PERADABAN ISLAM
DINASTI-DINASTI LAIN
DI DUNIA ISLAM II
Kelas
: F
Tarbiyah
/ PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2015
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah Swt. atas
segala nikmat dan rahmat-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Peradaban
Islam Dinasti-dinasti lain di Dunia Islam II” ini dapat terselesaikan. Tak
lupa sholawat serta salam tercurah kepada junjungan kita Nabi agun Muhammad
SAW. yang kita nantikan syafaatnya di yaumil qiyamah. Aamiin…
Pembuatan makalah ini bertujuan guna memenuhi mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam, dimana makalah ini menjelaskan tentang sejarah
dinasti-dinasti Islam pada masa lalu yaitu Dinasti Buwaihi, Dinasti Murrabitun,
Dinasti Saljuk, Dinasti Muwahhidun, Dinasti Ayyubiyah, Dinasti Delhi dan
Dinasti Mamluk.
Dengan demikian diharapkan materi makalah ini dapat
dipetik sebuah pelajaran untuk kita umat Islam khusunya para mahasiswa, serta
kita dapat mengetahui betapa hebatnya Dinasti-dinasti Islam pada masa lalu.
Sebagai mahasiswa harus dapat mengambil pelajaran dan nilai-nilai positif dari
makalah ini.
Penulis telah berupaya menyajikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya, meskipun masih jauh dari kata sempurna. Disamping itu
apabiladalam penulisan makalah ini didapati kekurangan dan kesalahan baik dalam
penulisan maupun isinya, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran
guna penyempurnaan pembuatan makalah berikutnya. Semoga makalah yang sederhana
ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah keilmuan pembaca.
Pekalongan,
29 September 2015
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................................ ii
DAFTAR
ISI...................................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang......................................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah.................................................................................................... 1
C.
Tujuan...................................................................................................................... 2
D.
Urgensi..................................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Dinasti
Buwaihi....................................................................................................... 3
B.
Dinasti
Murrabitun .................................................................................................. 4
C.
Dinasti Saljuk......................................................................................................... 10
D.
Dinasti
Muwahhidun............................................................................................. 10
E.
Dinasti
Ayyubiyah................................................................................................. 14
F.
Dinasti Delhi.......................................................................................................... 17
G.
Dinasti Mamluk..................................................................................................... 19
BAB II
PENUTUP
A.
Kesimpulan............................................................................................................ 24
B.
Saran...................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENADHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pada masa lalu Islam mempunyai begitu banyak dinasti,
baik dinasti kecil ataupun dinasti yang besar. Dinasti Islam yang besar dan
begitu terkenal antara lain Dinasti Umaiyyah I, Dinasti Umaiyyah II, Dinasti
Abbasiyah, Dinasti Safawi, Dinasti Mughol, dan Dinasti Turki Usmani. Sedangkan
dinasti-dinasti kecil merupakan bagian dari wilayah kekuasaan dinasti besar
yang memerdekakan diri ataupun yang memberontak pada saat dinasti-dinasti besar
mengalami kemunduran dan kehancuran. Dan diantara dinasti-dinasti yang akan
dibahas pada makalah ini ada tujuh yaitu Dinasti Buwaihi, Dinasti Murrabitun,
Dinasti Saljuk, Dinasti Muwahhidun, Dinasti Ayyubiyah, Dinasti Delhi dan
Dinasti Mamluk.
Dinasti-dinasti kecil memang tidak begitu dikenal
dibandingkan dinasti-dinasti besar. Oleh karena itu makalah ini membahas
dinasti-dinasti kecil yang juga mempunyai konstribusi yang begitu amat penting
untuk perkembangan Islam dan kemajuan Islam. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai bahan penambang wawasan bagi mahasiswa dalam
menempuh mata kuliah Sejarah Peradaban Islam, untuk lebih jelasnya akan kami
uraikan dalam makalah ini.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah tersebut, maka perumusan makalah sebagai tahap
terfokusnya materi yang dikaji dalam makalah ini. Adapan rumusan masalahnya
sebagai berikut :
1.
Bagaimana
sejarah perkembangan dari Dinasti Buwaihi?
2.
Bagaimana
sejarah perkembangan dari Dinasti Murrabitun?
3.
Bagaimana
sejarah perkembangan dari Dinasti Saljuk?
4.
Bagaimana
sejarah perkembangan dari Dinasti Muwahhidun?
5.
Bagaimana
sejarah perkembangan dari Dinasti Ayyubiyah?
6.
Bagaimana
sejarah perkembangan dari Dinasti Delhi?
7.
Bagaimana
sejarah perkembangan dari Dinasti Mamluk?
C.
Tujuan
1.
Agar kita
dapat mengetahui sejarah perkembangan dari Dinasti Buwaihi
2.
Agar kita
dapat mengetahui sejarah perkembangan dari Dinasti Murrabitun
3.
Agar kita
dapat mengetahui sejarah perkembangan dari Dinasti Saljuk
4.
Agar kita
dapat mengetahui sejarah perkembangan dari Dinasti Muwahhidun
5.
Agar kita
dapat mengetahui sejarah perkembangan dari Dinasti Ayyubiyah
6.
Agar kita
dapat mengetahui sejarah perkembangan dari Dinasti Delhi
7.
Agar kita
dapat mengetahui sejarah perkembangan dari Dinasti Mamluk
D.
Urgensi
Dengan mengkaji sejarah,
dapat diperoleh informasi tentang peradaban islam dari zaman Rasulullah sampai
sekarang. Mulai dari pertumbuhan, perkembangan, kemajuan, kemunduran, dan
kebangkitan kembali peradaban islam. Dari sejarah dapat diketahui segala
sesuatu yang terjadi dalam peradaban islam dengan segala ide, konsep,
institusi, system, dan operasionalnya yang terjadi dari waktu kewaktu.
Dengan
demikian, mempelajari sejarah peradaban islam dapat memberikan semangat back
projrcting theory untuk membuka
lembaran dan mengukir kejayaan atau kemajuan peradaban islam yang baru dan
lebih baik.
Dengan mempelajari sejarah
peradaban islam, diharapkan seseporang dapat mengetahui dan memahami
pertumbuhan dan perkembangan peradaban islam, diharapkan seseorang dapat
mengetahui dan memahami pertumbuhandan perkembangan peradaban islam sejak zaman
lainnya sampai sekarang. Disamping itu juga dapat menyelesaikan problematika
peradaban islam pada masa kini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dinasti Buwaihi (945 – 1055)
Wilayah kekuasaan Dinasti Buwaihi meliputi Irak dan Iran.
Dinasti ini dibangun oleh tiga bersaudara, yaitu Ali bin Buwaihi, Hasan bin
Buwaihi, dan Ahmad bin Buwaihi. Ketiganya adalah anak dari Buwaihi, keluarga
miskin yang kerjaanya mencari ikan. Buwaihi dan keluarganya tinggal di negeri
yang bernama Dailam.[1]
Ketiga bersaudara tersebut mendapatkan
gelar-gelar kehormatan dari khalifah Mustakfi. Gelar itu adalah Imad al-Daulah
untuk Ali, Rukn al-Daulah untuk Hasan dan Mu’iz al-Daulah untuk Ahmad.[2]
Dari awal sejarah dinasti ini yang berlangsung sekitar
satu seperempat abad memerintah, daulah Bani Buwaihi telah diperintah oleh 11
orang penguasa yang sempat mengisi sejarah peradaban islam dengan segala
kelebihan dan kemajuan yang telah dicapainya. Para penguasa dinasti Biwaihi
tersebut sekaligus adalah pera umara. Para penguasa tersebut secara
berturut-turut adalah sebagai berikut:
1.
Ibn Ahmad Buwaihi (Mu’iz al-Daulah) tahun 334-356 H
2.
Bahtiar (‘Izz al-daulah) tahun 356-367 H
3.
Abu Syuja’ Khusru (‘Adhdu al-Daulah) tahun 367-372 H
4.
Abu kalyajar (shamsham al-daulah) tahun 372-376 H
5.
Abu al-fawarits (Syiraf al-Daulah) tahun 376-379 H
6.
Abu Nashr Fairus (Baha’ al-Daulah) tahun 379-403 H
7.
Abu Syuja’ (Sulthan al-Daulah) tahun 403-411 H
8.
Musyrif al-Daulah tahun 411-416 H
9.
Abu Thahir (jalal al-Daulah) tahun 416-435 H
10.
Abu Khalyajar al-Marzuban (Imad ad-Daulah) tahun 435-440
H
11.
Abu Nashr Kushr (al-Malik al-Rahim) tahun 440-4447 H[3]
Azad daulat merupakan penguasa terbesar Buwaihiah,
menurut Philip K.Hitti azad daulat berhasil menyatukan dinasti-dinasti kecil di
bawah
komando penguasa buwaihiah. Kekuasaan buwaihiyah membentang dari laut cas pai
sampai dengan lembah Gulf, dan membentang dari Isfahan hingga mencapai wilayah
perbatasan Persia. Ia adalah penguasa yang cinta keadilan dan kebenaran, dan
sangat terkenal kedermawannya. Ia menggaji para pujangga dan pustakawan dengan
harta pribadinya. Ia mendatangkan para ilmuan berbagai penjuru untuk berkumpul
di istananya. Ia sendiri seorang ilmuan dan mahir matematika. Ia membangun kota
bagdad hingga menjadi lebih mudah. Mendirikan berbagai masjid, rumah sakit dan
sejumlah bangunan umum lainnya.
Sebenarnya penguasa pertama buwaihiyah adalah
orang-orang yang mahir dalam ilmu pengetahuan dan sangat peduli atas kemajuan
bidang ini. Beberapa tokoh ilmu pengetahuan lahir pada masa kekuasaan buwaihiah
ini. Al kohi dan Abdul Wafa adalah 2 pakar yang paling tersohor dalam bidang
ekonomi, fisika dan matematika. Al kohi menulis sebuah karja mengenai gerak
tatasurya. Penemuannya mengenai pergantian musim panas dan musim gugur menambah
khasanah pengetahuan manusia. Abdul wafa menemukan system hitungan Trigonometri
dan memperkenalkan hasil observasi astronomi. Karyanya yang terkenal adalah
Ziyusi Syamil merupakan peninggalan karya tentang industry dan system observasi
secara cermat. Intelektual lain yang lahir dan berkarya pada masa ini antara
lain, Alfarabi (950 M) Ibnu Sina (1037 M), Al farghoni, Abdul Rahman Al Sufi
(980 M), Abu Al A’la Al Ma’arri (1057 M). jaza besar bani buwaihiyah juga
terlihat dalam pembangunan masjid, rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi dan
sejumlah pembangunan umum lainnya. Kemajuan-kemajuan ini di dukung oleh
kemajuan bidang ekonomi yakni pada sector pertanian, perdagangan dan industry
khususnya industry permadani.[4]
B. Dinasti
Murabbitun (1056 – 1147)
Al-Murabbitun
adalah nama sebuah dinasti Islam yang berkuasa di Maghribi dan Spanyol
(Andalusia) pada tahun 448-541H/1056-1147 M. Asal usul dinasti ini berasal dari
Lemtuna, salah satu anak dari suku Sahaja. Mereka bisa juga disebut Al-Muksimun
(pemakai kerudung sampai menutupi wajah di bawah muka). Terdiri dari 1000 anggota pejuang. Kegiatan mereka antara lain
menyebarkan agama islam dengan mengajak suku lain untuk menganut agama islam.
Mereka mengambil ajaran mazhab Salaf (gerakan salafiyah) secara ketat yang
meliputi Afrika barat daya dan daerah spanyol.[5]
1.
Sejarah
Pembentukan
Murrobitun adalah sebuah gerakan keagamaan yang
pernah berkuasa di Afrika Utara yang beribukota di Marakesy. Dimana kejayaan
dinasti ini mencapai negeri Spanyol pada saat politik Islam di Andalusia
mengalami keeterpecahan. Kaum Murrobitun ini merupakan penguasa ke tiga dari
Muslim Barbar di Afrika Utara setelah Maghrawiyah dan Sanhajah. Mereka kadang
juga disebut Mutalatsium karena tradisinya memakai cadar.
Gerakan ini cenderung puritan yang dirintis
oleh Tasart al-Lamtuni (400/1009-403/1012). Ketika gerakan ini di pegang oleh
anaknya, Yahya bib Ibrahim al-Kadali (403/1012-434/1042) semakin menunjukan
eksistensinya, terutaman setelah ia pulang dari melaksanakan Ibadah haji
(427/1036). Ia menjumpai Abu Imran al-Farisi, seorang faqih mazhab Maliki di
Qairawan (sekarang daerah Tunis). Setelah ity, ai menyadari akan kekerdilan
keberagaman kaumnya dan perlu pembinaan. Lalu, al-Kadali mengangkat Ibn Yasin
al-Jazuli untuk mendidik kaumnya. Dalam hal ini al-Jazuli mempunyai peranan
penting di gerakan ini.
Ibn Yasin al-Jazuli mulai mengajarkan agama yang
benar menurutnya, ala mazhab Maliki kepada suku Lamtuna yang sedang dikuasai
oleh faham bid’ah khurafat. Agar hasil gerakan ini lebih memuaskan maka
membangun sebuah ribat. Karena itulah gerakan ini terkenal dengan
gerakan Murrabitun yang dinasbatkan kepada tempat pendidikan tersebut.
Ibn Yasin sebagai pemimpin spiritual dibantu
oleh Yahya bin Umar sebagai komandan militernya, mengalami kemajuan gerakan.
Dia berhasil dan menguasai beberapa daerah. Pada tahun 1055 M Widi Dara dan
Sajalmasah berhasil direbut dan ditaklukan, dan pada tahun itu juga Yahya bin
Umar tewas dalam jihadnya di perbatasan Sudan, kemudian digantikan oleh Abu
Bakar ibn Umar al-Lamtuni.
Kesuksesan demi kesuksesan di capai kaum
Murrabitun. Pada tahun 1058 M, Abu Bakar menaklukan Sahara-Maroko, lalu
menyebrang ke Atlas tinggi untuk melakukan penyerangan ke Maroko tengan dan
selatan. Ketika dilakukan penyerangan ke suku Barghawah, Abdullah bin Yasin,
pemimpin spiritual Murrobitun, menderita luka-luka dan akhirnya wafat (1059).
Sejak saat itulah Murrobitun dipegang oleh Abu Bakar al-Lamtuni. Artinya dia
sebagai pimpinan militrt sekligus pemimpin spiritual.
Oleh karena itu Murrobitun sukses melakukan
ekspansi ke beberapa wilayah, maka Murrobitun bukan hanya gerakan keagamaan,
tapi juag sebuah gerakan politik. Hanya saja misi agama Daulat Murrobitun lebih
kuat disbanding misi politik, karena ruh perjuangannya jihad untuk membela
agama. Itulah sebabnya para penguasa tidak bergelar Umara al-Murrabitun, tetapi
Amir al-Muslim. Disamping itu daerah-daerah yang ditaklukannya adalah
non-Muslim, atau jika Muslim, di daerah-daerah yang tumbuh subur khurafat dan
bid’ah.
Ketika Abu Bakar bin Umar al-Lamtuni menjadi
pemimpin tunggal Murrabitun terjadilah saling sengketa diantara berbagai suku
di Sahara. Inilah yang mendorong Abu Bakar untuk kembali ke Sahara, dan
kemudian menunjuk saudara sepupunya, Yusuf bin Tasyfin (1061) menjadi wakilnya
di Afrika Utara bagian barat itu. Yusuf bin Tasyfin ternyata mampu melanjutkan
penaklukan ke utara, pada tahun 1062 mendirikan kota Marakesy sebagai pusat
kekuaaannya. Banyak kota telah dikusainya, seperti Fez (1070), Tangier (1078),
dan pada tahun 1080-1082 ia meluaskan daerahnya ke Aljazair.
Pada saat Abu Bakar kembali dari Sahara ia
mengetahui bahwa popularitasbYusuf bin Tasyfin meninggi. Karena itu, atas
rayuan istri yusuf yang bernama Zainab binti Ishaq al-Nafzawiyah, bekas janda
Emir Abu Bakar sendiri, maka Yusuf bin Tasyfin berhasil membujuknya agar mau
menyerahkan jabatan pimpinan Murrabitun kepada dirinya. Setelah itu Abu Bakar
kembali ke Sahara dan hidup di Sudan sampai akhir hayatnya (1087). Dengan
demikian, saat itu Yusuf bin Tsyfin merupakan penguasa tunggal daulah
Murrabitun.
Pada saat Yusuf bin Tsyfin menjadi penguasa
daulat Murrabitun di Afrika Utara bagian barat, umat Islam Andalusiadalam
kondisi yang memprihatinkan, banyar pertikian antara umat sendiri, sementara
orang-orang kristen Eropa melakukan kebangkitan.nakhirnya sebagian wilayah
Islam jatuh ke tangan orang-orang Kristen. Kota Toledo jatuh oleh raja VI tahun
1085 M.
Melihat Toledo runtuh, al-Mu’tamidn raja dari
Sevilla, dengan didukung para raja lainnya, minta bantuan Yusuf bin Tasyfin
untuk menyelamatkan kerajaan Islam Andalusia dari terkaman raja Kristen. Dengan
dijiwai semangat jihat dan persaudaraan, Yusuf bin Tasyfin bersedia membantunya
jika ia berhasil menaklukan Cueta. Karena itu, pada tahun 1086 M, Yusuf bin
Tsyfib beserta pasukannya menyusuri selat Jiblaltar, kemudian sampai dan
disambut al-Mu’tamid di Algericas, berita kedatangan pasukan ini membuyarkan
strategi pengepungan raja Castilla atas Saragossa. Kemudian ia tinggalkan
Saragossa dan berbalik untuk mempersiapkan pasukan guna menghadapi pasukan
Murrabitun yang dibantu oleh sejumlah pasukan al-Mulk al-Thawaif.
Pada 23 Oktober 1086, kedua pasukan itu bertemu
di suatu tempat yang disebut “al-Zallaqah” yang oleh orang-orang Kristen
disebut “Sacralias”. Pada pertempuran tersebut, pasukan Murrabitun menang.
Inilah merupakan puncak kejayaan Murrabitun, Yusuf bin Tasyfin berhasil
menghancurkan raja-raja Kristen, kecuali Toledo.
Kemenangan pasukan Yusuf bin Tsyfin tidak
diteruskan dengan melakukan pengejaran secara terus-menerus pasukan Alfonso VI,
seperti yang pernah dilakukan oleh Thariq bin Ziyad (711 M) terhadap sisa-sisa
Roderick, karena ia harus kembali ke Afrika Utara untuk tugas lain. Ini
mengakibat pasukan Kristen berhasil menghimpun kekuatannya. Parahnya ada diantara
raja Islam yang bersekongkol dengan mereka. Karena itu pada tahun 1090 M Yusuf
beserta pasukannya kembali ke Andalusia lagi.kedatangannya kedua ini bukan
sekedar untuk menaklukan raja-raja Kristen, tetapi untuk mengambil ali
Andalusia dan al-Mulk al-Thawaif dan menjadikannya sebagai wilayah bagian dari
Murrabitun di Afrika Utara bagian barat. Kemudian setelah stabilitas Andalusia
dianggap mapan, Yusuf bin Tasyfin kembali ke Afrika Utara sampai wafatnya (500
H/1106 M).
Pengganti Yusuf bin Tasyfin di Andalusia adalah
putranya yang bernama Ali bin Yusuf. Ia sebenarnya penguasa yang cakap, namun
karena disibukkan oleh uasaha penumpasan pemberontakan yang tiada
henti-hentinya, meskipun ada faktor lain, maka lambat laun ia mulai menampakan
gejala kemunduran Murrabitun, hingga berakhir kekuasaanya (1142 M). sejak
itulah Murrabitun terus mengalami kemundurannya, lebih-lebih para pengganti Ali
bi Yusuf lemah, Tasyfin bin Ali (1142-1144), Ishaq bin Ali (1144-1147).
Akhirnya pemerintahan hancur oleh sebuah kekuatan baru, Dinasti Muwahhidun pada
tahun 1147 M.
2.
Perkembangan
Administrasi
a.
Al-Nidham
al-Siyasi wa al-Idari
Pemimpin Murrabitun di sebut Amir al-Muslimin
dan Nashir al-Din. Dengan gelar itu menunjukan bahwa pemimpin pemerintahan
bukan sekedar pemimpin politik tetapi sekaligus pemimpin agama.
Untuk melaksanakn tugas-tugasnya, amir dibantu
para mentri dan sekertaris. Di Marakesy didirikan bait al-ummah yang
dihuni oleh para fuqaha dan mereka itulah yang diajak oleh para Amir
al-Muslimin diseputar urusan kenegaraan. Adapun secara administrative, wilayah
daulat Murrabitun dibagi menjadi 2 wilayah besar yaitu wilayah Maghrib dan
Andalusia.
b.
Al-Jaisy
wa al-Asthul
Sebagai sebuah daulah yang kuat Murrabitum
perlu pertahanan dan keamanan. Untuk itu dibentuklah dua jenis pasukan, yaitu
Angkatan Darat dan Laut. Mereka itu diangkat dari bangsa Barbar dan Arab,
dengan berbagai jenis suku. Khusus untuk keselamatan kepala Negara dipercayakan
kepada para budak, utamanya dari Sudan. Untuk pengaturan dalam masalah ini,
termasuk penggajian dibentuk suatu badan khusus yang disebut diwan al-jundi.
c.
Al-Qadla’
Dibidang kehakiman, di Andalusia hakim memiliki
tugas istimewa, tidak hanya persoalan kehakiman yang harus diselesaikan, tetapi
juga persoalan politik. Oleh karena itu, untuk dapat menduduki jabatan ini
harus memenuhi syarat-syarat kelayakan sebagaimana yang diteteapkan oleh para
fuqaha’.
3.
Kemajuan
di Bidang Ekonomi
Secara garis besar sumber-sumber pemasukan
keuangan Negara adalah zakat, pajak, perniagaan dan bea cukai, ghaniman dan
jizyah. Pengembangan dilakukan di bidang
pertanian dengan membangun sarana irigasi dan jaringan keamanan yang
menyebabkan hasil pertanian melimpah. Diantaranya yang terpenting adalah
zaitun, tin, kurma, za’fan, kapas, jantan putih dan berbagai buah-buahan.
Sector industri juga mencapai kemajuan,
diantaranya hasil industry terpenting adalah tekstil, kertas, kaca dan industry
sabun. Pabrik tekstil berada di kota Mariyah, pabrik kertas di kota Syathibah,
pabrik sabun dan kaca terdapat di Marrakesh dan Fez.
4.
Kemajuan
di Bidang Intelektual
Kemajuan dibidang intelektual ini dapat dilihat
dari indicator berikut :
a.
Lahirnya
beberapa pemikir terkemuka dalam berbagai disiplin. Al-Qadli al-Iyadl dan Ibn
Sakrah misalnya, sebagai ulama dalam bidang hadis. Al-Ghassani dan Abu Bakar
bin al-‘Arabi di bidang ulama tafsir. Dibidang Usul Fiqh ada Muhammad bin
Muhammad bin Ahmad al-Judzami dan Ali bin Yahya bin Aflaj bin Zarqun. Di bidang
filsafat ada Ibn Bajah, Ibn Thufail, dan Ibn Rusydi. Para saintis ada al-Idris
al-Sabati dan Ibn al-Suyufi.
b.
Munculnya
karya-karya keilmuan dalam berbagai disiplin, baik berupa filsafat, sains, ilmu
agama, maupun bahasa. Tadbir alMutawahhid oleh Ibnu Bajah merupakan kitab
filsafat yang terkenal.
c.
Sarana-sarana
pendidikan didirikan, seperti masjid dan madrasah.
d.
Tinggiya
semangat menuntut ilmu.
5.
Masa
Kemunduran dan Kehancuran
Jika dianalisis, terdapat sejumlah faktor yang
menyebabkan kemunduran dan kehancuran Murrabitun, yaitu :
a.
Faktor
Internal
Faktor kemunduran Murrabitun adalah figure para
penguasa yang lemah. Ali bin Yusuf pada awal masa kekuasaanya memperlihaatkan
keberhasilannya, tetapi lambat laun menunjukan kelemahannya, lebih-lebih para
penguasa setelahnya. Ali bin Yusuf sering mengacuhkan tugas kenegaraannya dan
berbalik pada ritualitas agama. Kelengahan ini dimanfaatkan bawahannya untuk
menumpuk kekayaan pribadinya. Ketika kekayaan di dunia Islam melimpah terutama
di Andalusia, semangat jihad yang semula menjadi karakter mereka semakin hari
semakin menipis, bahkan lenyap.
b.
Faktor
Eksternal
Faktor eksternal kejatuhan Murrobitun diawali
dengan banyaknya pemberontakan secara terus-menerus, baik di Andalus maupun di
Afrika Utara, utamanya mereka yang berhasil membangun Daulat Muwahiddun.
Sementara itu sejak berdirinya Daulat Muwahiddun (1120 M) oleh Ibn Tumart
timbullah pertempuran berkepanjangan antara Murrabitun dengan Muwahidun yang
banyak dimenangkan Muwahidun.
Ketika Muwahidun melakukan pengepungan kota
Marakesy tahun 1144 M, Tasyfin bin Ali terbunuh dan kemudian digantikan oleh
Ishaq bin Ali. Tetapi dua tahun kemudian terbunuh, ia terbunuh oleh pasukan
Muwahidun (1146 M) bersamaan dengan jatuhnya Marakesy, dan dengan itu
berakhirlah kekuasaan Murrabitun dan digantikan oleh Daulah Muwahidun.[6]
C. Dinasti
Saljuk (1077 – 1307)
Saljuk adalah
nama keluarga keturunan Saljuk bin Duqaq (Tuqaq) dari suku bangsa Guzz dari
Turki yang menguasai Asia barat daya pada abad ke-11 dan akhirnya mendirikan
sebuah kekaisaran yang meliputi kawasan Mesopotamia, Suriah, Palestina dan
sebagian besar Iran. Wilayah kekuasaan mereka yang luas menandakan awal
kekuasaan suku bangsa Turki di kawasan Timur Tengah hingga abad ke-13.[7]
Kebangkitan
Dinasti saljuk mulai terlihat ketika dipimpin oleh thugrul bek. Ia berhasil
mengalahkan Mahmud al-Ghaznawi, pada tahun 429 H/106 M dan memaksanya
meninggalkan daerah khurasan. Setelah itu, thugrul memproklamirkan berdirinya
Dinasti Seljuk. Pada tahun 432 H/1040 M, dinasti ini mendapat pengakuan dari
khalifah Abbasiyah di Baghdad. Pada masa ini pula, Thugrul dan pasukannya
memasuki Baghdad menggantikan Dinasti Buwaihi. Pada tahun yang sama setelah
menguasai Baghdad, Thugrul Bek mendapat gelar dari khalifah Abbasiyah dengan
Rukh al-Daulah Yamin Amir al-Muminin.[8]
Dinasti saljuk
di bagi menjadi beberapa cabang, yaitu saljuk iran, saljuk irak, saljuk kirman,
saljuk asia kecil dan saljuk suriah. Dinasti saljuk melemah setelah para
pemimpinnya meninggal atau ditaklukkan oleh bangsa lain. Peninggalan dinassti
ini adalah Kizil Kule (Menara merah) di Alanya, Turki Selatan, yang merupakan
pengkalan pertahanan Bani Saljuk dan Majid Jumar, Isfahan, irak.[9]
D.
Dinasti Muwahhidun (1121 – 1269)
1.
Sejarah
Pembentukan
Dinasti
Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tunart, yang pernah eksisi satu abad
setengah yaitu 1121-1269 M. Ibn Tumart sendiri berasal dari suku Barbar, dari
kabilah Masmudah , yang hidup dipedalaman Afrika Utara. Dalam perjalanan
selanjutnya kepemimpinan dipegang oleh kalangan Arab yaitu keturunan Abdul
Mu’min bin Ali.
Ibn
Tumar adalah orang yang suka rihlah yaitu melakukan perjalan untuk
menuntut ilmu, Dia pernah ke Cordova dan Baghdad. Dari Baghdad ia melaksanakan
ibadah haji di tanah suci. Ia belajar kepada tokoh-tokoh sufi sehingga ia
menjadi seorang sufi. Ibn Tumart kembali ke Afrika Utara melalui Iskandariah,
dalam perjalanannya menuju Maghrib di kota Bijayah, barat laut dari Qairawan ia
bertemu dengan seorang alim bernama Abdul Mu’min bin Ali. Keduanya bertujuan ke
Marakesy, di sinilah keduannya mulai menyampaikan dakwahnya, tentang antropomorfisme
juga memberastas bid’ah dan khurafat dimasyarakat saat itu.
Ibn
Tumart berusaha memberantas kemusyrikan dan kemungkaran dengan cara kekerasan,
oleh karena itu ia tidak disenangi oleh masyarakat, ulama dan penguasa. Dia
kemudian diusir oleh Ali bin Tasyfin dari Marakesy. Meskipun dia mendapat
tantangan yang banyak tetapi sejumlah suku seperti suku Haragah, Hantanah,
Jadmiwah dan Janfisah justru memberikan dukungan.
Dalam
perkembangannya dakwah Ibn Tumart mendapat sambutan cukup berarti, pengikutnya
telah mulai banyak dan pada saat yang sama Daulah Murrabitun mulai melemah. Ibn
Tumart kemudian berkeinginan untuk menjatuhkan Murrabitun, untuk itu ia
menobatkan dirinya sebagai al-Mahdi dan dibai’at oleh para pengikutnya ini
terjadi pada tahun 515 H/ 1121 M dan Pengikutnya dinamakan al-Muwahhidun.
Berikut
Struktut pemerintahan Muwahhidun sebagai berikut :
1)
Al-‘Asyarah
(Dewan Sepuluh) semacam dewan mentri
2)
Ahl
al-Khamsin (Dewan Lima Puluh) semacam senat
3)
Ahl
al-Sab’in (Dewan Tujuh Puluh) dewan rakyat
4)
At-Talabah,
dewan ahli yang terdiri dari ulama-ulama senior
5)
Al-Hufaz,
dewan ahli yang terdiri dari ulama-ulama yunior
6)
Ahl-
al-Daar (Keluarga Istana)
7)
Kabilah
Haragah, Jadmiah, Janfisah, Hantanah dan kabilah-kabilah Muwahhidun
8)
Ahl
Tainmul (pasukan inti) mewakili beberapa kabilah
9)
Prajurit
10) Al-Girrat
Ketika
pengikut Muwahhidun sudah banyak, maka pada tahun 524 H/1129 M dengan pasukan
sebanyak 40.000 dibawah komando Abu Muhammad al-Basyir al-Wanyarisi,
al-Muwahhidun menyerang ibu kota Murrabitun Marakesy Pertempuran ini dikenal
dengan peperangan Buhairah. Tetapi pada peperangan ini al-Muwahhidun mengalami
kekalahan besar banyak tentara yang terbunuh termasuk Ibn Tumart.
2.
Perkembangan
Muwahiddun
Setelah
Ibn Tumart meninggal dunia Abdul Mukmin dibaiat sebagai pimpinan al-Muwahhidun.
Pilihan ini ternyata amat tepat sekali hal ini terbukti Muwahhidun dibawah
pimpinannya mencapai 34 tahun. Keberhasilan demi keberhasilan dicapai, pada
tahun 526 H, Muwahhidun berhasil menguasia Nadla, Dir’ah, Taiggar, Fazar dan
Giyasah. Pada tahun 540 h kota Fez dapat diambil alih, setahun kemudian kota
Marakesy dapat dikuasai. Dengan demikian Daulah Murrabitun jatuh ketangan
Muwahhidun.
Abdul
Mukmin memindahkan pusat kekuasaan dari Tinmall ke Marakesy. Perluasan wilayah
terus dilakukan, pada masa ini wilayah Daulah Muwahhidun membentang dari
Tripoli sampai Samudra Atlantik. Dan pada waktu yang sama Muwahhidun kembali
merebut wilayah-wilayah Murrabitun yang dikuasai oleh orang Kristen.
Pada
tahun 558 H/1163 M saat rencana penaklukan Kepulauan Balearik, Abdul Mukmin meninggal
dunia. Kepimpinan Muwahhidun digantikan oleh putranya yang bernama Abu Ya’kub
Yusuf. Ia melanjutkan cita-cita ayahnya menaklukan wilayah-wilayah yang
dikuasai orang Kristen. Pada tahun 1169 M Muwahhidun berhasil merebut kota
Toledo, pada tahun 1184 M Muwahhidun dapat menguasai wilayah Syantarin dan
menghancurkan tentara Kristen didaerah Lisabon. Namun dalam pertempuran di
Lisabon, Abu Ya’kub terluka berat yang mengakibatkan kematiannya. Dan
digantiakan oleh putranya bernama Abu Yusuf.
Pada
masa pemerintahan Abu Yusuf ini terdapat beberapa pemberontakan baik orang
Islam sendiri maupun orang Kristen. Tetapi bebrapa pemberontakan tersebut dapat
di tumpas oleh Muwahhidun. Pada tahun 1194 M Raja Alfonso kembali memberontak
dengan mengerahkan pasukan yang amat besar, tetapi pemberontakan itu dapat
dipatahkan. Penumpasan ini dipimpin langsung oleh khalifah dan dibantu oleh
kabilah-kabilah Arab diantaranya Zantanah, Masmudah, Gamarah, Agraz dan kaum
budak. Benteng Ark yang merupakan pusat pertahanan orang-orang Kristen dpat
dihancurkan.
Kemenanga
tersebut merupakan kemenangan terakhir orang Islam terhadap orang Kristen di
Spanyol selanjutnya pasukan Islam banyak mengalami kekalahan dari orang-orang
Kristen Spanyol.
3.
Kemajuan
yang Dicapai
Kemajuan dinasti Muwahidun dicapai pada zaman
Abu Yusuf Ya’kub al-Mansur (560-595 H/1184-1198 M). diantara kemajuan-kemajuan
yang dicapai adalah :
a.
Bidang
Kemiliteran
Diantara
kehebatan dinasti Muwahidun adalah daulah yang memiliki pasukan tangguh,
penaklukan demi penaklukan telah banyak dilakukannya baik di Andalusia maupun
di Afrika. Bukan hanya itu saja , Muwahidun juga memiliki armada perang yang
cukup besar. Panglima besar Salahuddin al-Ayyubi pernah memberikan bantuan 180
unit kapal perang. Pemberian ini sangat penting untuk ekspansi Muwahidun.
b.
Bidang
Ekonomi
Bidang
ekonomi merupakan bagian penring berkaitan dengan eksistensinya sebuah daulah
karena itu Muwahidun juga berusaha memajukan bidang ekonomi ini. Sumber-sumber
pemasukan di masa Muwahidun cukup variatif, diantaranya :
1)
Kekayaan
dari hasil rampasan perang, yang selalu bertambah setiap melakukan penaklukan.
2)
Pajak
tanah dan penghasilan
3)
Pabrik
senjata dan galangan kapal
c.
Bidang
Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan
4.
Masa
Kemuduran dan Kehancuran
Jika
dianalisis ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemunduran dan kehancuran
Dinasti Muwahiddun ini, antara lain:
a.
Terjadinya
beberapa kali kekalahan yang dialami oleh Muwahiddun terutama di daratan
Spanyol.
b.
Adanya
perebutan kekuasaan dan lemahnya figur khalifah.
c.
Adanya
timpang tindih kekuasaan.
d.
Minta
bantuan kepada raja Kristen.
e.
Peperangan
salib dan persekutuan gereja Eropa.[10]
E. Dinasti Ayyubiyah (1174 – 1252)
Pusat pemerintahan Dinasti Ayyubiyah adalah Kairo,
Mesir.dengan wilayah kekuasaannya meliputi kawasan mesir, suriah, dan yaman. Dinasti
ini didirikan oleh Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi, setelah menaklukkan klalifah
terakhir Dinasti Fatimiyah, Al-Adid. Ia berhasil menaklukkan daerah islam
lainnya dan pasukan salib. Ia sebagai tokoh dan pahlawan Perang Salib. Selain
itu Shalahuddin juja mendorong kemajuan di bidang agama dan pendidikan.
Berakhirnya masa pemerintahan Ayyubiyah di tandai dengan meninggalnya Malik
Al-Asyaraf Muzaffaruddin, sultan terakhir dan berkuasanya Dinasti Mamluk
Peninggalan Ayyubiyah adalah Benteng Qal’ah al-Jabal di Kairo, Mesir.[11]
Dinasti ayyubiyah berkuasa selama kurang lebih 75 tahun.
Dalam kurun waktu tersebuut, terdapat 9 orang sultah yang memerintah, yaitu:
1.
Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi (564-589 H/1169-1193 M)
2.
Malik al-Aziz Imaduddin (589-596 H/1193-1198 M)
3.
Malik al-Mansuh Nasiruddin (595-596 H/1198-1200 M)
4.
Malik al-Adil Saifuddin, Pemerintahan I (596-615
H/1200-1218 M)
5.
Malik al-Kamil Muhammad (615-65 H/1218-1238 M)
6.
Malik al-Adil Saifuddin, Pemerintahan II (635-637
H/1238-1240 M)
7.
Malik as-Shaleh
Najmuddin (637-647 H/1240-1249 M)
8.
Malik al-Mu’azzam Turansyah (647 H/1249 M)
9.
Malik al-Asyaraf Muzaffaruddin (647 H/1249-1252 M)
Dari kesembilan penguasa Dinasti Ayyubiyah tersebut, ada
3 pemimpin yang memiliki peran yang sangat menonjol terhadap perkembangan Dinasti Ayyubiyah yaitu
Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi, Malik al-Adil Saifuddin, Malik al-Kamil Muhammad.[12]
Adapun kemajuan-kemajuan kebudayaan dinasti Al-Ayyubiyah
melipiti beberapaa bidang yaitu:
1.
Bidang pendidikan
Prestasi menonjol
pemerintahan al ayyubi selain di bidang militer juga di bidang pendidikan.
Salahuddin perlahan-lahan mengganti paham syiah dengan sunni lewat jalur
pendidikan. Ia memperbanyak madrasah-madrasah beraliran sunni dan membiayainya
untik mengikis pengaryh syiah yang telah lama di bangun dinasti fatimiyah.
2.
Bidang politik keberhasilan
politik salahuddin yang paling cemerlang dan senantiasa akan dikenang seajrah
adalah keberhasilannya menghimpun kaum muslimin dalam satu barisan menghadapi tentara
salib. Padahal sebelum salahuddin, umat islam hampir tidak ada harapan untuk
mengalahkan tentara salib dan membebaskan masjidil aqsha, karena kelemahan
semangat jihad dan terpecah belahnya kaum muslimin dalam kerajaan kecil-kecil
dan permusuhan antarmazhab.
3.
Bidang sosial budaya sultan
salahuddin mengakhiri sisa hidupnya dengan melakukan kegiatan bagi
kesejahteraan masyarakat, seperti membangun rumah sakit, sekolah-sekolah;
perguruan-perguruan tinggi serta masjid-masjid di seluruh daerah yang
diperintahnya.
Guna membangkitkan kembali ruh jihad semangat di kalangangan
islam yang saat itu telah tidur nyenyak dan telah lupa akan tongkat estafet
yang telahdiwariskan oleh nabi muhammad saw., maka salahuddin yang mencetuskan
ide dirayakannya kelahiran nabi muhmmad saw. Melalui media peringatan,
dibeberkanlah sikap kesatria dan
kepahlawanan pantang menyerah yang
ditunjukkan nabi melalui “siratun nabawi” hingga kini peringatan itu
menjadi tradisi danmembudayakan di kalangan umat islam.
4.
Bidang militer
Selain memiliki alat-alat
perang seperti kuda, pedang,panah dan sebagainya, ia juga memiliki burung elang
sebagai kepala burung-burung dalam peperangan. Disamping perdagangan, dan
intelaktual, misalnya dengan adanya irigasi. Kebersihannya di bidang militer adalah kesuksesannya. Ia
dan pasukannya mengusir tentara salib dari palestina dan wilayah-wilayah islam
lainnya, padahal sebelummya tentara salib telah bercokol di palestina selama
seratus tahun lebih. Ia menghimpun dan mempersatukan tentara-tentara islam dari erbagai suku dan
bangsa.
5.
Bidang industri
Sejarah islam mencatat
kaca email atau enimel glass merupakan jenis kaca yang paling berharga dalam
sejarah islam. Kaca atau gelas jelas ini produksi secara khusus di wilayah yang
dikuasai dinasti ayyubiyah dan mamluk, yakni mesir dan suriyah pada abad ke-13M
hingga 14M. Kaca yang begitu populer itu di hiasi dengan email serta emas.
Teknik pembuatan kaca
jenis ini dilakukan dengan memoleskan email atau emas diatas permukaan
menggunakan medium berbahan minyak srta sikat atau sebuah pena bulu. Lantaran
sepuh dan warna tiap email memiliki kwalitas kimiawi berbeda, suhu berbeda
dibutuhkan untuk memastikan agar warna menepel secara kuat dan tepat pada kaca
atau gelas.
6.
Bidang perdagangan
Bidang ini membawa
pengaruh bagi eropa dan negara-negara yang di kuasai ayyubiah. Di eropaterdapat
perdagangan agrikultur dan industri. Hal ini menyebabkan perdagangan
internasional dilakukan melalui jalur laut, sejak saat itu dunia ekonomi dan
perdagangan sudah menggunakan sistem kredit, dan bank, termasuk Letter of Credit(lC), bahkan ketika itu sudah ada uang yang terbuat dari emas.
7.
Bidang filsafat dan keilmuan
Bukti kongritnya adalah Adelasd of Bath yang telah
diterjemahkan, karya-karya orang astronomi dan geometri, dan penerjemahan
bidang kedokteran. Dibidang kedokteran ini telah didirikan sebuah rumah sakit
bagi orang yang cacat pikiran.
Tokoh Ilmuan yang berperan
penting pada masa Dinasti Ayyubiyah, antara lain :
1.
Abdil Latief Al-Baghdadi, ahli ilmu mantiq dan bayan
2.
Syekh Abdul Qasim Al-Manfalubi. Ahli fikih
3.
Syamsuddin Khallikan, ahli sejarah
4.
Abu Abdullah Al-Quda’i, ahli fikih, hadis dan sejarah
5.
Al-Hufi, ahli bahasa
6.
Abu Abdullah Muhammad bin Barakat, ahli fikih dan tafsir
Selain itu ada beberapa karya tulis yang dihasilkan pada
masa itu. Antara lain karya Abu Abdullah Al-Quda’i, yaitu :
a.
Asy-Syihab (Bintang)
b.
Sanadus-Sihah (Perawi Hadis-hadis
Shahih)
c.
Manaqib al-Imam
asy-Syafi’i (Budi Pekerti Imam Syafi’i)
d.
Anba’ al-Anbiya’ (Cerita Para Nabi)
e.
‘Uyun al-Ma’arif (Mata Air Ilmu Pengetahuan)
f.
Al-Mukhtar fiz Zikir
al-Khutat wa al-Asar (Buku Sejarah Mesir)[13]
F. Dinasti
Delhi (1206 – 1555)
Dinasti
delhi terletak di india utara. Dinasti delhi mengalami lima kali pergantian
kepemimpinan yaitu dinasti mamluk, dinasti khalji, dinasti tuglug, dinasti
sayid, dan dinasti lody. Pada periode pertama, delhi di pimpin oileh dinasti
mamluk selama 84 tahun. Mamluk merupakan keturunan qutbuddin aybak, seorang
budak dari turki. Dinasti khalji dari Afghanistan memerintah selama 30 tahun.
Dinasti tugluq memerintah sampai 93 tahun, sedangkan dinasti sayid selama 37
tahun. Penguasa terakhir delhi adalah dinasti lody yang memerintah selama 75
tahun.peninggalan dinasti delhi antara lain adalah masjid kuwat al-islam dan qutub minar yang berupa menara di lalkot,
delhi (india).[14]
Wilayah
kesultanan delhi terbentang dari timur sampai ke selatan. Kesultanan ini
mendapat ancaman besar dari daerah barat laut dan juga tekanan dari para
bangsawan. Akibatnya terjadi ketidak stabilan dalam kesultanan ini karena ada 5
dinasti yang berganti dengan cepat.
Keruntuhan
kesultanan Delhi mulai terlihat setelah kemunculan dinasti mamluk. Semenjak itu
kesultanan semakin rapuh dan tidak stabil. Setelah dinasti mamluk runtuh
kesultanan Delhi di pegang oleh Dinasti Khalji dengan mengangkat jalaluddin
sebagai sultan Khalji oleh para bangsawan sekitar tahun 1290, ketika jalaluddin
meninggal dinasti tersebut dilanjutkan oleh Al Husain. Pada masa ini dinasti
tersebut mencapai masa keemasannya dan bertahan selama 30 tahun, setelah era
tersebut dinasti khalji mengalami keruntuhan ketika seorang Gujarat, keluar
dari islam dan merebut tahta kesultanan Delhi. Kekuasaan islam di India kembali
ditegakkan oleh panglima malik Tughlag dengan mendirikan Dinasti Tughlagiah
(1321-1412 M), ia berusaha memulihkan kembali stabilitas ekonomi dan
administrative kesultanan dan menerapkan kembali kekuasaan muslim di Deccan.
Dinasti
Tughlag berakhir ketika dinasti sayyid muncul pada 1414 M. Khitar Khan memegang
peperangan dengan Mahmud syah, raja terakhir dinasti Tughlag. Di bawah dinasti
ini, beberapa wilayah di kesultanan Delhi m,enyatakan kemerdekaannya.[15]
Beberapa kemajuan-kemajuan Kesultanan Delhi, antara lain
1.
Sistem Pemerintahan
Bentuk
pemerintahan kesultanan Delhi adalah monarki. Sultan dibantu oleh badan-badan
menteri yang membawahi masing-masing departemen yaitu departemen keagamaan,
departemen hukum, departemen ketentaraan, departemen intelejen, departemen
keuangan dan pendapatan.
Dalam
kepemimpinannya, Muhammad bin Qasim telah meletakkan dasar-dasar kemasyarakatan
yang baik dan harmonis. Dia mengatur sistem pertanahan, pertanian, administrasi
pajak, membangun hubungan antar agama, serta memberi penghargaan terhadap
tokoh-tokoh setempat yang dianggap berpengaruh dan membangun administrasi lokal
yaitu sistem pancayat di pedesaan. Yang mana tanggung jawab pemerintahan
lokal diserahkan kepada pemerintahan local, kepala pancayat dipilih langsung
oleh rakyat setempat.
2.
Sistem Penegakan Hukum
Hukum
dibawah pemerintahan kesultanan Delhi tidak benar-benar memakai hukum Islam.
Secara etika keagamaan, para penguasa kesultanan ini tidak berpegangan pada
tuntunan keislaman. Sangat jarang ditemukan sultan yang shaleh. Keuangan
penguasa dan bangsawan dikontrol dengan ketat.
3.
Sistem Perdagangan
Sejak Ibn Qasim berada di India (Sind dan Multan)
menyebabkan semakin banyak orang Arab yang menetap di sana dan melakukan
perdagangan dengan orang-orang pribumi. Pusat-pusat perdagangan terkenal,
antara lain, Daibul, Pantai Malabar (Kadangalur, Kalicut, Quilon), Pantai
Karamandel termasuk Ceylon, Madura, Saptaragam Chittagong, Samandar, dan Akyab
(sekarang di Birma). Dalam kesultanan Delhi ada peraturan yang mengontrol harga
pasar seperti harga makanan, kuda, binatang ternak, budak, kain dan buah.
Industri kerajinan yang ada pada masa itu adalah kapas, kain sutra, karpet,
wol, besi dan gula. Wilayah ini juga telah memproduksi baja.
4.
Ilmu
Pengetahuan
Dalam budaya di bidang ilmu pengetahuan seperti
astrologi, astronomi, kedokteran, bahasa, seni, filsafat, dan sebagainya.
Banyak orang yang mempelajari budaya India. Menurut Amir Khusru, Ahli astronomi
Arab, Abu Mashar datang ke Benaras, pusat pendidikan budaya Hindu, dia belajar
selama 10 tahun. Buku India banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Pada
saat itu banyak ilmuwan yang dikirim ke India untuk memperlajari ilmu-ilmu yang
ada.
5. Kebudayaan
Ada banyak bangunan-bangunan yang didirikan oleh para Sultan Delhi antara
lain istana kerajaan, benteng, masjid dan tugu. Andaikata, dinasti ini tidak
hancur akibat penyerangan Timur Lang, niscaya akan banyak bangunan-bangunan
indah yang tersisa. Sebab setiap penguasa yang menguasa masing-masing dinasti
di Kesultanan Delhi berlomba-lomba membangun bangunan-bangun mewah.
Peninggalan kebudayaan non-fisik yang paling terasa
sampai saat ini adalah Bahasa Urdu. Lahirnya bahasa ini disebabkan pada zaman
Dinasti Ghazni dan Ghuri mengalami kesulitan berbahasa, mereka adalah orang
turki berbahasa Persia dan Arab sedangkan pribumi berbahasa Pakrit dan
Sansekerta. Kebutuhan komunikasi ini melahirkan bahasa baru yaitu Urdu.[16]
G. Dinasti Mamluki
1. Sejarah Pembentukan
Sejarah dinasti mamalik bermula dari
meninggalnya al-malik al-shalih, penguasa ayyubiyah terakhir pada tahun 1249.
Pada saat al-shalih meninggal dunia, kematiannya dirahasiakan oleh istrinya,
sajar al-dur, hal itu hal itu dilakukan karena mesir sedang bertempur melawan
Louis IX yang mengirim pasukannya di Diniyath dan al-mansyuriah. Karena itu
kekuasaan ayyubiyah dipegang oleh janda al-Shalih untuk sementara waktu. Karena
keadaan negara mengkhawatirkan, maka Sajar al-Dur meminta Tauransyah, anak
al-Shalih dari ibu lain, untuk menyelamatkan negara dari serangan-serangan
tentara salib. Tetapi setelah Tauransyah berhasil mengalahkan pasukian salib,
justru kemudian sajar al-Dur membunuhnya dengan didukung oleh sebagian pengawal
dari istana. Sehingga pada tanggal 2 Mei 1250 M, mereka dapat membunuh
Tauransyah dan Shajar al-Dur memproklamirkan diri sebagai penguasa baru.
Kaum
Mamalik dimesir terdiri dari dua kelompok, yaitu mamluk Bahri, yaitu mereka
yang dikaitkan dengan jazirah perkebunan yang membentang disungai nil, dimana
mereka bermukim, dan Mamluk Burji, diambil dari benteng-benteng tepat mereka
bermukim di Kairo.
2. Kemajuan yang Dicapai
a. Bidang Politik
Diantara
kesuksesan dinasti Mamalik adalah kemampuan militernya yang kuat. Pasukan
mamalik pada tahun 1271 M, melancarkan serangan dan pengepungan terhadap kota
benteng Acre, yang merupakan kekuasaan Prince edward of england, hingga
akhirnya pada tahun 1272 M, diadakan gencatan senjata selama puluhan tahun yang
dikenal sebagai Ten Years Truce dengan kesediaan membayar upeti tahunan ke
mesir. Sultanj Baybars karena terikat oleh perjanjian itu, maka Baybars
mengalihkan perhatiannya dengan melakukan pembangunan di Mesir, Palestina dan
Syiria. Cara yang bijaksana dalam memajukan pemerintahan.
Dinasti
Mamalik dengan kemampuan militernya yang terdiri dari orang-orang turki yang
dikenal kuat, mereka tidak selalu menggunakan cara-cara perang dalam hubungan
dengan wilayah lain. Sebagaian wilayah dilakukan jalinan hubungan diplomasi dan
hubungan dagang.
b.
Bidang Ekonomi
Dalam
sejarahnya, pada saat dinasti Mamalik berkuasa, Mesir dan syiria memngalami
kemakmuran ekonomi yang pesat dibidang seni dan budaya, dengan
prestasi-prestasi khusus dibidang-bidang seperti arsitektur, keramik, dan karya
arsitek dalam logam, dan lain-lain.
Sementara
itu juga, posisi kairo yang menghubungkan laut Merah dengan laut tengah dan
kota-kota sepanjang pesisirselatan ke Eropa menjadi sangat penting, sehingga
hubungan dagang Timur Barat berada dibawah penguasaan Mamalik. Pada saat itu,
hasil pertanian juga mengalami peningkatan, keberhasilan bidang ekonomi itu
didukung oleh pembangunan jaringan transportasi dan komunikasi antar kota, baik
laut maupun darat. Ketangguhan angkatan laut Mamalik sangat membantu
pengembangan ekonominya.
Selain
itu, usaha perdagangan yang telah dilakukan arab karimi sejak Dinasti Fatimiah
dan upaya Mamalik membuka hubungan dagang dengan italia dan Prancis, ikut
mendukung kemakmuran ekonomi Mesir yang waktu itu dibawah pemerintahan dinasti
Mamalik.
c.
Bidang
Ilmu Pengetahuan
Pertumbuhan
ilmu pengetahuan bukan hanya ditopang oleh sektor ekonomi yang stabil, tetapi
juga disebabkan adanya perhatian para sultan untuk kepentingan perkembangan
ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari pembangunan beberapa buah
perpustakaan diberbagai daerah, seperti perpustakaan Maraghah yang dipimpin
oleh seorang ilmuan, Nasir al-Din al-Tusi.
Dibidang
kedokteran ada ilmuwan terkemuka Abul Hasan Ali bin al-Nafis, yang menemukan
sistem peredaran darah(1288 M), Fadail Ibn al-Naqid seorang ahli mata dan optical
dengan karyanya ‘’Mujabarat’’. Sultan Qalawun, sebagai pengusaha pada dinasti
Mamalik, juga ikut mempercepat perkembangan ilmu pengetahuan dibidang
kedokteran ini dengan mendirikan rumah sakit.
Sedangkan
dibidang ilmu agama, ada beberapa intelektual terkemuka antara lain adalah
Jalal al-Din al-Suyuti, al-Tabary sejarawan dan mufassir. Sedangkan dibidang
hadis muncul nama ibnu hajar al-Asqalani. Bidang arsitektur juga mengalami
kemajuan, banyak arsitek yang didatangkan ke negeri Mesir untuk membangun
sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang indah. Ada juga bangunan lain yang
didirikan pada masa ini, yaitu museum, perpustakaan, villa-villa, kubah dan
juga menara masjid.
3. Kemunduran dan Kehancuran
Dinasti
mamalik setelah mengalami kejayaan-kejayaan baik dibidang kemiliteran, bidang
ekonomi, dan juga bidang intelektual, kemudian mulai menapaki tangga-tangga
kemudurannya. Bila dianalisis, kemunduran dan kehancuran dinasti Mamalik ini
tidak bisa dilepaskan dari dua faktor seperi akan dijelaskan berikut.
1. Faktor Internal
Faktor
internal dimaksud dalam dinasti Mamalik ini misalnya adalah perpecahan karena [17]faktor
perebutan kekuasaan diantara keluarga sultan. Sultan Qolawun mempunyai tiga
orang anak yaitu Ila’uddin, khalil, dan al-Nasir. Seharusnya, Ila’udinlah yang
berhak menggantikan ayahnya, tetapi yang terjadi adalah Khalil melakukan
pembunuhan terhadap Ila’udin dan ia kemudian naik thta. Dan ini berlanjut pada
sultan-sultan sesudahnya, seperti al-Nasir yang sempat tiga kali naik tahta,
anaknya Hasan yang jadi sultan dua kali.
Ketika
al-Nasir berkuasa, pengutan pajak yang sangat memberatkan rakyatnya juga mulai
dilakukan, begitu pula komoditi gula, lada yang berasal dari India dimonopoli
oleh Sultan. Kebijaksaan ini juga diwarisi oleh para sultan sesudahnya yang
membawa runtuhnya wibawa sultan di mata rakyat dan melemahnya kontrol
terhadapnya, kondisi ini semakin diperparah dengan datangnnya musim kemarau
yang panjang, yang menimbulkan wabah penyakit yang mematikan dan kelaparan yang
melanda penduduk. Kemerosotan ekonomi Dinasti Mamalik semakin lengkapi dengan
beralihnya jalur dagang Timur-Barat dan laut Tengah ke Tanjung Harapan, yang
ditemukan oleh Vasco De Gama tahun 1498 M. Sehingga perdagangan Timur-Barat
melalui Afrikan Selatan menjadi salah satu jalur alternatif yang penting.
2. Faktor Eksternal
Situasi
politik dinasti Mamalik di masa-masa akhir yang tidak kondusif, menjadikan
rawan terhadap ancaman-ancaman dari luar. Meskipun awalnya, ancaman yang beart
adalah dari pasukan Mongol dan Salib dapat dipatahkan, itu bukan berarti
kemudian dinasti Mamalik bisa bertahan selamnya, sebab diakhir periode dinasti
Mamalik ini muncul setelah kekuatan baru dalam dunia Islam yaitu sebuah dinasti
baru diwilayah utara, yaitu dinasti turki usmani. Situasi tegang hubungan politik
anatar Turki dengan Mamalik sempat terjadi akibat dan tindakan Qait Bay
melindungi saudara Bayazid II, yang berkuasa di Turki (1481-1512), yang
melarikan diri dari Turki ke Mesir.
Pada
waktu yang hampir bersamaan, muncul pula dinasti syafawi Persia (1502-1736)
yang secara resmi bermazhab syi’ah itsna ‘Asyariah, bersikap frontal terhadap
Dinasti Usmani yang menganut mazhab Sunni di Turki. Perbedaan aliran mazhab dan
ambisi ingin menguasai daerah yang lebih luas, menyebabkan kedua dinasti ini
sejak awal sudah diwarnai permusuhan, apalagi sejak direbutnya beberapa daerah
Syafawi seperti Tibris, Mesopotamia dan sebagian Armenia (1515) oleh Turki.
Disaat
al-Ghufri berkuasa di Mesir (1500-1516) ia telah memanfaatkan permusuhan kedua
dinasti ini, bersikap sebagai penengah. Sultan Salim dari Turki Usmani
mengetahui siasat ini, lalu ia menyuruh al-Ghufri pulang dan sekaligus
mempermaklumkan perang dari Turki. Sebuah situasi yang sulit bagi dinasti
Mamalik, karena saat itu Turki cukup kuat, sejumlah wilayah Eropa dikuasainya.
Demikian
juga penghianatan amir-amir yang sudah kelihatan dari Sultan, dimanfaatkan
dengan baik oleh Sultan Salim dari Turki Usmani sebagai mata-mata untuk
mengetahui kelemahan Mamalik. Ketika terjadi perang antara turki usmani dengan
Mamalik disekitar marj Dabiq 1516, beberapa amir yang terlibat didalam
pertempuran itu berkhianat termasuk Khair Bay seorang amir Aleppo yang
dipercaya untuk mengatur siasat perang oleh al-Ghuri. Akhirnya kekalahan telak dialami oleh pasukan
dinasti Mamalik.[18]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas
dapat disimpulkan bahwa ketujuh dinasti tersebut mempunyai konstribusi terhadap
perkembangan dan kemajuan Islam. Dari dinasti dinasti tersebut kebanyakan
terbentuk karena melepaskan diri dari Dinasti yang besar ataupun terbentuk
karena gerakan keagamaan. Dinasti-dinasti tersebut telah mengalami kemajuan di
berbagai bidang seperti Bidang
Pendidikan, Bidang Ekonomi, Bidang Industri, Bidang Militer, Bidang Ilmu
Pengetahuan dan lain sebagainya. Dan telah banyak melahirkan ilmuan dan pemikir
Islam yang sangat berkonstribusi bagi perkembangan dan kemajuan.
B. Saran
Dengan
adanya makalah ini, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
khususnya Mahasiswa mahasiswi STAIN PEKALONGAN. Penulis berharap pembaca bisa
memberikan penilaian, saran dan kritik lebih lanjut terhadap makalah yang sederhana ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Azizi,
Abdul Syukur. 2014. Kitab Sejarah Peradaban Islam terlengkap: Menelusuri Jejak-jejak
Peradaban Islam di Barat dan Timur. Jogjakarta:
Saufa
Amin, Samsul Munir. 2010. Sejarah
Peradaban Islam. Jakarta: Sinar Grafika Offset
Dariyanti, Padina. https://padinadariyanti.wordpress.com/2012/11/17/kesultanan-delhi-kesultanan-pertama-islam-di-anak-benua-india1/
Fuadi, Imam. 2011. Sejarah
Peradaban Islam. Yogyakarta: Teras.
K. Ali. 2004. Sejarah Islam Dari Awal
HIngga Runtuhnya Dinasti Usmani. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
PROFIL
PENULIS
Nama :
Rina Ulfa Nirmala
Tempat Tanggal Lahir : Pemalang, 22 November 993
Alamat :
Kalirandu, Kec. Petarukan, Kab. Pekalongan
Riwayat Pendidikan : + MIS Kalirandu
+ MTs Al-Fuqon
+ MAN Pemalang
Nama : Faridzil Athros
Tempat Tanggal Lahir : Pekalongan, 24
Februari 1997
Alamat : Kedungwuni, Kab. Pekalongan
Riwayat Pendidikan : + MISS Proto 02
+ MIWS Ambokembang 01
+ MTs Al Hikmah Proto
+ MAN 1 Pekalongan
Nama : Farkhatun Awaliyah Fitrita
Tempat Tanggal Lahir : Tegal, 17 Maret 1996
Alamat : adiwerna- tegal
Riwayat Pendidikan : + SD Negeri Adiwerna 05
+SMP Penawaja Talang-Tegal
+SMK NU 01 Slawi
Nama :
Amelia Agustin
Tempat Tanggal Lahir : Batang, 5 Agustus 1996
Alamat :
Desa Getas rt 8 rw 3 Kec. Bawang, Kab. Batang
Riwayat Pendidikan : + SDN 1 Getas
+ MTs Sunan Kalijaga Bawang
+ SMA Pondok Modern Selamat Kendal
[2] Ibid.,
hlm. 189
[3] Ibid.,
hlm. 189-190
[4] K. Ali, Sejarah Islam Dari Awal HIngga Runtuhnya
Dinasti Usmani, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2004), hlm. 404-405
[5] Samsul Munir
Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset. 2010),
hlm. 268
[6] Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah
Islamiyah II, (Yogyakarta: Teras 2012), hlm. 85-97
[7] Samsul Munir
Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset. 2010),
hlm. 278
[8] Abdul Syukur
al-Azizi, Kitab Sejarah Peradaban Islam terlengkap: Menelusuri Jejak-jejak
Peradaban Islam di Barat dan Timur, (Jogjakarta: Saufa. 2014), hlm. 396
[9] Samsul Munir
Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset. 2010),
hlm. 278
[10] Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah
II, (Yogyakarta: Teras 2012), hlm. 98-112
[11] Samsul Munir
Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset. 2010),
hlm. 278
[13] Sejarah Kebudayaan Islam kelas VIII,
(Surakarta: Putra Nugraha), hlm. 8-11
[16] https://padinadariyanti.wordpress.com/2012/11/17/kesultanan-delhi-kesultanan-pertama-islam-di-anak-benua-india1/
[17] Imam Fuadi, Sejarah
Peradaban Islam, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm,143
Tidak ada komentar:
Posting Komentar