INTUISI HATI
Mata Kuliah : Hadits Tarbawi II
Disusun Oleh :
Abdul Rouf (2021113100)
Kelas G
TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi para pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Pekalongan,
Maret 2015
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pada
dasarnya setiap individu memiliki potensi/fitrah yang berarti kekuatan asli
yang terpendam di dalam diri manusia yang dibawanya sejak lahir, yang akan
menjadi pendorong serta penentu bagi kepribadiannya serta yang dijadikan alat
untuk pengabdian dan ma’rifatullah.
Rasa bawah sadar atau yang sering
kita sebut sebagai alam bawah sadar adalah bagian dari pikiran kita yang
memproses intuisi (pengetahuan tanpa belajar), gudang kreativitas, serta
mengetahui penyebab dan solusi bagi masalah pribadi kita.
Proses mental bawah sadar sangat besar artinya dalam
membangun melaksanakan tugas sehari-hari. Banyak ide berasal dari mental bawah
sadar, namun tidak semua orang bisa memanfaatkannya.
Dalam potensi manusia memiliki komponen-komponen
dasar yaitu bakat, insting, nafsu, karakter (tabi’at), hereditas, dan intuisi.
Dalam makalah ini akan membahas salah satu potensi dasar manusia yaitu intuisi.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Hati
menurut islam?
2.
Apa yang dimaksud dengan Intuisi
menurut islam?
3.
Apa macam-macam Intuisi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Secara psikis, hati adalah sesuatu yang halus,
yang berasal dari alam ketuhanan. Dialah yang merasa, mengetahui, dan mengenal
segala hal, serta diberi beban, disiksa, dicaci, dan sebagainya.
Hati sangat berperan dalam kehidupan manusia
setiap saat. Hati memiliki fungsi utama yang menggerakkan dan mengarahkan
kehidupan seseorang. Secara psikis, hati berfungsi layaknya panca indera, yaitu
perasa, pelihat, pendengar, dan peraba.[1]
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapat tanpa
melalui proses penalaran tertentu. Intuisi ini dapat bekerja dalam keadaan
tidak sepenuhnya sadar. Artinya suatu permasalahan itu muncul dalam keadaan
orang itu tidak sedang menggelutinya, tetapi jawaban serta merta muncul
dibenaknya.[2]
Menurut Iqbal, “Intuisi” diartikan ganda. Pendapat
pertama, mengikuti Jalaluddin Rumi yang mengartikan intuisi adalah Qalb/Fuad,
yaitu sejenis batin atau wawasan yang dengan kata-kata Rumi Indah yang hidup
dari sinar dan mengenalkan kepada masalah-masalah kenyataan, selain dari yang
terbuka bagi serapan indera. Pendapat lain Iqbal mengikuti Bergson yang
mendefinisikan intuisi adalah a Higher kind of intelectual, yaitu bagian
yang lebiih tinggi dari intelek.[3]
B. Teori Pendukung
Intuisi adalah kegiatan berfikir yang tidak
analitis, tidak berdasarkan pada pola berfikir tertentu. Pendapat yang
berdasarkan intuisi ini timbul dari pengetahuan yang terdahulu melalui suatu
proses berfikir yang tidak disadari. Ada pendapat yang mengatakan, bahwa
intuisi merupakan pengalaman puncak. Pendapat lain mengatakan, bahwa intuisi
merupakan intelegensi yang paling tinggi. Intuisi hanya diberikan Tuhan kepada
jiwa manusia yang bersih dan dirasakan sebagai getaran hati nurani yang
merupakan panggilan Tuhan untuk berbuat sesuatu yang amat khusus.
1.
Macam-macam
Intuisi
Dalam khazanah islam, potensi-potensi intuisi itu
dapat terbagi berbagai macam, sehingga dapat membedakan potensi instingtif yang
positif maupun negative. Macam-macam intuisi tersebut antara lain:
a.
Khatir
Khatir ialah bisikan yang menghujam kedalam hati
seseorang tanpa diduga olehnya. Bisikan pada khatir lebih terarah pada perintah
untuk melakukan sesuatu.
Khatir juga disebut bekas-bekas yang timbul di
dalam hati seseorang, yang mendorongnya dan mengajaknya untuk melakukan atau
meninggalkan suatu perbuatan. Karena berubah-ubahnya hati. Semua khatir yang
timbul di hati seseorang itu sebenarnya dari Allah SWT. Hanya saja, khatir itu
dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1.
Bisikan yang
datang dari Allah SWT, yang disebut bisikan Rabbani.
2.
Bisikan
malaikat, disebut dengan ilham
3.
Bisikan
nafsu, disebut dengan hajis
4.
Bisikan setan
yang disebut dengan waswas
Bisikan rabbani atau intuisi Ilahi akan
diraih ketika berusaha menghidupkan hati dengan ma’rifatullah. Bisikan
itu bukan sekedar bisikan biasa, tapi merupakan nur Ilahi yang memenuhi seluruh
sudut hati. Nur Ilahi ini terbagi menjadi tiga tingkatan dengan meninjau kelas
dalam suluk, yaitu kelas permulaan (bidayah), kelas pertengahan (wasth),
dan kelas puncak (nihayah). Nur Ilahi yang masuk pada kelas pertama
ialah warid al-intibah, yaitu cahaya yang mengeluarkan dari kelalaian
yang gelap-gulita menuju kesadaran dan ingat kepada Allah. Kelas pertengahan
akan dimasuki warid al-iqbal, yakni cahaya yang dihujamkan ke dalam hati
yang menyebabkan hati akan selalu berdzikir kepada Allah SWT dan melupakan
segala selain Allah SWT. Kelas terakhir akan dimasuki warid al-wishal,
yakni cahaya yang menguasai hati seorang hamba lalu menguasai lahir dan batinnya,
sehinggah ia menjadi sirna dari dirinya.[4]
Bisikan malaikat atau juga disebut dengan ilham
merupakan bisikan yang mengajak pada kebaikan, baik berupa pekerjaan fardhu,
maupun pekerjaan sunnah. Sebaliknya, bisikan yang mengajak pada kejahatan adalah
bisikan setan. Bisikan ini bukan hanya mengajak pada perkara haram, tapi juga
mengajak pada perkara makruh. Yang terakhir adalah bisikan nafsu, yaitu bisikan
yang mengajak terhadap kepentingan-kepentingan nafsu.[5]
b.
Ilham
Ilham
merupakan potensi intuitif manusia yang mengajak pada kebaikan. Intuisi ini
bisa bersifat Rabbani dan bisa dari bisikan malaikat atas izin Allah
SWT. Fenomena ilham dalam masyarakat islam khususnya dan dalam hati seorang
muslim merupakan fenomena yang bisa terjadi menurut syara’
Ilham
ini sering terjadi di lingkungan ummat, bahkan sering dialami oleh setiap orang
itu sendiri atau disaksikan dari orang-orang di sekitar mereka, jika mereka
melakukan sesuatu hal yang termasuk kategori perjalanan menurut Tuhan.[6]
c.
Ilmu Ladunni
Dalam ilmu tasawuf, ilmu Ladunni dianggap
ilmu yang paling tinggi dibandingkan ilmu-ilmu lainnya. Ilmu Ladunni
merupakan ilmu yang dikaruniakan Allah SWT kepada seorang secara tiba-tiba
tanpa diketahui bagaimana proses awalnya, sehingga orang menerimanya dapat
langsung menguasai ilmu tersebut tanpa belajar.
Secara etimologi atau bahasa ilmu Ladunni
terdiri atas dua kata bahasa arab, “Ilmu”, dan “Ladunni”, kata
ilmu diartikan dengan pengetahuan (knowledge), sedangkan Ladunni adalah
hidayah dari Allah SWT. Jadi ilmu Laddunni adalah pengetahuan yang
datang dari sisi Allah SWT yang diberikan kepada manusia.[7]
Ilmu yang berasal dari Allah SWT, diberikan kepada
hamba-Nya yang dikehendaki, yakni ilmu yang dapat membuka rahasia-rahasia. Ilmu
Ladunni diperoleh tanpa dipelajari dan tanpa sebab lahiri, dan tak
terbatas pada satu hal tertentu saja. Isyarat yang dapat diambil sebagai
pelajaran adalah dalam QS. Al-Kahfi: 60-82, yakni tentang kisah perjalanan Nabi
Musa AS. Bersama muridnya, kemudian keduanya bertemu dengan seseorang yang ‘alim
yang mempunyai kelebihan-kelebihan karena memiliki ilmu Ladunni, dan
Nabi Musa diperintah Allah SWT untuk berguru kepadanya, yakni Nabi Khidr AS.
Dalam ayat-ayat tersebut dikisahkan bahwa peristiwa yang bakal terjadi sudah
diketahui oleh Nabi Khidr tersebut.[8]
C. Materi hadits
1.
Hadits I
عَنْ النُّعْمَانَ
بْنَ بَشِيرٍ يَقُوْلُ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ : الْحَلاَلُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشَبَّهَاتٌ
لاَيَعْلَمُهَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ فَمَنِ اتَّقَى الْمُشَبَّهَاتِ
اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ كَرَاعٍ يَرْعَى
حَولَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يُوَاقِعَهُ أَلاَ
وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ إِنَّ حِمَى اللهِ فِي أَرْضِهِ مَحَارِمُهُ
أَلاَ وَاِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ
وَاِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ
الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبِ (رواه بخارى فى الصحيح متلب الإيمان,
(باب
فضل من استيرأ لدينه
Nu’man
bin Basyir bercerita bahwa dia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Perkara
yang halal telah jelas dan yang haram telah jelas pula. Antara keduanya ada beberapa perkara yang diragukan yang tidak
diketahui hukumnya oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menjauhi
perkara-perkara yang diragukan itu berarti dia memelihara agama dan ajarannya.
Barangsiapa mengerjakan perkara yang diragukan, sama saja dengan penggembala
yang menggembalakan ternaknya di pinggir jurang, dikhawatirkan dia terjatuh
kedalamnya. Ketahuilah, semua agama mempunyai larangan dan ketahuilah jika
larangan Allah adalah segala yang diharamkanNya. Ketahuilah dalam tubuh ada
segumpal daging. Apabila daging itu baik, maka baik pula tubuh itu semuanya.
Apabila daging itu rusak, maka binasalah tubuh itu seluruhnya. Ketahuilah,
daging tersebut ialah hati.”
2.
Hadits II
عَنْ
أَنَسِ بنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
(مَنْ عَمِلَ بِمَا يَعْلَمْ (وَرثَهُ الله عِلْمَ مَالَمْ يَعْلَمْ ) (رواه أبو نعيم
الأصفهاني فى حلية الأولياء
Dari Anas bin
Malik, bahwa Nabi SAW bersabda, “Barang siapa yang mengamalkan sesuatu yang
diketahui, maka Allah akan mewariskan suatu ilmu yang ia tidak ketahui”
D. Refleksi Hadits
1.
Hadits I
Hadits pertama menjelaskan bahwa hati memiliki
kemampuan membedakan antara yang hak dan yang batil, yang halal dan yang haram,
bahkan sesuatu yang berada pada keduanya, yaitu Syubhat (tidak jelas).
Namun, hati harus ditata, ia adalah potensi dasar manusia yang mengandung dua
kecenderungan, yaitu baik dan buruk. Jika ia cenderung baik, maka seseorang
akan baik, begitu juga sebaliknya. Untuk membuatnya cenderung pada kebaikan,
maka seseorang harus benar-benar mampu mengarahkannya.
Latihan yang cukup untuk membuatnya peka pada
perbuatan terpuji, adalah sebagian dari langkah yang diajarkan dalam islam.
Latihan itu disebut Riyadhah, yaitu suatu proses internalisasi kejiwaan
dengan sifat-sifat terpuji dan melatih membiasakan meninggalkan sifat-sifat
jelek.
Dalam Riyadhah, seseorang harus benar-benar
sungguh-sungguh. Upaya sungguh-sungguh ini disebut Mujahadah. Setiap
ulama’, guru, ustadz, mursyid (dalam istilah tasawuf), bisa bermacam-macam
dalam memberikan materi Riyadhah kepada anak didiknya. Salah satunya
bisa dengan berpuasa. Melalui berpuasa, diharapkan dapat melatih ketajaman hati
seseorang. Biasanya, perut lapar akan membuat hati menjadi lebih peka, dari
pada perut kenyang. Lalu Mujahadah, berperang melawan kehendak hawa
nafsu yang mengarahkan pada perbuatan tidak terpuji secara sungguh-sungguh.
Itulah sebabnya manusia diberikan pilihan dalam
mengelola hatinya sendiri. Pilihan itu terletak antara mensucikan hatinya, atau
justru mengotorinya. Sebab, di samping hati terdapat nafsu, dan nafsu itulah
yang mengendalikan sikap dan perbuatan.[9]
2.
Hadits II
Hadits kedua menjelaskan bahwa mengamalkan ilmu
yang kita punyai hukumnya wajib untuk diajarkan kepada orang lain. Allah akan menambah ilmu pada setiap orang yang mengamalkan ilmunya.
Ilmu yang kita miliki
wajib untuk diamalkan kepada orang lain. Nabi bersabda “Barangsiapa mempelajari
satu bab dari ilmu untuk diajarkannya kepada manusia, maka ia diberikan pahala
tujuh puluh orang shidiq (orang yang selalu benar, membenarkan Nabi, seumpama
Abu bakar As Shidiq). Ilmu yang kita punyai tidak boleh disembunyikan,
diterangkan dalam surat Al Baqoroh ayat 283, yang artinya “ Dan barangsiapa
menyembunyikan kesaksian (tidak mau menjadi saksi) maka berdosalah hatinya (ia
menjadi orang yang berdosa.” Disini jelas bahwa Allah mengingatkan pada kita
haram apabila menyembunyikan ilmu.
E. Aspek Tarbawi
Kaitan hadits tersebut di atas
dengan tema intuisi hati adalah sebagai berikut:
1.
Bahwasanya yang dapat memilah dan
memilih apakah suatu hal meragukan atau tidak adalah hati, maka sangatlah penting
bagi setiap muslim untuk mendengarkan kata hatinya (intuisi hati), bila hatinya
meragukan hukum dari suatu hal maka lebih baik dia menghindari atau tidak
melakukannya.
2.
Berbagai potensi yang ada pada
diri kita ini seyogyanya dikelola dengan baik, kemudian digunakan secara
optimal dalam hidup ini dan akhirnya yang sangat penting adalah mengendalikan
potensi tersebut agar selalu dapat memberikan kesuksesan, kebaikan,
kebahagiaan, dan keberuntungan dalam hidup, baik di dunia maupun di akhirat
kelak.
3.
Setiap muslim yang telah memiliki
ilmu akan suatu hal (yang tidak bertentangan dengan agama) wajib mengamalkannya
dalam bentuk perbuatan dan mengajarkanya pada orang lain
4.
Tidak diperkenankan bagi muslim
untuk menyembunyikan ilmunya, tapi juga tidak diperkenankan untuk pamer dengan
tujuan membanggakan diri dan merendahkan orang lain.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Intuisi hati adalah fungsi dasar hati untuk selalu berkata jujur dan
membimbing seluruh anggota tubuh untuk bertindak dalam kebenaran. Sebagian
besar manusia sering mengingkari kata hati atau intuisi hati tersebut
karena berbagai alasan keduniawian yang pada akhirnya justru menjerumuskan
manusia tersebut ke dalam kemungkaran dan dosa. Sesuai fitrahnya
tersebut, seluruh manusia memiliki hati dengan fungsi yang sama, hanya saja
diperlukan iman dan ketaqwaan untuk mematuhinya.
DAFTAR PUSTAKA
Syukur,
M. Amin dan Fathimah Usman. 2009. Terapi Hati dalam Seni Menata Hati.
Edisi Kedua. Semarang: Pustaka Nuun.
Syukur, M. Amin, et al. 1998. Metodologi
Studi Islam. Semarang: Gunung Jati.
Danusiri.
1996. Etimologi dalam Tasawuf Iqbal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hawwa,
Sa’id. 2006. Pendidikan Spiritual, (edisi terjemahkan dari Tarbiyatuna
al-Ruhiyyah). Yogyakarta: Mitra Pustaka.
S.
Suriasumarti, Jujun. 1981. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Gramedia.
BIOGRAFI PENULIS
Nama
: Abdul Rouf
NIM
: 2021113100
Tempat Tanggal Lahir : Pekalongan,
11 Mei 1995
Alamat
: Desa Wonorejo
Kecamatan Wonopringgo
Kabupaten Pekalongan
No. Hp
: 085700000463
Tidak ada komentar:
Posting Komentar