PERADABAN MASA TIGA DINASTI BESAR
(TURKI USMANI, SAFAWIYAH DAN MUGHOL)
Disusun
guna memenuhi tugas:
Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu :
Ghufron Dimyati, M.S.I
Disusun
oleh:
Nailal Muna (2021113016)
Lulu’
Alfiyatul Kh. (2021113017)
Miftahul Mujib (2021113031)
Kelas H
JURUSAN TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jatuhnya baghdad akibat
serangan pasukan mongol pada tahun 1258 M. bukan saja mengakhiri khalifah
abbasiyah melainkan sekaligus mengawali masa kemunduran politik islam secara
drastis. Politik umat islam terpecah-pecah menjadi sejumlah kerajaan kecil,
seperti dinasti ilkhan, dinasti timuriyah dan dinasti mamalik. Kondisi politik
islam berkembang kembali setelah terbentuknya tiga kerajaan besar: kerajaan
safawi di persia, mughal di india, dan usmani di turki. Usmani merupakan
kerajaan yang paling awal berdiri dan sekaligus sebagai kerajaan yang terkuat
di antara ketiganya.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sejarah peradaban Islam pada masa Turki
Usmani?
2.
Bagaimana sejarah peradaban Islam pada masa Dinasti
Safawiyah?
3.
Bagaimana sejarah peradaban Islam pada masa Dinasti
Mughol?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERADABAN
ISLAM PADA MASA DINASTI USMANI DI TURKI
Dinasti Turki Usmani merupakan kekhalifahan
yang cukup besar dalam Islam dan memiliki pengaruh cukup signifikan dalam
perkembangan wilayah Islam di Asia, Afrika, dan Eropa.Bangsa Turki memiliki
peran yang sangat penting dalam perkembangan peradaban Islam.Peran yang paling
menonjol terlihat dalam birokrasi pemerintahan yang bekerja untuk para khalifah
Bani Abbasiyah.Kemudian mereka sendiri membangun kekuasaan yang sekalipun
independen, tetapi masih tetap mengaku loyal kepada khalifah Bani Abbasiyah.Hal
tersebut ditunjukkan dengan munculnya Bani Saljuk (1038-1194 M).[1]
1. Sejarah
Berdirinya Kerajaan Turki Usmani
Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah
Oghus yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina.Dalam jangka
waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia dan
Irak.Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika mereka
menetap di Asia Tengah.
Tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Saljuk
dan Sultan Alauddin terbunuh.Kerajaan Saljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah
dalam beberapa kerajaan kecil.Usmani kemudian menyatakan kemerdekaan dan
berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya.Sejak itulah Kerajaan Usmanib
dinyatakan berdiri.
Penguasa pertama adalah Usman yang disebut juga dengan
Usman I. Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Usman (Raja
besar keluarga Usman) tahun 699 H (1300 M) setapak demi setapak wilayah
kerajaan dapat diperluasnya.Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan
menaklukan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian tahun 1326 M dijadikan sebagai
ibukota kerajaan Turki Usmani.
Saat Usman I meninggal, dia telah mewariskan kekuasaan
Usmani dengan luas 16.000 km persegi. Dengan Negara yang baru lahir ini, dia
telah bisa menembus laut Marmarah, dengan bala tentaranya dia telah berhasil
mengancam dua kota utama Byzantium kala itu, yakni Azniq dan Burusah.[2]
Setelah Usman meninggal pada 1326, putranya Orkhan
naik tahta pada usia 42 tahun. Pada periode ini tentara Islam pertama kali
masuk ke Eropa.Orkhan berhasil mereformasi dan membentuk tiga pasukan utama
tentara.Pertama, tentara Sipahi (tentara regular) yang mendapatkan gaji pada
tiap bulannya.Kedua, tentara Hazeb (tentara ireguler) yang digaji pada saat
mendapatkan harta rampasan perang (Mal al-Ghanimah).Ketiga, tentara Jenisari
direkrut pada saat berumur 12 tahun, kebanyakan adalah anak-anak Kristen yang
dibimbing Islam dan disiplin yang kuat.[3]
Pada masa pemerintahan Orkhan (1326-1359 M) Turki
Usmani dapat menaklukkan Azumia (1327), Tasasyani (1330 M), Uskandar (1328 M),
Ankara (1354 M), Gallipoli (1356 M). daerah ini adalah bagian bumi Eropa yang
pertama kali diduduki Kerajaan Usmani.
Turki Usmani mencapai kegemilangannya pada saat
kerajaan ini dapat menaklukkan pusat peradaban dan pusat agama Nasrani di
Bizantium, yaitu Konstantinopel.Sultan Muhammad II yang dikenal dengan Sultan
Muhammad Al-Fatih (1451-1484 M) dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukkan
Konstantinopel pada tahun 1453 M.
Dengan terbukanya kota Konstantinopel sebagai benteng
pertahanan terkuat Kerajaan Bizantium, lebih memudahkan arus ekspansi Turki
Usmani ke benua Eropa. Dan wilayah Eropa bagian timur semakin terancam oleh Turki
Usmani karena ekspansi Turki Usmani juga dilakukan ke wilayah ini, bahkan
sampai ke pintu gerbang kota Wina, Austria.
Luas wilayah Turki Usmani pada masa Sultan
Sulaiman Al-Qanuni mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Syiria, Hijaz, dan Yaman
di Asia, Mesir, Libia, Tunis dan Aljazair di Afrika, Bulgaria, Yunani,
Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa.Setelah Sultan Sulaiman
meninggal dunia, terjadilah perebutan kekuasaan antara putra-putranya, yang
menyebabkan Kerajaan Turki Usmani mundur.Akan tetapi, meskipun mengalami
kemunduran, kerajaan ini untuk masa beberapa abad masih dipandang sebagai
Negara yang kuat, terutama dalam bidang militer.
Kerajaan Turki Usmani yang memerintah hampir
tujuh abad lamanya (1299-1924 M), diperintah oleh 38 Sultan.Kemajuan dan
perkembangan ekspansi kerajaan Turki Usmani yang demikian luas dan berlangsung
dengan cepat itu diikuti pula oleh kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan,
termasuk dalam aspek peradabannya.
2. Penaklukan
Konstantinopel
Konstantinopel adalah ibu kota Bizantium
dan merupakan pusat agama Kristen. Ibu kota Bizantium itu akhirnya dapat
ditaklukkan oleh pasukan Islam di bawah
Turki Usmani pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II yang bergelar Al-Fatih,
artinya sang penakluk. Telah berkali-kali pasukan kaum muslimin sejak masa
Dinasti Umayyah berusaha menaklukkan Konstantinopel, tetapi selalu gagal karena kokohnya benteng-benteng di kota tua itu. Baru pada tahun 1453 kota itu dapat
ditundukkan.
Sultan mempersiapkan penaklukan terhadap
kota Konstantinopel dengan penuh keseriusan. Dipelajari penyebab kegagalan
dalam penaklukan-penaklukan sebelumnya.Sultan tidak mau lagi kalah sebagaimana
para pendahulunya.Ia terlebih dahulu membereskan wilayah-wilayah yang
membangkang di Asia Kecil. Datanglah kesempatan yang dinanti-nanti, yakni
ketika Kaisar Konstantin IX mengancam Sultan untuk membayar pajak yang tinggi
kepada pihaknya, dan jika tidak tunduk pada perintah tersebut maka akan
diganggu kedudukannya dengan menundukkan Orkhan, salah seorang cucu Sulaiman, sebagai
Sultan. Ancaman tersebut dihadapi dengan kebulatan tekad, yakni dengan membuat
benteng-benteng di sekeliling Konstantinopel.Sultan berkilah bahwa
benteng-benteng itu dibangun untuk melindungi dan mengawasi rakyatnya yang lalu
lalang ke Eropa melalui wilayah Bosporus itu.
Konstantinopel akhirnya dapat dikepung dari
segala penjuru oleh pasukan Sultan Muhammad II yang berjumlah kira-kira 250.000
di bawah pimpinan Sultan sendiri. Kaisar Bizantium meminta bantuan kepada Paus
di Roma dan raja-raja Kristen di Eropa, tetapi tanpa hasil, bahkan ia dicemooh
oleh rakyatnya sendiri karena merendahkan martabatnya. Raja-raja Eropa juga
tidak ingin membantunya karena mereka masih dalam perselisihan yang belum
terselesaikan.Hanya pasukan Vinicia yang ingin membantu karena memiliki
kepentingan dagang di wilayah Usmani.Tentara Vinicia itu merintangi kapal-kapal
Usmani dengan merentangkan rantai besar di selat Busporus. Sultan tidak
kehilangan akal, dinaikkanlah kapal-kapal itu
di daratan dengan menggunakan balok-balok kayu untuk landasannya, dan
berhasil memindahkannya ke sisi barat kota. Maka terperanjatlah pasukan
Bizantium dengan strategi Sultan yang telah mengepung kota selama 53 hari.
Dalam masa itu meriam-meriam Turki dimuntahkan ke arah kota dan menghancurkan
benteng-benteng dan dinding-dindingnya sehingga menyerahlah Konstantinopel pada
tanggal 28 Mei 1453.
Dengan jatuhnya Konstantinopel, pengaruhnya
sangat besar bagi Turki Usmani. Konstantinopel adalah kota pusat kerajaan
Bizantium yang menyimpan banyak ilmu pengetahuan dan menjadi pusat agama
Kristen Ortodoks. Kesemuanya itu diwariskan kepada Usmani. Dari segi letak kota
itu sangat strategis karena menghubungkan dua benua secara langsung, Eropa dan
Asia. Penaklukan kota itu memudahkan mobilitas pasukan dari Anatolia ke Eropa.
3. Peradaban
Islam di Turki
Sejak masa Usman bin Artaghol (1299-1326
M), yang dianggap Pembina pertama Kerajaan Turki Usmani ini dengan nama
imperium Ottoman, timbullah kemajuan dalam berbagai bidang agama Islam. Turki
membawa pengaruh cukup baik dalam bidang ekspansi agama Islam ke Eropa.
Kemajuan lainnya antara lain dalam bidang militer dan pemerintahan, bidang ilmu
pengetahuan dan budaya, serta dalam bidang keagamaan. Dalam perkembangannya
Turki cukup berpengaruh dalam bidang peradaban Islam, dengan corak peradaban
yang khas.Pengaruh budaya tersebut sampai ke berbagai wilayah Turki Usmani yang
wilayahnya begitu luas dalam dunia Islam.
a. Bidang
Pemerintahan dan Militer
Para pemimpin Kerajaan Usmani pada
masa-masa pertama adalah orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat
melakukan ekspansi dengan cepat dan luas.Meskipun demikian, kemajuan Kerajaan
Usmani sehingga mencapai masa keemasannya itu, bukan semata-mata karena keunggulan
politik para pemimpinnya. Masih banyak factor lain yang mendukung keberhasilan
ekspansi itu. Yang terpenting di antaranya adalah keberanian, keterampilan,
ketangguhan dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan saja.
Kekuatan militer kerajaan ini mulai
diorganisasi dengan baik dan teratur ketika terjadi kontak senjata dengan
Eropa.Pengorganisasian yang baik dan strategi tempur militer Usmani berlangsung
dengan baik.Pembaruan dalam tubuh organisasi militer oleh Orkhan sangat berarti
bagi pembaruan militer Turki.Bangsa-bangsa non-Turki dimasukkan sebagai
anggota, bahkan anak-anak Kristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing
dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit.
Kemajuan dalam bidang kemiliteran dan
pemerintahan ini membawa Dinasti Turki Usmani mampu membawa Turki Usmani
menjadi sebuah Negara yang cukup disegani pada masa kejayaannya.
b. Bidang Ilmu
Pengetahuan
Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki
Usmani lebih banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran, sementara
dalam bidang ilmu pengetahuan mereka tampak tidak begitu menonjol.Karena itulah
dalam khazanah intelektual Islam kita tidak menemukan ilmuwan terkemuka dari
Turki Usmani.
c. Bidang
Kebudayaan
Dinasti Usmani di Turki, telah membawa
peradaban Islam menjadi peradaban yang cukup maju pada zaman kemajuannya. Dalam
bidang kebudayaan Turki Usmani banyak muncul tokoh-tokoh penting.
Dalam bidang sastra prosa Kerajaan Usmani
melahirkan dua tokoh terkemuka, yaitu Katip Celebi dan Evliya Celebi. Yang
terbesar dari semua penulis adalahMustafa bin Abdullah, yang dikenal dengan
Katip Celebi atau Haji Halife (1609-1657 M).
Salah seorang penyair diwan yang paling
terkenal adalah Muhammad Esat Efendi yang dikenal dengan Galip Dede atau Syah
Galip (1757-1799 M).adapun di bidang pengembangan seni arsitektur Islam,
pengaruh Turki sangat dominan, misalnya bangunan-bangunan masjid yang indah.
Dalam hal pembangunan dan seni arsitek,
Turki Usmani telah menghasilkan keindahan-keindahan yang tinggi nilainya, dan
bercorak khusus sehingga membedakan dengan peradaban dan kebudayaan daulah
Islam lainnya.
d. Bidang
Keagamaan
Dalam tradisi masyarakat Turki, agama
merupakan sebuah factor pentng dalam transformasi sosial dan politik seluruh
masyarakat.Masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri
sangat terikat dengan syari’at sehingga fatwa ulama menjadi hokum yang
berlaku.Ulama memiliki peranan penting dalam kerajaan dan masyarakat.Mufti
sebagai pejabat urusan agama tertinggi berwenang memberi fatwa resmi terhadap
problema keagamaan yang dihadapi masyarakat.Tanpa legitimasi mufti, keputusan
hokum kerajaan bisa tidak berjalan.
Kehidupan keagamaan pada masyarakat Turki
Usmani mengalami kemajuan, termasuk dalam hal ini adalah kehidupan
tarekat.Tarekat yang berkembang ialah tarekat Bektasyi, dan tarekat
Maulawi.Kedua tarekat ini banyak dianut oleh kalangan sipilndan militer.Tarekat
Bektasyi memiliki pengaruh yang sangat dominan dikalangan Yeniseri, sehingga
mereka sering disebut tentara Bektasyi.Sementara tarekat Maulawi mendapat
dukungan dari para penguasa dalam mengimbangi Yenisseri Bektasyi.
4. Kemunduran Islam
Turki Usmani
Keruntuhan Imperium Turki merupakan peristiwa yang
kompleks bagi sebuah transformasi masyarakat Islam dari sebuah kerajaan menuju
Negara modern. Pada proses keruntuhannya, imperium Turki Usmani merupakan
wilayah yang amat luas dan meliputi semenanjung Balkan, Asia Kecil, Arab Timur
Tengah, Mesir dan Afrika Utara.[4]
Setelah Sultan Sulaiman Al-Qanuni wafat
(1566 M), Kerajaan Turki Usmani memulai memasuki fase kemunduran.Akan tetapi,
sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat, kemunduran itu tidak
langsung terlihat.Sultan Sulaiman Al-Qanuni diganti oleh Sultan Salim II
(1566-1573 M).Di masa pemerintahannya terjadi pertempuran antara armada laut
Kerajaan Usmani dengan armada laut Kristen yang terdiri dari angkatan laut
Spanyol, angkatan laut Bundukia, angkatan laut Sri Paus dan sebagian kapal para
pendeta Malta yang dipimpin Don Juan dari Spanyol.
Menurut Dr. Badri Yatim, M.A. bahwa
factor-faktor yang menyebabkan kerajaan Turki Usmani mengalami kemunduran
adalah sebagai berikut:
1) Wilayah kekuasaan yang sangat luas
Administrasi pemerintahan bagi suatu Negara yang
sangat luas wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara administrasi
pemerintahan Kerajaan Usmani tidak beres. Di pihak lain, para penguasa vsangat
berambisi menguasai wilayah yang sangat luas, sehingga mereka terlibat perang
terus-menerus dengan berbagai bangsa.
2) Heteroginitas penduduk
Sebagai kerajaan besar, Turki Usmani menguasai wilayah
yang sangat luas, mencangkup Asia Kecil, Armenia, Irak, Syiria, Hijaz, dan
Yaman di Asia. Mesir, Libia, Tunis, dan Aljazair di Afrika. Bulgaria, Yunani
Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa. Wilayah yang luas itu
didiami oleh penduduk yang beragam, baik dari segi agama, ras, etni, maupun
adat istiadat.Untuk mengatur penduduk yang beragam dan tersebar di wilayah yang
luas itu, diperlukan suatu organisasi pemerintahan yang teratur.
3)
Kelemahan para penguasa
Sepeninggal Sulaiman Al-Qanuni , Kerajaan Usmani
diperintah oleh sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian terutama dalam
kepemimpinannya. Akibatnya pemerintahan menjadi kacau.Kekacauan itu tidak
pernah dapat diatasi secara sempurna, bahkan semakin lama menjadi parah.
4)
Budaya korupsi
Korupsi merupakan perbuatan yang sudah umum terjadi
dalam Kerajaan Usmani.Budaya korupsi ini mengakibatkan dekadensi moral kian
merajalela yang membuat pemerintah semakin rapuh.
5)
Pemberontakan tentara Yenisseri
Pemberontakan Yenisseri terjadi sebanyak empat kali,
yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M, dan 1826 M.
6)
Merosotnya perekonomian
Akibat perang yang tidak pernah berhenti, perekonomian
Negara merosot.Pendapatan berkurang, sementara belanja Negara sangat besar,
termasuk untuk biaya perang.
7)
Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi
Kerajaan Usmani kurang berhasil dalam masalah
pengembangan ilmu dan teknologi,karena hanya mengutamakan kekuatan militer.
Kemajuan militer yang tidak diimbangi oleh kemajuan ilmu dan teknologi
menyebabkan kerajaan ini tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa
yang lebih maju.
Karena faktor-faktor tersebut, Turki Usmani menjadi
lemah dan kemudian mengalami kemunduran dalam berbagai bidang. Pada periode
selanjutnya di masa modern, kelemahan Kerajaan Usmani ini menyebabkan kekuatan
Eropa tanpa segan-segan menjajah dan menduduki daerah-daerah muslim yang
dulunya berada di bawah kekuasaan Kerajaan Usmani, terutama di Timur Tengah dan
Afrika Utara.[5]
B.
Peradaban Islam pada Masa Dinasti Safawiyah
1. Asal Usul Dinasti
Safawiyah
Dinasti Safawiyah di Persia berkuasa antara
tahun 1502 - 1722 M. dinasti Safawiyah merupakan Kerajaan Islam di Persia yang
cukup besar. Awalnya Kerajaan ini
bermula dari sebuah gerakan tarekat yang didirikan oleh safiudin (1252-1332 M)
di ardabil, sebuah kota di azerbaijan. Tarekat ini di namakan safawiyah yang
berasal dari nama sang pendiri tarekat ini,bahkan ketika gerakan tarekat ini
berhasil mendirikan sebuah kerajaan, nama tarekat ini di pertahankan sebagai
kerajaan.
Safiudin segera mendirikan
sebuah tarekat setelah kematian gurunya, syekh tajuddin ibrahim pada tahun
1301. Dalam waktu yang tidak lama tarekat ini berkembang pesat di persia,
syiria, dan asia kecil. Pada mulanya gerakan tarekat ini bertujuan memerangi
orang-orang ingkar dan golongan “ahli bid’ah”.
Fanatisme pengikut
tarikat safawiyah yang menentang golongan selain syi’ah mendorong gerakan ini
memasuki gerakan politik. Kecenderungan terhadap politik terwujud pada masa
kepemimpinan imam junaid (1447-1460) di mana sang imam menambahkan gerakan
politik selain gerakan keagamaan. Hal ini menimbulkan konflik antara tarekat
safawiyah dengan penguasa kara koyunlu, salah satu cabang bangsa turki yang
berkuasa di wilayah ini. Sang imam berhasil di usir oleh pihak penguasa dan di
asingkan. Selanjutnya sang imam bersekutu dengan uzun hasan, seorang pimpinan
ak-koyunlu. Imam junaid tidak berhasil meraih supremasi politik wilayah ini,
lantaran upayanya merebut kota ardabil dan sircassia mengalami kegagalan.
Sepeninggal imam
junaid, pimpinan tarekat safawiyah di gantikan oleh anaknya yang bernama
haidar. Haidar mengawini putri uzun hasan dan melahirkan anak yang bernama
isma’il. Sang anak inilah yang kelak berhasil mendirikan kerajaan safawiyah di
persia.
Atas persekutuan
dengan ak-koyunlu, haidar berhasil mengalahkan kekuatan ak-koyunlu dalam
pertempuan yang terjadi pada tahun 1476 M. kemenangan ini membuat nama
safawiyah semakian besar, dan hal ini tidak di kehendaki oleh ak-koyunlu.
Persekutuan antara safawiyah dengan ak-koyunlu berakhir sikap ak-koyunlu
memberikan bantuan kepada sirwan ketika terjadi pertempuran antara pasukan
haidar dengan pasukan sirwan. Pasukan safawiyah mengalami kehancuran, dan
haidar sendiri turut terbunuh dalam pertempuran ini.
Kekuatan safawiyah
bangkit kembali dalam kepimpinan isma’il. ia selama 5 tahun mempersiapkan
kekuatan dengan membentuk pasukan Qizilbash
(pasukan baret merah) yang bemarkas di gilan. Pada tahun 1501 pasukan
Qizilbash berhasil mengalahkan ak-koyunlu dalam peperangan di dekat nakhchivan
dan berhasil menaklukan tibriz, pusat kekuasaan ak-koyunlu. Di kota ini isma’il
memproklamirkan berdirinya kerajaan safawiyah dan menobatkan diri sebagai raja
pertamanya.[6]
Selama periode Safawiyah di Persia ini
(1502-1722 M) persaingan untuk mendapatkan kekuasaan antara Turki dan Persia
menjadi kenyataan.Namun demikian, Ismail menjumpai saingan kepala batu yaitu
Sultan Salim I dari Turki. Peperangan ini, seperti para sejarawan menduga, bisa
berasal dari kebencian Salim dan pengejaran terhadap seluruh umat muslim di
Syi’ah di daerah kekuasaannya. Fanatisme Sultan Salim memaksanya untuk membunuh
40.000 orang yang di dakwa telah mengingkari ajaran-ajaran Sunni. Pembunuhan
ini digambarkan oleh seorang ahli sejarah dari Persia sebagai tindakan yang
paling dahsyat atau kejam, walaupun dijalankan dengan atas nama agama.[7]
Sekalipun demikian pemberontakan terus
menerus yang terjadi di Negara besar Nadhir memaksanya untuk mengakui Sultan
Usmani sebagai seorang khalifah.Pada tahun 1747 M, Nadhir terbunuh dan
digantikan oleh kemenakannya, Ali Kuli.Di masa pemerintahannya Negara besar
Persia mulai mundur dan dengan demikian orang-orang Turki Usmani menikmati rasa
perdamaian di dunia Timur seperti halnya di Eropa.
v Para Penguasa
Silsilah Raja-Raja Safawiyah
Safi
al-Din (1252-1334)
Sadar
al-Din Musa (1334-1399)
Khawaja
Ali (1399-1427)
Ibrahim
(1427-1447)
Junaid
(1447-1460)
Haidar
(1460-1494)
Ali
(1494-1501) (1)
Ismail (1502-1524)
(2)
Tahmasp I (1524-1576)
(3)
Ismail II (1576-1577) (4)
Muhammad khudabanda (1577-1587)
(5)
Abbas I (1588-1628)
(6)
Safi Mirza (1628-1642)
(7)
Abbas II ( 1642-1667)
(8)
Sulaiman (1667-1694)
(9)
Husein (1694-1722)
(10)
Tahmasp II (1722-1732)
(11)
Abbas III(1732-1736)
2.
Kemajuan Peradaban Dinasti Safawiyah
a)
Bidang Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah islam bangsa persia di kenal sebagai bangsa yang
memiliki peradaban tinggi an berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karna
itu, tidak mengherankan jika pada masa kerajaan safawi tradisi keilmuan ini
terus berlanjut.
Beberapa tokoh ilmuan yang terkenal antara lain : Bahauddin
Syaerazi seorang penulis ilmu pengetahuan, Muhammad Baqir bin Muhammad Damad
seorang filsuf ahli sejarah, teolog dan seorang yang pernah mengadakan observasi
mengenai kehidupan lebah. Dalam bidang sains dan ilmu pengetahuan , safawiyah
lebih maju dari kerajaan lainnya pada masa yang sama.
b)
Bidang Ekonomi
Keberadaan stabilitas politik kerajaan safawi pada masa abbas I
ternyata telah memacu perkembangan perekonomian. Terlebih setelah kepulauan
hurmuz dan pelabuhan gumrun diubah menjadi bandar abbas. Dengan dikuasainya
bandar ini maka salah satu jalur dagang laut antara timur dan barat yang biasa
di perebutkan oleh belanda, inggris dan perancis sepenuhnya menjai kerajaan
safawi.
Di samping bidang perdagangan, kerajaan safawi juga mengalami
kemajuan dalam sektor pertanian terutama di daerah sabit subur.
c)
Bidang Arsitektur
Penguasa kerajaan safawi telah berhasil menciptakan isfahan,
ibukota kerajaan menjadi kota yang sangat indah. Di kota isfahan ini berdiri
bangunan-bangunan besar dengan arsitektur bernilai tinggi dan indah seperti
masjid, rumah sakit, sekolah, jembatan raksaksa diatas zende rud dan istana
chihil sutun.
d)
Bidang Kesenian
Kerajaan safawi mengalami kemajuan yang sangat pesat di dalam
bidang seni, antara lain di bidang kerajinan tangan,keramik, karpet, permadani,
pakaian dan tenunan, mode, tembikar dan benda-benda seni lainnya. Seni lukis
mulai dirintis sejak zaman Tahmasp I, Ismail I pada taahun 1522 M membawa
seorang pelukis timur bernama Bizhad ke tabriz.
e)
Bidang Tarekat
Sebagaimana diketahui bahwa cikal bakal kerajaan safawi adalah
gerakan sufistik, yaitu gerakan tarekat. Oleh karna itu, kemajuan di bidang
tarekat pun cukup maju. Bahkan gerakan tarekat pada masa ini tidak berfikir
dalam bidang keagamaan, tetapi juga dalam bidang politik dan pemerintahan.
Beberapa kemajuan dalam bidang peradaban pada masa dinasti
safawiyah telah mengalami beberapa kemajuan. Kemajuan
yang telah di capai membuat kerajaan ini menjadi salah satu kerajaan besar di
kalangan umat islam pada masa itu yang disegani oleh kekuatan negara lain,
terutama dalam bidang politik dan militer.[8]
3. Keruntuhan
Dinasti Safawiyah
Bahwa sepeninggal Abbas I pada tahun 1628 M. kerajaan safawiyah dilanda
kemunduran yang secara berangsur-angsur membawa pada kehancuran. Sejumlah
raja-raja yang berkuasa sesudah Abbas I merupakan penguasa yang lemah sehingga
tidak mampu mempertahankan masa kerajaan.
Terdapat sejumlah sebab yang turut menyokong kemunduran kerajaan
ini, selain faktor ketidakcakapan sejumlah raja setelah Abbas I hingga pada
akhirnya membawa kepada kehancuran. Sebab tersebut antara lain adalah konflik
militer yang berkepanjangan dengan kerajaan usmani. Berdirinya kerajaan safawi
yang beralirah syi’ah di pandang oleh kerajaan usmani sebagai kekuatan yang
mengancam kekuasaannya.
Bahwa pasukan budak yang dibentuk oleh Abbas I ternyata tidak
memiliki semangat perjuangan yang tinggi sebagaimana semangat Qizhilbash. Hal
ini dikarenakan mereka tidak memiliki ketahanan mental karena tidak
dipersiapkan secara terlatih dan tidak memiliki bekal rohani. Pada masa
belakangan paukan Qizhilbash tidak memiliki militansi, dan semangat mereka
telah luntur, tidak sebagaimana Qizhilbash generasi awal. Kemerosotan aspek
kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya terhadap lenyapnya ketahanan dan
pertahanan kerajaan safawi.[9]
C. Peradaban
Islam pada Masa Dinasti Mughol (1526-1857 M)
1. Asal Usul Dinasti
Mughol (Mongol)
Kerajaan
Mughol di India merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar di dunia yang
tidak dapat dihilangkan dalam lintasan sejarah peradapan umat Islam. Pendiri
kerajaan ini adalah Zahiruddin Muhammad, dikenal dengan Babur yang berarti
singa (Ali, 1980: 178). Ia adalah putra Umar Syaih seorang penguasa di negeri
Farghanah (Asia Tengah) keturunan langsung dari Miranshah, putera ketiga dari
Timur Lang, sementara itu ibunya merupakan keturunan Chagtai putera Chengis
(Hamka, 1949:140 dan Spuler, 1969:108).
Pada
saat ayahnya Umar Syaikh meninggal pada Juni 1494 M, Babur yang ketika itu
berusia 11 tahun langsung diangkat menjadi penguasa Fargana. Sekalipun masih
muda, namun semangatnya tampak lebih matang, hal ini terbukti pada 1496,
walaupun belum berhasil, ia telah mencoba menaklukkan Samarkand. Dan dalam
serangan berikutnya tahun 1497, Samarkand dapat ditaklukkan.
Pada
tahun 1525, Babur meneruskan perjalanan menuju Punjab, dan dalam peperangan
tersebut Punjab dapat ditaklukkan. Kesempatan baik bagi Babur untuk mengadakan
serangan ke Delhi, dimana pada waktu itu Sultan Ibrahim Lodi sedang berselisih
dengan pamannya, Alam.
Tetapi
Babur hanya dapat menikmati usahanya merintis kerajan Mughol selama 5 tahun. [10]Sepeninggal
Babur, tahta kerajaan Mughol diteruskan anaknya yang bernama Humayun. Sekalipun
Babur berhasil menegakkan Mughol dari serangan musuh, namun Humayun tetap saja
menghadapi banyak rintangan.Ia berhasil mengalahkan pemberontakan Bahadur di
Syah, penguasa Gujarat yang bermaksud melepaskan diri dari Delhi.
Pada
tahun 1450 Humayun mengalami kekalahan dalam peperangan yang dilancarkan oleh
Sher Khan dari Afganistan. Ia melarikan diri ke Persia. Di pengasingan ini ia
menyusun kekuatannya selama 15 tahun. Pada saat itu Persia dipimpin oleh
Tahmasp. Humayun berhasil menegakkan Mughol kembali pada tahun 1555 M. Setahun
kemudian, yakni tahun 1556 ia meninggal.
Sepeninggal
Humayun, tahta Mughol dijabat putranya yaitu
Akbar (1556-1603 M) ketika itu ia berusia 14 tahun, sehingga seluruh
urusan pemerintahan dipercayakan kepada
Bairam Khan, seorang penganut Syi'ah.
Diantara
musuh Akbar yang paling besar adalah kekuatan Hemu yang telah menguasai Agra
dan Gwalior, pasukan Hemu ini berusaha memasuki kota Delhi. Bairam Khan
mengerahkan pasukan yang besar. Pertempuran ini dikenal sebagai pertempuran
Panipat II, terjadi tahun 1556. dalam peperangan ini, Bairam Khan menang
sehingga wilayah Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh.
Ketika
dewasa, Akbar berusaha menyingkirkan Bairam Khan karena terlalu memaksakan
paham Syi'ah. Bairam mengadakan pemberontakan yang segera dapat dipadamkan oleh
Akbar dalam pertempuran di Jullandur tahun 1561 M. Keberhasilan ekspansi
militer Akbar menadai berdirinya Mughol sebagai sebuah kerajaan besar. Dua
gerbang India yakni kota Kabul sebagai gerbang ke arah Turkistan, dan kota
Kandahar sebagai gerbang ke arah Persia, dikuasai oleh Mughol. Keberhasilan
Akbar mengawali masa kemajuan Mughol di India.
Beberapa
kebijakan yang ditempuh Akbar antara lain membntuk sistem pemerintahab
Militeristik. Ia mempercayakan pemerintahan daerah kepada Sipah Salar (kepala
komandan), sedang wilayah distrik dipercayakan pada kepemimpinan faudjar
(komandan). Seluruh pejabat sipil diwajibkan mengikuti latihan kemiliteran.
Selain
itu, Akbar menempuh kebijakan politik sulakhul (toleransi universal). Politik
ini mengandung ajaran bahwa semua rakyat India sama kedudukannya. Secara umum,
politik sulakhul ini berhasil menciptakan kerukunan masyarakat India yang
sangat beragam suku dan keyakinannya.
Kemajuan
Akbar dipertahankan oleh penerusnya yakni Jehangir (1605-1627) dan Syah Jihan
(1628-1658), dan Aurangzeb (1659-1707). ketiganya merupakan raja-raja besar
Mughol yang didukung oleh kekuatan militer yang besar. Pada masa Syiah Jihan
kaum pendatang Portugis yang bermukim di Hugli Bengala menyalahgunakan
kepercayaan yang diberikan mereka dengan menarik pajak besar dari para pedagang
setempat. Selain itu mereka dicurigai menyebarkan ajaran Kristen kepada
anak-anak. Pada tahub 1632 Syah Jihan segera mengeluarkan perintah pengepungan
wilayah ini dan mengusir orang-orang
portugis keluar dari Bengala.
Sepeninggal
Syah Jihan tahun 1658, terjadilah perebutan kekuasaan tahta kerajaan di
kalangan istana. Murad menobatkan diri sebagai raja di Ahmadabad. Di Bengala
terdapat Shuja yang mengklaim sebagai raja. Ia bergerak memasuki pusat
pemerintahan Delhi. Pasukan kerajaan yang dipimpin Aurangzeb berhasil
mengalahkan dalam peperangan di Bahadurpur tahun 1658. selanjutnya Aurangzeb
memerangi pasukan Murad dan ia berhasil mengalahkan Murad.
Setelah
itu, Aurangzeb secara resmi dinobatkan sebagai raja Mughol pada bulam Mei 1959
dengan gelar Abul Muzaffar Muhyiddin Muhammad Aurangzeb Alamgir Padshah Ghazi.
Ia mengawali kebijakan dengan menghapuskan sejumlah pajak,menurunkan harga
makanan dan berjuang keras memberantas tindak korupsi.
Sebagai
seorang cendekiawan yang berkuasa, ia merancang penyusunan sebuah buku risalah
hukum Islam untuk diberlakukan di wilayah India. Risalah hukum Islam ini
dinamakannya Fattawa Alamgiri. Ia juga seorang pejuang dan jenderal yang
cakap yang tidak pernah mengalami kekalahan dalam pertempuran. Ia meninggal
pada tahun 1707 di Ahmadnagar.
2. Kemajuan Dinasti Mughol
Stabilitas
politik yang berhasil diciptakan oleh Akbar mendukung pencapaian kemajuan
dibidang perekonomian, ilmu pengetahuan dan peradaban. Kemajuan bidang ekonomi ditandai dengan kemajuan sektor
pertanian dan perindustrian. Pada masa ini dikembangkan penanganan pertanian
secara terstruktur. Pada tingkat terendah setiap petani bertanggung jawab atas
tanah garapannya yang disebut deh. Para petani penggarap deh disatukan
dalam perikatan petani tingkat desa yang dipimpin oleh seorang Mukaddam.
Mukaddam ini merupakan sarana penghubung antara petani dengan pihak pemerintah.
Sehingga pemerintah mendapat kemudahan dalam pembinaan dan dalam menuntut
kewajiban pihak petani, yakni pungutan sebesar sepertiga hasil pertanian setiap
musim panen.
Sedangkan
ilmu pengetahuan tidak banyak mengalami kemajuan dimasa-masa sebelumnya. Yang lebih menonjol
adalah kemajuan dalam bidang ilmu syair dan seni arsitektur. Penyair yang
terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi yang menghasilkan
karya besar bejudul Padmavat. Ia merupakan karya Alegoris yang berisikan
ajaran dan pesan kebajikan jiwa manusia. Abu Fadl adalah seorang sejarawan
terkenal masa ini dengan karya Akhbar Namah dan Aini Akhbari yang
menerangkan sejarah Mughol berdasarkan figure prmimpinnya.
Seni
arsitektur merupakan bidang yang mencapai kemajuan terbesar kerajaan Mughol.
Sejumlah bangunan peninggalan Mughol yang indah dan mengagumkan masih dapat
disaksikan hingga sekarang. Misalnya Istana Fatpur Sikri di Sikri, Villa, dan
sejumlah masjid indah yang dibangun Akbar, masjid berlapiskan mutiara dan
Tajmahal di Agra yang dibangun oleh Syekh Jihan, Masjid Agung Delhi dan istana
di Lahore.
3.
Kemunduran Dinasti Mughol
Kemunduran
masa pemerintahan ini ditandai dengan terjadinya perebutan suksesi kerajaan,
terjadinya sejumlah pemberontakan kelompok separatis Hindu. Bersamaan dengan
itu, raja-raja pengganti Aurangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak
mampu mengatasi kemerosotan politik dalam negeri. Tampilnya sejumlah penguasa
lemah bersamaan dengan terjadinya perebutan kekuasaan ini selain memperlemah
kerajaan karena pemerintahan pusat tidak terurus secara baik, juga
mengakibatkan kecenderungan pemerintahan daerah untuk melepaskan loyalitas dan
integritasnya dengan pemerintahan pusat.
Meskipun
Mughol termasuk kerajaan Islam, namun mayoritas
warganya tetap beragama Hindu. Bahkan
sejarah pembentukan kerajaan ini bermula dari gerakan penaklukan terhadap
sejumlah penguasa Hindu. Gerakan pemberontakan Hindu untuk merebut supremasi
politik di India sudah mulai terjadi pada masa Akbar.
Selanjutnya
serangan Nadzir Syah, penguasa Persi yang berhasil merebut kekuasaan Safawi
pada tahun 1736, terhadap beberapa wilayah perbatasan Mughol. Kekalahan dari
serangan ini menyebabkan pretise Mughol semakin menurun. Pada masa pemerintahan
Syah Alam (1760-1806) kerajaan Mughol diserang oleh pasukan Afghanistan yang
dipimpin oleh Akhmad Khan Durrani. Kekalahan ini berakibat jatuhnya Mughol
kedalam kekuasaan Afghan. Syah Alam tetap diizinkan berkuasa di Delhi dengan
jabatan sebagai sultan.
Ketika
kerajaan Mughol dalam kondisi yang sempoyongan, Inggris semakin memperkuat
posisinya.dalam urusan oerdagangan, ia membentuk EIC (the East India Company).
Inggris memperkuat militer didaerah yang dikuasainya dan berhasil merebut
wilayah Qudh, Bengal, dan Orisa. Pengganti Syah Alam yaitu Akbar II yang
memberikan konsesi EIC untuk mengembangkan perdagangan di India sebagaimana
yang diinginkan Inggris, dengan syarat
bahwa pihak perushaan Inggris harus menjamin penghidupan raja dan
keluarga istana. Bahadur Syah pengganti Akbar II, menentang isi pejanjian yang
telah disepakati oleh ayahnya. Hal ini menimbulkan konflik antara Bahadur
drngan pihak Inggris.
Ketika
itu, pihak EIC sedang mengalami kerugian akibat tidak efiiennya administrasi
perusahaan, sedang EIC harus tetap menjamin penghidupan raja dan keluarga
istana. Inilah latar belakang EIC memungut pajak yang tinggi terhadap rakyat.
Rakyat yang merasa tertekan berusaha melancarkan pemberontakan dengan
menjadikan Bahadur Syah sebagai pimpinan mereka melawan Inggris dalam sebuah
permpuran yang terjadi pada bulan Mei 1857. Pihak Inggris berhasil
menghancurkan kekuatan rakyat India. Mereka dihukum secara kejam sebelum diusir
dari Delhi. Bahadur Syah, raja terakhir kerajaan Mughal diusir dari istana pada
tahun (1885 M). Dengan demikian berakhirlah kekuasaan kerajaanIslam Mughol di
India. Semenjak saat itu ummat Islam dihadapkan pada perjuangan untuk
mempertahankan eksistensinya dibawah kekuasaan Inggris dan ditengah mayoritas
ummat Hindu India.[11]
Meskipun
demikian, dalam hal pengembangan agama Islam, penguasa Mughol Islam memiliki
andil yang cukup berarti bagi pengembangan masyarakat di wilayah mughol,
Persia, dan sekitarnya.[12]
BAB III
PENUTUP
Dinasti Usmani di Turki merupakan kerajaan Islam yang
berkuasa cukup lama hamper 7 abad lamanya (1290-1924 M) dan merupakan kerajaan
besar. Kerajaan Usmani didirikan oleh Usman I putra Ertoghul bangsa Turki dari
kabilah Oghus yang mula-mula mendiami daerah Mongol dan daerah utara Cina.
Dinasti Safawiyah di Persia berkuasa antara tahun 1502
- 1722 M. dinasti Safawiyah merupakan Kerajaan Islam di Persia yang cukup
besar.Sebagai salah satu dari tiga kerajaan besar, Dinasti Safawiyah mencapai
puncak kemajuan yang cukup berarti, tidak hanya terbatas dalam bidang politik
tetapi kemajuan dalam berbagai bidang.
Kerajaan
Mughol di India merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar di dunia yang
tidak dapat dihilangkan dalam lintasan sejarah peradapan umat Islam. Pendiri
kerajaan ini adalah Zahiruddin Muhammad, dikenal dengan Babur yang berarti
singa (Ali, 1980: 178). Ia adalah putra Umar Syaih seorang penguasa di negeri
Farghanah (Asia Tengah) keturunan langsung dari Miranshah, putera ketiga dari
Timur Lang, sementara itu ibunya merupakan keturunan Chagtai putera Chengis.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, K, 2003, Sejarah
Islam dari awal hingga runtuhnya Dinasti Usmani, Jakarta:PT
RajaGrafindo Persada.
Ash-Shalabi, Ali
Muhammad, 2011,Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, Jakarta:
Pustak Al-Kautsar.
Amin, Samsul Munir,
2010, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah.
Karim, M. Abdul, 2007,Sejarah
Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.
Mughni, Syafiq A., 1997,
Sejarah Kebudayaan Islam di Turki, Jakarta: Logos.
[1]Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam
(Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 193.
[2]Ali Muhammad Ash-Shalabi, Bangkit dan
Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah (Jakarta: Pustak Al-Kautsar, 2011), hlm. 46.
[3]M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban
Islam (Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher, 2007), hlm. 311.
[4]Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam
di Turki (Jakarta: Logos, 1997), hlm. 91.
[5]Samsul Munir Amin, Op.Cit., hlm.
193-209.
[6] K. Ali, Sejarah Islam dari awal
hingga runtuhnya Dinasti Usmani(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003),
hlm. 518-520.
[7]Samsul Munir Amin, Op. Cit., hlm. 190
[9] K. Ali, op.cit.,hlm. 528
[10] M. Abdul Karim, Op.Cit., hlm 314-315
[11]K. Ali, Op. Cit., hlm. 531-543.
[12]Samsul Munir Amin, Op. Cit. hlm. 230.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar