SEJARAH
PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI ABASIYYAH
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas:
Mata
kuliah : Sejarah Peradaban
Islam
Dosen
pengampu : Ghufron Dimyati, M.S.I
Oleh:
Putri Andriani (2021 113 253)
Vera Andriana (2021 113 259)
Kelas
G
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
PEKALONGAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Dinasti Abbasiyah adalah dinasti yang berdiri setelah runtuhnya
dinasti Umayyah. Dinasti Umayyah mengalami masa kehancuran dikarenakan beberapa
penyebab yang muncul dan menumpuk menjadi satu, disusul dengan berdirinya
kekuasaan orang-orang Bani Abbasiyah yang mengejar-ngejar dan membunuh setiap
orang dari Bani Umayyah yang dijumpainya.
Dinasti Umayyah pasca wafatnya Umar bin Abdul Aziz yang
berangsur-angsur melemah. Kekhalifahan sesudahnya dipengaruhi oleh
pengaruh-pengaruh yang melemahkan dan akhirnya hancur. Pada tahun 127 H/744 M
dinasti Bani Umayyah diruntuhkan oleh dinasti Bani Abbasiyah pada masa khalifah
Marwan bin Muhammad (Marwan II). Setelah hanucrnya dinasti Umayyah, dinasti
Abbasiyah berdiri yang dinisbatkan kepada Al-Abbas, paman Rasulullah SAW,
sementara khalifah pertama dari pemerintahan ini adalah Abdullah Ash-Shaffah
bin Muhammmad bin Alibin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib.
Pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah, dinasti ini mengalami
puncak kejayaan dikarenakan peradaban dan kebudayaan Islam tumbuh dan
berkembang. Namun akibat dari penekanaan peradaban dan kebudayaan ini banyak
provinsi di pinggiran yang melepaskan diri dan membentuk dinasti sendiri, yang
menjadi salah satu penyebab dinasti Abbasiyah ini mengalami kemunduran bahkan
kehancuran.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Dinasti
Abbasiyah adalah dinasti yang berdiri setelah runtuhnya dinasti Umayyah. Dinasti
Umayyah mengalami masa kehancuran dikarenakan beberapa penyebab yang muncul dan
menumpuk menjadi satu, disusul dengan berdirinya kekuasaan orang-orang Bani
Abbasiyah yang mengejar-ngejar dan membunuh setiap orang dari Bani Umayyah yang
dijumpainya.
Dinasti
Umayyah pasca wafatnya Umar bin Abdul Aziz yang berangsur-angsur melemah.
Kekhalifahan sesudahnya dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh yang melemahkan dan
akhirnya hancur. Pada tahun 127 H/744 M dinasti Bani Umayyah diruntuhkan oleh
dinasti Bani Abbasiyah pada masa khalifah Marwan bin Muhammad (Marwan II).
Setelah hanucrnya dinasti Umayyah, dinasti Abbasiyah berdiri yang dinisbatkan
kepada Al-Abbas, paman Rasulullah SAW, sementara khalifah pertama dari
pemerintahan ini adalah Abdullah Ash-Shaffah bin Muhammmad bin Alibin Abdullah
bin Abbas bin Abdul Muthalib.
Pada
masa pemerintahan dinasti Abbasiyah, dinasti ini mengalami puncak kejayaan
dikarenakan peradaban dan kebudayaan Islam tumbuh dan berkembang. Namun akibat
dari penekanaan peradaban dan kebudayaan ini banyak provinsi di pinggiran yang
melepaskan diri dan membentuk dinasti sendiri, yang menjadi salah satu penyebab
dinasti Abbasiyah ini mengalami kemunduran bahkan kehancuran.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Berdirinya Dinasti Abasiyah
Kekhalifahan
Abasiyah adalah kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad. Berkuasa
mulai tahun 750 dan memindahkan ibukota dari Damaskus ke Baghdad. Kekhalifahan
ini naik kekuasaan setelah mengalahkan bani umayah kecuali Anda lusia. Bani
Abasiyah di bentuk oleh keturunan dari paman Nabi Muhammad yang termuda,
keturunan dari Abbas ibn Muthalib, oleh karena itu mereka termasuk Bani hasyim.
Sedangkan bani Umayyah bukan seketurunan dengan Nabi.[1]
Dinasti
Abasiyah didirikan pada tahun 135H/750M oleh Abbul Abbas Ash-Shafah, dan
sekaligus sebagai khalifah pertama. Kekuasaan Dinasti Abbasiyah berlangsung
dalam waktu yang panjang dari tahun 132-656H (750M-1258M). Berdirinya
pemerintahan ini dianggap sebagai kemenangan pemikiran yang pernah
dikumandangkan oleh Bani Hasyim (Alawiyun) setelah meninggalnya Rasulullah
dengan mengatakan bahwa yang berhak untuk berkuasa adalah keturunan Rasulullah
dan anak-anaknya.
Propaganda
Abbasiyyah dilaksanakan dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan
rahasia. Akan tetapi diketahui oleh khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin
Muhammad. Ibrahim akhirnya tertangkap oleh pasukan Dinasti Umayyah dan
dipenjarakan di Haran. Ia mewasiatkan kepada adiknya Abul Abbas untuk
menggantikan kedudukannya dan memrintahkan dari Humaimah ke Kufah.
Penguasa
Umayyah di Kufah Yazid bin Umar ditaklukkan oleh abbasiyyah dan di usir ke
Wasit. Abdullah bin Ali di perintahkan untuk mengejar Marwan bin Muhammad, ia
melarikan diri hingga di Fustat Mesir, dan akhirnya terbunuh oleh Salih bin Ali
di Busir pada 132H. Dengan demikian tumbanglah kekuasaan Dinasti Umayyah dan
berdirilah dinasti Abasiyyah yang di pimpin oleh khlifah pertama yaitu Abul
Abbas Ash-Shaffah dengan pusat kekuasaan awalnya di Kufah.
Selama Dinasti Abbasiyah berkuasa, pola pemerintahan
yang di terapkan berbeda-beda sesuai dengan politik, social, dan budaya.
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan itu para sejarawan membagi masa
pemerintahan Bani Abbasiyyah dalam empat periode berikut:
1. Masa
Abbasiyah I , yaitu semenjak lahirnya daulah Abbasiyah tahun 132H sampai
meninggalnya Khalifah Al-Watsiq tahun 232 H
2. Masa
Abbasiyah II, yaitu mulai Khalifah Al-Mutawakkil pada tahun 232H sampai
berdirinya daulah Buwaihiyah tahun 334H
3. Masa
Abbasiyyah III, yaitu dari berdirinya Buwaihiyah tahun 334H sampai masuknya
kaum Saljuk ke Baghdad tahun 447H
4. Masa
abbasiyyah IV, yaitu masuknya orang-orang Saljuk tahun 447H sanpai jatunya
Baghdad ke tangan bangsa Mongol dinawah pimpinan Hulagu Khan tahun 656H.[2]
B.
Para Khalifah
Dinasti Abasiyyah
Sebelum Abbul Abbas meninggal, ia mewasiatkan siapa
penggantinya, yakni Abu Ja’far. Khalifah-khalifah pada masa kekhalifahan
Abbasiyyah di Baghdad yaitu:
1.
Abu Al-Abbas ibn
Muhammad Al-Saffah (750-754)
Gelar As-Saffah
didapat setelah pidato pertamanya, Al-Saffah berarti sang penumpah darah.
2.
Abu Ja’far ibn
Muhammad Al-Manshur (754-775H)
Pada masa ini
Abbasiyyah memasuki masa keemasan. Dia dengan keras melawan bani Umayyah,
khawarij, Syiah.
3.
Abu Abdullah
Muhammad Al-Mahdi (775-785H)
Sifatnya yang
dermawan dan pemurah, pada masa ini merupakan peralihan dari kekerasan menjadi
keramahtamahan dan luasnya ilmu pengetahuan dan peradaban.
4.
Abu Musa Al-hadi
(785-789H)
Ia mengungkari
wasiat ayahnya, bahwa stelah Al-hadi kalifah selanjutnya adalah Harun
al-Rasyid.
5.
Abu Ja’far
Al-Rasyid (789-809H)
Pada masa ini
Islam mengalami puncak kemegahan dan kesejahteraan yang belum tercapai
sebelumnya.
6.
Abu Musa Al-Amin
(193-198H)
Al-amin terkenal
suka berburu dan berfoya-foya serta banyak melalaikan urusan Negara.
7.
Abu Ja’far
Abdullah Al-Ma’mun (198-218H)
Terkenal
sifatnya yang arif, bijaksana, jenius, pandai ilmu agama, filsafat, dan
ilmu serta hafal Al-Qur’an
8.
Abu Ishak
Muhammad Al-Mu’tashim (2180227H)
Memerintah selama Sembilan tahun dan meninggal
dunia pada tahun 227H
9.
Abu Ja’far Harun
Al-Watsiq (227-232H)
Memerintah
selama lima tahun, pada masa ini tidak terjadi peristiwa yang signifikan dan
penting.
10.
Abu Al-Fadhl
Ja’far Al-Mutawakkil (232-247H)
Pada masa ini
ada peristiwa penting yaitu pada tahun 238H orang-orang Romawi melakukan penyerangan
di Dimyath. Mereka berhasil dibunuh.
11.
Abu Ja’far
Muhammad Al-Mustanshir (247-248H)
Pada masa ini
terjadi peristiwa pembunuhan terhadap ayahnya sendiri merupakan isyarat
keruntuhan Dinasti abasiyyah.
12.
Abu Al-Abbas
Ahmad Musta’in (248-252H)
Pada masa ini
terjadi kekacauan secara terus menerus. Ia menjadi khalifah selama 4tahun.
13.
Abu Abdullah
Muhammad Al-Mu’tazz (252-255H)
Pada masa ini
peran politik perempuan berlangsung dan kekacauan semakin berlanjut..
14.
Abu Ishak
Muhammad Al-Muhtadi (255-256H)
Jabatannya hanya
sebagai jabatan formal tapi pada hakikatnya pemerintahan tetap di jalankan oleh
militer orang-orang Turki.
15.
Abu Al-Abbas
Ahmad Al-Mu’tamid (256-279H)
Pada masa ini
ada peristiwa penting yaitu pemberontakkan budak Zanj.
16.
Abu Al-Abbas
Ahmad Al-Mu’tadhid (279-289H)
17.
Abu Muhammad Ali
Al-Muktafi (289-295H)
Kekuasaan ini
hanya bersifat semu karena pada haekaktnya kekhalifahan Baghdad berada di bawah
rezim militer.
18. Abu
Fadhl Ja’far Al-Muqtadir (195-320H)
Pada masa ini
kekuasaan semakin merajalela ketika ibunya mencampuri kenegaraan dan
pemerintahan.
19.
Abu Manshur
Muhammad Al-Qahir (320-322H)
Al-Qahir juga
tidak bernasib lebih baik seperti khalifah sebelumnya, ketika digulingkan dari
kekhalifahannya ia menjadi buta.
20.
Abu Al-Abbas
Ahmad Radhi (322-329H)
Ahmad Radhi
lolos dari penggulingan sebagai kahlifah tetapi tidak luput dari kematian
tentara.
21.
Abu Ishak
Ibrahim Al-Muttaqi (239-332H)
Ia digulingkan
oleh Amir al-umara dan menjadi buta yang akhirnya menjadi orang minta-minta
22.
Abu Al-Qosim
Abdullah Al-Mustakfi (332-334H)
Ia diturunkan
tahtanya dan disingkirkan dan menjadi peminta-minta di kota Baghdad.
23.
Abu Al-Qosim
Al-Mufadhdhal Al-Muthi’ (334-362H)
Pada masa ini
setiap tanggal 10Muharram memperingati pengangkatan Ali Ibn Thalib sebagai
penerus Nabi Muhammada SAW.
24.
Abu Al-Fadhl
Abdul karim Al-Tha’I (362-381H)
Al-Fadhl
berharap bisa memiliki keturunan yang akan meneruskan kekuasaannya.
25.
Abu Al-Abbas
Ahmad Qadir (381-442H)
Pada masa ini
pertikaian antar anggota kerajaan terus berlanjut.
26.
Abu Ja’far
Abdullah Al-Qa’im (442-467H)
Pada masa ini
dinasti Abbasiyah berada di bawah kekuasaan Seljuk dan berakhir pada masa
pemerintahan Al-Nashir.
27.
Abu Al-Qashim
Abdullah Al-Muqtadhi (467-487H)
Pada masa ini
kekhalifahan Seljuk yang tadinya di Isfahan kemudian dipindahkan ke ibu kota
kekhalifahan di Baghdad.
28.
Abu Al-Abbas
Ahmad Al-Mustadzir (487-512H)
Pada masa ini
perang salib terus bergejolak.
29.
Abu manshur
al-Fadhl Al-Mustarsyid (512-529H)
Pada masa ini
perang salib tetap terus terjadi.
30.
Abu Ja’far
Al-mansyur Al-Rasyid (529-530H)
Abu Ja’far
dianggap sebagai khalifah figura saja dalam dinasti Abasiyah.
31.
Abu Abdullah
Muhammad Al-Muqtafi (530-555H)
Pada masa ini
perang salib terus berkobar.
32.
Abu Al-Muzhafar
Al-Mustanjid (555-566H)
Pada masa ini
dinasti abasiyyah mengalami kemunduran dan mengarah pada kehancuran.
33.
Abu Muhammad
Al-Hasan Al-Mustahi’ (566-575H)
Kekhalifahan
dinasti abasiyah hanyalah bersifat formalitas.
34.
Abu Al-Abbas
Ahmad Al-Nashir (575-622H)
Berusaha
membangkitakan kekhalifahan. Ia memerintah yang paling lama yaitu 45 tahun.
35.
Abu Nashr
Muhammad Al-nazhir (622-623H)
Ia adalah
khalifah pengahbisan dari dinasti Abbasiyyah.
36.
Abu Ja’far
Al-Mustanshir (623-640H)
Pada masa ini
penduduk Baghdad berjuang untuk membela diri dari serangan Mongol.
37.
Abu Ahmad
Abdullah Al-Musta’shim (640-656H)[3]
C. Masa
Kemajuan Dinasti Abasiyah
Periode pertama dinasti Abbasiyah
mencapai masa keemasan, peradaban dan kebudayaan Islam tumbuh dan berkembang
pada masa Abasiyyah, karena Abbasiyah lebih menekankan pembinaan peradaban dan
kebudayaan Islam dari pada perluasan wilayah.Puncak kejayaan Dinast Abbasiyah
terjadi pada masa khalifah Harun ar-Rasyid (786-809M) , dan anaknya Al-Makmun
(813-833M). Harun ar-Rasyid ia memerintah negara dalam keadaan makmur, kekayaan
melimpah, kemanan terjamin walaupun ada pemberontakan.
Pada masanya berkembang ilmu
pengetahuan agama. Empat mazhab fiqh tumbuh dan berkembang pada masa dinasti
Abbasiyah. Disamping itu berkembang pula ilmu filsafat, logika, metafisika,
mekanika, astronomi, music, kedokteran, dan kimia. Ilmu-ilmu umum masuk ke
islam melalui terjemahan dari bahasa Yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab.
Lembaga pendidikan pada Dinasti
Abbasiyyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat yang dapat di
tentukan oleh dua hal, yaitu:
1.
Terjadi
asimilasi antara bahasa arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu
pengetahuan. Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna.
2.
Gerakan
penerlemahan berlangsung dalam tiga fase. Pertama, Pada masa Khalifah Al-Manshur hingga Harun Ar-Rassyid pada masa
ini banyak penerjamah dalam bidang astronomi dan mantiq. Kedua, pada masa
Khalifah Al-Makmun hingga tahun 300 H. Buku-buku banyak di terjemahkan dalam
bidang filsafat. Ketiga, pada masa setelah tahu 300H dan bidang-bidang ilmu di
terjemahkan semakin luas.
Baghdad sebagai pusat peradaban Islam
terletak di pinggir kota Tigris, Baghdad sebagai pusat intelektual terdapat
pusat aktivitas pengembangan ilmu. Baghdad juga sebagai pusat penerjemahan
buku-buku dari berbagai cabang ilmu yang kemudian di terjemahkan ke dalam
bahasa Arab. Baghdad mencapai kejayaan pada masa Harun Ar-Rasyid. Dengan
demikian Dinasti abbasiyah dengan pusatnya di Baghdad sangat maju sebagai pusat
kota peradaban dan pusat Ilmu pengetahuan. Beberapa kemajuan dalam berbagai
bidang kehidupan dapat disebutkan sebagai berikut.
a.
Bidang Agama,
meliputi fiqh, Ilmu tafsir, Ilmu Hadist, Ilmu kalam, dan ilmu Bahasa
b.
Bidang Bahasa,
meliputi ilmu Nahmu, ilmu sharaf, ilmu bayan, ilmu badi’ dan arudh
c.
Bidang Umum,
meliputi filsafat, ilmu kedokteran, matematika, farmasi, ilmu Astronomi,
Geografi, Sejarah, Sastra
D. Dinasti-Dinasti
yang memerdekakan diri dari Baghdad
Dalam bidang politik disintegrasi
sebenarnya sudah mulai terjadi pada akhir zaman Umayyah. Bani Umayyah mulai
dari awal berdirinya sampai masa keruntuhannya sejajar dengan batas-batas
wilayah Islam. Berbeda dengan masa Dinasti Abasiyyah, kekuasaan dinasti ini
tidak di akui oleh islam di wilayah Spanyol dan afrika utara, kecuali Mesir.
Ada kemungkinan bahwa para khalifah bani Abbasiyyah sudah cukup puas dengan
pengakuan nominal provinsi-provnsi tertentu dengan pembayaran upeti. Akibat
kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan dan kebudayaan Islam dari pada
persoalan politik, beberapa provinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari
genggaman penguasa bani abbasiyah.
Adapun
dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa
khalifah abbasiyah, diantarannya adalah sebagai berikut.
1.
Thahiriyah di
Khurasan, Persia
2.
Safariyah di
Fars, Persia
3.
Samariyah di
Transoxnia
4.
Sajiyyaj di
Azerbaijan
5.
Buwaihiyah,
Persia
6.
Thukuniyah di
Mesir
7.
Ikhsidiyah di
Turkistan
8.
Ghazwaniyah di
afganistan
9.
Dinasti saljuk
10.
Al-Barzuqani,
Kurdi
11.
Abu Ali, Kurdi
12.
Ayyubiyyah,
Kurdi
13.
Idrisiyah di
Maroko
14.
Aghlabiyah di
Tunisia
15.
Dulafiyah di
Kurdistan
16.
Alawiyah di
Tabirsitan
17.
Hamdaniyah di
Aleppo dan musil
18.
Mazyadiyah di
Hillah
19.
Ukailiyah di
mausil
20.
Mirdasiyah di
Aleppo
21.
Dinasti Umayyah
di Spanyol
22.
Dinasti
Fatimiyah di Mesir.[4]
E. Faktor
yang menyebabkan Kemunduran Dinasti abbasiyah
Kebesaran, Keagungan, kemegahan,
dan gemerlapnya Bagdad sebagai pusat
pemerintahan Dinasti abbasiyyah seolah-olah hanyut terbawa sungai Trigis. Pada
tahun 1400M kota ini diserang oleh pasukan Timur lenk dan pada tahun 1508 M
oleh tentara Kerajaan safawi.
Adapun
factor-faktor penyebab kemunduran Dinasti abbasiyyah adalah sebagai berikut:
a.
Faktor Intern,
meliputi :
·
Kemewahan hidup
di kalangan penguasa
Pada saat Dinasti abbasiyyah mencapai masa
kejayaan telah mendorong para khalifah
untuk hidup mewah. Kondisi ini member peluan kepada tentara professional asal
Turki untuk mengambil ahli kendali pemerintahan
·
Perebutan kekuasaan antar keluarga Bani
abbasiyah
Perbutan kekuasaan dimualai sejak masa Al-Ma’mun
dengan Al-amin. Ditambah dengan masuknya unsure Turki dan parsi. Sejak Al-Muttawkil
wafat pergantian khalifah terjadi secara tidak wajar, para khalifah wafat
karena dibunuh dan di racun atau di turun secara paksa.
·
Konflik
keagamaan
Sejak terjadinya konflik Mu’awiyah dengan Ali
melahirkan tiga kelompok umat, Pengikut mMu’awiyah, Khawarij, syiah. Ketiga
kelompok ini senantiasa berebut pengaruh.
b.
Faktor Ekstern,
meliputi:
·
Banyaknya
pemberontakan
Banyaknya daerah yang tidak dikuasai oleh khalifah,
akibat kebijakan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam
secara real, daerah-daerah itu berada dibawah kekuasaan gurbenur yang
bersangkutan. Akibantnya provinsi-provinsi tersebut banyak yang melepaskan diri dari genggaman penguasa bani Abbas.
·
Dominasi Bangsa
Turki
Abad ke-9 kekuatan militer Abbasiyyah mulai
mengalami kemunduran. Lalu para penguasa sebagai gantinya memperkerjakan
orang-orang professional dibidang kemiliteran, khususnya tentara Turki
akibatnya tentara Turki berhasil merebut kekuasaan tersebut.
·
Dominasi Bangsa
Persia
Masa kekuasaan
bani Buyah berjalan lebih dari 150 tahun. Kekuasaan pusat di bagdad dilucuti
dan diberbagai daerah muncul Negara-negara baru yang berkuasa dan membuat
perkembangan baru. Pada awal pemerintahan Abbasiyah keturunan parsi bekerja
sama dalam mengelola pemerintahan dinasti abbasiyyah kemudian pada saat dinasti
Abasiyyah sedang mengadakan pergantian khalifah, bani Buyah (Parsi) berhasil
merebut kekuasaan.
F. Akhir
Kekuasaan Dinasti Abbasiyah
Setelahmengalami kemajuan Dinasti
abbasiyah mengalami kemunduran dan kehancuran yang di sebabkan oleh dua factor,
yaitu:
a. Faktor
Internal
·
Lemahnya
semangat patriotism Negara , menyebabkan jiwa jihad yang di ajarkan islam tidak
berdaya lagi menahan segala amukan yang datang baik dari dalam maupun dari luar
·
Hilangnya sifat
amanah dalam segala perjanjian yang dibuat, sehingga kerusakan moral dan
kerendahan budi menghancurkan sifat-sifat baik yang mendukung Negara selama
ini.
·
Tidak percaya
pada kekauatan sendiri, dalam mengatasi berbagai pemberontakan khalifah
mengundang kekuatan asing, akibatnya kekuatan asing tersebut emanfaatkan
kelemahan khalifah.
·
Fanatik mazhab
persaingan dan perbutan yang tiada henti antara abbasiyyah dan Alawiyah
menyebabkan kekuatan umat Islam menjadi lemah bahkan hancur berkeping-keping.[5]
b. Faktor
Eksternal
·
Perang salib
Perang antara umat
Kristen dan umat Islam telah menelan banyak koban jiwa, hal ini menyebabkan
Dinasti abbasiyah lemah.
·
Serangan Hulagu
Khan
Hulagu Khan melakukan
serangan-serangan ke Baghdad dengan mengalahkan Khurasan di Persia. Pada
tanggal 10 februari 656
H/1258 M, ia dan pasukannya sampai ke tepi kota Baghdad. Perintah untuk
menyerah ditolak oleh khalifah al-Musta’shim (khalifah terakhir Bani
Abbasiyyah), sehingga Baghdad dikepung dan dihancurkan.[6]
Dengan demikian lenyaplah Dinati Abbasiyyah
yang telah memainkan peran penting dalam kebudayaan dan peradaban Islam dengan
gemilang.[7]
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dinasti
Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M, oleh Abdul Abbas Ash-Shaffah, dan
sekaligus sebagai khalifah pertama. Kekuasaan dinasti Abbasiyah berlangsung
dalam rentang waktu selama lima abad dari tahun 132-656 H (750-1258 M).
Selama
dinasti Abbasiyah berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda
sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan perubahan pola
pemerintahan dan politik itu, para sejarawan membagi masa pemerintahan Bani
Abbasiyah dalam empat periode, yaitu masa Abbasiyah I, II, III, dan IV.
Pada
pemerintahan dinasti Abbasiyah, jumlah khalifah yang memimpin adalah 37
khalifah dan puncak kejayaan dinasti Abbasiyah terjadi pada masa khalifah Harun
Ar-Rasyid (786-809 M) dan anaknya Al-Makmun (813-833 M), namun akibat dari
kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam
daripada persoalan politik itu, beberapa provinsi tertentu di pinggiran mulai
lepas dari genggaman penguasa Bani Abbasiyah.
Akhir
kekuasaan dinasti Abbasiyah ialah ketika Baghdad dihancurkan oleh pasukan
mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan, pada tahun 656 H/1258 M. Oleh Hulagu
Khan, Baghdad dibumihanguskan dan diratakan dengan tanah, khalifah Bani
Abbasiyah yang terakhir dengan keluarganya, Al-Mu’tashim Billah dibunuh, buku-buku
yang terkumpul di Baitul Hikmah dibakar dan dibuang ke sungai Trigis.
DAFTAR PUSTAKA
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung:
Pustaka Setia.
Khoiriyah. 2012. Reorientasi Wawasan Sejarah Islam.
Yogyakarta: Teras.
Suntiah Ratu dan Maslani. 2010. Sejarah Peradapan Islam. Bandung: CV.
Insan Mandiri.
[1]
Khoiriyah, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam,
(Yogyakarta:Teras,2012), hal 85
[2]
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:
Amzah, 2010), hal.138-141
[3]
Khoiriyah, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam,
(Yogyakarta:Teras,2012), hal 87-111
[4]
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:
Amzah, 2010), hal.153-154
[5] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung:
Pustaka Setia, 2008), hlm.137
[6] Maslani dan
Ratu Suntiah, Sejarah Peradapan Islam. (Bandung: CV. Insan Mandiri.
2010). hlm. 112
[7]
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:
Amzah, 2010), hal.15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar