MAKALAH
HAKIKAT, CIRI DAN KOMPONEN BELAJAR MENGAJAR
Mata kuliah: Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu: Ghufron Dimyati, M.SI
Oleh:
Nur
Nadhifah 20.22.111.004
Ahmat
Al-Hasyimi 20.22.111.006
Khikmatul
Jannah 20.22.111.007
Nestity
Sunarti 20.22.111.018
PBA Kelas A
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses yang penuh makna. Di dalamnya terdapat sejumlah norma untuk ditanamkan ke dalam ciri setiap pribadi anak didik. Dan juga kegiatan belajar mengajar
adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang
menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Guru yang belajar dan anak didik
yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur
manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya.
Di sana semua komponen pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai
tujuan pengajaran yang telah doitetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.
Sebagai guru sudah
menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi belajar
mengajar yang dapat menghantarkan anak didik ke tujuan. Di sini tentu saja
tugas guru berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan
bagi semua anak didik. Suasana belajar yang tidak menggairahkan dan
menyenangkan bagi anak didik biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan
belajar mengajar yang kurang harmonis. Anak didik gelisah duduk berlama-lama di
kursi mereka masing-masing. Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi
tercapainya tujuan pengajaran.
Sebagai kegiatan yang
bernilai edukatif, belajar mengajar mempunyai hakikat, ciri-ciri dan komponen.
Ketiga aspek ini perlu diketahui guru dan dipahami guna menunjang tugas di
medan pengabdian.
Berlatarbelakang
dari pentingnya hakikat, ciri-ciri dan komponen belajar mengajar bagi guru,
maka perlulah kami membahas di dalam makalah ini mengenai hakikat, ciri-ciri
dan komponen belajar mengajar dan hal-hal yang terkait dengannya. Dan makalah
ini kami beri judul “Hakikat, Ciri-Ciri Dan Komponen Belajar Mengajar”.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah yang kami angkat dalam makalah ini adalah :
1.
Apa hakikat belajar mengajar?
2.
Apa ciri-ciri belajar mengajar?
3.
Apa komponen belajar mengajar?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Belajar Mengajar
Belajar
dan mengajar adalah 2 konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar
merupakan apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek maupun sebagai
obyek pembelajaran, sedangkan mengajar merupakan apa yang harus dilakukan oleh
guru sebagai pengajar.
Dua
konsep tersebut menjadi terpadu menjadi suatu kegiatan manakala terjadi
interaksi guru dan siswa, pada saat pembelajaran itu berlangsung.[1]
Walaupun pada kenyataannya tidak
semua perubahan termasuk kategori belajar.
Guru yang mengajar dan anak didik yang diajar adalah dwi tunggal dalam
perpisahan raga jiwa bersatu antara guru dan anak didik. Biasanya permasalahan
yang guru hadapi ketika berhadapan dengan sejumlah anak didik adalah masalah
pengelolaan kelas. Inilah hakikat
belajar mengajar sebagai suatu proses.[2]
Belajar
adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Inilah
yang merupakan sebagai inti proses pembelajaran. Perubahan tersebut bersifat intensional,
positif aktif, dan efektif fungsional.[3]
B.
Ciri-Ciri Belajar Mengajar
Menurut
Edi Suardi sebagai suatu proses pengaturan kegiatan belajar mengajar memiliki
beberapa ciri, yaitu:
1.
Memiliki
Tujuan
Tujuan
adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan.
Secara umum kegiatan belajar mengajar harus mempunyai tujuan yakni untuk
membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu, sadar akan tujuan yang
ingin dicapai dengan menempatkan peserta didik sebagai pusat perhatian.
2.
Ada
suatu prosedur (jalannya interaksi)
Dalam kegiatan belajar mengajar diperlukan adanya suatu
prosedur yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan
interaksi perlu ada prosedur atau langkah-langkah sistematik dan relevan.
3.
Ditandai
dengan aktifitas anak didik.
Aktifitas anak didik dalam hal ini baik secara fisik maupun
secara mental, aktif. Jadi, tidak ada gunanya melakukan kegiatan belajar
mengajar, kalau anak didik hanya pasif. Karena anak didiklah yang belajar, maka
merekalah yang harus melakukannya.
4.
Guru
berperan sebagai pembimbing.
Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha
menghidupkan dan memberikan motifasi, agar terjadi proses interaksi yang
kondusif. Guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses belajar
mengajar, sehingga guru adalah merupakan tokoh yang dilihat dan ditiru tingkah
lakunya oleh anak didik.
5.
Dalam
kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin.
Disiplin dan kegiatan belajar mengajar ini diartikan sebagai
suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang
sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar.
6.
Ada
batas waktu.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistim
berkelas (kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak
bisa ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu kapan tujuan itu
sudah harus tercapai.
7.
Evaluasi.
Dan seluruh kegiatan di atas, masalah evaluasi merupakan
bagian penting yang tidak bisa diabaikan, setelah guru melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Evaluasi harus guru lakukan untuk mengetahui tercapai
tidaknya tujuan pengajaran yang telah ditentukan.
C.
Komponen-komponen Belajar Mengajar
Sebagai suatu sistem, tentu saja
kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan,
bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber serta
evaluasi. Penjelasan dari setiap komponen tersebut adalah sebagai beirkut :
1.
Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari
pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa
tujuan, karena hal itu adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam
menentukan ke arah mana kegiatan itu akan dibawa. Akhirnya guru tidak bisa
mengabaikan masalah perumusan tujuan apabila ingin memprogramkan pengajaran.
2.
Bahan
pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam
proses belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran, proses belajar mengajar tidak
akan berjalan. Karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan menguasai
bahan pelajaran yang akan disampaikannya pada anak didik. Dengan demikian,
bahan pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan dalam pengajaran,
sebab bahan adalah inti dalam proses belajar mengajar yang akan disampaikan
pada anak didik.
3.
Kegiatan
belajar mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam
pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam
proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua
komponen pengajaran, kegiatan belajar mengajar akan menentukan sejauh mana
tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai. Dengan demikian, kegiatan belajar
mengajar yang bagaimanapun, juga ditentukan dari baik atau tidaknya program
pengajaran yang telah dilakukan dan akan berpengaruh terhadap tujuan yang akan
dicapai.
4.
Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode
diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat
melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode mengajar yang
telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi pendidikan.
5.
Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka
mencapai tujuan pengajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam
rangka mencapai tujuan pengajaran dan mempunyai fungsi yaitu alat sebagai
perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan dan alat
sebagai tujuan.[4]
Alat juga sebagai alat bantu dalam pendidikan dan
pengajaran, alat material (audiovisual) mempunyai sifat sebagai berikut:
a.
Kemampuan
untuk meningkatkan pengertian
b.
Kemampuan
untuk meningkatkan transfer (pengalihan) belajar.
c.
Kemampuan
untuk memberikan penguatan (reinforcement)/pengetahuan hasil yang dicapai
d.
Kemampuan
untuk meningkatkan retensi (ingatan)
Dari
uraian tersebut, jelaslah bahwa alat tidak bisa diabaikan dalam program pengelolaan
pengajaran.[5]
6.
Sumber
pelajaran
Belajar mengajar telah diketahui bukanlah proses dalam
kehampaan, tetapi berproses dalam kemaknaan. Di dalamnya ada sejumlah nilai
yang disampaikan kepada anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan
sendirinya, tetapi terambil dari berbagai sumber guna dipakai dalam proses
belajar mengajar. Jadi bahan pelajaran itu diambil dari berbagai sumber. Yang
dimaksud dengan sumber-sumber bahan dan belajar adalah segala sesuatu yang
dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal
untuk belajar seseorang. Dengan demikian, sumber belajar itu merupakan bahan
atau materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi
si pelajar. Sebab pada hakikatnya belajar adalah untuk mendapatkan hal-hal baru
(perubahan).
Contoh sumber diantaranya:
a.
Manusia
(dalam keluarga, sekolah dan masyarakat);
b.
Buku
dan perpustakaan;
c.
Mass
media (majalah, surat kabar, radio, tv, internet dan lain-lain);
d.
Dalam
lingkungan;
e.
Alat
pelajaran (buku pelajaran, peta, gambar, kaset, papan tulis, kapur, spidol dan
lain-lain );
f.
Museum
(tempat penyimpanan benda-benda kuno);
g.
Aktifitas
(activities) :
1)
Pengajaran
berprogram,
2)
Simulasi,
3)
karyawisata,
4)
Sistim
pengajaran modul.
7.
Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu
evaluation. Dalam buku Essentials of educational evaluation karangan Edwin
Wand dan Gerald W. Brown dikatakan bahwa “Evaluation refer to the
act or rocess to determining the value of something”. Jadi menurut Wand
dan Brown, evaluasi adalah tindakan adalah suatu proses untuk menentukan
nilai dari sesuatu. Sesuai dengan pendapat di atas, maka menurut Wayan
Nurkancana dan PPN Sumartana, evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai
suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam
dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia
pendidikan. [6]Ketika
evaluasi dapat memberikan manfaat bagi guru dan siswa, maka evaluasi mempunyai
fungsi sebagai beirkut :
a.
Untuk
memberikan umpan balik (fed back) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki
proses belajar mengajar, serta memperbaiki program bagi murid.
b.
Untuk
memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap
murid kepada orang tua, penentuankenaikan kelas, serta penentuan lulus tidaknya
seorang murid.
c.
Untuk
menentukan murid di dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan
tingkat kemampuan dan karakteristik lainnya yang dimiliki murid.
d.
Untuk
mengenal latar belakang (psikologis, fisik dan lingkungan) murid yang mengalami
kesulitan-kesulitan belajar, yang nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar
dalam pemecahan kesulitan-kesulitan belajar yang timbul.
Adapun
komponen-komponen belajar mengajar lainnya meliputi :
a.
Merencanakan
yaitu mempelajari masa mendatang dan menyusun
rencana kerja.
b.
Mengorganisasikan
yaitu membuat organisasi usaha, manager, tenaga kerja dan bahan.
c.
Mengkoordinasikan
yaitu menyatukan dan mengkorelasikan semua kegiatan.
d.
Mengawasi
dan memeriksa agar segala sesuatu dikerjakan sesuai peraturan yang digariskan
dan instruksi-instruksi yang diberikan.[7]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Belajar
merupakan apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek maupun sebagai
obyek pembelajaran. Karena itu belajar dan mengajar
merupakan istilah yang sudah baku dan menyatu dalam konsep pengajaran. Akhirnya
dapat disimpulkan bahwa apabila hakikat belajar adalah perubahan, maka hakikat
belajar mengajar adalah proses pengaturan yang dilakukan oleh guru.
B.
Penutup
Demikianlah makalah yang dapat kami buat. Mohon maaf jika
ada salah dalam penulisan ataupun referensi dari kelompok kami. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan joko Tri Prasetyo. 2005.
Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Bahri Jamarah, Syaiful dan
Azwan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Mustaqim, Zaenal. 2011. Strategi dan
metode pembelajaran. Pekalongan: Matagraf Yogyakarta.
[1] Zaenal Mustaqim, Strategi
dan metode pembelajaran, (Pekalongan: Matagraf Yogyakarta. 2011) h. 48
[2] Syaiful Bahri Jamarah dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002) h. 44-45
[7] Abu ahmadi dan joko Tri
Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2005)
h. 34
Tidak ada komentar:
Posting Komentar