MAKALAH
MODEL
PEMBELAJARAN PUSAT SISWA
Disusun guna
memenuhi tugas :
Mata
kuliah :
Strategi Belajar Mengajar
Dosen
pengampu : M. Ghufron Dimyati, M.S.I
Disusun oleh :
Kelas I
Eni marfu’ah (2021 110 238)
Nur Laili Handayani (2021 111 005)
Elik Istikomah (2021 111 106)
TARBIYAH/PAI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PEKALONGAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Guru
merupakan ujung tombak keberhasilan
kegiatan pembelajaran di sekolah yang
terlibat langsung dalam merencanakan dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Tugas guru bukan semata-mata mengajar
(teacher centered), tapi lebih kepada
membelajarkan siswa (children centered).
Dalam
pembelajaran tidak hanya guru yang berperan aktif, tapi diharapkan agar siswa ikut
berpartisipasi dan berperan aktif . Oleh karena itu dalam pembelajaran memerlukan pengembangan model-model pembelajaran yang tepat, sehingga pembelajaran menjadi
lebih efektif dan efisien.
Guru
diharapkan agar dapat menerapkan model-model pembelajaran dalam
kegiatan belajar mengajar, agar
pembelajaran tidak monoton. Salah satu
model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran pusat siswa, lebih jelasnya dalam makalah ini kami akan
menjelaskan mengenai model-model pembelajaran pusat siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep
Dasar Pembelajaran Berpusat Pada Siswa.
Pembelajaran merupakan proses aktif
peserta didik yang mengembangkan potensi dirinya. Peserta didik memproduksi pengetahuan sendiri secara lebih luas, lebih dalam , dan
lebih maju dengan modifikasi pemahaman terhadap konsep awal pengetahuan.[1]
Dalam model pembelajaran pusat
siswa terdapat dua model pembelajran, yaitu:
a. Model
pembelajaran cooperative leraning
b. Model
pembelajaran problem based learning.
B. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif.
Pembelajaran
kooperatif adalah strategi pembelajaran
yang melibatkan partisipasi siswa dalam
satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu
mereka belajar untuk dirinya sendiri dan
membantu sesama anggota kelompok untuk
belajar.[2]
Tujuan
pembelajaran kooperatif, yaitu untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam
pengalaman sikap kepemimpinan dan membut keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda
latar belakangnya.[3]
2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif.
Karakteristik
atau ciri pembelajaran kooperatif, sebagai berikut:
·
Pembelajaran secara Tim
Pembelajaran dilakukan secara tim.
·
Didasarkan Pada
Manajemen Kooperatif
Manajemen mempunyai 3 fungsi, yaitu fungsi manajemen
sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Fungsi manajemen sebagai organisasi menunjukan bahwa
pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan
yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. Fungsi
manajemen sebagai kontrol menunjukan
bahwa pembelajaran kooperatif perlu ditentukan keberhasilan.
·
Kemauan untuk bekerja
sama
Keberhasilan
pembelajaran kooperatif ditentukan
oleh keberhasilan secara kelompok.
·
Keterampilan bekerja sama
Kemempuan bekerja sama
itu dipraktikan melalui aktivitas dalam pembelajaran secara kelompok.[4]
3. Prinsip-Prinsip
Pembelajaran Kooperatif.
Terdapat
empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, sebagai berikut:
§ Prinsip
ketergantungan positif (positive interpendence)
§ Tanggung
jawab perseorangan (Individual
Accountability)
§ Interaksi
tatap muka (face to face promotion
interaction)
§ Keterampilan
bekerja sama dan bersosialisasi (social
skiil)
§ Group
Processing.[5]
4. Macam-Macam
Pembelajaran Kooperatif.
1) STAD
(Student Team Achievement Division)
Ada
lima langkah yang dilakukan pada STAD,
yaitu: (1) tahap penyajian
materi (2) tahap kegiatan kelompok
(3) tahap tes individual (4) tahap perhitungan skor perkembangan individu (5) tahap
pemberian penghargaan kelompok.
2) Jigsaw
Dibentuk kelompok oleh guru, kemudian dibentuk lagi
kelompok ahli, grup ahli ini mempelajari materi yang sama,
setelah siswa belajar di grup ahli, mereka
kembali ke kelompok semula.
3) Group
Investigation
Siswa
membentuk kelompok sendiri, kemudian
guru memberikan materi dan permasalahan, setiap kelompok memecahkan
masalah tersebut dan mereka dapat
mencari data di kelas atau di luar kelas, setelah itu pada waktunya mereka
harus melaporkan hasil kelompok dalam hal analisis dan kesimpulan.
4) Group
Resume
Dibentuk kelompok
yang diberi tugas membuat resume atau rangkuman dari materi
pelajaran, kemudian melaporkan hasil resumenya.[6]
5) Think-Pair-Share
Beri
kesempatan siswa untuk mencari jawaban tugas
secara mandiri, kemudian bertukar pikiran dengan teman sebangku, setelah
itu berdiskusi dengan pasangan lain (menjadi 4 siswa).
6) Tipe
Mind Mapping (MM)
Guru
mengemukakan konsep/permasalahan utama yang akan ditanggapi oleh siswa,
membentuk kelompok diskusi dengan anggota 2-3 orang, tiap kelompok mencatat alternatif jawaban
hasil diskusi, kemudian tiap kelompok
secara acak membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokan sesuai kebutuhan guru, dari data-data di papan siswa diminta membuat
kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai
konsep yang disediakan guru.
7) Tipe
Snowball Throwing (ST)
Guru
menyampaikan materi yang akan disampaikan, guru membentuk kelompok dan
memanggil ketua kelompok masing-masing untuk menjelaskan materi yang telah disampaikan oleh guru, kemudian
menyampaikan kepada teman-temannya,
masing-masing siswa menyiapkan
kertas untuk menuliskan 1 pertanyaan, kemudian kertas tersebut dibentuk
seperti bola dan dilempar dari satu sisw ke siswa lain, kemudian siswa menjawab pertanyaaan yang ada
di kertas yang di lempar tersebut.
8) Dua
Tinggal, Dua Tamu (DUTI-DUTA)
Membentuk
kelompok dengan anggota 4 siswa, beri tugas untuk diskusi, dua siswa bertamu ke
kelompok lain, dua siswa yang tinggal menginformasikan hasil diskusinya kepada
dua tamunya, tamu kembali ke kelompok dan melaporkan temuan
mereka dari kolmpok lain.
9) Time
Token
Semua
siswa di beri kartu bicara, di dalam
kelompok yang sudah
menyampaikan pendapatnya harus
menyerahkan satu kartunya, demikian seterusnya sampai yang sudah habis kartunya
tidak berhak bicara lagi.
10) Debate
Guru
membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra. Guru memberikan tugas untuk membaca
materi yang akan
didebatkan. Setelah selesai
membaca materi, guru menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk
berbicara saat itu ditanggapi oleh kelompok kontra demikian seterusnya samapi sebgian besar siswa bisa mengungkapkan pendapatnya.[7]
5. Kelebihan
Dan Kelemhan Pembelajaran Kooperatif.
a. Kelebihan
pembelajaran kooperatif.
ü Melalui strategi pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan
pada guru.
ü Dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri.
ü Membantu
siswa untuk respek pada orang laindan
menyadari akan segala keterbatasanya serta menerima segala perbedaan.
ü Meningkatkan motivasi siswa dan memberikan rangsangan
untuk berpikir.
b. Kelemahan
pembelajaran kooperatif.
ü Penilaian yang diberikan dalam strategi
pembelajaran kooperatif didasarkan
kepada hasil kerja kelompok.
ü Upaya
mengembangkan kesadaran berkelompok
memerlukan periode waktu yang cukup
panjang.
C. Problem
Based Learning.
1. Pengertian
dan Tujuan Problem Based Learning.
Pengajaran berdasarkan
masalah merupakan pendekatan yang
efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi
yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan
sekitarnya. Pembelajaran ini cocok
untuk mengembangkan pengetahuan
dasar maupun kompleks.[8]
2. Tahapan-Tahapan
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah.
John Dewey seorang ahli
pendidikan berkebangsaan Amerika
menjelaskan enam langkah strategi pembelajaran
berbasis masalah yang kemudian dinamakan
metode pemecahan masalah (problem solving),
yaitu:
1) Merumuskan
masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
2) Menganalisis
masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari barbagai sudut pandang.
3) Merumuskan
hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
4) Mengumpulkan
data, yaitu langkah siswa mencari dan
menggambarkan inforamasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
5) Pengujian hipotesisi, yaitu siswa merumuskan kesimpulan
sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
6) Merumuskan
rekomendasi pemecahan masalah, yaitu
langkah siswa menggambarkan rekomendasi
yang dapat dilakukan ssesuai rumusan
hasil pengujian hipotesis dan rumusn
kesimpulan.
3. Kelebihan
Dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah.
1) Kelebihan strategi pembelajaran berbasis masalah.
a. Problem
solving merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
b. Dapat
menantang kemampuan siswa serta
memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
c. Dapat
meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
d. Membantu
siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam
kehidupan nyata.
e. Dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk
berpikir kritis.
2) Kelemahan strategi pembelajaran berbasis
masalah.
a. Manakala
siswa tidak atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka
mereka enggan untuk mencoba.
b. Keberhasilannya
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa
yang mereka ingin pelajari.[9]
BAB III
PENUTUP
Dari
pembahasan diatas dapat dilihat bahwa
model pembelajaran pusat siswa sangatlah bermanfaat dalam meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan siswa dalam mengembangkan pengetahuannya dalam sebuah
pembelajaran, karena dalam pembelajatran
pusat siswa ini sangat menekankan keaktifan dari siswa.
Dalam
model pembelajaran pusat siswa juga
terdapat banyak metode-metodenya,
sehingga guru dapat memilih dan menerapkan
yang sesuai dengan materi yang akan
disajikan dan sesuai dengan kebutuhan peseta didik.
Semoga
pembahasan diatas dapat bermanfaat...
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari,
DKK. 2009. Guru Profesional: Menguasai
Metode dan Terampil Mengajar. Bandung:
Alfabeta.
Dananjaya,
Utomo.2012. Media Pembelajaran Aktif.
Bandung: Nuansa.
Mustakim,
Zaenal. 2009. Strategi Dan Metode
Pembelajaran. Pekalongan: STAIN Press.
Rusman. 2011. Model-Model
Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma
Baru Pembelajaran : Sebagai Referensi Bagi Guru/Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualita. Jakarta: Kencana.
[1] Utomo Dananjaya, Media Pembelajaran
Aktif (Bandung: Nuansa, 2012),
hlm. 27-28
[2] Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru,
Cet.ke 3 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm.203
[3] Zaenal Mustakim, Strategi Dan Metode Pembelajaran (Pekalongan: STAIN
Press, 2009), hlm.113-114
[4] Rusman, Op.Cit, hlm.207
[5] Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran : Sebagai Referensi Bagi
Guru/Pendidik Dalam Implementasi
Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualita,
Cet.ke 2 (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.266
[6] Buchari Alma, DKK, Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil Mengajar
(Bandung: Alfabeta, 2009), hlm.83-86
[7] Yatim Riyanto, Op.Cit, hlm. 274-277
[8] Zaenal Mustakim, Strategi Dan Metode Pembelajaran (Pekalongan: STAIN
Press, 2009), hlm. 130
[9]Ibid, hlm. 134-136
Assalamu'alaikum
BalasHapusFina Ainul Muna 2021 111 055
ketika ada seorang siswa yang tidak suka berperan aktif dalam kelas atau lebih suka diam dan tidak mau berpendapat,. menurut anda metode apa yang cocok untuk menangani anak tersebut agar lebih aktif?