57 atau 58 H = 668 M.[1]
E.
Keterangan
Hadits
Akal adalah sarana terpenting yang dapat membantu
manusia membangun peradaban dibumi dan melaksanakan tugas kekhalifahan
sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT. Allah SWT menganugerahkan kepada
manusia suatu petunjuk yang tinggi, yaitu petunjuk akal. Akal itulah yang
membedakan manusia dari semua makhluk lainnya. Dengan akal, manusia dapat
mengetahui dirinya sendiri dan dunianya serta Rabbnya. Dan akal itulah
yang menjadikan manath al – taklif ( sebab manusia dikenakan kewajiban
oleh Allah SWT ).
Akal juga sering tergesa – gesa, sombong atau dikuasai
oleh ambisi. Akal juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan, latar belakang
keagamaan, dan budaya masyarakat yang ia warisi, baik pengaruh ini merupakan
pengaruh positif ataupun negatif.[2]
Karena itu, akal sebagaimana dikatakan oleh Imam
Muhammad Abduh memerlukan penolong yang dapat membimbingnya kejalan yang benar,
pembimbing itu akan memberikan perasaan damai apa yang akan dicapai oleh akal,
pembimbing akal ini adalah wahyu Ilahi.[3]
Sedangkan Ilmu menurut etimologi berasal dari kata
bahasa Arab عَلِمَ artinya mengetahui, sedangkan menurut
istilah yaitu:
اَ لْعِلْمُ
صِفَة ٌيَنْكَشِفُ بِهاَ ا لْمَطْلُوْ بِ ا ِنْكِشاَ فاً تاَ ماً
“ilmu adalah suatu sifat yang dengan sifat tersebut
sesuatu yang dituntut bisa terungkap dengan senpurna”.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu merupakan
sarana untuk mengungkap, mengatasi, menyelesaikan dan menjawab persoalan yang
sedang dihadapi dalam hidup dan kehidupan manusia. Dengan ilmunya orang akan
dapat memikirkan semesta dengan segala kemahakuasaan Penciptanya, dimana proses
berfikir itu melibatkan akalnya.[4]
Sedangkan amal adalah perbuatan manusia yang biasanya mengacu
pada perbuatan positif atau aplikasi ilmu dalam kehidupan.
Hadits diatas menjelaskan bahwa ketika Aisyah bertanya
kepada Nabi Muhammad SAW tentang dengan
apa manusia bisa unggul di dunia maupun di akhirat, kemudian Nabi Muhammad SAW
menjawab dengan akal. Aisyah bertanya lagi bukankah yang menyelamatkan manusia
di akhirat itu dengan amal – amalnya, Nabi menjawab bahwa dengan akal maka
manusia akan dapat beramal dengan baik.
Bisa dikatakan bahwa setiap perbuatan atau amalan
manusia itu semua dapat dilakukan karena adanya akal dan ilmu yang telah Allah
berikan kepada tiap – tiap manusia agar mereka dapat melakukan sesuatu dalam
kehidupannya. Dari akal manusia dapat memikirkan sesuatu dan mencoba mencari
tahunya secara terus menerus yang disebut dengan ilmu yang kemudian ilmu
tersebut akan disampaikan kepada orang lain atau sebagai amal.
Seorang muslim
yang unggul dengan akal dan kebersihan pikirannya adalah manusia yang lurus,
seimbang dan realitas, bukan manusia yang gelisah dan goncang jiwanya. Orang
seperti ini akan menyingsingkan lengan baju untuk segera bersungguh – sungguh
dalam beramal sholeh tanpa bersandar kepada asal keturunan, kemuliaan nenek
moyang dan tempat tinggal.[5]
F.
Nilai tarbawi
1.
Dengan akal manusia mempunyai kelebihan –kelebihan dibanding
makhluk – makhluk lainnya sehinggah akal memudahkan urusan mereka didunia
tentunya diimbangi dengaan ilmu yang ada.
2.
Menggunakan akal dalam rangka mendapat hal – hal yang bermanfaat
bagi kehidupannya, seperti memikirkan dan merenungi ciptaan – ciptaan Allah SWT
dan syari’at – syari’at NYA.
3.
Memuliakan dan menjaga akal dengan hal – hal yang positif.
4.
Akal tanpa ilmu tidak akan berarti apa – apa.
5.
Mampu membedakan sesuatu yang benar dan salah dengan akal dan ilmu.
PENUTUP
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa akal merupakan sesuatu yang hanya dimiliki manusia yang membedakannya
dengan makhluk – makhluk lain. Dari akal manusia dapat memikirkan
sesuatu dan mencoba mencari tahunya secara terus menerus yang disebut dengan
ilmu yang kemudian ilmu tersebut akan disampaikan kepada orang lain atau
sebagai amal dan manusia akan mendapat balasan sesuai dengan amal – amal yang
diperbuatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Juwariyah. 2010. Hadis Tarbawi.Yogyakarta: Teras.
Al –
Qardhawy, Yusuf. 1998. As-sunnah sebagai Sumber IPTEK dan Peradaban. Jakarta:
Pustaka Al- Kautsar.
Hasbi
Ash Shiddieqy, Teungku. 1997. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Semarang:
Pustaka Rizki Putra.
Dieb Al Bugh, Mustafa. 2002. Al Wafi Syarah hadits Arba’in. Jakarta: Pustaka Al- Kautsar.
[1] Teungku. M .Hasbi
Ash Shiddieqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Semarang: Pustaka Rizki Putra,
1997), hlm. 258 – 259.
[2] Dr. Yusuf Al Qardhawy. As Sunnah Sebagai Sumber IPTEK Dan Peradaban, ( Jakarta: Pustaka Al
Kautsar, 1997), hlm. 98-99
[4] Dr.
Juwariyah,M.Ag. Hadits Tarbawi, ( Yogyakarta: Teras, 2010), hlm.139
[5] Musthafa Dieb Al bugh. Al Wafi Syarah
hadits Arba’in, (Jakarta: Pustaka Al – Kutsar , 2002). Hlm.375.
Qurrotul Aini (2021 111 098)
BalasHapusAssalamualaikum Wr.Wb.
dlm makalah dituliskan bhw akal Mampu membedakan sesuatu yang benar dan salah dengan akal dan ilmu.
di Indonesia banyak sekali koruptor di mana-mana, padahal mereka berpangkat tinggi. yg ign sy tanyakan, apkh mereka mempunyai akal dan ilmu, shg mereka tidak dpt membedakan mana yg baik dan mana yg buruk??
sampai-sampai ada pejabat yang mgtkn bhw apabila saya terbukti bersalah (korupsi) saya berani digantung di monas, apkh pernyataan itu pantas utk diungkapkan sbg seorang pjbt?? bagaimana komentar anda tentag hal tersebut??
terimakasih
wa'alaikumsalam Wr.Wb
HapusPertanyaan yang sangat bagus,,,
1.Mnurut saya mengenai hal tersebut ialah bahwa setiap orang memiliki akal dan ilmu entah akal itu sehat atau tidak dan ilmu itu sedikit maupun banyak. koruptor jelas memiliki akal dan ilmu hanya saja koruptor tidak menggunakan ilmu dan akal yang dimilkinya untuk hal hal yang positif. Atau bisa dikatakn koruptor memilki IQ dan EQ yg tinggi tetapi SQ nya rendah,karena tidak seimbang maka terjadi perbuatan yang menyimpang.
2.sifat seperti itu menurut saya manusiawi sebab pernyataan tersebut digunakannya untuk meyakinkan bahwa dirinya tidak bersalah dan sebagai pembelaan atas dirinya. meskipun nanti hasil pemeriksaannya ia terbukti salah atau tidak.
Nama ; Ana Lailya
BalasHapusNIM : 2021 111 121
Assalamu alaikum....
bagaimana menurut anda orang yang berakal dan berilmu tetapi jauh dari agamanya ?
wassalamu'alaikum....
Ana Lailya
Hapus2021 111 121
matur nuwun mbak atas jawabannya.... lalu bagaimana cara menyeimbangkan hal tersebut,,,,,
terima kasih mbak...
kita harus mngerti dan memahami terlebih dahulu ketiganya, dimana akal sebagai alat untuk mencari dan menerima ilmu harus di gunakan untuk sesuatu yang positif, untuk memilah dan memilih ilmu mana yang baik dan mana yang buruk sehingga tidak terjadi kesalahan dalam mengamalkannya. ketika kita sudah mempunyai ilmu yang bisa untuk diamalkan dan akal yang sehat maka kewajiban kita yaitu mengamalkan ilmu tersebut. ketiganya harus saling melengkapi karena ilmu tanpa amal adalah suatu kegilaan dan amal tanpa ilmu adalah suatu kesia- siaan.
Hapusterima kasih mbak atas jawabannya.....
Hapuswa'alaikumsalam,
BalasHapusMemang realitas seperti itu banyak kita jumpai pada masa sekarang, tapi alangkah indahnya jika ada orang yang berakal berilmu sekaligus beragama.
Dalam kitab ayyuhal walad karangan Syekh Imam Al Ghazali dijelaskan bahwa "orang berilmu tanpa beramal tak ubahnya seperti orang gila". Orang berilmu tapi tanpa agama itu seperti orang yang pintar tapi menyesatkan orang lain, agama itu perlu karena dengan agama kita dapat melakukan perbuatan sesuai dengan agama.
kasus yang banyak terjadi di Indonesia sperti korupsi, mereka para koruptor memiliki akal dan ilmunya tinggi tapi agamanya rendah.
jadi seharusnya antara akal, ilmu dan amal(agama) harus seimbang.
nama: Puji Astuti
BalasHapusnim: 2021 111 103
assalamualaikum,,,
mb mau tanya kan jika seseorang beramal kan harus tau ilmunya,trus bagaimana jika ada orang yang ilmunya sudah banyak tapi tidak mau mengamalkan ilmu yang dia pnyai? mohon solusinya hehehe
Tidak mengamalkan ilmu merupakan salah satu penyebab hilangnya keberkahan ilmu. Orang yang memilikinya akan dimintai pertanggungjawaban atas ilmunya.
HapusSolusi agar kita mau mengmalkan ilmu kita yaitu hendaknya kita mengetahui bahwa prbuatan tersebut sangatlah dibenci disisi Allah SWT yang kelak akan di mintai pertanggungjawabannya, dengan mengamalkan ilmu berarti akan semakin bertambah ilmunya. Pepatah mengatakan “ orang yang mencari ilmu namaun tidak berusaha mengamalkannya seperti orang yang mencari uang namun ia tak mampu membelanjakannya, lalu apa gunanya ia mencari uang??”
ULFATUL MAULA ( 2021 111 089 )
BalasHapusAssalamu'alaikum..
mba amil, pertanyaan sy singkat saja, bagaiman cara menjaga ilmu yang sudah kita dapat, agar bisa di amalkan dengan benar dan baik sesuai dg ilmu yg kita terima
terimakasih :)
Wassalamu'alaikum
Bebarapa adab seseorang dalam Menjaga ilmu agar bisa diamalkan diantaranya ketika belajar diusahakan dalam keadaan suci,memahami ilmunya dalam hati tidak terbatas pada tulisan saja, menggunakan waktu malam hari untuk qiyamul lail dan muthola’ah( mengulang kembali materi yang sudah disampaikan gurunya), tidak pernah merasa bosan ketika mendapati ilmu yang sama meskipun sudah 100 kali mendengarnya, musyawarah / diskusi ilmu karena dengan diskusi ilmu akan mudah diingat, menjauhi maksiat merupakan sebab paling utama dalam menjaga ilmu dan menghindari sikap sombong.
HapusMarlihatin
BalasHapus2021 111 123
Assalamu'alaikum...
Bagaimana proses akal sehat (antara akal,ilmu,dan amal) itu berjalan dengan seimbang sehingga membentuk manusia sebagai insan kamil....
Wassalamu'alaikum....
pertanyaan yang menarik ya??// tp saya kira mirip dengan pertanyaan diatas bahwa untuk menyeimbangkan ketiganya kita harus mngerti dan memahami terlebih dahulu, dimana akal sebagai alat untuk mencari dan menerima ilmu harus di gunakan untuk sesuatu yang positif, untuk memilah dan memilih ilmu mana yang baik dan mana yang buruk sehingga tidak terjadi kesalahan dalam mengamalkannya. ketika kita sudah mempunyai ilmu yang bisa untuk diamalkan dan akal yang sehat maka kewajiban kita yaitu mengamalkan ilmu tersebut. ketiganya harus saling melengkapi karena ilmu tanpa amal adalah suatu kegilaan dan amal tanpa ilmu adalah suatu kesia- siaan.
Hapusmksh,
terimakasih atas jawabannya ya mba...
HapusNAMA: ida zahidah
BalasHapusNim: 2021111108
Assalamu'alaikum mbx..
saya mau tanya...
Bagaimana menyamakan akal,ilmu,dan amal tersebut supaya bisa sama-sama berfungsi agar tetap seimbang ?
wa'alaikumsalam
HapusTrima kasih atas pertanyaannya, pertanyaannya hampir sama dengan mb Ana, mengenai hal tsb kita harus mngerti dan memahami terlebih dahulu ketiganya, dimana akal sebagai alat untuk mencari dan menerima ilmu harus di gunakan untuk sesuatu yang positif, untuk memilah dan memilih ilmu mana yang baik dan mana yang buruk sehingga tidak terjadi kesalahan dalam mengamalkannya. ketika kita sudah mempunyai ilmu yang bisa untuk diamalkan dan akal yang sehat maka kewajiban kita yaitu mengamalkan ilmu tersebut. ketiganya harus saling melengkapi karena ilmu tanpa amal adalah suatu kegilaan dan amal tanpa ilmu adalah suatu kesia- siaan.
sekiann
Silfina Hayati
BalasHapus2021111268
C
Assalamu’amalikum..
Saya mau tanya mba, dalam hadis di atas dikatakan bahwa “dengan akal maka manusia akan dapat beramal dengan baik.” Namun jika kita tengok realita yang ada sekarang, banyak orang berakal dan berilmu namun mereka tidak bisa beramal. Sebut saja aksi menyontek. Dalam hal ini, mereka dalam keadaan berakal dan tahu bahwa tindakan menyontek adalah tindakan terlarang, tetapi mereka tetap saja melaksanakannya (dari konteks ilmu mereka tahu). Namun amalan mereka justru mengarah pada tindakan negatif. Tolong jelaskan kembali mengenai makna hadis tersebut...
Terima kasih
wa'alaikumsalam,,,,
HapusOrang-orang yang berakal akan terus menggunakan akal kecerdasannya untuk memahami ilmu-ilmu Allah dari mana pun datangnya, sedangkan orang yang tidak berakal hanya bisa mengatakan semua itu tidak ada gunanya. dia mengetahui bahwa menyontek dilarang, namun karena ia tidak bisa mengambil pelajaran dari pengetahuan yang diketahuinya(bahwa menyontek di larang) tersebut maka ia belum bisa mempraktekan petunjuk yang ada dalam pengetahuannya. kalau toh ia orang yang berakal disertai dengan iman yang kuat ia akan mengikuti petunjuk yang sesuai dengan ilmunya(pengetahuannya).Dia berakal tapi tidak menjadikan akal brfungsi sebagaimana mestinya sehingga terjadilah hal yang menyimpang.
QS. Ali Imran (3): 7
… Dan TIDAK BISA mengambil pelajaran KECUALI orang-orang yang BERAKAL.
Azimatul Awaliyah (2021 111 112)
BalasHapussaya mau nanya begini mb', bagaimana agar akal tidak dikuasai oleh hawa nafsu sehingga akal tersebut bisa dikatakan sebagai akal yang sehat dan dapat menerima ilmu juga mengamalkannya dengan baik?
kiat agar akal tidak dikuasai oleh hawa nafsu antara lain: Hati-hati dengan hawa nafsu yang menyebabkan kita tidak lagi dikuasai akal sehat, tetapi nafsu semata, Hati-hati dengan hawa nafsu yang membuat kita lupa siapa kita sebagai makhluk Tuhan. Seringkali, pikiran dan perasaan yang timbul dalam diri kita tidak sesuai dengan status kita sebagai makhluk Tuhan, Hati-hati dengan hawa nafsu, ketika amarah timbul dalam hati. Mungkin ini disebabkan karena kita benci atau iri hati dengan seseorang, amarah yang tidak terkendali menjadi hawa nafsu yang merusak diri dan orang lain.
Hapusfitriasih 2021111099
BalasHapusAssalamualiakum...
mba amil nanya,sering dikatakan bahwa kedudukan akal dan panca indera lainya itu lebih rendah dari hati,padahal akal adalah termasuk organ tubuh manusia yang sangat penting sebagai pusat pikiran manusia,peran akal juga menentukan sebelum manusia bertindak atau melalukan sesuatu, berkaitan dengan itu mohon penjelasannya,,terimaksih..
Menurut saya akal maupun panca indra yang lain hanya mampu menemukan kebenaran tetapi tidak dapat menentukannya dan kebenarannya bersifat relatif. Sedangkan hati merupaka alat untuk memahami realita.Hati memimpin sistem kejiwaan. Hal hal yang tidak masuk akal bisa dipahami oleh hati, dan muatan hati sangat banyak dari benci, cinta, berani,takut dll.
HapusMus'aliyah
BalasHapus2021 111 087
Menurut anda akal dan hati lebih dominan mana untuk menyeleaikan masalah dan mencari kebenaran dalamsuatu masalah??
Kata orang hati itu suci, hati tidak pernah berbohong.
bagaimana menut pemakalah mengenai ini??
menurut saya lebih dominan hati, akal hanya memikirkan bagaiman cara menyelesaikan maslh sedangkan hati lah yang bertindak untuk memutuskan apakah mslah tersebut akan diselesaikan dengan cara yg sudah difikirkan atau justru malah menolaknya. dan hati merupakn panglima untuk seluruh anggota tubuh kita.
Hapuspada hakikatnya hati itu suci seperti seorang bayi yang baru dilahirkan, hanya saja karena banyaknya pengaruh negatif seperti iman yang lemah sehingga mudah digoda syaitan, jauhnya hati dari mengingat Allah SWT dll yang menyebabkan hati tidak suci lagi(timbul penyakit hati)
Nama
BalasHapusAgus Triyono
Nim
2021 111 135
Salam pergarakan sahabati....
Hadits dari Aisyah mengatakan bahwa manusia bisa utama baik di dunia maupun di akirat dengan akalnya.
Sedangkan sy membaca hadits pertama dari makalahnya sahabati Irva Silfiyah, mengatakan., "hati sebagai ilmu pengetahuan perlu mendapatkan penjagaan, karena kalau hati baik maka seluruh anggota lainpun akan baik, dan sebaliknya"
kalau qt pahami dari hadits itu, bahwa hati adalah segalanya(pusat) kehidupan.
Orang baik atau tidaknya itu karena hati......
Sy yakin bahwa ke 2 hadits tsb benar.
Lebih tinggi mana posisi hati dan akal dalam konteks Islam.
Atau bahkan sama....?
Kalau toh sama mohon penjelasannya.,
Dan kalau pemahaman or pertannyaan sy salah ya di benarkan.....
Sekian dr sy, lebih kurangnya mohon maaf dan tq.....
salam pergerakan jugaaa,,pertanyaan yang sangat super,,,
Hapusmenurut saya kedudukan keduanya dalam islam sama-sama mulia
sebagian ulama Malikiyah dan Syafi'iyah mengatakan bahwa akal terletak dalam hati. Dimana apabila hati baik maka baiklah semua anggota tubuh yang lain, dengan demikian juga akan menjadikan akal baik.hati dan akal yang baik akan menyebabkan yang mempunyainya mendapatkan keutamaan di dunia maupun di akhirat.
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat berakal dengannya.” (QS. Al-Hajj: 46)
Sy sepakat kalau dikatakan sama-sama sangat mulia, tapi lebih utama mana dalam melakukan langkah gerak kita(mengambil keputusan)..... karena sy kira hati dan akal itu belum tentu bersinergi.....tq...
Hapusnama :hasan basri
BalasHapuskelas: C
nium : 2021 111 241
assalamu'alaikum
apa hubungan nya antara akal, ilmu dan amal?
apa dampak negatifnya jika kita tidak mempunyai didunia?
terima kasih
wa'alikumsalmm
Hapusbahwa hubungan akal, ilmu dan amal ialah akal sebagai alat untuk mendapat kan ilmu dan dari akal manusia dapat memikirkan sesuatu dan mencoba mencari tahunya secara terus menerus yang disebut dengan ilmu yang kemudian ilmu tersebut akan disampaikan kepada orang lain atau sebagai amal.
Menurut saya mustahil ketika seseorang harus hidup didunia tanpa memilki akal dan ilmu. manusia dibekali akal Oleh Allah SWT untuk membedakannya dg makhluk lain. hanya saja kadang manusia menggunkan akal dan ilmunya untuk sesuatu yang menyimpang, maka hal inilah yang akan berdampak negatif bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
sekian
hengki NF
BalasHapus2021 111 088
saya mau tanya,.. bagaimana jika ketiga hal diatas tidak seimbang,.. apa yang akan terjadi,..???
tlong jlaskn, terima kasih,..
ketika seseorang mempunyai akal tapi digunakan untuk suatu yang sia- sia atau tidak untuk berilmu maka ia seperti orang yang tidak mau mensyukuri atas nikmat yang Allah SWT berikan yang berupa akal, tidak berilmu maka menyebabkan ia bodoh yang akan menyesatkan dirinya sendiri dan tentunya juga berdampak pada orang lain.
HapusBerilmu tanpa beramal akan menjadikan cepat hilangnya ilmu dan menjadikan Allah SWT murka kepadanya, dan beramal tanpa berilmu adalah suatu kebodohan.
mkshh
Nama : Dewi Suryani
BalasHapusNIM : 2021111093
Assalamu'alaikum wr. wb.
Yang ingin saya tanyakan... Sebutkan dan Jelaskan perbedaan dan persamaan Akal, Ilmu dan Amal menurut Anda yang berkaitan dengan hadits?...
Terimakasih...
wa'alaikumsalam
HapusAkal merupakan anugerah Allah SWT. Yang cukup hebat dengannya manusia dibedakan dari mahluk lain. Akal juga merupakan alat yang dapat menyampaikan kebenaran dan sekaligus sebagai pembukti dan pembeda antara yang haq dan yang bathil.
ilmu ialah suatu sifat yang dengan sifat tersebut sesuatu yang dituntut bisa terungkap dengan sempurna atau sarana untuk mengungkap, mengatasi, menyelesaikan dan menjawab persoalan yang sedang dihadapi.
Sedangkan amal merupakan perbuatan manusia yang biasanya mengacu pada perbuatan positif, atau disebut juga sebagai aplikasi ilmu dalam kehidupan.
ketiganya sama sama ada pada diri manusia hanya saja kadang ada yang memilikinya secara maksimal dan ada yang kurang maksimal
Anamil choir 2021 111 122
BalasHapusassalamualaikum
pada jaman sekarang ini banyak yang mempunyai akal atau kecerdasan yang tinggi tetapi mereka biasanya kalah dengan hawa nafsu mereka,bagaimana cara untuk mengembalikan fungsi akal yang sebenarnya dalam hal semacam ini???
wassalamualaikum
maturnuwun
wa'alaikumsalam..
Hapuspertanyaannya hampir sama dengan mb Azim jd untuk mengembalikan fungsi akal yang sebenarnya yaitu:kita harus Hati-hati dengan hawa nafsu yang menyebabkan kita tidak lagi dikuasai akal sehat, tetapi nafsu semata, Hati-hati dengan hawa nafsu yang membuat kita lupa siapa kita sebagai makhluk Tuhan. Seringkali, pikiran dan perasaan yang timbul dalam diri kita tidak sesuai dengan status kita sebagai makhluk Tuhan, Hati-hati dengan hawa nafsu, ketika amarah timbul dalam hati. Mungkin ini disebabkan karena kita benci atau iri hati dengan seseorang, amarah yang tidak terkendali menjadi hawa nafsu yang merusak diri dan orang lain.
sekian
Mirza Fajrian
BalasHapus2021 111 110
Assalamu'alaikum
1. Faktor-Faktor apa yang bisa mempengaruhi Akal.
2. Bagaimana caranya memelihara Akal agar Akal kita selalu dalam Kebaikan.
3. Apakah Akal seseorang merupakan warisan dari orang tuanya atau tidak???
Trmksh
Wassalamu'alaikum
wa'alaikumsalm
Hapus1. pendidikan, informasi atau media masa, lingkungan,pengalaman, usia dan lain- lain.
yang kesemuanya itu diambil dengan cara memfilter mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga akal dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
2.Cara agar akal berfikir secara positit yaitu usahakan jauhkan akal dari perkara perkara yang syari'at melarangnya, hendaknya kita mengetahui nilai-nilai yang terdapat pada Al-Quran, dan memahami hukum-hukum dalam Islam serta mengamalkan hukum tersebut di dalam kehidupan sehari-hari. Mentauhidkan Allah subhanahu wa ta’ala, Mengagungkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, Menjadikan syaithan sebagai musuh,Mengambil pengajaran dari permisalan dalam Al-Quran, Senantiasa memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah, Menjalankan petunjuk Allah, Memahami karunia Allah, Menyadari azab Allah
untuk menghindari hal hal yang merusak akal kita harus memawas diri dan tak lupa juga berdo'a dan belindung kepada Allah.
sekian
3. pertanyaannya mebingungkan////,?????
kalau menurut saya bukan akal yang diwariskan tp kecerdasannya. jika kecerdasan bisa diwarisi ortu kepada anaknya disebut kecerdasan bawaan, tapi kalau akal yang dimaksud adl kecerdasan itu ya bisa saja, tapi kalau akal yang dimaksud tidak ada sangkut pautnya dengan kecerdasan tdk bisa diwariskan
sekiannnn,,,,,
Nur Faizatul Khaeriyah
BalasHapus201111111
C
saya minta penjelasan dari kalimat "Akal tanpa ilmu tidak akan berarti apa – apa",,,kalau bisa coba dianalogikan dengan sesuatu yang lain sehingga kita lebih mudah memahami...thanx........
makasih atas pertanyaannya, maksud dari kalimat tersebut bahwa:
Hapuskita tentunya sudah mengetahui bahwa akal merupakan anugrah yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia untuk membedakannya dengan makhluk lainnya. ketika manusia diberi akal namun tidak menggunakannya secara maksimal seperti tidak untuk menuntut ilmu dan hal lain yang bermanfaat maka yang didapat hanyalah kejahiliyahan semata, tidak bisa memberikan manfaat baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.
Ibarat kita mempunyai mobil, namun mobil tersebut tidak memiliki yang semestinya dimilki mobil pada umumnya (seperti mesin - mesin dll) maka mustahil kita bisa menggunakan mobil tersebut. Sama halnya dengan akal tanpa ilmu akan sia- sia.
Aji Triyono (2021 111 104)
BalasHapusAkal adalah sarana terpenting yang dapat membantu manusia membangun peradaban dibumi dan melaksanakan tugas kekhalifahan sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT. Akal itulah yang membedakan manusia dari semua makhluk lainnya.Akal juga sering tergesa – gesa, sombong atau dikuasai oleh ambisi.pertanyaannya bagaimanakah caranya agar akal manusia tidak dikuasai oleh ambisi atau hal hal negatif lainnya ?
terima kasih
kiat agar akal tidak dikuasai oleh hawa nafsu atau hal negatif lainnya antara lain: Hati-hati dengan hawa nafsu yang menyebabkan kita tidak lagi dikuasai akal sehat, tetapi nafsu semata, Hati-hati dengan hawa nafsu yang membuat kita lupa siapa kita sebagai makhluk Tuhan. Seringkali, pikiran dan perasaan yang timbul dalam diri kita tidak sesuai dengan status kita sebagai makhluk Tuhan, Hati-hati dengan hawa nafsu, ketika amarah timbul dalam hati. Mungkin ini disebabkan karena kita benci atau iri hati dengan seseorang, amarah yang tidak terkendali menjadi hawa nafsu yang merusak diri dan orang lain.
Hapusterimakasih jugaaaaaaa,,
Asyef Nurdianto 2021 111 113
BalasHapusbagaimana pendapat anda mengenai orang-orang yang berilmu tapi tak berakal? seperti halnya koruptor. jelaskan!
suwun...
Tidak berakal berarti tidak bisa mengambil pelajaran dari ilmu yang ia miliki. Orang-orang yang berakal akan terus menggunakan akal kecerdasannya untuk memahami ilmu-ilmu Allah dari mana pun datangnya, sedangkan orang yang tidak berakal hanya bisa mengatakan semua itu tidak ada gunanya.
Hapuskoruptor mungkin mengetahui bahwa mengambil hak milik orang lain dilarang, namun karena ia tidak bisa mengambil pelajaran dari pengetahuan yang diketahuinya tersebut maka ia belum bisa mempraktekan petunjuk yang ada dalam pengetahuannya. kalau toh ia orang yang berakal ia akan mengikuti petunjuk yang sesuai dengan ilmunya(pengetahuannya).
QS. Ali Imran (3): 7
… Dan TIDAK BISA mengambil pelajaran KECUALI orang-orang yang BERAKAL.
Restu Noviani
BalasHapus2021 111 091
bagaimana cara menjaga akal biar selalu berfikir secara positif,dan bagaimana cara menghindari hal-hal yang merusak akal
Cara agar akal berfikir secara positit yaitu usahakan jauhkan akal dari perkara perkara yang syari'at melarangnya, hendaknya kita mengetahui nilai-nilai yang terdapat pada Al-Quran, dan memahami hukum-hukum dalam Islam serta mengamalkan hukum tersebut di dalam kehidupan sehari-hari. Mentauhidkan Allah subhanahu wa ta’ala, Mengagungkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, Menjadikan syaithan sebagai musuh,Mengambil pengajaran dari permisalan dalam Al-Quran, Senantiasa memperhatikan tanda-tanda kekuasaan Allah, Menjalankan petunjuk Allah, Memahami karunia Allah, Menyadari azab Allah
Hapusuntuk menghindari hal hal yang merusak akal kita harus memawas diri dan tak lupa juga berdo'a dan belindung kepada Allah.
sekian
nam: nailis sa'adah
BalasHapusnim : 2021111114
asslamu'alaikum,,,
mb sy mau tanya mengenai akal,ilmu dan amal. bagaimana cara menyeimbangkan antara ketiganya. trims
wassalamu'alaikum,,,
wa'alaikumsalam
HapusTrima kasih atas pertanyaannya, pertanyaannya hampir sama dengan pertanyaan pertanyaan sebelumnya, mengenai hal tsb kita harus mngerti dan memahami terlebih dahulu ketiganya, dimana akal sebagai alat untuk mencari dan menerima ilmu harus di gunakan untuk sesuatu yang positif, untuk memilah dan memilih ilmu mana yang baik dan mana yang buruk sehingga tidak terjadi kesalahan dalam mengamalkannya. ketika kita sudah mempunyai ilmu yang bisa untuk diamalkan dan akal yang sehat maka kewajiban kita yaitu mengamalkan ilmu tersebut. ketiganya harus saling melengkapi karena ilmu tanpa amal adalah suatu kegilaan dan amal tanpa ilmu adalah suatu kesia- siaan.
terima ksh ats jawabannya yg sangat memuaskan...
HapusASEP ROKHMATUL YAHYA
BalasHapus( 2021 111 120 ) KLS. C
PERTANYAAN:
1. Apakah ilmu ataukah akal yang nanti berpngaruh terhadap amal perbuatan manusia diakherat? Apa alasanya?
2. Apabila ada orang gila, kemudian ia sembuh dari penyakit gilanya, apakah ia wajib mengqodho sholat dan puasa?
terimakasih atas pertanyaannya,,
Hapus1. seperti yang telah disinggung di makalah bahwa akal,ilmu dan amal saling berhubungan satu sama lain.
Baik ilmu maupun akal keduanya jelas mempengaruhi amal perbuatan seseorang.Ketika seorang menggunakan akalnya untuk mencarai ilmu yang sesuai syar'i fainsyaAllah perbuatannya tidak akan menyimpang, tentunya di dibarengi dengan iman yang kuat.
2.tiga orang yang tidak dikenai hukum yaitu orang kecil sebelum ia baligh, orang gila sebelum ia sembuh dari gilanya dan orang tidur sebelum ia terbangun dari tidurnya.
mf jk jawabannya kurang memuaskan,makasihhhh