SEJARAH MASUK DAN KERAJAAN ISLAM
DI NUSANTARA
Disusun Oleh:
Moh. Adam Khabibi (2021114042)
Diana Ayu Lestari (2021114139)
Anis Mega Kartika (2021114219)
Kelas:
Pendidikan Agama Islam G
JURUSAN TARBIYAH PRODI PAI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN
PEKALONGAN
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, puji
syukur kehadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena tanpa rakhmat dan hidayah-Nya
tak mungkin makalah dengan judul “Sejarah
Masuk dan Kerajaan Islam di Nusantara” ini dapat diselesaikan, hingga
akhirnya penulis berhasil menyusun tugas ini untuk memenuhi salah satu mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam di STAIN Pekalongan. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW, keluarganya, dan
sahabatnya.
Makalah ini memaparkan islam
masuk ke nusantara, tasawuf dan islam di Indonesia, sebab-sebab Islam cepat berkembang
di Indonesia, kesultanan islam di luar Indonesia, kondisi kerajaan-kerajaan di
Indonesia.
Penulis telah berusaha
semaksimal mungkin agar dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya, namun penulis
menyadari bahwa dalam cara penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan ketidaksempurnaan, mengingat
akan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki masih terbatas, untuk
itu kritik dan saran
yang membangun sangat
penulis harapkan demi
perbaikan yang akan datang. Penulis mengharapkan
mudah-mudahan makalah ini
dapat memberikan manfaat,
khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.
Pekalongan, ................Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL............................................................................................... i
KATA
PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR
ISI.......................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A.
Latar Belakang
Permasalahan............................................................... 1
B.
Rumusan Masalah................................................................................. 2
C.
Tujuan Penulisan............................................................................ ....... 2
D.
Metode Pemecahan
Masalah................................................................. 2
E.
Sistematika
Penulisan Makalah............................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN................................................................................. 3
A.
Islam Masuk ke
Nusantara.................................................................... 3
B.
Tasawuf dan
Islamisasi di Indonesia.................................................... 7
C.
Sebab-sebab
Islam Cepat Berkembang di Indonesia............................ 8
D.
Kesultanan Islam
diluar Nusantara..................................................... 10
E.
Kerajaan-kerajaan
Islam di Nusantara................................................ 13
BAB
III PENUTUP......................................................................................... 21
A.
Simpulan............................................................................................. 21
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................ .........
22
PROFIL.... ................................................................................................. .........
23
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sepeninggal nabi Muhammad SAW tepatnya pada 632 M
silam, kepemimpinan agama Islam tidak berhenti begitu saja. Kepemimpinan Islam
diteruskan oleh para khalifah dan disebarkan ke seluruh penjuru dunia termasuk
Indonesia. Hebatnya baru sampai abad ke 8 Islam telah menyebar hingga ke
seluruh Afrika, Timur Tengah, dan Benua Eropa. Baru pada dinasti Ummayah
perkembangan islam masuk ke nusantara.
Zaman dahulu Indonesia dikenal sebagai daerah
terkenal akan hasil rempah-rempahnya, sehingga banyak sekali para pedagang dan
saudagar dari seluruh dunia datang ke kepulauan Indonesia untuk berdagang. Hal
tersebut juga menarik pedagang asal Arab, Gujarat, dan juga Persia. Sambil
berdagang, para pedagang muslim sembari berdakwah untuk mengenalkan ajaran
Islam kepada para penduduk.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan untuk
terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut.
1.
Bagaimana
islam masuk ke Nusantara?
2.
Bagaimana
tasawuf dan islam di Nusantara?
3.
Apa
saja sebab-sebab islam cepat berkembang di Nusantara?
4.
Apa
saja kesultanan Islam di luar Nusantara?
5.
Apa
saja kerajaan-kerajaan islam di Nusantara?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari
penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui
proses masuknya islam ke Nusantara
2.
Mengetahui
tasawuf dan islam di Nusantara
3.
Mengetahui
sebab-sebab islam cepat berkembang di Nusantara
4.
Mengetahui
macam-macam kesultanan Islam di Nusantara
5.
Mengetahui
macam-macam kerajaan-kerajaan islam di Nusantara
D.
Metode Pemecahan Masalah
Metode
pemecahan masalah dilakukan melalui study literatur atau metode kajian pustaka,
yaitu dengan menggunakan beberapa referensi buku yang merujuk pada permasalahan
yang dibahas. Langkah-langkah pemecahan masalah dimulai dengan menentukan
masalah yang akan dibahas dengan melakukan perumusan masalah, perumusan jawaban
permasalahan dari berbagai sumber serta pengelompokkan berbagai perumusan
masalah.
E.
Sistematika Penulisan Makalah
Makalah
ini ditulis dalam tiga bagian, meliputi: Bab I, bagian pendahuluan yang terdiri
dari: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode pemecahan
masalah dan sistematika penulisan makalah; Bab II, adalah pembahasan; Bab III,
bagian penutup yang terdiri dari simpulan dan saran-saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ISLAM MASUK KE NUSANTARA
Penyebaran agama islam adalah
suatu proses yang penting dalam sejarah Indonesia, walaupun demikian proses
islamisasi ini adalah sejarah yang belum jelas. Sejarah islam di Indonesia
memiliki banyak permasalahan yang rumit. Di antaranya adalah ketersediaan data
yang sangat terbatas tentang kedatangan islam sebagaimana yang disampaikan Snouck Hurgronje dalam orasi ilmiahnya di Leiden
dalam tahun 1907 M.
Permasalahan yang lain adalah masalah asal-usul Islam di Indonesia,
kapan, mengapa dan bagaimana penduduk indonesia mulai memeluk agama islam
merupakan perkara yang belum dijelaskan dengan sempurna. Selain itu beberapa
ahli memiliki perm asalahan yang berbeda-beda mengenai apa yang dimaksud dengan
islam.[1]
Islam merupakan agama dengan
pemeluk terbesar di Indonesia. Hal tersebut tidak terlepas dari usaha para juru
dakwah agama Islam dalam melakukan islamisasi di Indonesia. Islamisasi adalah
istilah umum yang biasa dipergunakan untuk menggambarkan proses persebaran
Islam di Indonesia pada periode awal (abad 7-13 M), terutama menyangkut waktu
kedatangan, tempat asal serta para pembawanya, yang terjadi tidak secara
sistematis dan terencana. Pembahasan mengenai masuknya Islam ke Indonesia
sangat menarik terkait dengan banyaknya perbedaan pendapat di kalangan
sejarawan. Masing-masing pendapat menggunakan berbagai sumber, baik dari
arkeologi maupun beberapa tulisan dari berbagai sumber.
Mengenai tempat asal kedatangan
Islam yang menyentuh Indonesia, di kalangan para sejarawan terdapat beberapa
pendapat. Paling tidak, ada dua pendapat mengenai masuknya Islam di Indonesia.[2]
1.
Pendapat lama, mengatakan bahwa islam masuk ke Indonesia
pada abad ke-13 M. Pendapat ini dikemukakan oleh para sarjana, antara lain N.H
Krom dan Van Den Berg. Kemudian ternyata pendapat lama tersebut mendapat
sanggahan dan bantahan.
2.
Pendapat baru yang mengatakan bahwa islam masuk ke
Indonesia pada abad ke-7 M atau abad 1 Hijriyah. Pendapat baru ini dikemukakan
oleh H. Agus Salim, M. Zainal Arifin Abbas, Hamka, Sayed Alwi bin Tahir
Alhadad, A. Hasjmy, dan Thomas W. Arnold.
Orang islam yang pertama
mengunjungi nusantara kemungkinan besar saudagar Arab pada abad ke-7 yang
singgah di Sumatera dalam perjalanan menuju Cina. Menyusul mereka adalah saudagar
dari Gujarat yang berdagang lada dan yang telah membangun sejak tahun 1100
percampuran yang unik antara perdagangan dengan usaha mengembangkan islam di
Indonesia.
Pendapat yang mengatakan bahwa
islam masuk ke Indonesia sejak abad pertama hijriah (sekitar 7 Masehi), dan
langsung dari Arab, itu lebih kuat, mengingat beberapa alasan yang telah
dikemukakan di atas. Bahkan dimungkinkan bahwa sejak masa hidup Nabi Muhammad
saw. agama islam telah masuk ke daerah Nusantara. Menurut literatur kuno
Tiongkok, sekitar tahun 625 M telah ada sebuah perkampungan arab Islam di
pesisir Sumatera sudah terdapat sebuah perkampungan Islam. Untuk menambah
populasi muslim di wilayah yang sama, para pedagang Arab melakukan pembauran
dengan jalan menikahi perempuan-perempuan pribumi dan memiliki anak, setelah
semua syarat itu terpenuhi baru mereka bisa mendirikan sebuah kampung di mana
nilai-nilai islam bisa hidup di bawah kekuasaan kerajaan Buddha Sriwijaya.
Adapun perkembangan
selanjutnya, Islam berkembang secara lebih besar pada abad ke-12 M yang dibawa
oleh para mubaligh islam, yang disamping menyebarkan Islam, mereka juga sebagai
saudagar. Adapun pada periode ini, Islam dikembangkan oleh saudagar dari Arab
dan mungkin saudagar dari Gujarat serta penduduk pribumi sendiri.
Sejak islam dikenal di
nusantara, islam terus berkembang dengan pesat, islam masuk ke nusantara
melalui berbagai jalur, sehingga dengan cepat dapat diterima oleh masyarakat
Indonesia yang masa itu masih kuat menganut paham lama yaitu agama Hindu, Budha
bahkan Animisme dan Dinamisme.[3]
Jalur – jalur yang dilakukan
oleh para penyebar Islam untuk menyebarkan agama islam antara lain:
1.
Jalur Perdagangan
Islamisasi melalui perdagangan sangat menguntungkan
karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan. Mereka
melakukan dakwah sekaligus juga sebagai pedagang.
2.
Jalur Perkawinan
Dengan melalui jalur perkawinan, para penyebar islam
melakukan perkawinan dengan penduduk pribumi. Melalui jalur perkawinan mereka
menanamkan cikal bakal kader-kader Islam.
3.
Jalur Tasawuf
Penyebaran islam melalui jalur tasawuf mudah diterima
karena sesuai dengan pikiran masyarakat Indonesia. Misalnya, menggunakan ilmu-ilmu
riyadhah dan kesaktian dalam proses penyebaran agama islam kepada penduduk
setempat.
4.
Jalur Pendidikan
Jalur pendidikan digunakan oleh para wali dengan membuka
lembaga pendidikan pesantren sebagai tempat kaderisasi mubaligh-mubaligh islam
di kemudian hari. Setelah kedudukan para pedagang menetap, mereka menguasai
kekuatan ekonomi dibandar-bandar seperti Gresik. Selain menjadi pusat-pusat
pendidikan, yang disebut pesantren, di Jawa juga merupakan markas
penggemblengan kader-kader politik. Misalnya, Raden Fatah, Raja Islam pertama
Demak, adalah santri pesantren Ampel Denta; Sunan Gunung Jati, Sultan Cirebon
pertama adalah didikan pesantren Gunung Jati dengan syaikh Dzatu Kahfi; Maulana
Hasanuddin yang diasuh ayahnya Sunan Gunung Jati yang kelak menjadi Sultan
Banten pertama.[4]
5.
Jalur Kesenian
Para penyebar islam juga menggunakan kesenian dalam
rangka penyebaran islam, antara lain dengan wayang, sastra dan kesenian
lainnya. Pendekatan jalur kesenian dilakukan oleh para penyebar islam seperti
walisongo untuk menarik perhatian di kalangan mereka, sehingga dengan tanpa
terasa mereka telah tertarik kepada ajaran-ajaran Islam sekalipun pada awalnya
mereka tertarik dikarenakan media kesenian itu.
6.
Jalur politik
Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam
di Indonesia. Melalui jalur para walisongo melakukan strategi dakwah dikalangan
para pembesar kerajaan, demi kepentingan politik kerajaan islam memerangi
kerajaan non-islam. Kemenangan secara politis banyak menarik penduduk kerajaan
bukan islam untuk masuk islam.[5]
B. TASAWUF DAN ISLAMISASI DI INDONESIA
Islam dalam tahap ini sangat diwarnai oleh
aspek tasawuf, namun tidak berarti bahwa aspek hukum terabaikan sama sekali. Meskipun
demikian, secara umum islam tasawuf tetap unggul dalam tahap pertama
islamisasi, setidaknya sampai akhir abad ke-17 M. Hal tersebut dikarenakan
islam tasawuf yang datang ke Nusantara, dengan segala pemahaman dan penafsiran
mistisnya terhadap islam, dalam berbagai segi tertentu “cocok” dengan latar
belakang masyarakat setempat yang dipengaruhi asketisme Hindu Buddha dan Sinkritisme
kepercayaan lokal. Dalam proses islamisasi tahap pertama ini islam tidak langsung
secara merata diterima oleh lapisan bawah masyarakat.
Jelas bahwa islam pada awal masuk ke wilayah
nusantara, nuansa tasawuf sangat dominan. Hal ini disebabkan karena masyarakat
Indonesia menganut faham Animisme, Dinamisme, Hindu dan Budha dimana
kepercayaan tersebut sangat kuat dengan nuansa mistik, masuknya islam dengan
tasawuf yang lebih menekankan faham mistik yang pada saat itu sedang populer
dimasyarakat Indonesia.
Menurut Prof. Dr. Azyumardi Azra, Islam bisa
dengan cepat diterima oleh masyarakat Indonesia, salah satunya disebabkan
adanya “kesamaan” antara bentuk Islam yang pertama kali datang ke Nusantara
dengan sifat mistik dan sinkritisme kepercayaan nenek moyang setempat.Masa –
masa merebaknya islam di Indonesia memang bebarengan dengan masa pertumbuhan
dan perkembangan tarekat di dunia islam pada umumnya. Bahkan islam Indonesia
sampai sekarang masih diliputi dengan sikap – sikap sufistik dan kegemaran pada
berbagai hal yang mengandung keramat. Perkembangan tasawuf semakin semarak
dengan hadirnya para tokoh tasawuf dan tarekat yang turut berjasa dalam
perkembangan agama islam di Indonesia.
Perkembangan tasawuf semakin marak dengan
hadirnya para tokoh tasawuf dan tarekat yang turut berjasa dalam pengembangan
agama Islam di Indonesia, seperti Syaikh Ismail Al-Khalid Al-Minangkabawi,
Syaikh Ahmad Khatib Sambas, Syaikh Abdul Karim Banten, dll.
Sementara di Jawa, proses islamisasi sudah
berlangsung sejak abad ke-11 M, meskipun belum meluas, terbukti dengan
ditemukannya makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik yang berangka tahun 475
H/1082 M. Adapun para penyebar islam di jawa
yaitu Walisongo, mereka ialah:
a. Maulana Malik Ibrahim
b. Sunan Ampel
c. Sunan Bonang
d. Sunan Derajat
e. Sunan Giri
f. Sunan Kalijaga
g. Sunan Kudus
h. Sunan Muria
i.
Sunan Gunungjati
Demikian perkembangan tarekat, membawa
pengaruh yang besar dalam perkembangan islam. Para tokoh tasawuf dan tarekat
cukup berjasa dalam perkembangan islam di Indonesia. Dikarenakan melalui
pendekatan tasawuf islam justru diterima dengan mudah dan proses islamisasi
berjalan damai tanpa ada unsur kekerasan.[6]
C.
SEBAB-SEBAB ISLAM CEPAT BERKEMBANG DI
INDONESIA
Ada beberapa hal yang menyebabkan agama Islam
cepat berkembang di Indonesia. Menurut Dr. Adil Muhyiddin Al-Allusi, seorang
penulis sejarah Islam dari Timur Tengah, dalam bukunya Al-Urubatu wal Islamu fi
Janubi Syarqi Asia alhindu wa Indonesia, menyatakan bahwa ada tiga faktor yang
menyebabkan Islam cepat berkembang di Indonesia, yaitu sebagai berikut.
1.
Faktor Agama
Masyarakat diyakinkan bahwa dalam Islam semua
lapisan masyarakat sama kedudukannya, tidak ada yang lebih utama dalam
pandangan Allah Swt. kecuali karena takwanya. Mereka juga sama di dalam hukum,
tidak ada yang diistimewakan meskipun keturunan bangsawan. Dengan demikian,
semua lapisan masyarakat dapat saling hidup rukun, bersaudara, bergotong
royong, saling menghargai, saling mengasihi, bersikap adil, sehingga toleransi
islam merupakan ciri utama bangsa ini yang dikenal dunia hingga dewasa ini.
2.
Faktor Politik
Adanya faktor politik yang diwarnai oleh
pertarungan dalam negeri antara negara-negara dan penguasa-pengguasa di
Indonesia, serta adanya pertarungan negara-negara bagian itu dengan pemerintah
pusatnya yang beragama Hindu tersebut mendorong para penguasa dan para
bangsawan di negara-negara bagian tersebut untuk menganut agama Islam, yang
dipandang mereka sebagai senjata ampuh untuk melawan dan menumbangkan kekuatan
Hindu, agar mendapat dukungan kuat dari seluruh lapisan masyarakat.
3.
Faktor Ekonomi
Faktor ini pertama diperankan oleh para
pedagang yang menggunakan jalan laut, baik antar kepulauan Indonesia sendiri,
maupun yang melampaui perairan Indonesia ke Cina, India dan Teluk Arab atau
Parsi.
Ternyata orang-orang yang terlibat dalam
perdagangan itu bukan hanya para pedagang, tetapi diantara mereka terdapat para
bangsawan. Hal itu disebabkan karena perdagangan yang ada banyak melalui lautan
Indonesia dan India, yang mana proses itu hampir seluruhnya dikuasai para
pedagang Indonesia yang terdiri dari para pejabat dan bangsawan itu, yang juga
bertindak sebagai agen-agen barang Indonesia yang akan dikirim ke luar dan
sebagai penyalur barang-barang yang masuk ke Indonesia, banyak juga yang
berhubungan dengan para pedagang muslim Arab yang sekaligus mengajak mereka
kepada agama baru itu.[7]
D.
KESULTANAN ISLAM DILUAR INDONESIA
1. Kerajaan Malaka
Kesultanan ini terletak di semenanjung Malaka.
Islam di Malaka berasal dari kesultanan Samudra Pasai. Pendiri kesultanan Malaka
adalah Parameswara, seorang pangeran Majapahit. Parameswara menikahi puri
sultan Samudra Pasai dan kemudian masuk Islam. Kesultanan Malaka mencapai
puncaknya pada masa pemerintahan Sultan Muzaffar Syah pada tahun 1445 – 1459.
Kerajaan Malaka menjadi maju dalam perdagangan
karena Malaka sebagai kota pelabuhan yang dikunjungi banyak pedagang sebagai
pusat transit perdagangan di wilayah Asia Tenggara. Sebagai kota dagang yang
ramai dikunjungi oleh pedagang asing, kota pelabuhan Malaka memberi kesempatan
kepada para pedagang asing untuk membuka perwakilan pedagang di kota Malaka.
Disamping menjalankan dagang untuk memperoleh keuntungan, mereka juga dapat
mengenal dari dekat cara hidup orang – orang muslim di Malaka bagi yang berminat
mendapat kesempatan untuk mempelajari agama islam dan kemudian memeluknya.
Adapun sultan – sultan Malaka adalah:
a. Parameswara (Megat Iskandar Syah) (1402-1424)
b. Sultan Muhammad Syah (1424-1444)
c. Sri Parameswara Dewa Syah (1444-1446)
d. Sultan Muzaffar Syah (1446-1459)
e. Sultan Mansyur Syah (1459-1477)
f. Sultan Alauddin Riayat Syah (1477-1488)
g. Sultan Mahmud Syah (1488-1528)
Pada masa pemerintahan sultan Mahmud, tepatnya
bulan Agustus tahun 1511 M, Malaka jatuh ketangan kekuasaan Portugis. Meskipun
Sultan Mahmud selalu berusaha untuk dapat merebut Malaka kembali dari tangan
Portugis tetapi tidak pernah berhasil. Atas usaha putranya Kerajaan Melayu
berhasil dilanjutkan dengan berpusat di Johor. Peninggalan sejarah kesultanan
Malaka berupa mata uang yang merupakan peningglan dari akhir abad ke-15 dan
benteng A-Farmosa yang merupakan bukti penaklukan Malaka oleh Portugis. Pada
masa pemerintahan Sultan Ibrahim (1677-1685 M) pusat kerajaan dipindahkan ke
Bintan, tepatnya pada tahun 1678 M.[8]
2. Kesultanan Islam Pattani
Kehadiran islam di Pattan di mulai dengan
kedatangan Syaikh Said, mubaligh dari Pasai, yang berhasil menyembuhkan raja
Pattani bernma Phaya Tu Nakpa yang sedang sakit parah. Phaya Tu Nakpa
(1486-1530 M) beragama Budha, kemudian masuk islam dan bergelar sultan Islamil
Syah. Kesultanan Pattani kemudian menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan,
terutama bagi pedagang dari Cina dan India. Kejayaan Pattani berakhir setelah
dikalahkan Kerajaan Siam dari Bangkok. Peningglan sejarah Pattani berupa nisan
kubur yang disebut Batu Aceh yang melambangkan kedekatan hubungan dengan
Samudra Pasai.
3. Kesultanan Brunei Darussalam
Raja pertama Brunei yang bernama Awang Betatar
tertarik menerima Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan Muhammad Syah,
yang diikuti oleh seluruh kelurga istana, termasuk putranya yang
menggantikannya menjadi Sultan kedua, yakni Sultan Ahmad.
Pada tahun 1511 M, kerajaan Malaka jatuh
ketangan Portugis. Maka atas kekosongan ini Brunei mengambil alih menjadi pusat
penyebaran islam dan perdagangan di pulau Melayu. Di pemerintahan Sultan
Bolkiah (1473-1521 M), Sultan Brunei ke-5, Brunei berkembang menjadi suatu
kerajaan yang kuat dan maju. Sultan Bolkiah gemar mengadakan ekspedisi
pelayaran hingga diberi gelar Nahkoda Ragam.
Brunei merdeka sebagai negara islam di bawah
pimpinan Sultan ke-29, yaitu Sultan Hasanal Bolkiah Muizaddin Waddaulah.
Panggilan resmi kenegaraan Sultan adalah Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka
Seri Baginda Sultan dan Yang Dipertuan Negara. Gelar Muizaddin Waddaulah
(Penata Agama dan Negara) merupakan ciri sebutan yang selalu melekat pada
setiap rajayang memerintah Brunei. Sultan Hasanal Bolkiah sebagai sultan yang
memegang kepala Negara sekaligus Pemerintahan.
4. Kesultanan Islam Sulu
Kesultanan ini berada di Filipina bagian
selatan, yang masuk dan berkembang melalui orang Arab melalui jalur perdagangan
Malaka dan Filipina. Dan pembawa Islam di Sulu adalah Syarif Karim Al-Makdum,
muballigh Arab yang ahli ilmu pengobatan. Kemudian ada Abu Bakar, da’i dari
Arab yang menikah dengan putri pangeran Bwansa yang kemudian memerintah di Sulu
dengan mengangkat dirinya sebagai Sultan. Lantas, sebagai seorang Sultan, Sayid
Abu Bakar menerapkan Islam baik di pemerintahan maupun dalam kehidupan masyarakatnya.
5. Kesultanan Johor
Kesultanan Johor berdiri setelah Kesultanan
Malaka dikalahkan oleh Portugis (1511 M). Sultan Alauddin Riayat Syah membangun
Kesultanan Johor sekitar tahun 1530 – 1536.
Kesultanan Johor merupakan lanjutan dari Kerajaan Melayu Malaka yang
dikalahkan portugis (1511 M). Kesultanan Johor merupakan kerajaan yang gigih
mengadakan perlawanan terhadap penjajahan Portugis. Pada masa pemerintahan
Sultan Johor yang ketiga, yaitu Sultan Abdul Jalil Riayat Syah I, kerajaan ini
sangat disegani penjajah. Demikian pula pada masa pemerintahan Sultan yang
keempat yaitu Sultan Abdul Jalil Riayat II, Sultan Johor keempat ini,
Kesultanan Johor mengalami masa puncak kemegahannya. Sultan Abdul Jalil Riayat
Syah II, wafat pada tahun 1597 M pada masa pemerintahan Sultan Sayid Al-Mukamil
di Aceh, dan sejaman dengan Maulana Muhammad di Banten, dan juga sejaman dengan
Sunan Senopati ing Alago di Mataram.
Adapun para Sultan Johor adalah:
1. Sultan
Alauddin Riayat Syah
2. Sultan
Muzafar Syah
3. Sultan
Abdul Jalil Riayat I
4. Sultan
Abdul Jalil Riayat II
Masa kejayaan kesultanan ini terjadi pada masa
pemerintahan Sultan Abdul Jalil Riayat Syah II. Kesultanan Johor memperkuat
dirinya dengan mengadakan aliansi bersama kesultanan Riau sehingga disebut
Kesultanan Johor-Riau. Kesultanan Johor-Riau berakhir setelah Raja Haji wafat
dan wilayahnya dikuasai oleh Belanda.[9]
E.
KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
1. Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah
kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan ini terletak di pesisir Timur Laut Aceh.
Kemunculannya sebagai Kerajaan Islam diperkirakan mulai awal atau pertengahan
abad ke-13 M, sebagai hasil islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah
disinggahi pedagang-pedagang Muslim sejak abad ke-7. Bukti berdirinya kerajaan
Samudera Pasai pada abad ke-13 M itu didukung oleh adanya nisan kubur terbuat
dari granit asal Samudera Pasai.[10]
Husain Djajadiningrat, sebagaimana dikutip Taufik Abdullah, memperkirakan waktu
berdirinya adalah 1270 atau 1275 M.
Malik al-Saleh, ialah raja pertama yang juga
merupakan pendiri kerajaan tersebut. Hal itu diketahui melalui tradisi Hikayat
Raja-raja Pasai, Hikayat Melayu, dan juga hasil penelitian sarjana-sarjana
Barat, khususnya para sarjana Belanda, seperti Snouck Hurgronye, J.P Moquette,
dan lain-lain.Dalam Hikayat Raja-raja Pasai disebutkan gelar Malik al-Shaleh
sebelum menjadi raja adalah Merah Sile atau Merah Selu.
Dalam kehidupan perekonomiannya, kerajaan
maritim ini, tidak memiliki basis agraris. Basis perekonomiannya adalah
perdagangan dan pelayaran. Ditinjau dari segi geografis dan sosial ekonomis
Samudera Pasai ini memang merupakan suatu daerah penting yang
menghubungkan antara pusat-pusat
perdagangan yang terdapat di kepulauan Indonesia, India, Cina dan Arab. Pada
masa kerajaan ini sudah terdapat mata uang emas yang bertuliskan nama-nama
sultan yang berkuasa. Adanya mata uang dirham tersebut membuktikan bahwa
kerajaan ini pada saat itu merupakan kerajaan yang makmur.
Taufik Abdullah sebagaimana dikutip Badri
Yatim, menerangkan dalam bukunya, Kerajaan Samudera Pasai berlangsung sampai
tahun 1524 M.
2. Kerajaan Perlak
Peureulak adalah nama suatu daerah diwilayah
Aceh Timur yang banyak ditumbuhi Kayei Peureulak atau Kayu Perlak. Kayu ini
sangat bagus sebagai bahan pembuatan kapal, sehingga banyak orang luar datang
untukmembeli kayu tersebut. Mereka menyebut daerah tempat pembelian dengan nama
kayu yang dihasilkanya sehingga terkenal dengan nama sebutan negeri Perlak.
Perkawinan menyebabkan berdirinya kerajaan
Islam Perlak yang pertama pada hari Selasa Satu hari bulam Muharam tahun 225
H/840 M dengan rajanya Syah Maulana Abdul Azia Shah (peranakan Arab Quraisy
dengan puteri Perlak).
Adapun urutan Sultan yang memerintah adalah:
a. Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Kadir Shah
Johan Berdaulat (306-310 H/928-932M).
b. Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin
Shah Johan Berdaulat (310-334 H/932-956 M)
c. Sultan Makhdum Alaidin Abdul Malik Shah Johan
Berdaulat (334-362 H/956-983 M).
3. Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh terletak didaerah yang sekarang
dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Besar. Disini pula letak ibu kotanya. Kurang
begitu diketahui kapan kerajaan ini sebenarnya berdiri. Anas Machmud
berpendapat Kerajaan Aceh berdiri pada abad ke-15 M, di atas puing-puing
kerajaan Lamuri, oleh Muzaffar Syah (1465-1497). Dialah yang membangun kota
Aceh Darussalam.
Menurutnya, pada masa pemerintahannya, Aceh
Darussalam mulai mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan, karena
saudagar-saudagar muslim yang sebelumnya berdagang dengan Malaka, memindahkan
kegiatan mereka ke Aceh, setelah Malaka dikuasai Portugis (1511 M). Sebagai
akibat dari penaklukan Malaka oleh Portugis itu, jalan dagang yang sebelumnya
dari Laut Jawa ke Utara melalui selat Karimata terus ke Malaka, pindah melalui
selat Sunda dan menyusuri pantai Barat Sumatera terus ke Aceh. Dengan demikian
Aceh menjadi ramai dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri. H.J. De
Graaf berpendapat bahwa raja Aceh yang pertama ialah Ali Mughayat
Syah.Sultan-sultan yang pernah memerintah Aceh diantaranya sebagai berikut:[11]
·
Sultan Johan Syah
·
Sultan Riayat Syah
·
Sultan Mahmud Syah
·
Sultan Firman Syah, dan beberapa Sultan lainnya.
Peletak dasar
kebesaran Aceh adalah Sultan Alauddin Riayat Syah yang bergelar Al-Qahar. Puncak kekuasaan kerajaan Aceh terletak pada
masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1608-1637). Pada masanya Aceh menguasai seluruh pelabuhan pesisir
Timur dan Barat Sumatera. Tidak seperti Iskandar Muda yang memerintah dengan
tangan besi, penggantinya, Iskandar Tsani bersikap lebih liberal, lembut dan
adil. Pada masaanya Aceh terus berkembang untuk masa beberapa tahun.
Pengetahuan agama maju dengan pesat. Akan tetapi kematiannya diikuti oleh
masa-masa bencana, setelah sultan-sultan berikutnya berkuasa sekitar abad ke-18
kerajaan ini mulai runtuh dan terpecah belah.
4. Kerajaan Demak
Pendiri kerajaan Demak ialah Raden Patah. Dia
adalah seorang putera raja Majapahit dari istri Cina yang dihadiahkan kepada
Raja Palembang. Adapun nama Patah merupakan perubahan dari kata Arab Fattah
yang berarti pembuka. Makseudnya, pembuka pintu gerbang kemenangan, dan nama
sebelumnya adalah pangeran Jinbun, tatkala dia memperdalam agama Islam kepada
Sunan Ampel, dan Raden Rahmat, dia pun memperoleh gelar Fattah.Raden Patah
adalah salah satu murid Sunan Kudus yang sulung. Atas nasihat Sunan Kudus,
Raden Patah membuat siasat:
a. Menghancurkan kekuatan Portugis diluar
Indonesia
b. Membuat pertahanan yang kuat di Indonesia.
Tatkala perjuangan melawan Portugis belum selesai, pada tahun 1518 Raden Patah
wafat, dan digantikan oleh puteranya Adipati Unus (Pangeran Sabrang Lor).
5. Kerajaan Pajang
Pengesahan Joko Tingkir sebagai raja pertama
Pajang disahkan oleh Sunan Giri (salah seorang Wali Sanga) dan segera
mendapatkan pengakuan dari adipati-adipati diseluruh Jawa Tengah dan Jawa
Timur.
Setelah Jaka Tingkir meninggal dunia pada
tahun 1587, para penggantinya tidak dapat mempertahankan pemerintahanya. Ahli
waris Sultan Pajang ialah tiga orang putra menantu yaitu raja di Tuban, raja di
Demak, dan raja di Araos Baya disamping putranya sendiri Pangeran Benawa yang konon masih sangat muda.[12]
6. Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Islam Mataram didirikan oleh
Panembahan Senopati. Setelah permohonan Senopati Mataram atas penguasa Pajang
berupa pusaka kerajaan dikabulkan. Senopati berkuasa sampai tahun 1601 M.
Sepeninggalnya, ia digantikan oleh putranya yang bernama Mas Jolang yang
terkenal dengan Sultan Seda Ing Krapyak yang memerintah sampai tahun 1613 M.
kemudian digantiakn oleh Sultan Agung. Pada tahun 1646 M, Sultan Agung
digantikan oleh putranya, yaitu Amangkurat I.
Pada masanya terjadi perang saudara dengan
Pangeran Alit yang mendapat dukungan dari para ulama. Akibatnya antara
pendukungnya dibantai padatahun 1647 M. pemberontakan itu kemudian diteruskan
oleh Raden Kajoran 1677 dan 1678 M. Pemberontakan seperti itulah yang
meruntuhkan kerajaan Islam Mataram.
7. Kerajaan Cirebon
Kerajaan Islam Cirebon merupakan kerajaan
Islam pertama di Jawa Barat. Didirikan oleh Sunan Gunungjati. Karena
kedudukanya sebagai Walisongo, ia mendapat penghormatan dari raja-raja Jawa
seperti Demak dan Pajang. Dari Cirebon, Sunan Gunungjati mengembangkan ajaran
Islam didaerah lain di Jawa Barat.
Sepeninggalnya kesultana Cirebon diperintahkan
oleh dua orang putranya, yaitu Martawijaya atau Panembahan Sepuh yang
memerintahkan Kesultanan Kesepuhan dengan gelar Syamsuddin dan Kartawijaya.
8. Kerajaan Banten
Kerajaan Islam Banten didirikan oleh Sunan
Gunungjati. Setelah Sunan Gunungjati menaklukkan Banten pada tahun 1525 M, ia
kembali ke Cirebon, dan kekuasaanya diserahkan kepada anaknya yaitu Sultan
Hasnuddin. Hasanuddin kemudian menikahi putri Demak dan diresmikan menjadi
Panembahan Banten pada tahun 1552 M. Ia meneruskan usaha-usaha ayahnya dalam
meluaskan wilayah islam, yaitu ke Lampung dan daerah sekitarnya di Sumatra Selatan,
setelah sebelumnya tahun 1527 menaklukkan Sunda Kelapa.[13]
9. Kerajaan Gowa-Tallo
Kerajaan Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan
yang terletak di Sulawesi Selatan yang berhubungan baik. Banyak orang
kemudian mengenal keduanya kerajaan
Makassar. Makassar sebenarnya ibu kota Gowa yang disebut juga sebagai
Ujungpandang. Karena letaknya yang stategis diperairan timur Indonesia, yaitu
di daerah semenanjung barat daya Sulawesi, Kerajaan ini terkenal dengan
kerajaan maritim sebagai penghasil rempah-rempah.
Pada tahun 16-17 M Kerajaan Makassaar
membentuk jalur perdagangan laut Nusantara. Kerajaan makassar juga memiliki
hubungan diplomasi yang baik dengan kerajaan Ternate di Maluku. Sebelum abad
ke-16 M raja-raja Makassar belum memeluk
agama Islam baru setelah kedatangan Dato’ Ri Bandang seorang penyiar Islam dari
Sumatra, Makassar berkembang menjadi Kerajaan Islam.
Sultan Allauddin adalah raja pertama yang
masuk Islam di Kerajaan Makassar. Ia berkuasa dari tahun 1591 sampai 1638. Nama
aslinya Karaeng Ma’towaya Tumamenanga ri Agamanna. Dibawah ini kepemimpinannya,
Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan maritim. Para pelaut Makassar
mengembangkan perahu-perahu layar jenis pinisi dengan majunya kehidupan
masyrakat kerajaan Makassar menjadi sejahtera.
Setelah Sultan Allauddin wafat, Kerajaan
Makassar dipimpin oleh Muhammad Said, Ia berkuasa pada tahun 1639 sampai 1653.
Setelah Muhammad Said wafat raja berikutnya adalah Sultan Hasanuddin, Ia
berkuasa sejak tahun 1653. Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin menjadi masa gemilang kerajaan Makassar.
Selain memajukan perdagangan Sultan Hasanuddin juga mengadakan ekspansi
wilayah.
Dibawah pimpinannya kerajaan Makassar berhasil
menguasai kerajaan–kerajaan kecil di Sulawesi Selatan seperti Sopeng, Luwu,
Wojo, dan Bone. Setelah keberhasilannya tersebut Sultan Hasanuddin berniat
untuk menjadikan penguasa tunggal jalur perdagangan di Indonesia bagian timur. Untuk itu Sultan Hasanuddin
harus menghadapi kekuatan armada dagang VOC Belanda. Akibatnya kegiatan
perdagangan Belanda dengan Batavia sering terganggu. Keberanian Sultan
Hasanuddin menyebabkan ia dijuluki “Ayam Jantan dari Timur”.
Setelah
Sultan Hasanuddin turun tahta pada tahun 1669 M, Mapasomba putranya berusaha
meneruskan perjuangan melawan Belanda yang sangat mengharapkan tindakan
kooperatif dari Mapasomba, harus mempersiapkan armada perang. Pasukan Kerajaan
Makassar akhirnya berhasil di pukul mundur oleh Belanda. Dengan demikian,
Makassar dan jalur perdangangannya dikuasai oleh belanda.
Seperti
mayoritas kerajaan Islam di Nusantara. Kerajaan Makassar adalah Kerajaan
Maritim sebagai dengan banyak kepulauan, para pelaut Makassar terkenal sangat
tangguh. Mereka bahkan merajai jalur pelayaran nusantara. Hal ini ditunjang
oleh keahlian masyarakat Makassar yang dapat mendesain berbagai bentuk kapal
yang indah. Makassar juga mempunyai hukum perdagangan yang disebut Ade Allopiloping Bicaranna Pabbahi’e.
10. Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate terletak disebelah barat
pulau Halmahera, Maluku Utara. Kerajaan ini berpusat di pulau Tidore.Wilayah
kekuasaan ini meliputi Kepulauan maluku dan sebagaian papua. Dari kerajaan ini
banyak dihasilkan rempah-rempah, terutama cengkeh dan pala yang banyak dicari
pedagang internasional.
Pada abad ke-12 M permintaan cengkeh dan pala
di Eropa makin meningkat.Hal ini menyebabkan dibukanya perkebunan di daerah
Pulau Buru, Seram dan Ambon. Dengan adanya kepentingan atas penguasaan
terjadilah persekutuan daerah antar kerajaan-kerajaan. Adapun
persekutuan-persekutuan tersebut disebut dengan Uli Lima (Persekutuan Lima) yaitu
persekutuan lima saudara yaitu Obi, Bacan, Seram dan Ambon serta Tidore.
Pada tahun 1512 Portugis datang ke Ternate
sedangkan bangsa Spanyol datang mendekati Tidore. Kedatangan mereka ingin
menguasai daerah setempat. Setelah 10 tahun berada di kerajaan Ternate, bangsa
Portugis berhasil mendirikan benteng yang bernama Saopaolo. Namun, pembangunan
benteng menimbulkan perlawanan dari Sultan Hairun yang berkuasa di kerajaan Ternate
ketika itu berkuasa pada tahun 1559 M. Sultan Hairun tidak ingin perekonomian
dan pemerintahan kerajaannya di kendalikan oleh bangsa lain. Pendirian
benteng dianggapnya hanyalah taktik Portugis
agar dapat menguasai perdagangan di Ternate dan menunjukkan niat buruk bangsa Portugis
atas Ternate. Sultan Hairun ketidaksetujuannya dalam melakukan perlawanan
terhadap Portugis tidak berbentuk kekerasan.Sultan Hairun bahkan bersedia berunding
dengan Portugis di benteng tersebut. Niat baik sultan ternyata di curigai oleh
para pejabat Portugis sehingga niat baik itu dimanfaatkan Portugis untuk
menahan Sultan Hairun dan membunuhnya pada tahun 1570 M.
Kematian Sultan Hairun menyebabkan kebencian
rakyat Maluku terhadap bangsa Portugis makin besar. Sultan Baabullah yang
menjadi raja berikutnya telah memimpin perang melawan Portugis. Usaha ini menampakkan
hasil sehingga bangsa Portugis berhasil mundur dan meninggalkan bentengnya di Ternate.
Peristiwa itu terjadi pada tahun 1575. keberhasilan pemerintahannya sultan
Baabullah mendapat julukan “Tuan dari tujuh puluh dua pulau”.
Kehidupan sosial masyarakat Maluku sangat
dipengaruhi oleh pedagang internasional. Pengaruh agama sangat terasa di pusat
penyebarannya, agama Islam sangat berpengaruh budaya dan perkembangan di Maluku
Utara. Bukan hanya agama islam saja akan tetapi maluku juga menjadi pusat
penyebaran agama katholik dan protestan yang dibawa oleh bangsa Belanda dan Portugis.[14]
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Sejak islam dikenal di nusantara, islam terus
berkembang dengan pesat, islam masuk ke nusantara melalui berbagai jalur,
sehingga dengan cepat dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang masa itu
masih kuat menganut paham lama yaitu agama Hindu, Budha bahkan Animisme dan
Dinamisme.Jalur–jalur yang dilakukan oleh para penyebar Islam untuk menyebarkan
agama islam antara lain; jalur perdagangan, jalur perkawinan, jalur pendidikan,
jalur tasawuf, jalan kesenian, dan jalan politik.
Menurut Dr. Adil Muhyiddin Al-Allusi, seorang
penulis sejarah Islam dari Timur Tengah, dalam bukunya Al-Urubatu wal Islamu fi Janubi Syarqi Asia alhindu wa Indonesia, menyatakan
bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan Islam cepat berkembang di Indonesia,
yaitu faktor agama, faktor politik, dan faktor ekonomis.
Selain penyebaran islam di Nusantara ada
beberapa kesultanan islam yang berada di luar Nusantara, yaitu Kesultanan
Malaka, Kesultanan Pattani, Kesultanan Brunei Darus Salam, Kesultanan Sulu dan yang terakhir Kesultanan Johor.
Diantara kesultanan di luar Nusantara juga
terdapat beberapa kerajaan islam yang ada di Nusantara seperti kerajaan Samudra
Pasai, Perlak, Demak, Aceh Darussalam, Demak, Pajang, Mataram Islam, Cirebon,
Banten, Gowa-Tallo, Ternate dan yang
lainnya. Kemudian kerajaan-kerajaan di wilayah lain juga ikut andil
dalam penyebaran islam di Nusantara.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik. 1991. Sejarah Umat Islam Indonesia. Jakarta: Majelis Ulama Indonesia.
Amin,
Samsul Munir.
2010. Sejarah
Peradaban Islam, cetakan ke-2.
Jakarta: Amzah.
Ibrahim, Darsono. 2009. Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam. Solo:
PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Saepudin, Didin. 2007. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: UIN Press.
Supartha, I Made, dkk. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Yatim, Badri. 2006. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Yusuf, Mundzirin. 2006. Sejarah Peradaban Islam di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Pinus.
PROFIL
Nama : Moh. Adam Khabibi
TTL :
Pekalongan, 12 Agustus 1996
Alamat : Perum Puri Utama no.
67,
Kedungwuni, Pekalongan
Hobi :
Mendesain Grafis, Menggambar
Digital
No. Hp : 085878741777
Facebook : Adam Khabibi
Nama :
Anis Mega Kartika
TTL : Pemalang, 16 April 1996
Alamat : Desa Pesucen Rt.10
Rw.04
Kecamatan Petarukan, kab
Pemalang
Hobi : Menulis, Desain Grafis,
Editing
Video
No. HP : 085640079365
Facebook : Anis Megha Kartika
Nama :
Diana Ayu Lestari
TTL : Pekalongan, 21 Juni 1996
Alamat : Paninggaran
Hobi : Badminton
No. Hp : 085200567392
Facebook : Diana Ayu Lestari
[1] I Made Supartha, dkk,
SejarahKebudayaan Indonesia,
(Jakarta: PT. RajagrafindoPersada, 2009),
hlm.65.
[2]SamsulMunir Amin, SejarahPeradaban Islam, (Jakarta: AMZAH,
2010), hlm. 302-303.
[8]Mundzirin Yusuf, SejarahPeradaban Islam di Indonesia,
(Yogyakarta: PenerbitPinus, 2006), hlm. 55-66.
[13]SamsulMunir Amin, SejarahPeradaban Islam, (Jakarta:
AMZAH, 2010), hlm. 337-338.
[14]Darsono Ibrahim, TonggakSejarahKebudayaan Islam, (Solo:
PT TigaSerangkaiPustakaMandiri, 2009 ), hlm. 35-40
Tidak ada komentar:
Posting Komentar