MAKALAH
PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI ABBASIYAH
Disusun guna memenuhi tugas makalah:
Mata Kuliah :
Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Ghufron
Dimyati,M.S.I
oleh:
Fitri Nur Maritsa 2021113160
Miya arismaya 2021113131
Iqbal Mayzun Al Ma’arif
2021113155
Kelas F
JURUSAN TARBIYAH (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN PEKALONGAN)
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sepeninggal Rasulullah saw., kepemimpinan Islam
dipegang oleh Khulafā’ al-Rāsyidīn.
Pada masa ini Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat, bahkan telah
meluas ke seluruh Wilayah Arab. Meskipun Islam telah berkembang pada masa
ini, namun juga banyak mendapat
tantangan dari luar dan dalam Islam sendiri. Seperti pada masa khalifah Ali bin
Abi Thalib banyak terjadi pemberontakan di daerah hingga terjadi perang
saudara. Salah satu perang dimasa Ali bin Abi Thalib ialah peperangan antara
Muawiyah dengan Khalifah Ali bin Abi Thalib yang menghasilkan abitrase,
sehingga Muawiyah menggantikan posisi Ali bin Abi Thalib. Dampak yang
ditimbulkan dari abitrase ini adalah pengikut
Ali bin Abi Thalib bersepakat untuk membunuh Ali bin Abi Thalib dan
Muawiyah karena dianggap telah kafir dan halal dibunuh. Dalam rencana
pembunuhan ini, hanya Ali bin Abi Thalib yang berhasil dibunuh.
Berakhirlah masa Khulafā’
al-Rāsyidīn dan digantikan oleh pemerintahan Dinasti Umayyah dibawah
pimpinan Muawiyah bin Abi Sofyan. Pada masa
pemerintahan Dinasti Umayyah, Islam semakin berkembang dalam segala aspek
hingga perluasan daerah kekuasaan.
Setelah pemerintahan Dinasti Umayyah berakhir,
maka pemerintahan Islam digantikan oleh pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Dinasti
Abbasiyah merupakan dinasti kedua dalam sejarah pemerintahan Umat Islam.
Abbasiyah dinisbatkan kepada al-Abbas paman Nabi Muhammad saw. Dinasti ini
berdiri sebagai bentuk dukungan terhadap pandangan yang diserukan oleh Bani
Hasyim setelah wafat Rasulullah saw.,
yaitu menyandarkan khilāfah kepada
keluarga Rasulullah dan kerabatnya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut
perlu kiranya penulis merumuskan beberapa masalah sebagai acuan untuk mengkaji
makalah ini. Adapun rumusan masalah yaitu:
1)
Bagaimana sejarah
berdirinya Dinasti Abbasiyah ?
2)
Siapa saja
kholifah pada masa Dinasti Abbasiyah ?
3)
Apa saja
kemajuan pada masa Dinasti Abbasiyah?
4)
siapa saja
Dinasti yang memerdekakan diri dari Baghdad?
5)
Apasaja yang
menyebabkan kemunduran Disnati Abbasiyah?
6) Bagaimana
akhir masa Dinasti Abbasiyah?
C.
Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang dilakukan melalui metode kajian
pustaka, menggunakan beberapa referensi lain yang merujuk pada permasalahan
yang dibahas. Langkah pemecahan masalahnya dimulai dengan menentukan tema yang
akandibahas, melakukan perumusan makalah, penentuan tujuan penulisan, serta
perumusan masalah dengan mengkaji sumber-sumber yang ada.
D.
Sistematika Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis
dalam3 bagian meliputi:
Bab
I, pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang masalah, perumusan masalah,
dan sistematika penulisan makalah, Bab II, pembahasan, Bab III, bagian penutup.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
berdirinya Dinasti Abbasiyah.
Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun
132 H/750 M oleh Abul Abbas Ash-shafah dan sekaligus menjadi khalifah pertama.
Kekuasaan Dinasti Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang panjang yaitu
selama lima abad dari tahun 132-656 H (750-1258 M). Berdirinya pemerintahan ini
di anggap sebagai kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh bani hasyim
setelah meninggalnya rasulullah dengan mengatakan bahwa yang berhak untuk
berkuasa adalah keturunan rasullah dan anak-anaknya. Dari nama Al Abbas paman
rasulullah inilah nama ini disandarkan pada tiga tempat pusat kegiatan yaitu
Humaimah, Kufah dan Khurasan.
Propaganda Abbasiyah dilaksanakan dengan
strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia. Akan tetapi, Imam ibrahim
pemimpin Abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakanya
di ketahui oleh khalifah Umayah
terakhir, Marwan bin Muhammad. Ibrahim akhirnya tertangkap oleh pasukan Dinasti
Umayyah dan di penjarakan di Haran sebelum akhirnya di eksekusi. Ia mewasiatkan
kepada adiknya Abul Abbas untuk menggantikan kedudukannya ketika ia tahu akan
di bunuh dan memerintahkan untuk pindah ke kufah. Sedangkan pemimpin propaganda
di bebankan kepada Abu Salamah. Segeralah Abu Abbas pindah dari Humaimah ke Kufah
di iringi oleh para pembesar Abbasiyah yang lain seperti Abu Ja’far, Isa bin
Musa, dan Abdullah bin Ali.[1]
Pada februari 750 M terjadi peperangan
di Dzab II gerakan Abbasiah mencapai hasil dengan mengalahkan khalifah Marwan
II yang melarikan diri ke Mesir. Tahun itu juga di masjid Kufah Abu Abbas Al Safah
mendeklarasikan diri sebagai khalifah pertama Dinasti Abbasiyah. Pada januari
750 M/132 H, Marwan II di bunuh oleh pasukan Abbasiyah maka mulai saat itulah
secara de facto berdiri dinasti baru yaitu Dinasti Abbasiah. Setelah menjadi khalifah Abu Al Abbas
bergelar Al Saffah (penumpah darah
/peminum darah) mengeluarkan dekrit kepada gubernur supaya tokoh-tokoh Umayah
yang memiliki darah biru semuannya di bunuh. Ia sendiri juga membunuh banyak
rival dari dinasti itu. Bukan hanya itu saja Saffah menggali kuburan para
khalifah Umayah kecuali Umar II dan tulang-tulangnya pun di bakar. Oleh karena
itu rakyat Damaskus, Harran, Hims, Kinnisirin, Jeruzalem dan daerah lainnya
memberontak. Api pemberontakan itu di padamkan dengan tangan besi oleeh rezim Saffah.
Sebelum Saffah wafat (754 M) ia
mengankat saudaranya Abu Ja’far dengan
gelar al-Mansur sebagai penggantinya. Semula ibu kota pemerintahan di pusatkan
di Ambar dengan nama istana negaranya al Hasyimiah. Setelah Mansur memerintah
ia memindahkan ibu kotanya Baghdad, hal
ini di karenakan Ambar terletak diantara Syam dan Kufah yang selalu dapat
ancaman dari kaum Syiah, maka pusat pemerintahan di pusatkan di daerah yang
lebih aman, Baghdad (762 M) dengan nama Dar al salam. Demi keamanan dari lawan
politiknya sepperti orang Rawandiah, maka Mansur membangun sebuah kota yang
indah dan aman di tepi sungai Tigris, kemudian dijadikan sebagai ibu kota baru
Abbasiah hingga akhir periode dinasti
ini.[2]
B. Para Khalifah Dinasti Abbasiyah.
Sebelum abu abbas Ash-shafah meninggal,
ia sudah mewasiatkan siapa penggantinya yakni saudaranya abu ja’far kemudian
keponakannya isa bin musa. Sistem pengumuman putra mahkota itu mengikuti cara
Dinasti Umayah. Dan satu hal baru lagi bagi khalifah Abbasiyah, yaitu pemakaian
gelar. Abu ja’far misalnya memakai gelar Al-mansyur. Para khalifah bani
abbasiyah berjumlah 37 khalifah, mereka adalah:
1. Abul Abbas
Ash-shafah. (pendiri)
749-754 M
2. Abu Ja’far
Al-Manshur
754-775 M
3. Abu Abdullah
Muhammad Al Mahdi
775-785 M
4. Abu Muhammad
Musa Al-Hadi
785-786 M
5. Abu Ja’far
Harun Ar-Rasyid
786-809 M
6. Abu Musa
Muhammad Al-Amin
809-813 M
7. Abu Ja’far
Abdullah Al-Makmun 813-833
M
8. Abu Ishaq
Muhammad Al Mustashim 833-842
M
9. Abu Ja’far Harun
Al Watsiq 842-847
M
10. Abu Fadl Ja’far
Al Mutawakil 847-861
M
11. Abu Ja’far
Muhammad Al Muntashir 861-862
M
12. Abul Abbas
Ahmad Al Musta’in 862-866
M
13. Abu Abdullah
Muhammad Al-Mu’taz 866-869
M
14. Abu Ishaq
Muhammad Al-Muhtadi 869-870
M
15. Abu Abbas Ahmad
Al-Mu’tamid 870-892
M
16. Abu Abbas
Muhammad Al-Mu’tadid
892-902 M
17. Abul Muhammad
Ali Al-Muktafi 902-905
M
18. Abul Fadl
Ja’far Al-Muqtadir 905-932
M
19. Abu Mansur
Muhammad Al-Qahir 932-934
M
20. Abul Abbas Ahmad
Ar-Radi 934-940
M
21. Abu Ishaq
Ibrahim Al-Muttaqi
940-944 M
22. Abul Qasim
Abdullah Al-Mustaqfi
944-946 M
23. Abul Qasim Al
Fadl Al-mu’ti 946-974
M
24. Abul Fadl Abdul
Karim At-Thai
974-991 M
25. Abul Abbas
Ahmad Al-Qadir
991-1031 M
26. Abul Ja’far
Abdullah Al-Qa’im 1031-1075
M
27. Abul Qasim
Abdullah Al Muqtadi 1075-1094 M
28. Abul Abbas
Ahmad Al-Muztadzir 1094-1118
M
29. Abu Mansyur
Al-Fadl Al-Mustarsyid 1118-1135 M
30. Abul Ja’far Al
Manshur Ar-Rasyid 1135-1136
M
31. Abu Abdullah Muhammad Al Muqtafi 1136-1160 M
32. Abul Mudzafar
Al-Mustanjid 1160-1170
M
33. Abu Muhammad Al
Hasan Al Mustadi 1170-1180
M
34. Abu Al Abbas Ahmad An Nasir 1180-1225 M
35. Abu Nasr
Muhammad Az Zahir
1225-1226 M
36. Abu Ja’far Al
Mansur Al Mustansir 1226-1242
M
37. Abu Ahmad
Abdullah Al Mu’tashim Billah
1224-1258 M
Para khalifah Bani Abbasiyah yang ada di mesir adalah sebagai
berikut:
1.
Al-Muntashir 1261-1261
M
2.
Al-Hakim I 1261-1302
M
3.
Al-Mustakfi 1302-1340
M
4.
Al-Wasiq 1340-1341
M
5.
Al-Hakim II 1341-1352
M
6.
Al-Mutadid I 1352-1362
M
7.
Al MutawakkilI 1362-1377
M
8.
Al-Mu’tashim 1377-1377
M
9.
Al-Mutawakkil
I377-1383 M
10.
Al-Watshiq II 1383-1386
M
11.
Al-Mustashim 1386-1389
M
12.
Al-Mutawakkil
I389-1406 M
13.
Al-Musta’in 1406-1414
M
14.
Al-Mu’tadid 1414-1441
M
15.
Al-Mustakfi II 1441-1451
M
16.
Al-Qaim 1451-1455
M
17.
Al Mustanjid 1455-1479
M
18.
Al-Mutawakkil II 1479-1497
M
19.
Al-Mustamsik 1497-1508
M
20.
Al-Mutawakkil III 1508-1516
M
21.
Al-Mustamsik 1516-1517
M
22.
Al-Mutawakkil III 1517-1517
M[3]
C.
Masa kemajuan Dinasti Abbasiyah.
Pada mulanya ibu
kota negara adalah Al-Hasyimiyah Di dekat kufah. Namun, untuk lebih memantapkan
dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu Al Mansyur memindahkan ibu
kota negara ke kota yang baru di bangunnya, Baghdad dekat bekas ibu kota
Persia, Ctesiphon pada tahun 762 M.
Sejak awal
berdirinya kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu
pengetahuan dalam islam. Kota Baghdad sebagai pusat intelektual terdapat
beberapa pusat aktivitas pengembangan ilmu, antara lain baitul hikmah yaitu
lembaga ilmu pengetahua sebagai pusat pengkajian berbagai ilmu. Baghdad juga
sebagai pusat penerjemah buku-buku dari berbagai cabang ilmu yang kemudian di
terjemahkan kedalam bahasa Arab.sebagai ibu kota baghdad mencapai puncaknya pada
masa Harun Ar-rasyid walaupun kota tersebut belum lima puluh tahun di bangun.
Dengan
demikian, Dinasti Abbasiyah dengan pusatnya di Baghdad sangat maju sebagai pusat
kota peradaban dan pusat ilmu pengetahuan. Beberapa kemajuan dalam berbagai
bidang kehidupan dapat disebutkan sebagai berikut:
a.
Bidang agama.
Kemajuan di bidang agama antara lain dalam babarapa bidang ilmu
yaitu: ulumul qur’an, ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu kalam, bahasa dan fikih.
b.
bidang umum
Dalam bidang umum antara lain berkembang berbagai kajian dalam
bidang filsafat, logika, metafisika,
matematika, ilmu alam, geometri,, aljabar, aritmetika, mekanika, astronomi,
musik, kedokteran,kimia, sejarah dan sastra.[4]
c.
Administratif pemerintahan dengan biro-bironya
d.
Sistem organisasi militer
e.
Administari wilayah pemerintahan
f.
Pertanian, perdagangan dan industri
g.
Islamisasi pemerintahan
h.
Pendidikan, kesenian, arsitektur, meliputi pendidikan dasar,
menengah dan perguruan tinggi, perpustakaan dan toko buku, media tulis, seni
rupa, seni musik dan arsitek.[5]
D.
Dinasti-Dinasti yang Memerdekakan Diri dari Baghdad.
Kekuasaan
Dinasti Abasiyah ini tidak pernah di
akui oleh islam di wilayah Spanyol dan Afrika utara, kecuali Mesir. Bahkan
dalam kenyataannya, banyak wilayah tidak dikuasai khalifah. Secara riil, daerah-daerah
itu berada di bawah kekuasaan gubenur-gubenur provinsi yang bersangkutan.
Hubungannya dengan khalifah ditandai dengan pembayaran upeti.
Adapun dinasti
yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khalifah Abbasiyah,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Thahiriyah di Khusaran, Persia (820-872 M)
2.
Safariyah di Fars, Persia
(868-901 M)
3.
Samaniyah di Transoxania (873-998 M)
4.
Sajiyyah di Azerbaijan (878-930 M)
5.
Buwaihiyyah, Persia (932-1055 M)
6.
Thuluniyah di Mesir (837-903 M)
7.
Ikhsidiyah di Turkistan (932-1163 M)
8.
Ghazwaniyah di Afghanistan (962-1189 M)
9.
Dinasti saljuk (1055-1157 M)
10.
Al-Barzuqani, Kurdi (959-1095 M)
11.
Abu Ali, Kurdi (990-1095 M)
12.
Ayyubiyah, Kurdi (1167-1250 M)
13.
Idrisiyah di Maroko (788-985 M)
14.
Aghlabiyah di Tunisia (800-900 M)
15.
Dulafiyah di Kurdistian
(825-898 M)
16.
Alawiyah di Tabiristan (864-928 M)
17.
Hamdaniyah di Aleppo dan Musil (929-1002 M)
18.
Mazyadiyah di Hillah (1011-1150 M)
19.
Ukailiyah di Mausil
(996-1095 M)
20.
Mirdasiyah di Aleppo (1023-1079 M)
21.
Dinasti umayyah di spanyol.
22.
Dinasti fatimiyyah di mesir.
Dari latar belakang dinasti tersebut tampak jelas adanya persaingan
antar bangsa terutama antara Arab, Persia, dan Turki. Disamping latar belakang
kebangsaan Dinasti itu juga di latar belakangi paham keagamaan, ada yang belatar
belakan Syiah dan ada pula yang Sunni.[6]
E.
Faktor yang Menyebabkan
Kemunduran Dinasti Abasiyah.
Faktor-faktor
peyebab kemunduran dinasti Abbasiyah adalah sebagai berikut:
a.
Faktor intern
·
Kemewahan hidup dikalangan penguasa.
·
Perebutan kekuasaan antara keluarga bani Abbasiyah.
·
Konflik keagamaan.
b.
Faktor ekstern
·
Banyaknya pemberontakan.
·
Dominasi bangsa turki
·
Dominasi bangsa persia.[7]
Sebab kehancuran Dinasti
Abbasiyah antara lain:
1.
Faktor intern
ü Lemahnya
semangat patriotisme negara, menyebabkan jiwa jihad yang di ajarkan islam tidak
berdaya lagi menahan segala amukan yang datang, baik dari dalam maupun dari
luar.
ü Hilangnya sifat
amanah dalam segala perjanjian yang dibuat, sehingga kerusakan moral dan
kerendahann budi menghancurkan sifat-sifat baik yang mendukung negara selama
ini.
ü Tidak percaya
dengan kekuatan sendiri dalam mengatasi berbagai pemberontakan, khalifah
mengundang kekuataan asing. Akibatnya, kekuatan asing tersebut memanfaatkan
khalifah.
ü Fanatik madzhab
persaingan dann perebutan yang tiada henti antara abbasiyah dan alawiyah
menyebabkan kekuatan umat iislam menjadi lemah bahkan hancur berkeping-keping.
ü Kemerosotan
ekonomi.
2.
Faktor ekstern
Disentegrasi akibat kebijakan untuk lebih mengutamakan pembinaan
peradaban dan kebudayaan islam dari pada politik, provinsi-provinsi tertentu di
pinggiran mulai melepaskan dari genggaman penguasa bani abbasiyah. Mereka bukan
sekedar memisahkan diri dari kekuasaan khalifah, tetapi memberontak dan
berusaha merebut pusat kekuasaan khalifah, tetapi memberontak dan berusaha
merebut pusat kekuasaan di baghdada. Hal ini dimanfaatkan oleh pihak luar dan
banyak mengorbankan umat, yang berarti juga menghancurkan sumber daya
manusia(SDM).[8]
F.
Akhir kekuasaan Dinasti Abasiyah.
Sejak abad ke 7
M bangsa arab dengan cepat ekali menguasai satu persatu wilayah kemajuan dunia
saat itu sampai mereka pernah menjadi penguasa yang sangat kuat dimana kekuatan
peta kekuatan islam melebar sampai asia, afrika dan eropa barat daya. Kecepatan
arus ekspansitersebut dengan kemunduran islam (11 MM) lebih cepat dari pada
fase ekspansi. Tidak berdaya dengan kelahiran, kemajuan dan kehancuran yang di
alami manusia juga terjadi terhadap dinasti abbasiyah.[9]
Akhir dari
kekuasaan Dinasti Abbasiyah ialah ketika Baghdad dihancurkan oleh pasukan Mongol
yang di pimpin oleh Hulagu Khan, 656 H/1258 M. Baghdad dibumi hanguskan dan diratakan
dengan tanah. Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir dengan keluarganya, Al
Mu’tashim Billah di bunuh, buku-buku yang terkumpul di baitul hikmah di bakar
dan di buang kesungai tigris sehingga berubahlah warna air sungai tersebut yang
jernih bersih menjadi hitam kelam karena lunturan tinta yang ada pada buku-buku
itu.
Dengan demikian, lenyaplah Dinasti Abbasiyah yang telah memainkan
perang penting dalam pecaturan kebudayaan dan peradaban islam dengan gemilang. [10]
BAB
III
PENUTUP
Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun
132 H/750 M oleh Abul Abbas Ash-shafah dan sekaligus menjadi khalifah pertama.
Kekuasaan Dinasti Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang panjang yaitu
selama lima abad dari tahun 132-656 H (750-1258 M). Para khalifah dinasti
Abbasiyah berjumlah 37 khalifah dan 22 khalifah di mesir, kota baghdad
merupakan ibukota sebagai pusat intelektual terdapat beberapa pusat aktivitas
pengembangan ilmu. Walaupun baghdad punya sgala hal keindahan tentang
perkembangan keilmuannya tetapi banyak para khalifah yang memerdekakan diri
dari baghdad. Akhir dari kekuasaan dinati Abbasiyah ialah ketika baghdad
dihancurkan oleh pasukan mongol yang dipimpin oleh hulagu khan 656 H/1258 M.
DAFTAR
PUSTAKA
Munir
amin, samsul. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah
Supriyadi,
dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia
Abdul
karim, muhammad. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Bagaskara
[1] Munir amin,
samsul; sejarah peradaban islam, (jakarta: AMZAH, 2009), hal. 139
[2] Abdul karim,
muhammad; sejarah pemikiran dan peradaban islam, (Yogyakarta:
BAGASKARA, 2011) hal. 144
[3] Munir amin,
samsul; sejarah peradaban islam, hal.144
[4] Munir amin,
samsul; sejarah peradaban islam,hal. 152
[5] Supriyadi,
dedi; sejarah peradaban islam,(Bandung: CV Pustaka Setia, 2008) hal.130
[6] Munir amin,
samsul; sejarah peradaban islam,hal.154
[7] Supriyadi,
dedi; sejarah peradaban islam, hal. 139
[8] Ibid, hal. 141
[9] Abdul karim,
muhammad; sejarah pemikiran dan peradaban islam, hal. 161
[10] Munir amin,
samsul; sejarah peradaban islam,hal.157
Tidak ada komentar:
Posting Komentar