Laman

new post

zzz

Rabu, 06 Maret 2013

f4-1 ning yuliati: Panca Indra untuk mencari ilmu

Memanfaatkan Panca Indera untuk Mencari Ilmu dan Dorongan untuk Memanfaatkan Panca Indera
Persepsi Indera (sense)
Makalah
Disusun guna memenuhi tugas makalah
Mata Kuliah                : Hadits Tarbawi II
Dosen pengampu        : Ghufron Dimyati, M.S.I
Kelas                           : F


Disusun Oleh :
NING YULIATI
NIM: 2021 111 214
kelas F



 
JURUSAN TARBIYAH PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2013






BAB I
PENDAHULUAN

            Manusia dilahirkan dan datang ke dunia ini dalam keadaan polos, telanjang, buta ilmu pengetahuan, walaupun ia dibekali dengan kekuatan dan pancaindera yang dapat menyiapkannya untuk mengetahui dan belajar. Adapun firman Allah Swt, yang artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (An-Nahl 78).
Maka pendengaran, penglihatan dan akal serta panca indera lainnya ialah alat-alat yang diberikan oleh Allah kepada manusia untuk digunakannya memperoleh pengetahuan dan merupakan jendela-jendela yang melaluinya orang dapat menjenguk ke alam yang luas untuk mengetahui rahasia-rahasianya, kemudian mengambil manfaat dari apa yang Allah telah mengisinya untuk kemakmuran, kebahagiaan dan kelestarian hidup manusia, makhluknya yang diamanatkan untuk menjadi khalifah-Nya di atas bumi ini.
Seperti yang diajarkan dalam hadits Nabi tentang manfaat panca indera serta hal-hal yang berhubungan dengan pada panca indera dalam mencari ilmu. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai hadits tentang pemanfaatan panca indera dalam mencari ilmu dan Dorongan untuk memanfaatkan panca indera.






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hadits Tentang Memanfaatkan Panca Indera untuk Mencari Ilmu
1.      Hadits
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسّلَّمَ يَقُوْلُ : نَضَّرَ اللهُ إِمْرَاَءً سَمِعَ مِنَّا شَيْأً فَبَلَغَهُ كَمَا سَمِعَ فَرُبَّ مُبَلِّغُ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ, قَالَ أَبُوْعِيْسَى هَذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَقَدْ رَوَاهُ عَبْدِ اْلمَالِكُ بِنْ عُمَيْرِ عَبْدِ الرَّحْمنِ بِنْ عَبْدِ اللهِ
2.      Tarjamah
“Dari Abdullah bin Mas’ud ra dia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Semoga Allah memuliakan seseorang yang mendengar sesuatu dari kami,lalu dia menyampaikannya (kepada yang lain)sebagaimana yang dia dengar,maka kadang-kadang orang yang disampaikan ilmu lebih memahami dari pada orang yang mendengarnya”. (HR.At-Tirmidzi).
3.      Mufrodat
Indonesia
Arab
Berseri/melezatkan/menikmatkan
نَضَّرَ
Seseorang
إِمْرَاَء
Mendengar
سَمِعَ
Sesuatu
شَيْأ
Menyampaikan
فَبَلَغَه
Lebih paham/ Paham
أَوْعَى
Dari kita
مِنْ
Orang yang mendengar
سَامِع

4.      Biografi Rawi
a.       Abdullah Ibn Mas’ud.
Abdullah Ibn Mas’ud adalah Abdullah Ibnu Mas’ud Ibn Ghafil Ibn Habib Al-Mudzaly, seorang sahabat Nabi yang dahulu pernah bersumpah setia kepada Bani Zuhra.
Ibu beliau bernama Ummu Abdillah bin Abu Daud Ibn Sau-ah yang juga memeluk Islam dipermulaan Islam.
Beliau meriwayatkan sejumlah 848 hadits. Bukhari dan Muslim menyepakati sejumlah 64 hadits 21 diantaranya diriwaatkan oleh Bukhary sendiri dan 35 diantaranya oleh Muslim.
Beliau wafat di Madinah pada tahun 32 H dan dikembumikan di Baqi’.[1]
b.      Imam Tirmidzi rahimahullahu Ta’ala.
Imam Tirmidzi rahimahullahu Ta’ala adalah Abu Isa Muhammad bin Isa bin At-Tirmidzi. Lahir pada tahun 200 H dan wafat di Turmudz pada malam Senin tanggal 13 Rajab 279 H. Beliau adalah salah seorang ulama hafizh yang telah bertemu dengan para Syaikh generasi awal, seperti Qutaibah bin Sa’id, Muhammad bin Basysyar, Ali bin Hajar dan para imam hadits lainnya.
      Banyak sekali yang telah meriwayatkan hadits dari Imam Tirmidzi.Beliau sendiri juga memiliki banyak karya tulis seputar ilmu hadits.Kitabnya yang paling baik adalah yang berjudul As-Shahih. Selain itu, kitab ini juga banyak sekali mengandung faidah dan tidak banyak mengalami proses pengulangan riwayat.
      Imam Tirmidzi rahimahullahu Ta’ala berkata, “Aku telah menyodorkan kitab ini kepada para ulama di kawasan Hijaz, Irak, Khurasan.Ternyata mereka bisa menerima kitab ini dan menganggapnya sebagai kitab yang baik.Barangsiapa menyimpan kitab ini di dalam rumahnya, maka seakan-akan ada Nabi bersabda di dalam rumahnya tersebut.”[2]
      At-tirmidzi adalah ulama hadits yang pertama sekali mempopulerkan predikat hadits Hasan.Yaitu, hadits yang kurang pantas dinilai shahih, tetapi tidak layak juga bila dinilai dha’if.Sementara, para ulama pendahulunya membagi hadits ahad hanya menjadi shahih dan dha’if.Artinya, hadits yang menurut at-Tirmidzi itu hasan, dimasukkan ke dalam kelompok dho’if.Maka, kalau para ulama sebelum at-Tirmidzi (seperti ulama Fiqh pendiri madzhab empat) berkata bahwa hadits dha’if untuk kepentingan tertentu dapat dijadikan hujjah, dimaksudkan adalah hadits hasan menurut kerangka at-Tirmidzi.Jadi, bukan sembarang hadits dha’if.Teori para ulama Fiqh tadi mengacaukan pikiran kita karena mereka membagi hadits kepada dua, sementara, kita sudah mengenal tiga jenis nilai hadits.[3]
5.      Keterangan Hadits
Do’a yang ditujukan kepada orang yang dimaksud dalam hadits, yaitu: semoga Allah SWT mempereloknya dengan keagungan dan keindahan, bagi orang yang mendengar sesuatu dari kami yaitu perkara Agama berupa suatu ayat dari Al-Qur’an atau suatu Hadits, lalu iamenyampaikannya persis seperti apa yang ia dengar tanpa mengurangi atau menambahinya, baik ia lelaki maupun wanita.
Banyak orang yang mendengar hadits tidak secara langsung tetapi melalui perantara sehingga lebih hafal, lebih menguasai dan lebih memahami dari pada orang yang mendengar secara langsung.[4]
Hadits tersebut menggambarkan pentingnya kedudukan ilmu dalam pandangan islam, karena ‘mendengar’ sendiri merupakan salah satu proses mangetahui sebuah ilmu. Sehingga Rasulullah meninggikan derajat seseorang yang mau mendengarkan sesuatu dari beliau, yang kemudian menyampaikan sebagai mana yang telah ia dengar, sehingga akan banyak orang yang mengetahui dari apa yang ia dengar dan ia sampaikan. Hal ini berarti adanya anjuran untuk memanfaatkan panca indera dalam mencari ilmu.
Semakin banyak kita mendengar, melihat, dan berfikir dengan menggunakan panca indera, maka semakin banyak ilmu yang akan kita peroleh. Dan Allah memberikan pendengaran dan penglihatan agar manusia dapat berfikir dan bersyukur.[5]
6.      Aspek Tarbawi
Dari uraian di atas dapat di ambil beberapa aspek tarbawi sebagai berikut:
1)      Panca indera sangat penting dalam mencari ilmu terutama pada alat pendengaran.
2)      Sebelum kita menyampaikan kabar kepada orang lain hendaklah kita memperhatikan, memeriksa dan menghafal kemudian berhati-hati saat menyampaikan kabar tersebut kepada orang lain.
3)      Kejujuran dan kebenaran adalah sesuatu yang akan membawa pada kemuliaan dan kebahagiaan.
4)      Orang yang berilmu dituntut untuk mengamalkan ilmu yang telah ia dapatkan.



B.     Hadits Tentang Dorongan untuk Memanfaatkan Panca Indera
1.      Hadits
عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ: ﴿وَكَانَ(النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) يُعَلِّمُنَا كَلِمَاتٍ وَلَمْ يَكُنْ يَعَلِّمُنَا هُنَّ كَمَا يُعَلِّمُنَا التَّشَهُّدَ : اللَّهُمَّ أَلَّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا وَأَصْلِحْ ذَاتِ بَيْنَنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَ مِ وَنَجَّنَا مِنْ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِوَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَاتِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ وَاجْعَلْنَاشَاكِرِيْنَ لِنِعْمَتِكَ مُشْنِيْنَ بِهَاقَا بِلِيْهَا وَأَتِمَّهَا عَلَيْنَا﴾(رواه ابو داود فى السنن, كتاب الصلاة, باب التشهد)
2.      Tarjamah
Dari Abdullah berkata : Beliau (Rasulullah SAW) biasa mengajarkan kami beberapa kalimat, dan beliau tidak mengajarkannya kepada kami sebagaimana beliau mengajarkan tasyahhud :“ Wahai Allah, rukunkanlah hati-hati kami, damaikanlah diantara kami, tunjukilah kami kepada jalan kesejahteraan, selamatkanlah kami dari kegelapan menuju kebenaran, jauhkanlah kami dari perbuatan-perbuatan keji yang terang dan yang samar, limpahkanlah berkah kepada kami, pada pendengaran, penglihatan, hati, isteri dan cucu kami, terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkaulah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang dan jadikanlah kami orang-orang yang mensyukuri ni’mat Engkau berterima kasih lagi menerimanya, dan sempurnakanlah ni’mat itu atas kami”.(HR. Abu Daud).
3.      Mufrodat
Indonesia
Arab
Rukunkanlah
أَلِّفْ
Dan damai
وَاَصْلِحْ
Tunjukilah
وَاهْدِنَا
Jalan kesejahteraan
سُبُلَ السَّلاَمِ
Kegelapan
الظُّلُمَات
Jauhkanlah
جَنِّبْنَا
Terang
ظَهَرَ
Berkah
بَارِك
Sempurnakanlah
أَتِمَّهَا
Hati kami
قُلُوْبِنَا
Pendengaran kami
أَسْمَا عِنَا
Penglihatan kami
أَلِّفْ
Isteri kami
وَأَزْوَاجِنَا
Cucu kami
وَذُرِّيَتِنَا

4.      Biografi Rawi
a.       Abdullah Ibn Mas’ud.
Abdullah Ibn Mas’ud adalah Abdullah Ibnu Mas’ud Ibn Ghafil Ibn Habib Al-Mudzaly, seorang sahabat Nabi yang dahulu pernah bersumpah setia kepada Bani Zuhra.
Ibu beliau bernama Ummu Abdillah bin Abu Daud Ibn Sau-ah yang juga memeluk Islam dipermulaan Islam.
Beliau meriwayatkan sejumlah 848 hadits. Bukhari dan Muslim menyepakati sejumlah 64 hadits 21 diantaranya diriwaatkan oleh Bukhary sendiri dan 35 diantaranya oleh Muslim.
Beliau wafat di Madinah pada tahun 32 H dan dikembumikan di Baqi’.[6]
b.      Imam Abu Daud rahimahullahu Ta’ala.
      Imam Abu Daud rahimahullahu Ta’ala adalah Imam Sulaiman bin Al-Asy’asy bin Ishaq Al Asadi As-Sijistani.Beliau telah melakukan rihlah untuk mencari ilmu hadits, mengumpulkan, serta telah menyusun kitab dalam jumlah yang banyak.Beliau menulis hadits yang diriwayatkan dari para ulama kawasan Irak, Syam, Mesir, dan Khurasan.Lahir pada tahun 202 H dan wafat di Basrah pada malam hari tanggal 16 Syawwal 275 H.
      Imam Abu Daud telah meriwayatkan hadits dari para syaikh (guru) Imam Bukhari dan Muslim. Diantara mereka adalah Ahmad bin Hambal, Utsman bin abi Syaibah, Qutaibah bih Sa’id, dan para imam hadits yang lainnya. Sedangkan diantara murid yang meriwayatkan hadits dari beliau adalah putranya sendiri yang bernama Abdullah, Abu Abdirrahman, An-Nasa’i, Abu Ali Al-lu’lui, dan masih banyak lagi yang lainnya.
      Ketika kitabnya yakni kitab As-Sunan disodorkan kepada Ahmad bin Hambal, maka Imam Ahmad pun menganggapnya sebagai kitab yang bagus.
      Abu Daud  rahimahullahu Ta’ala berkata, “Aku telah menulis hadits Rasulullah sebanyak 500.000 riwayat. Kemudian aku menyelesaikan menjadi 4.800 hadits yang kemudian aku himpun di dalam kitab ini.Aku menyebutkan riwayat-riwayat yang berstatus shahih dan juga yang mendekati status tersebut.Dari kesemua riwayat hadits tersebut, ada empat riwayat hadits yang cukup bisa dijadikan pegangan orang-orang. Yang pertama adalah sabda Rasulullah SAW “ Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niat”. Kedua sabda Rasulullah SAW, “Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan pembicaraan yang tidak bermakna”.Ketiga sabda Rasulullah SAW, Seorang mukmin tidak menjadi mukmin sampai dia bisa merasa ridha kepada saudaranya sebagaimana kalau dia ridha kepada dirinya sendiri”.Keempat adalah sabda Rasulullah SAW, “Sesuatu yang halal sudah jelas dan yang haram pun sudah jelas…”
      Imam Abu Daud rahimahullahu Ta’ala tergolong imam yang sangat alim, ahli Ibadah dan Wara’. Disebutkan bahwa beliau memiliki lengan baju yang berukuran lebar dan sempit, beliau pun ditanyai mengenal hal ini, “Apa gunanya ini ??” beliau menjawab, lengan baju yang sempit tidak dibutuhkan untuk hal itu.”
      Al-Khaththabi berkata, “Belum pernah dikarang sebuah kita agama yang menyerupai kitab As-Sunan karya Abu Daud.Kitab tersebut dapat diterima oleh semua kalangan yang bermadzhab cukup beragam.
      Abu daud berkata, “Aku tidak menyebutkan di dalam kitab sebuah hadits yang telah disepakati untuk ditinggalkan.”
      Ibnu A’rabi berkata, “Seandainya seseorang tidak memiliki ilmu kecuali hanya dari Al-Qur’an dan kitab ini, maksudnya kitab As-Sunnan karya Abu Daud maka dia tidak perlu lagi ilmu penegtahuan yang lainnya.”
      Para ulama setelah generasi Abu Daud banyak yang menyusun kitab Al-Jaami’, Al Musnad dan yang semisalnya.Kitab-kitab tersebut menghimpun berbagai macam sunah, produk hukum, kabar berita, kisah-kisah, mau’izhah (nasihat) dan pelajaran tentang etika. Tidak tidak ada seorang pun dari penyusun kitab yang bermaksud untuk menghimpun sunan secara khusus, dan tidak ada seorang pun dari mereka yang melakukan sesuatu seperti yang telah diperbuat oleh Imam Abu Daud. Ibrahim Al-Harabi berkata, “Ketika Abu Daud menyusun kitab ini, Hadits seakan menjadi mudah bagi beliau sebagaimana logam besi terasa lunak bagi Nabi Daud As.”[7]

5.      Keterangan Hadits
Hadits di atas merupakan do’a yang diajarkan Rosulullah untuk mempererat persaudaraan sesama muslim untuk meminta perdamaian, persatuan dan makna lain seperti meminta kesejahteraan, keselamatan, dll.
Doa tersebut juga berkaitan tentang penggunaan panca indera. Kita harus berdoa kepada Allah agar dimaksimalkan fungsi panca indera.Hendaklah kita memanfaatkan panca indera dengan sebaik – baiknya. Karena Allah akan menunjukkan kepada hambaNya jalan kesejahteraan. Allah akan membuat panca indera kita peka, sehingga kita akan terselamatkan dari hal – hal buruk yang akan menghalangi kita menuju jalan kebenaran.
Inti dari keterangan hadits diatas ialah bahwa kita dianjurkan untuk memanfaatkan seluruh panca indera kita semaksimal mungkin tetapi masih dalam lingkup yang baik artinya apa yang kita kerjakan, misalnya dalam hal mencari ilmu dan sholat tidak menyimpang dari apa yang semestinya kita lakukan. Supaya dari apa yang kita kerjakan akan mendapat nikmat, manfaat dan berkah.
Talib Madlul menambahkan bahwa manusia memiliki 2 alat (memperoleh) ilmu pengetahuan:
a.       Alat yang bersifat zahir yaitu panca indra.
b.      Alat yang bersifat batin, yaitu akal dan hati.
Dengan demikian, dalam merumuskan ilmu pendidikan Islam, seseorang dituntut untuk melibatkan panca indra, akal, dan hati secara integratif; sehingga bobot kebenaran lebih tinggi, objeknya lebih luas dan hasilnya lebih dapat diterima dalam pendidikan Islam.[8]

6.      Aspek Tarbawi
Dari uraian di atas dapat di ambil beberapa aspek tarbawi sebagai berikut:
1)      Sebagai sumber ilmu pengetahuan, panca indera yang terdapat pada manusia mempunyai banyak kegunaan sebagai sarana mendukung dan melengkapi manusia untuk mencari ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu umum.
2)      Panca indera harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk hal – hal yang senantiasa diridhoi Allah sebagai wujud rasa syukur kepada Allah.
3)      Bukti bahwa Islam tidak hanya menyuruh umatnya untuk mencari ilmu agama tetapi juga untuk mencari ilmu yang bersifat umum, serta bukti bahwa segala yang telah diberikan oleh Allah Swt. kepada manusia selalu ada manfaatnya.


















BAB III
PENUTUP

Panca Indera berperan sangat penting bagi seseorang terutama dalam mencari ilmu. Melalui hadits-hadits di atas kita dituntut untuk dapat menggunakan alat inderawi semaksimal mungkin dalam mencari dan menggali ilmu pengetahuan, untuk kemudian ilmu tersebut dapat digunakan untuk menambah keyakinan dan keimanan kita kepada Allah Swt. serta dapat menuntut kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya.
Telah kita ketahui bahwa Allah Swt memberikan kebebasan kepada kita untuk menggunakan panca indera sebaik mungkin untuk hal – hal yang senantiasa diridhoi Allah Swt sebagai wujud rasa syukur kepada Allah Swt.
                   

















DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shidieqy, Teungku Muhammad Hasbi.1999. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2251385-sumber-ilmu-pengetahuan-panca-indra/, diakses tanggal 10 Februari 2013.
Http://www.nasehatislam.com, diakses tanggal 10 Februari 2013.
Nashif, Syekh Mansyur Ali. 1993. Mahkota pokok-pokok hadis Rasulullah SAW. Jilid I. Bandung: Sinar Baru.
Soffandi, Wawan Djunaedi. 2003.Syarah Hadits Qudsi. Jakarta: Pustaka Azzam.
Zuhri, Muh. 1997.Hadits Nabi (Sejarah dan Metodologinya). Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.



[1]Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shidieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits,(Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1999), hlm. 263-264.
[2]Wawan Djunaedi Soffandi, Syarah Hadits Qudsi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003), hlm 22.
[3]Muh. Zuhri, Hadits Nabi (Sejarah dan Metodologinya), (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1997), hlm 176-177.
[4]Syekh Mansyur Ali Nashif, Mahkota pokok-pokok hadis Rasulullah SAW. Jilid I, (Bandung: Sinar Baru, 1993), hlm 167.
[5]Http://www.nasehatislam.com, diakses tanggal 10 Februari 2013.
[6]Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shidieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits,(Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1999), hlm. 263-264.
[7]Wawan Djunaedi Soffandi, Syarah Hadits Qudsi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003), hlm 20-21.

20 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. pada hakikatnya panca indera itu digunakan untuk mencari ilmu, pada kenyataannya sekarang ini penggunaan panca indera untuk mencari ilmu itu lebih sedikit bila dibandingkan dengan menggunakannya untuk hal" yang gk baik misalnya untuk mendengarkan gosip, musik,dll, bagaimana tanggapan pemakalah melihat realita ini, terimakasih.

      Hapus
    2. Terimakasih untuk pertanyaannya dari mb Nurma Agista, untuk menanggapi realita seperti itu kita seharusnya sebagai manusia biasa yang masih banyak kekurangan supaya bisa sadar diri akan kekurangan kita, jadi dengan adanya rasa sadar diri tersebut kita akan belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik, dan apabila kita mendengarkan gossip, music dll, lebih baik hal tersebut kita ambil hal yang positif dan meninggalkan yang negatifnya, contoh: saat kita mendengarkan gossip, maka kita tidak dianjurkan untuk meniru hal-hal yang buruk (negative) melainkan mengambil hal-hal yang baik (positif) dari kabar tersebut, sedangkan unutk music sendiri dapat kita ambil hal positifnya yaitu sebagai motivasi.… karena hal yang tidak baik bisa menjadi baik bila kita mampu mengendalikan panca indera kita, dan orang yang mampu mengendalikan panca inderanya ialah orang yang tidak akan merasa bosan untuk mencari ilmu.

      Hapus
  2. Labib maimun
    2021 111 313
    bagimana motivasi kita, agar panca indra selalu terdorong untuk mencari ilmu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Motivasi yang dapat kita terapkan agar panca indera selalu terdorong untuk mencari ilmu yaitu terapkan sikap rasa keingintahuan dan rasa ketidakpuasan dalam mencari ilmu pengetahuan, namun tetap bersyukur atas apa yang telah diberikan kepada kita. Dalam al-Quran, Allah Swt. mengajarkan sebuah do’a, “Robbi Jidnii ilmaa”, yang artinya Wahai Tuhanku tambahlah ilmu. Maksud dari do’a tersebut ialah kita jangan pernah merasa sudah banyak ilmu, namun sebaliknya carilah terus ilmu sampai akhir hayat menjemput kita.
      Barangsiapa mengetahui keutamaan ilmu dan merasakan kelezatannya pastilah ia selalu ingin menambah dan mengupayakannya, ia selalu lapar (ilmu) dan tidak pernah kenyang sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Ada dua kelompok manusia yang selalu lapar dan tidak pernah kenyang: orang yang lapar ilmu tidak pernah kenyang dan orang yang lapar dunia tidak pernah keyang pula.” (HR. Al Hakim dll dengan sanad tsabit) (Hilyah al ‘Alim al Mu’allim, Syaikh Salim al Hialaliy hal 22- 23)
      Rasulullah pernah mengatakan bahwa keutamaan orang yang mencari ilmu, akan dinaungi oleh sayap-sayap malaikat, artinya ia dilindungi dan dirahmati Allah Swt.

      Hapus
  3. Resti Latifun Nisa
    2021 111 019 kelas F

    Assalamu alaikum wr.wb

    "Panca Indera berperan sangat penting bagi seseorang terutama dalam mencari ilmu."

    Namun, dalam kenyataannya ada sebagian dari kita ada yang memiliki kekurangan secara lahiriah (cacat). Apakah dalam hal menuntut ilmunya bisa dikatakan optimal?
    terima kasih.

    Wassalamu alaikum wr.wb

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa’alaikumussalam Wr. Wb.
      Pada hakikatnya manusia hidup di dunia ini butuh pendidikan, baik yang normal maupun cacat. Menurut saya pribadi, bagi orang yang menyandang kekurangan secara lahiriah (cacat), mereka masih dapat belajar dengan optimal melalui kebutuhan khusus, kapasitas, jenis, dan perlakuan yang berbeda. Dengan adanya kekurangan pada panca indera, kita dapat memaksimalkan penggunaannya dengan mengedepankan akal dan hati kita serta wahyu yang telah Allah turunkan sehingga kita menjadikan kelemahan kita sebagai kelebihan kita dengan tetap menumbuhkan rasa syukur kepada Allah. Dan yang terpenting adalah dukungan serta perhatian dari lingkungan sekitar.

      Hapus
  4. Muhammad Fahminnafi
    2021111365

    Assalaamu'alaikum wr. wb.
    Bagaimana cara kita untuk memaksimalkan fungsi panca indra dalam mencari pendidikan????

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikumussalam Wr. Wb.
      Untuk memaksimalkan fungsi panca indera dalam mecari ilmu (pendidikan) yaitu dengan belajar serta dalam menggali ilmu pengetahuan kita perbanyak mendengar, melihat, dan berfikir dengan menggunakan panca indera, sehingga akan semakin banyak ilmu yang dapat kita peroleh. Karena kunci ilmu pengetahuan yaitu membaca, menyelidiki alam semesta dan mengadakan perjalanan di atas bumi Allah. Untuk itu, mari kita mencintai ilmu, karena dengan ilmu kita bisa memanfaatkan apa saja yang sudah Allah ciptakan untuk makhluk-Nya.

      Hapus
  5. Rizqotul Maula
    2021111265
    F

    Assalamu'alaikum
    Bagaimana tanggapan pemakalah apabila kita sebagai seorang pendidik, caranya memanfaatkan panca indra semaksimal mungkin yang sesuai dengan etika seperti apa? apakah ada batasan-batasannya bagi seorang pedidik dalam memanfaatkan panca indra?
    Terima kasih atas jawabannya :-)
    Wassalamu'alaikum

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikumussalam Wr. Wb.
      terimakasih atas pertanyaanya.......Melalui hadits-hadits di atas kita dituntut untuk dapat menggunakan alat inderawi semaksimal mungkin dalam mencari dan menggali ilmu pengetahuan, untuk kemudian ilmu tersebut dapat digunakan untuk menambah keyakinan dan keimanan kita kepada Allah Swt. serta dapat menuntut kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Telah kita ketahui bahwa Allah Swt memberikan kebebasan kepada kita untuk menggunakan panca indera sebaik mungkin untuk hal – hal yang senantiasa diridhoi Allah Swt sebagai wujud rasa syukur kepada Allah Swt. Jadi, bahwasannya seseorang yang mencari ilmu itu dapat menjaga sikap dan perbuatan untuk hal-hal yang baik terutama yang ada pada panca indera kita, selalu rendah diri dan tetap bersyukur.
      Menurut saya pribadi, Dalam memanfaatkan panca indera tidak ada batasannya,selagi hal tersebut digunakan untuk hal yang mempunyai nilai positif dan bermanfaat bagi manusia untuk menuju ridha Allah Swt.
      kurang lebihnya seperti itu...
      terimakasih ^^

      Hapus
  6. nur latifah
    2021 111 215
    F

    menurut anda bagaimana caranya agar satu panca indra dengan indra-indra lainnya berjalan searah dalam mencari ilmu!!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salah satu cara agar satu panca indera yang satu dengan panca Indera lainnya berjalan searah dalam mencari ilmu yaitu kita harus fokus pada apa yang kita pelajari yang di imbangi dengan akal dan hati.

      Hapus
  7. Aminah Balgis Alatas
    2021 111 221
    F

    apakah ada ayat al-Qur'an yang menguatkan bahwasanya Allah menyuruh umatnya untuk mencari ilmu agama tetapi juga untuk mencari ilmu yang bersifat umum. kalau ada tolong sebutkan dan jelaskan.
    Dan bagaimana cara kita untuk memanfaatkan panca indra kita dengan baik serta dijauhkan dari hal-hal yang menyimpang dari apa yang semestinya kita lakukan?

    BalasHapus
  8. Aminah Balgis Alatas
    2021 111 221
    F

    apakah ada ayat al-Qur'an yang menguatkan bahwasanya Allah menyuruh umatnya untuk mencari ilmu agama tetapi juga untuk mencari ilmu yang bersifat umum. kalau ada tolong sebutkan dan jelaskan.
    Dan bagaimana cara kita untuk memanfaatkan panca indra kita dengan baik serta dijauhkan dari hal-hal yang menyimpang dari apa yang semestinya kita lakukan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Secara tersirat ada ayat al-Qur’an yang dapat menguatkan bahwasannya Allah menyuruh umatnya untuk mencari ilmu pengetahuan yang bersifat umum. Salah satunya ialah firman Allah Swt. yang artinya:
      “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? Ingatlah bahwa Sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan tentang Pertemuan dengan Tuhan mereka. ingatlah bahwa Sesungguhnya Dia Maha meliputi segala sesuatu.” (Fushshilat 53-54).
      ayat yang dikutip di atas terkandung petunjuk yang menghimbau umat Islam agar mempelajari secara mendalam ilmu alam, ilmu hayat, ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu sosial dan sejarah. bahwasanya Allah swt. telah menundukkan apa yang telah diciptakan di langit dan di bumi dengan semua isi dan kandungannya untuk dimanfaatkan oleh manusia, makhluk utamanya yang ditugaskan menjadi khalifah-Nya di atas bumi.
      Terang sekali bahwa manusia tidak akan sanggup mengambil manfaat dari apa yang telah diciptakan oleh Tuhan itu, jika ia tidak mengenalnya secara terperinci, mengetahui rahasia-rahasianya, cara-cara penggaliannya dan cara-cara penggunaannya secara tepat sesuai dengan kebutuhannya bagi kelestarian dan kebahagiaan hidupnya.
      Para ulama Islam telah sepakat bahwa mempelajari dan mendalami cabang-cabang ilmu yang ada kaitannya dengan kehidupan manusia dan dengan teknik pembangunan yang merupakan kebutuhan pokok sesuatu umat, tidak terkecuali ilmu kemiliteran dan pertahanan adalah merupakan suatu “fardhu kifayah”.
      Salah satu cara memanfaatkan panca indera kita dengan baik serta dapat dijauhkan dari hal-hal yang menyimpang yaitu meningkatkan fungsi panca indera kita baik dari segi sensitifitas dan ketajaman pada indera kita yang di imbangi dengan akal dan hati. Firman Allah yang artinya: Pergunakanlah fungsi panca indera ini sesuai dengan kebutuhan dan manfaat kita, dengan tidak melanggar prinsip-prinsip dan nilai-nilai (QS. Al-Araf: 179).
      Perlu diketahui pula bahwa ajaran Islam yang luhur ini memberikan jalan atau toleransi kepada kaum Muslim dalam perihal menuntut dan mengamalkan ilmu, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, "Jadilah kamu seorang pengajar, atau pelajar, atau mendengarkan (ilmu), atau mencintai (ilmu), dan janganlah kamu menjadi orang yang kelima, kamu pasti menjadi orang yang celaka." HR. Imam Baihaki. Maksud dari orang kelima di sini adalah janganlah menjadi orang yang bodoh, yang akan celaka di dunia dan akhirat kelak, sehingga dapat terjerumuskan kepada hal-hal keburukan.
      Maaf bila ada kalimat yang salah maupun kekurangan yang lainnya,,,
      Terimakasih..

      Hapus
  9. Lutfia Riska
    2021 111 216
    F

    Bagaimana cara yang tepat untuk mengajarkan ilmu kepada orang yang tidak sempurna panca indranya ??????

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cara yang tepat untuk mengajarkan ilmu kepada orang yang tidak sempurna pada panca inderanya maka berilah motivasi yang khusus dengan memberikan dorongan, perhatian, kebutuhan dan dukungan yang baik baginya, agar seseorang tersebut selalu bersyukur.
      Oleh karena itu dengan apa adanya panca indera, kita merasa seluruh anggota badan akan terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah apapun kekurangan itu. sehingga manusia dapat menggunakan anggota badannya sesuai dengan kehendak Allah, dalam rangka beribadah dan taat kepada-Nya.
      Kurang lebihnya seperti itu mb Riska....
      Terimakasih...^^

      Hapus
  10. Najmul Karimah 2021111078 kelas F
    mengenai panca indra bagi manusia, apakah ada batasan2 dari setiap indra manusia dalam menerima ilmu? sebut dan jelaskan kalau ada.!

    BalasHapus
  11. Khasanah
    2021 111 369
    F

    Asalamualaikum,Wr.Wb.
    menurut pandangan pemakalah, bagaimana jika ada salah seorang dari kita menggunakan panca indra tidak sesuai dengan yang di syariatkan agama...???
    contoh,,
    menggunakan ilmu dan panca indra untuk melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme,,,,

    BalasHapus