Laman

new post

zzz

Minggu, 22 Februari 2015

H-2-08: Abdul Fa'i



MEMPERLUAS TEMA KAJIAN di MASJID
Mata Kuliah                 :  Hadits Tarbawi II
 
Disusun oleh:
 Abdul Fa’I   (2021113284)
 Kelas PAI /H

JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2015

 


BAB I
PENDAHULUAN
A. Kata Pengantar
          Segala puji hanyalah milik Allah Ta’ala. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah  SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan para umatnya yang senantiasa berittiba’, mengikuti sunah-sunahnya sampai akhir zaman.
          Masjid merupakan pusat kajian ilmu agama islam pada masa rasulullah, selain sebagai pusat pengkajian masjid juga digunakan sebagai tempat mendidik anak-anak dari kaum muslimin. Tidak hanya itu, penyusunan strategi perang pun di musyawarahkan di masjid bersama para sahabat dan pejuang islam lainnya. Sehingga bisa dikatakan  peranan masjid pada saat itu sangat multifungsi sekali.  Untuk lebih jelasnya akan kita bahas mengenai perluasan tema kajian di masjid. Semoga Allah selalu membimbing di jalan yang lurus. Amiin.
B. Latar Belakang
            Pada pembahasan bab kali ini kita akan membahas makalah dengan tema “memperluas tema kajian di masjid”.
          Dalam kehidupan sehari-hari umat islam tidak akan terlepas dari yang namanya masjid, bahkan dalam satu minggu sekali umat islam di wajibkan oleh Allah untuk berkumpul di masjid guna untuk menunaikan sholat jumat. Namun, sering kali umat islam kurang begitu mengetahui apa saja fungsi dari masjid itu selain sebagai tempat sholat berjama’ah. Maka dari itu sedikit banyak akan kami bahas dalam makalah kali ini. Selamat membaca!!



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Hadits
          Kata   يتداكرون  maknanya yaitu  mereka membicarakan urusan-urusan orang jahiliah, mereka menertawakan, dan nabipun tersenyum, dan nabi juga mengatakan seorang yang tidak memberi manfaat kepada orang lain  sebagaimana berhala yang tidak memberikan manfaat kepada saya.
          Para sahabat berkata : apa maksudnya nabi berkata ,saya membuat sesuatu dari الحيس (makanan dari kurma yang dikeringkan), maka datanglah waktu paceklik(panas tidak hujan) dan saya juga mendoakan setiap hari. Sahabat yang lainpun berkata:saya melihat dua musang yang naik keatas berhala dan mengencinginya. maka saya berkata :apakah arti dari dua ekor musang itu mengencingi berhala ? dan saya datang pada rosul dan masuk islam. [1][3]
B.     Pembahasan
          Kata masjid dalam KBBI  berarti rumah atau bangunan tempat bersembahyang orang islam. Secara akar katanya masjid berasal dari bahasa arab Sajada yasjudu yang artinya sujud. Dalam konteks yang lebih luas sujud merupakan sebuah ekspresi dari kepatuhan dan ketaatan seorang hamba kepada tuhannya.[2]  Pada masa rasulullah masjid adalah pusat dari berbagai kegiatan masyarakat muslim, ia menjadi pusat dari berbagai kegiatan politik, sosial masyarakat, pendidikan bahkan kebudayaan.[3] Berbagai kekuatan yang mempengaruhi sebagai pusat umat islam sadar atau tidak sadar berlangsung terus, mulai dari “penciutan” fungsinya yang hanya sebagai pusat ibadah sampai mulai berkembang pada saat ini dimana terlihat ada kecenderungan gerakan baru dikalangan umat untuk lebih mengoptimalkan mfungsi masjid ini. Ia bukan saja sebagai pusat ibadah tetapi juga lebih luas dari itu yaitu pusat kebudayaan atau pusat Muamalat. Perkembangan sangat terlihat di jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, maupun diberbagai kota diluar negeri seperti USA, Eropah, Malaysia.

          Saat ini kita lihat masjid bukan saja sebagai tempat sholat saja tatapi juga sebagai tempat memberikan pendidikan agama dan umum, rapar-rapat organisasi, pertokoan, dan bahkan kegiatan bela diri, olah raga, kesenian, pernikahan. Perkembangan ini sangat sangat terasa di masjid-nasjid kawasan elit dan masjid kampus seperti di pondok indah, kampus salman ITB, IKIP,UGM, dsb.[4]
C.    Materi Hadits
a. hadits
 عَنْ جَابِر بن سَمُرة قَال : { جَالَسْتُ النَّبِي صلى الله عليه وسلم أَكْثَرَ مِنْ  ِمائَة مَرَّة فِي الْمَسَجِدِ يَجْلِسُ أَصْحَابُهُ يَتَنَاشَدُوْنَ الشِّعْرَ وَ رُبَّمَا تَذَاكَرُوْا أَمْرَ الْجَاهِلِيَّة فَيَبْتَسِمُ النَّبِيُ صَلى الله عليه وسلم مَعَهُمْ  } (وراه الترمذي فى الجامع, كتاب الأدب عن رسول الله, باب ما جاءفي إنشاد الشعر(
b. terjemah hadits
 Dari sahabat Jabir bin Samurah beliau berkata “suatu ketika aku duduk bersama Nabi Muhammad SAW di dalam masjid lebih dari seratus kali dan bersamanya dengan para sahabatnya mereka telah melantunkan sebuah syair – syair dan terkadang para sahabat selalu mengingat permasalahan – permasalahannya kaum jahiliyah kemudian nabi tersenyum kecil bersama para sahabatnya. (Hadits diriwayatkan dari Imam Tirmidzi).
D.     Teori Pendukung
Îû BNqãç/ tbÏŒr& ª!$# br& yìsùöè? tŸ2õãƒur $pkŽÏù ¼çmßJó$# ßxÎm7|¡ç ¼çms9 $pkŽÏù Íirßäóø9$$Î/ ÉA$|¹Fy$#ur ÇÌÏÈ   ×A%y`Í žw öNÍkŽÎgù=è? ×ot»pgÏB Ÿwur ììøt/ `tã ̍ø.ÏŒ «!$# ÏQ$s%Î)ur Ío4qn=¢Á9$# Ïä!$tGƒÎ)ur Ío4qx.¨9$#   tbqèù$sƒs $YBöqtƒ Ü=¯=s)tGs? ÏmŠÏù ÛUqè=à)ø9$# ㍻|Áö/F{$#ur ÇÌÐÈ  
36. Bertasbih[1041] kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang,
37. laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.

[1041] Yang bertasbih ialah laki-laki yang tersebut pada ayat 37 berikut.
(Q.S an-Nur {24}: 36-37).

E. Analisa dalam Kehidupan
          Fungsi masjid adalah tempat ibadah dan kebudayaan. Sebagian dari ibadat ini , terutama sholat sehari-hari, tapi terutama kebudayaan umumnya dipisahkan dari masjid dan diberikan kepada surau (mushola/ langgar). Sehinggan surau berfungsi untuk tempat sholat sehari-hari, tempat mengaji, belajar addin, asrama bagi siswa-siswa yang belajar, tempat merayakan hari-hari besar islam, tempat upacara-upacara keagamaan, tempat suluk, tempat bertemu, berkumpul, beramah tamah, tempat tidur bagi bujang-bujang dan lain-lain. Pendeknya fungsi kebudayaan masjid, baik menurut tugas-tugas pertama yang diberikan Nabi atau konsepsi tugasnya di zaman modern, banyak di tampung oleh surau.  
          Apabila diteliti kenyataan-kenyataan tentang masjid semenjak kurun Nabi sampai sekarang, yang faktanya hanya sejumlah kecil yang di uraikan di atas maka ia dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu :
1. yang sesuai dengan konsepsi islam tentang masjid, jadi yang menurut tugas-tugas dan makna masjid yang di gariskan nabi.
2. yang tidak sesuai dengan konsepsi tersebut, yang bertentangan atau menyimpang.
          Keadaan masyarakat muslim di suatu ruangan dan waktu bergantung pada pelaksanaan konsepsi masjid, sehinggan ia sesungguhnya merupakan barometer dari realisasi tujuan islam dan dari suasana masyarakatnya. Apabila kenyataan-kenyataan masjid seperti kategori satu, berartilah tujuan islam terwujud dalam kehidupan masyarakatnya. Mereka dalam kejayaan. Apabila kenyataan itu seperti kategori dua, berartilah masjid berada dalam krisis. Krisis mesjid adalah kusutnya perwujudan tujuan islam dalam kehidupan, hal mana membawa kepada krisisnya masyarakat. 
          Dari perjalanan sejarah dapat disimpulkan bahwa pada kurun-kurun pertama islam, kenyataan-kenyataan masjid banyak yang sesuai dengan kategori satu, dan makin mendekat pada kurun kita makin banyak berlaku kategori dua. Dan dalam kurun kita dewasa ini dapat di konstantir sebagai zaman dari kategori dua, yaitu zaman krisis masjid.[5]




F. Aspek Tarbawi
1. Selai sebagai tempat ibadah masjid juga berfungsi sebagai tempat untuk menimba ilmu.
2. Masjid dapat dianggap sebagai lembaga ilmu pengetahuan yang tertua dalam islam,
3. Secara garis besarnya masjid masih  memiliki dua fungsi: Pertama, Funsi keagamaan, sebagai pusat atau tempat beribadatan seperti sholat, dzikir, do’a dan i’tikaf. Kedua, Fungsi sosial, sebagai pusat pembinaan, pendidikan, pengajaran umat Islam.
4. Masjid berfungsi sebagai sekolah menengah dan perguruan tinggi dalam waktu yang sama, Sebenarnya masjid pertama kali merupakan tempat untuk pendidikan dasar, akan tetapi orang-orang Islam berpendapat bahwa lebih baik memisahkan pendidikan anak-anak pada tempat tertentu, demi menjaga kehormatan masjid dari keributan anak-anak dan karena mereka belum mampu menjaga kebersihan.[6]
5. Mencari ilmu bukan hanya di sekolah tapi di manapun tempat kita dapat memperoleh ilmu.

BAB III
PENUTUP
            Demikianlah, masjid bukan saja sebagai tempat ibadat, tetapi juga tempat memperbaiki urusan-urusan dunia dan akhirat manusia.
            Secara ringkas belajar di masjid memperlihatkan kepada kita keistimewaan-keistimewaan dan prinsip-prinsip yang penting dalam pendidikan Islam, yaitu demokrasi, kesederhanaan, kesempatan yang sama, bebas untuk mencapai tujuan, mempunyai hubungan dan keharmonisan diantara kepentingan hidup dunia dan akhirat.
            Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi yang sedang mengalami permasalahan yang berhubungan dengan problematika masjid.


 Tentang Penulis
            Penulis adalah salah satu mahasiswa di suatu perguruan tinggi islam negeri jurusan tarbiyah yang berada di kota pekalongan. Adalah anak dari pasangan suami istri yang sangat sederhana sekali yang pekerjaan sehari-harinya adalah bertani di sawah. Terlahir di kabupaten pemalang letaknya adalah ds. Longkeyang, kec. Bodeh. Riwayat pendidikan MI Miftahul Ulum di longkeyang, MTs Rifa’iyah di kesesi, MA di pondok pesantren yang ada di kesesi juga dan kemudian melanjutkan di IAIN PEKALONGAN (insya Allah semoga cepat alih status). Dan sekarang tinggal di pon-pes Al-Hadi min aswaja yang terletak di kel. panjang wetan Gg. 1 No.35A pekalongan utara. Dan sekarang masih aktif di berbagai kegiatan kampus baik UKM maupun UKK salah satunya adalah UKK RACANA.



DAFTAR PUSTAKA
Sunan Attirmidzi. Juz 10
handryant , Aisyah nur, masjid sebagai pusat pengembangan masyarakat.(UIN maliki Press:2010).
Harahap, Sofyan syafri, manajemen masjid. (JAKARTA:PT. DANA BHAKTI PRIMA YASA:2001).
Gazalba, Sidi, mesjid pusat ibadat dan kebudayaan islam, (BANDUNG:PUSTAKA AL-HUSNA:1994).
Fahmi, Asma Hasan. Sejarah dan filsafat pendidikan islam, (JAKARTA: BULAN BINTANG:2001)



[1] Sunan Attirmidzi. Juz 10 halaman 70.
[2] Aisyah nur handryant 2010, masjid sebagai pusat pengembangan masyarakat.(UIN maliki Press). Hal.18
[3] Ibid hal.21
[4] Sofyan syafri harahap 2001, manajemen masjid. (PT. DANA BHAKTI PRIMA YASA). Hlm. 10
[5] Sidi gazalba 1994, mesjid pusat ibadat dan kebudayaan islam, (PUSTAKA AL-HUSNA) hlm. 316-320
[6] Asma Hasan Fahmi. Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta: Bulan Bintang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar