Laman

new post

zzz

Senin, 30 September 2013

FPI-N-4: Epistemologi



EPISTIMOLOGI FILSAFAT PENDIDIKAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Proposal
                               Mata kuliah        : Filsafat Pendidiakan
                                Kelas                   : Re. N
                                 Dosen                 : Ghufron Dimyati
                          
Disusun Oleh:
Nurrohmayanti                     2021 211097
Nida’ul hasanah                    2021 211099
Lailatul Azizah                       2021 211100
Dyah mustika                        2021 211089


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2013



PENDAHULUAN
Dalam pembahasan-pembahasan epistimologi, ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari filosof sehingga mengesankan bahwa seolah- oalh wilayah pembahasan epistimologi hanya  pada aspek-aspek tertentu. Hal ini menimbulkan kesan seolah- olah cakupan wilayah pembahasan epistimologi itu hanya terbatas sumber dan metode pengetahuan, bahkan epistimologi sering hanya diidentikan dengan metode pengetahuan. Terlebih lagi ketikka dikaitkan dengan ontology dan aksiologi secara sistematik, seseorang cenderung menyederhanakan pemahaman sehingga memakai epistimologi sebagai pemikiran, ontologi sebagai objek pemikiran sedang aksiologi sebagai hasil pemikiran sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai baik yang bercorak positif maupun negative.















II
 PEMBAHASAN
  1. Pengertian Epistimolog.
Secara etimologi, Epistimologi berasal dari bahasa yunani yaitu episteme berarti pengetahuan sedangkan logos berarti teori, uraian atau alas an. Jadi epistimologi dapat diartikan sebagai teori tentang pengetahuan. Sedangkan dalam segi istilah epistimologi merupakan suatu cabang filsafat yang mengkaji secara mendalam dan radikal tentang asal mula pengetahuan. Epistimologi juga berarti  cabang filsafat yang mempelajari soal watak, batas-bats, dan berlakunya ilmu pengetahuan.[1]
            Istilah ilmu pengetahuan terdiri dari dua kata yaitu ilmu dan pengetahuan. Pengetahuan menurut realism adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata (dari fakta atau hakikat). Pengetahuan atau gambaran yang ada diluar akal. Hal ini tidak ubahnya seperti gambaran yang terdapat dalam foto. Dengan demikian realism berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan kenyataan.[2] Sementara menurut Abdul Khobir menyatakan bahwa pengetahuan adalah hubungan obyek dengan subyek. Subyek disini maksudnya adalah manusi sebagai kesatuan berbagai macam kesanggupan (akal, panca indra) yang digunakan dalam rangka untuk mengetahui sesuatu. Sebaliknya obyek adalah benda atau hal yang diselidiki yang merupakan realitas bagi manusia yang menyelidiki. Adapun ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan pengalaman untuk menentukan hakikat dan prinsip tentang sesuatu yang sedang dipelajari.
            Dengan demikian, epistimologi atau teori tentang ilmu pengetahuan adalah inti sentral setiap pandangan dunia. Sementara menurut P. Hardono Hadi bahwa epistimologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat pengetahuan, pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.[3]
            Bahkan A.M. saefudin menyebutkan bahwa epistemologi mencakup pertanyataan yang harus dijawab, apakah ilmu itu, dari mana asalnya, apa sumbernya, apa hakikatnya, bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar, apa yang dapat kita ketahui dan sampai di manakah batasannya
  1. Hakikat Epistimologi
Epistimologi berkaitan dengan filsafat walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empiric justru karena epistimologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya. Dalam epistimologi terdapat upaya-upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya. Menurut Stanley M.Honer dan Thomas C Hunt bahwa epistimologi keilmuwan adalah merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit sebab epistimologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya. Selain itu, pengetahuan merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah didalam kehidupan sehari-hari.
Pada bagian lain, bahwa epistimologi keilmuwan pada hakikatnya merupakan gabungan antara berfikir secara rasional dan berfikir secara empiris. Kedua cara berpikir tersebut di gabungkan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran sebab secara epistimologi ilmu memeanfaatkan dua kemampuan manusia dalam mempelajari alam. Oleh sebab itu epistimologi adalah usaha untuk menafsir dan membuktikan keyakinan bahwa kita mengetahui kenyataan yang lain dari diri sendiri. Usaha menafsirkan adalah aplikasi berpikir rasional sedangkan usaha membuktikan adalah aplikasi berpikir empiris.
  1. Pendekatan dan Metode Perolehan Ilmu Pengetahuan
Adapun pendekatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan antara lain:
Ø  Septisme
Bagi aliran ini, tidak ada suatu cara yang sah untuk memperoleh ilmu pengetahuan, mengingat kemampuan panca indra dan akal manusia terbatas.
Ø  Aliran keraguan
Suatu aliran yang dalam perolehan ilmu pengetahuan berpangkal dari keraguan sebagai jembatan peraturan menuju  kepada kepastian.
Ø  Empirisme
Cara pencarian ilmu pengetahuan melalui panca indra, karena indra tersebut yang menjadi instrument untuk menghubungkan ke alam
Ø  Rasionalisme
Suatu cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan mengandalkan akal pikiran, karena akal dapat membedaan antara yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah.
Ø  Aliran yang menggabungkan pendekatan empiris dan rasionalisme
Menurut aliran ini cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan adalah dengan mengandalkan pikiran, karena akal dapat membedakan yang baik dan yang buruk, yang salah dan yang benar.
Ø  Intuisi
Suatu pendekatan dalam memperoleh ilmu pengetahuan dengan menggunakan daya jiwa.
Ø  Wahyu
Pendekatan ini harus didasari oleh kepercayaan( iman). Kepercayaan tersebut adalah apabila akal tidak mampu mengungkapakan sesuatu, akal tersebut tidak perlu dibahas dan diperdebatkan, wahyu berarti isyarat yang cepat yang diperoleh seseorang didalam dirinya serta diyakininya. Wahyu hanya diberikan oleh Allah  kepada Nabi dan RasulNya tanpa mereka usahakan dan mereka pelajari.
Sedangkan metode yang dapat digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan menurut Socrates dapat dilakukan melalui dialektik yang ditandai dengan karakteristik sebagai berikut:
Ø  Dialektik
Ø  Konferensi
Ø  Tentative provisional
Ø  Empiris induktif
Ø  Konsepsional
Sementara dalam pandangan filsafat pendidikan Islam metode memperoleh pengetahuan dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut :
Ø  Kasbi (khusuli) adalah cara berfikir sistematik dan metodik yang dilakukan secara konsisten dan bertahap melalui proses pengamatan, penelitian, percobaan dan penemuan.
Ø  Laduni  (khudluri) adalah Ilmu yang diperoleh orang-orang tertentu dengan tidak melalui proses Ilmu pada umumnya tetapi melalui proses perubahan atau hadirnya cahaya ilahi kedalam kalbu seseorang.[4]
  1. Teori Ilmu Pengetahuan
Menurut Brubacher ada beberapa teori pengetahuan sebagai berikut :
  1. Teori pengetahuan menurut Correspondence
Proses mengetahui adalah proses partisipasi langsung oleh peserta didik terhadap realita obyek secara wajar melalui studi sebab realita obyek itu selalu mewujud di dalam sejumlah aspek-aspek perwujudan yang dapat dimengerti.
  1. Teori pengetahuan menurut Consistency
Menurut teori ini pengatahuan didapat oleh seseorang dari luar melalui panca indra. Implikasi teori adalah bahwa seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan didasarkan pada pembentukan pengetahuan yang diperoleh melalui potensi-potensi interval dari pada potensi luar.
  1. Teori pengetahuan Intuisi
Dalam hal ini pengetahuan memancarkan secara tiba-tiba bersifat ilhami (inspiratif). validitas pengetahuan intuitif ini sangat bersifat pribadi dan merupakan ekspresi dari keunikan individu.
  1. Teori pengetahuan menurut Pragmatisme
Menurut teori ini pengetahuan diperoleh oleh seseorang dengan belajar melalui interaksi subyek lingkungan secara langsung. Belajar sesungguhnya adalah memperoleh dan menguji kebenaran-kebenaran teori dengan percobaan-percobaan dan hasil pengalaman yang kontinu itulah yang disebut pengetahuan.
  1. Teori pengetahuan menurut Authorithy.
Pengetahauan yang didapat oleh seseorang melalui pendapat orang lain yang didasarkan kepada peneliti dan pembuktian secara ilmiah. Bahkan untuk memperoleh pendapatnya seseorang mengutip pendapat orang lain yang dianggap lebih kuat karena didasarkan pada sumber yang bersifat otoritas seperti buku-buku literatus, encyclopedia.[5]

  1. Implikasi Ilmu Pengetahuan dalam Proses Pendidikan Islam  
Ilmu pengtahuan yang dikembangkan dalam pendidikan Islam hendaknya beorientasi pada nilai-nilai Islam yaitu ilmu pengetahuan yang bertolak pada fakultas piker dan fakultas dzikir. Dengan fakultas pikirnya manusia dapat memperoleh kebenaran walaupun akal bukan satu-satunya sumber kebenaran. Kebenaran itu dapat diperoleh melalui pendekatan ilmiah dan filosofis. Pendekatan ilmiah dan filosofis ini membutuhkan tenaga pemandu yaitu wahyu yang diperoleh melalui pendekatan imani.
Dalam pandangan Islam, ilmu itu didasarkan kepada dua pandangan pokok pertama ilmu pengetahuan yang didasarkan kepada kepercayaan (iman). Kedua ilmu pengetahuan eksperimental.
Padahal ilmu pengetahuan yang ada hendaknya dikembangkan dalam rangka mengemban amanah Tuhan dalam mengendalikan alam dan isinya, sehingga dengan bertambahnya ilmu pengetahuan seseorang bertambah pula penunjuknya dan semakin kuat keimanannya bahkan semakin menyadari kelemahannya dan bukan sebaliknya semakin tambah ilmu pengetahuannya semakin jauh dia dari Tuhan.[6]







                                                               













KESIMPULAN
              Ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusi dan untuk memperolehnya perlu dilakukan usaha dan kerja keras. Dengan Ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia ia akan mengenal adanya Tuhan (ma’rifatullah).
              Ilmu pengetahuan dalam Islam diharapkan akan mampu membawa kepada kebaikan manusia dan kebaikan masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya. Islam menyangkut derajat Ilmu dan Ulama’ yang membawa dan mengajak kepada kebaikan dan kekuatan kaum muslimin.
























DAFTAR PUSTAKA
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar. 2005. Filsafat Ilmu Pendidikan. Cetakan II. Ciputat . ciputat Press.
Barnadib, Imam. 1997. Filsafat Pendidikan Sistem dan Metode. Cetakan IX. Yogyakarta: ANDI OFFSET.
Khobir, Abdul. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Pekalongan: STAIN Press.
Latif, Abdul. 2007. Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. Bandung: Rafika Aditama.
Mudyaharjo, Redja. 2002. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Prastya. 2000. Filsafat Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia
Qomari, Mujamili.2005. Epistimologi Pendidikan Islam. Jakarta: Erlangga.


[1] Abdul khobir,M.Ag, Filsafat Pendidikan Islam, (Pekalongan:STAIN Press, 2009),hlm. 25-26
[2] Drs. H. abdul latif, M.Pd, Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan,(Bandung:Refika Aditama, 2007),hlm.51
[3] Prof. Dr.Mujamili Qomari,M.Ag, Epistimologi Pendidikan Islam, (Jakarta:Erlangga, 2005),hlm. 3
[4] Drs. Prasetya, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm. 11
[5] Abdul Khobir, M.Ag, Op. Cit.,Hlm. 30-32
[6] Ibid., hlm. 33-34

Tidak ada komentar:

Posting Komentar