MAKALAH
MODEL PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA
SISWA
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliyah : Strategi Belajar
Mengajar
Dosen Pengampu : Muhammad Ghufron,
M.S.I
Disusun Oleh :
Tolkhah 2021 111 348
Siti Tasyaroh 2021 111 350
Panji Hardiko
2021
111 352
Aenun Najib 232 107 256
Kelas H
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PEKALONGAN
Jurusan
Tarbiyah PAI
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Problematika pendidikan yang terjadi
di Indonesia salah satunya adalah proses belajar mengajar yang
diberikan di kelas pada umumnya hanya mengemukakan konsep-konsep dalam suatu
materi. Proses belajar mengajar yang dilakukan adalah satu arah. Model
pembelajaran tersebut dianggap kurang mengeksplorasi wawasan dan pengetahuan
siswa.
Perubahan paradigma dalam proses yang tadinya berpusat
pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered)
diharapkan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun
pengetahuan, sikap dan perilaku. Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada
siswa, maka siswa memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri
pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam dan pada
akhirnya dapat meningkatkan mutu kualitas siswa. Peran guru dalam pembelajaran
berpusat pada siswa adalah sebagai fasilitator yang dalam hal ini, guru
memfasilitasi proses pembelajaran di kelas. Fasilitator adalah orang yang
memberikan fasilitasi.
Pembelajaran yang inovatif dengan metode yang berpusat
pada siswa memiliki keragaman model/metode pembelajaran yang menuntut
partisipasi aktif dari siswa. Dalam makalah ini akan dibahas metode-metode yang
ada dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, diantaranya : metode kerja
kelompok, metode karya wisata, metode penemuan, metode eksperimen, metode
pengajaran unit dan metode pengajaran dengan modul.
BAB
II
Pembahasan
Pengertian Pembelajaran Berpusat
pada Siswa
Pembelajaran berpusat pada peserta
didik merupakan pembelajaran yang lebih berpusat pada kebutuhan, minat, bakat
dan kemampuan peserta didik, sehingga pembelajaran akan menjadi sangat
bermakna. Dengan pendekatan pembelajaran berpusat pada peserta didik
menghasilkan peserta didik yang berkepribadian, pintar, cerdas, aktif, mandiri,
tidak bergantung pada pengajar, melainkan mampu bersaing atau berkompetisi dan
memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik.[1]
Model-Model Pembelajarannya
Dalam
pembelajarana yang berpusat pada siswa, terdapat beberapa model
pembelajarannya, yaitu :
A.
PEMBELAJARAN KOOPERATIF ( COOPERATIVE LEARNING )
1.
Landasan Pemikiran
Sekitar tahun 1960-an, belajar
kompetitif dan individualistis telah
mendominasi pendidikan di Amerika Serikat. Siswa datang ke Sekolah untuk
berkompetisi dan tekanan dari orang tua untuk
menjadi yang terbaik. Tentunya dengan tempat duduk yang terpisah di
kelas.
Jika disusun dengan baik, belajar
kompetitif dan individualistis akan
evektif dan cara memotivasi siswa untuk melakukan yang terbaik. Meskipun
demikian, terdapat beberapa kelemahan pada belajar kompetitif dan individualistis.[2]
Untuk menghindarinya dan agar siswa dapat membantu siswa yang lain untuk
mencapai sukses, maka jalan keluarnya adalah dengan belajar kooperatif.
Pembelajaran
yang bernaung dalam teori konstruktivitas adalah cooperative learning. Cooperative
learning muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa
secara rutin bekerja dalam kelompok untuk paling memecahkan masalah-masalah
yang kompleks.
Di dalam jelas
kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri
dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen kemampuannya, jenis
kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya
kelompok tersebut adalah memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat
terlibat secara aktif dalam proses belajar berpikir dan kegiatan belajar.
Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah ketuntasan materi
yang disajikan oleh guru dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai
ketuntasan belajar.[3]
2. Tujuan Cooperative Learning
Cooperative
learning merupakan sebuah kejamn strategi
pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai
tujuan bersama. Cooperative learning disusun dalam sebuah usaha untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dalam pengalaman sikap
kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memeberikan kesempatan
kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda
latar belakangnya. Jadi dalam cooperative learning siswa berperan ganda,
yaitu sebagai siswa atau sebagai guru.
3. Efek-efek Cooperative Learning
Cooperative
learning mempunyai efek yang berarti terhadap
penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, sastra, sosial,
kemampuan dan ketidakmampuan.
Tiga macam hasil
yang dicapai model pembelajaran ini:
a. Efeknya pada
perilaku kooperatif
Kebanyakan
orang menjunjung tinggi perilaku kooperatif dan percaya bahwa perilaku itu
merupakan tujuan penting bagi pendidikan banyak kegiatan ekstrakulikuler di
sekolah seperti olah raga tim, produksi drama, dan musik.
b. Efeknya pada
toleransi terhadap keanekaragaman
Studi-studi
yang serupa dengan penelitian Johnson dan Johnson menunjukkan bahwa cooperative
learning tidak hanya mempengaruhi toleransi dan penerimaan yang lebih luas
terhadap siswa-siswa dengan kebutuhan khusus, tetapi juga dapat mendukung
tercapainya hubungan yang lebih baik diantara siswa-siswa dengan ras dan etnis
yang beraneka ragam.
c. Efeknya pada
prestasi akademik
Salah
satu aspek penting cooperative learning adalah bahwa selain pendekatan
ini membantu meningkatkan perilaku kooperatif dan hubungan kelompok yang lebih
baik diantara para siswa, pada saat yang sama ia juga membantu siswa dalam
pembelajaran akademiknya.[4]
3. Unsur Penting, Prinsip Utama dan
Ciri Pembelajaran Kooperatif
Pertama, saling
ketergantungan yang bersifat positif antar siswa
Kedua, interaksi
antara siswa yang semakin meningkat.
Ketiga, tanggung
jawab individu.
Keempat, proses
kelompok.
Dan prinsip
dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a. Setiap
anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya
dan berpikir bahwa semua anggota kelompok memiliki tujuan yang sama.
b.
Dalam
kelompok terdapat pembagian tugas secara merata dan dilakukan evaluasi
setelahnya.
c.
Saling membagi kepemimpinan antar anggota
kelompok untuk belajar bersama selama pembelajaran.
d.
Setiap
anggota kelompok bertanggungjawab atas semua pekerjaan kelompok.
Ciri-ciri model pembelajaran
kooperatif sebagai berikut:
a.
Siswa dalam
kelompok bekerja sama menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang
akan dicapai.
b.
Kelompok
dibentuk secara heterogen.
c.
Penghargaan
lebih diberikan kepada kelompok, bukan kepada individu.
5.
Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan
Proses demokrasi dan pern aktif
merupakan ciri yang khas dari lingkungan pembelajaran kooperatif. Agar
pembelajaran kooperatif dapat berajalan sesuai dengan harapan, dan siswa dapat
bekerja secara produktif dalam kelompok, siswa perlu diajarkan keterampilan-keterampilan
kooperatif, berfungsi untuk melancarkan peranan hubungan kerja dan tugas.
6. Langkah-langkah
pembelajaran kooperatif
a.
Menyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa
b.
Menyajikan informasi
c.
Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok kooperatif
d.
Membimbing kelompok bekerja dan
belajar
e.
Evaluasi
f.
Memberikan penghargaan
7. Beberapa
variasi dalam model Cooperative Learning
a. Student Teams Achievement Division
(STAD)
Slavin menyatakan bahwa pada STAD
siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan
campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku. Guru nenyajikan
pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh
anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.
Persiapan-persiapan yang dibutuhkan STAD,
yaitu:
1.
Perangkat Pembelajaran
2.
Membentuk kelompok kooperatif
3.
Menentukan skor awal
4.
Pengaturan tempat duduk
5.
Kerja kelompoK
b. Tim Ahli
(Jigsaw)
Jigsaw telah dikembangkan dan diuji
coba oleh Elliot Aroson dan teman-teman dari Universitas Texas dan diadopsi
oleh Salvin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins.
Langkah-langkah
pembelajaran jigsaw:
·
Siswa dibagi atas beberapa kelompok
·
Materi pelajaran diberikan kepada
siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub-bab.
·
Setiap anggota kelompok membaca sub
bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
·
Anggota dari kelompok lain yang
telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk
mendiskusikannya.
·
Setiap anggota kelompok ahli setelah
kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.
·
Pada pertemuan dan diskusi kelompok
asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.
c. Investigasi Kelompok
Dalm implementasi tipe investigasi
kelompok, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 orang
yang heterogen. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki dan melakukan
penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Lalu menyiapkan dan
mempresentasikannya kepada seluruh kelas.
Langkah-langkah pelaksanaan model
investigasi kelompok meliputi 6 fase, yaitu:
-
Memilih topik
-
Perencanaan Kooperatif
-
Implementasi
-
Analisis dan Sintesis
-
Presentasi Hasil Final
-
Evaluasi
d. Think Pair
Share (TPS)
Strategi TPS atau berpikir
berpasangan berbagi adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa.
Langkah-langkah
TPS:
o
Berpikir (Thinking)
o
Berpasangan (Pairing)
o
Berbagi (Sharing)
e. Numbered Head Together (NHT)
Numbered Head Together (NHT) atau
jenis penomoran berpikir bersama adalah jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif
terhadap struktur kelas tradisional.
Langkah-langkah
NHT:
ü
Penomoran
ü
Mengajukan pertanyaan
ü
Berpikir bersama
ü
Menjawab
8. Karakteristik
dan prinsip-prinsip Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
1)
Karakteristik
SPK
-
Pembelajaran secara tim
-
Didasarkan kepada menajemen
kooperatif
-
Kemauan untuk bekerja sama
-
Keterampilan untuk bekerja sama
2)
Prinsip-prinsip
SPK
-
Prinsip ketergantungan positif (Positive
Independence)
-
Tanggung jawab perseorangan (Individual
Accountability)
-
Interaksi tatap muka (face to
face promotion interaction)
-
Partisipasi dan komunikasi (Partisipation
Communication)
9. Prosedur
Pembelajaran Kooperatif
·
Penjelasan materi
·
Tujuan utama dalam tahap ini adalah
pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.
·
Belajar dalam kelompok
·
Penilaian
·
Penilaian dalam SPK bisa dilakukan
dengan tes atau tulis.
·
Pengakuan Tim
·
Pengakuan tim adalah penetapan tim
yang dianggap paling menonjol atau tim yang paing berprestasi untuk kemudian
diberikan hadiah atau penghargaan.
10.
Keunggulan dan kelemahan SPK
a.
Keunggulan SPK:
v
Melalui SPK siswa tidak terlalu
menggantungkan pada guru.
v
SPK dapat mengembangkan kemampuan
mengungkap ide dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan
ide-ide orang lain.
v
SPK dapat membantu anak untuk respek
kepada orang lain.
v
SPK dapat membantu memberdayakan
setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
v
SPK merupakan strategi yang cukup
ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial.
v
Dapat mengembangkan kemampuan siswa
untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri.
v
Meningkatkan kemampuan siswa
menggunakan informasi dan belajar abstrak menjadi nyata.
v
Meningkatkan motivasi dan rangsangan
untuk berpikir.
b. Kelemahan SPK:
Ø
Butuh waktu lama untuk memahami
filosofis SPK.
Ø
Ciri utama dari SPK adalah bahwa
siswa saling membelajarkan.
Ø
Penilaian didasarkan pada hasil
kerja kelompok.
Keberhasilan SPK dalam upaya mengembangkan kesadaran
berkelompok memerlukan waktu yang cukup panjang.[5]
B.
PENGAJARAN
BERDASARKAN MASALAH (PROBLEM BASED
INSTRUCTION)
1.
Pengertian
Istilah Pengajaran Berdasarkan
Masalah (PBM) diadopsi dari istilah inggris Problem
Based Instruction (PBI). Model pengajaran berdasarkan masalah ini telah
dikenal sejak zaman John Dewey. Dewasa ini model pembelajaran ini mulai
diangkat, sebab ditinjau secara umum, pembelajran berdasarkan masalah terdiri
dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang
dapat memberikan kemudahan pada mereka untuk melakukan penyelidikan dan
inquiri. Menurut Dewey, belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara
stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan
lingkungan. Lingkungan memberikan masukan pada siswa berupa bantuan dan
masalah, sedangkan system syaraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara
efektif, sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis,
serta dicari pemecahannya dengan baik6.
Pada model pembelajaran berdasarkan
masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah
yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang menerapkan model
pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam-macam keterampilan,
prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis.
2.
Ciri Khusus
Pengajaran Berdasarkan Masalah
a.
Pengajuan pertanyaan atau masalah
b.
Berfokus pada keterkaitan antar
disiplin
c.
Penyelidikan autentik
d.
Menghasilkan produk dan
memamerkannya
e.
Kolaborasi
3. Tujuan
Pengajaran Berdasarkan Masalah
a.
Membantampilan
berfikir siswa mengembangkan ketrampilan siswa bermasalah
-
PBI
memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berpikir
sesuai yang bersifat kongkret, tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide
yang abstrak dan kompleks. Dengan kata lain PBI melatih kapada peserta didik
untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi.
b.
Belajar
peranan orang dewasa yang autentik
-
Model
pembelajaran berdasarkan masalah amat penting untuk menjembatani gap antara
pembelajaran formal di sekolah dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang
dijumpai di luar sekolah.
c.
Menjadi
pembelajar yang mandiri
-
Dengan
bimbingan guru secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka
menagjukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka
sendiri, siswa belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas itu secara mandiri dalam
hidupnya kelak.
4. Manfaat Pengajaran Berdasarkan
Masalah
Menurut
sudjana manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan
masalah.tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas dan bukan
menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku,
tapi dari masalah yang ada di sekitar.selain manfaat, model pengajaran
berdasarkan masalahnya memiliki kelebihan dan kekurangan
Kelebihan PBM sebagai model
pengajaran adalah sebagai berikit :
a.
Realistic dengan kehidupan siswa
b.
Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa
c.
Memupuik sifat inquiri siswa
d.
Retensi konsep jadi kuat, dan
e.
Memupuk kemampuan problem solving
Selain kelebihan tersebut, PBM juga
memiliki beberapa kekurangan antara lain :
1.
Persiapan pembelajaran (alat,
problem, konsep)
2.
Sulitnya mencari problem yang
relevan
3.
Sering terjadi miss-konsepsi
4.
Konsumsi waktu, dimana model ini
memerlukan waktu yang cukup dalam proses penyelidikan.
5.
Pelaksanaan
Pengajaran Berdasarkan Masalah
1. Tugas-tugas Perencanaan
a.
Penetapan tujuan
b.
Merancang situasi masalah
c.
Organisasi sumber daya dan rencana
logistic
2. Tugas interaktif
a.
Orientasi Siswa pada Masalah
b.
Mengorganisasikan Siswa untuk
belajar
c.
Membantu Penyelidikan mandiri dan
kelompok
3. Linkungan
Belajar dan Tugas-tugas Manajemen
4. Assesment
dan Evaluasi
BAB III
PENUTUP
Pembelajaran
yang berpusat pada siswa memang memusatkan perhatian dalam pembelajaran hanya
kepada siswa. Guru sebagai pendamping dalam model pembelajaran ini. Dan model
pembelajaran yang berpusat pada siswa ini memiliki dua jenis model, yaitu :
1.
Pembelajaran
Kooperatif ( Cooperative Learning )
Cooperative learning merupakan
sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara
berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Cooperative learning disusun
dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa
dalam pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama
siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi, dalam cooperative learning siswa
berperan ganda, yaitu sebagai siswa atau sebagai guru.
2. Pengajaran
Berdasarkan Masalah (Problem Based
Instruction)
Adapun
Ciri Khusus Pengajaran Berdasarkan Masalah:
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah
b. Berfokus pada keterkaitan antar
disiplin
c. Penyelidikan autentik
d. Menghasilkan produk dan
memamerkannya
e. Kolaborasi
DAFTAR PUSTAKA
Munir. 2008. Kurikulum
Berbasis TIK. Bandung : Alfabeta.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatis-Progresif : Konsep,
Lndasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
Zaenal Mustakim. 2011. Strategi dan Metode
Pembelajaran . Pekalongan: STAIN
Press.
[2] Trianto,
Mendesain Model Pembelajaran Inovatis-Progresif : Konsep, Lndasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta :
Kencana Prenada Media Group, 2009), hal. 55
[3] Zaenal
Mustakim. 2011. Strategi & Metode Pembelajaran. Pekalongan: STAIN
Pekalongan Press. hlm. 277
Tidak ada komentar:
Posting Komentar