Laman

new post

zzz

Rabu, 18 November 2015

spi G 08 masuknya islam di nusantara


SEJARAH MASUK DAN KERAJAAN ISLAM 
DI NUSANTARA

Disusun Oleh:

Moh. Adam Khabibi   (2021114042)
Diana Ayu Lestari       (2021114139)
Anis Mega Kartika      (2021114219)

Kelas:
Pendidikan Agama Islam G


JURUSAN TARBIYAH PRODI PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN PEKALONGAN
2015


KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena tanpa rakhmat dan hidayah-Nya tak mungkin makalah dengan judul “Sejarah Masuk dan Kerajaan Islam di Nusantara” ini dapat diselesaikan, hingga akhirnya penulis berhasil menyusun tugas ini untuk memenuhi salah satu mata kuliah Sejarah Peradaban Islam di STAIN Pekalongan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW, keluarganya, dan sahabatnya.
Makalah ini memaparkan islam masuk ke nusantara, tasawuf dan islam di Indonesia, sebab-sebab Islam cepat berkembang di Indonesia, kesultanan islam di luar Indonesia, kondisi kerajaan-kerajaan di Indonesia.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya, namun penulis menyadari bahwa dalam cara penulisan makalah ini masih  banyak  kekurangan  dan ketidaksempurnaan,  mengingat  akan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki masih terbatas, untuk itu  kritik dan  saran  yang  membangun  sangat  penulis  harapkan  demi  perbaikan  yang  akan datang. Penulis  mengharapkan  mudah-mudahan  makalah  ini  dapat  memberikan manfaat, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.







Pekalongan, ................Oktober 2015


                                                                                Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I        PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A.       Latar Belakang Permasalahan............................................................... 1
B.       Rumusan Masalah................................................................................. 2
C.       Tujuan Penulisan............................................................................ ....... 2
D.       Metode Pemecahan Masalah................................................................. 2
E.        Sistematika Penulisan Makalah............................................................. 2
BAB II       PEMBAHASAN................................................................................. 3
A.       Islam Masuk ke Nusantara.................................................................... 3
B.       Tasawuf dan Islamisasi di Indonesia.................................................... 7
C.       Sebab-sebab Islam Cepat Berkembang di Indonesia............................ 8
D.       Kesultanan Islam diluar Nusantara..................................................... 10
E.        Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara................................................ 13
BAB III     PENUTUP......................................................................................... 21
A.       Simpulan............................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ .........   22
PROFIL.... ................................................................................................. .........   23


 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Sepeninggal nabi Muhammad SAW tepatnya pada 632 M silam, kepemimpinan agama Islam tidak berhenti begitu saja. Kepemimpinan Islam diteruskan oleh para khalifah dan disebarkan ke seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia. Hebatnya baru sampai abad ke 8 Islam telah menyebar hingga ke seluruh Afrika, Timur Tengah, dan Benua Eropa. Baru pada dinasti Ummayah perkembangan islam masuk ke nusantara.
Zaman dahulu Indonesia dikenal sebagai daerah terkenal akan hasil rempah-rempahnya, sehingga banyak sekali para pedagang dan saudagar dari seluruh dunia datang ke kepulauan Indonesia untuk berdagang. Hal tersebut juga menarik pedagang asal Arab, Gujarat, dan juga Persia. Sambil berdagang, para pedagang muslim sembari berdakwah untuk mengenalkan ajaran Islam kepada para penduduk.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut.
1.      Bagaimana islam masuk ke Nusantara?
2.      Bagaimana tasawuf dan islam di Nusantara?
3.      Apa saja sebab-sebab islam cepat berkembang di Nusantara?
4.      Apa saja kesultanan Islam di luar Nusantara?
5.      Apa saja kerajaan-kerajaan islam di Nusantara?



C.    Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui proses masuknya islam ke Nusantara
2.      Mengetahui tasawuf dan islam di Nusantara
3.      Mengetahui sebab-sebab islam cepat berkembang di Nusantara
4.      Mengetahui macam-macam kesultanan Islam di Nusantara
5.      Mengetahui macam-macam kerajaan-kerajaan islam di Nusantara

D.    Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah dilakukan melalui study literatur atau metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa referensi buku yang merujuk pada permasalahan yang dibahas. Langkah-langkah pemecahan masalah dimulai dengan menentukan masalah yang akan dibahas dengan melakukan perumusan masalah, perumusan jawaban permasalahan dari berbagai sumber serta pengelompokkan berbagai perumusan masalah.

E.     Sistematika Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dalam tiga bagian, meliputi: Bab I, bagian pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode pemecahan masalah dan sistematika penulisan makalah; Bab II, adalah pembahasan; Bab III, bagian penutup yang terdiri dari simpulan dan saran-saran.


BAB II
PEMBAHASAN

A.      ISLAM MASUK KE NUSANTARA
Penyebaran agama islam adalah suatu proses yang penting dalam sejarah Indonesia, walaupun demikian proses islamisasi ini adalah sejarah yang belum jelas. Sejarah islam di Indonesia memiliki banyak permasalahan yang rumit. Di antaranya adalah ketersediaan data yang sangat terbatas tentang kedatangan islam sebagaimana yang disampaikan  Snouck Hurgronje dalam orasi ilmiahnya di Leiden dalam tahun 1907 M.
            Permasalahan yang lain adalah masalah asal-usul Islam di Indonesia, kapan, mengapa dan bagaimana penduduk indonesia mulai memeluk agama islam merupakan perkara yang belum dijelaskan dengan sempurna. Selain itu beberapa ahli memiliki perm asalahan yang berbeda-beda mengenai apa yang dimaksud dengan islam.[1]
Islam merupakan agama dengan pemeluk terbesar di Indonesia. Hal tersebut tidak terlepas dari usaha para juru dakwah agama Islam dalam melakukan islamisasi di Indonesia. Islamisasi adalah istilah umum yang biasa dipergunakan untuk menggambarkan proses persebaran Islam di Indonesia pada periode awal (abad 7-13 M), terutama menyangkut waktu kedatangan, tempat asal serta para pembawanya, yang terjadi tidak secara sistematis dan terencana. Pembahasan mengenai masuknya Islam ke Indonesia sangat menarik terkait dengan banyaknya perbedaan pendapat di kalangan sejarawan. Masing-masing pendapat menggunakan berbagai sumber, baik dari arkeologi maupun beberapa tulisan dari berbagai sumber.
Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, di kalangan para sejarawan terdapat beberapa pendapat. Paling tidak, ada dua pendapat mengenai masuknya Islam di Indonesia.[2]
1.      Pendapat lama, mengatakan bahwa islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M. Pendapat ini dikemukakan oleh para sarjana, antara lain N.H Krom dan Van Den Berg. Kemudian ternyata pendapat lama tersebut mendapat sanggahan dan bantahan.
2.      Pendapat baru yang mengatakan bahwa islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M atau abad 1 Hijriyah. Pendapat baru ini dikemukakan oleh H. Agus Salim, M. Zainal Arifin Abbas, Hamka, Sayed Alwi bin Tahir Alhadad, A. Hasjmy, dan Thomas W. Arnold.
Orang islam yang pertama mengunjungi nusantara kemungkinan besar saudagar Arab pada abad ke-7 yang singgah di Sumatera dalam perjalanan menuju Cina. Menyusul mereka adalah saudagar dari Gujarat yang berdagang lada dan yang telah membangun sejak tahun 1100 percampuran yang unik antara perdagangan dengan usaha mengembangkan islam di Indonesia.
Pendapat yang mengatakan bahwa islam masuk ke Indonesia sejak abad pertama hijriah (sekitar 7 Masehi), dan langsung dari Arab, itu lebih kuat, mengingat beberapa alasan yang telah dikemukakan di atas. Bahkan dimungkinkan bahwa sejak masa hidup Nabi Muhammad saw. agama islam telah masuk ke daerah Nusantara. Menurut literatur kuno Tiongkok, sekitar tahun 625 M telah ada sebuah perkampungan arab Islam di pesisir Sumatera sudah terdapat sebuah perkampungan Islam. Untuk menambah populasi muslim di wilayah yang sama, para pedagang Arab melakukan pembauran dengan jalan menikahi perempuan-perempuan pribumi dan memiliki anak, setelah semua syarat itu terpenuhi baru mereka bisa mendirikan sebuah kampung di mana nilai-nilai islam bisa hidup di bawah kekuasaan kerajaan Buddha Sriwijaya.
Adapun perkembangan selanjutnya, Islam berkembang secara lebih besar pada abad ke-12 M yang dibawa oleh para mubaligh islam, yang disamping menyebarkan Islam, mereka juga sebagai saudagar. Adapun pada periode ini, Islam dikembangkan oleh saudagar dari Arab dan mungkin saudagar dari Gujarat serta penduduk pribumi sendiri.
Sejak islam dikenal di nusantara, islam terus berkembang dengan pesat, islam masuk ke nusantara melalui berbagai jalur, sehingga dengan cepat dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang masa itu masih kuat menganut paham lama yaitu agama Hindu, Budha bahkan Animisme dan Dinamisme.[3]
Jalur – jalur yang dilakukan oleh para penyebar Islam untuk menyebarkan agama islam antara lain:
1.    Jalur Perdagangan
Islamisasi melalui perdagangan sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan. Mereka melakukan dakwah sekaligus juga sebagai pedagang.
2.    Jalur Perkawinan
Dengan melalui jalur perkawinan, para penyebar islam melakukan perkawinan dengan penduduk pribumi. Melalui jalur perkawinan mereka menanamkan cikal bakal kader-kader Islam.
3.    Jalur Tasawuf
Penyebaran islam melalui jalur tasawuf mudah diterima karena sesuai dengan pikiran masyarakat Indonesia. Misalnya, menggunakan ilmu-ilmu riyadhah dan kesaktian dalam proses penyebaran agama islam kepada penduduk setempat.
4.    Jalur Pendidikan
Jalur pendidikan digunakan oleh para wali dengan membuka lembaga pendidikan pesantren sebagai tempat kaderisasi mubaligh-mubaligh islam di kemudian hari. Setelah kedudukan para pedagang menetap, mereka menguasai kekuatan ekonomi dibandar-bandar seperti Gresik. Selain menjadi pusat-pusat pendidikan, yang disebut pesantren, di Jawa juga merupakan markas penggemblengan kader-kader politik. Misalnya, Raden Fatah, Raja Islam pertama Demak, adalah santri pesantren Ampel Denta; Sunan Gunung Jati, Sultan Cirebon pertama adalah didikan pesantren Gunung Jati dengan syaikh Dzatu Kahfi; Maulana Hasanuddin yang diasuh ayahnya Sunan Gunung Jati yang kelak menjadi Sultan Banten pertama.[4]
5.    Jalur Kesenian
Para penyebar islam juga menggunakan kesenian dalam rangka penyebaran islam, antara lain dengan wayang, sastra dan kesenian lainnya. Pendekatan jalur kesenian dilakukan oleh para penyebar islam seperti walisongo untuk menarik perhatian di kalangan mereka, sehingga dengan tanpa terasa mereka telah tertarik kepada ajaran-ajaran Islam sekalipun pada awalnya mereka tertarik dikarenakan media kesenian itu.
6.    Jalur politik
Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di Indonesia. Melalui jalur para walisongo melakukan strategi dakwah dikalangan para pembesar kerajaan, demi kepentingan politik kerajaan islam memerangi kerajaan non-islam. Kemenangan secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan islam untuk masuk islam.[5]

B.       TASAWUF DAN ISLAMISASI DI INDONESIA
Islam dalam tahap ini sangat diwarnai oleh aspek tasawuf, namun tidak berarti bahwa aspek hukum terabaikan sama sekali. Meskipun demikian, secara umum islam tasawuf tetap unggul dalam tahap pertama islamisasi, setidaknya sampai akhir abad ke-17 M. Hal tersebut dikarenakan islam tasawuf yang datang ke Nusantara, dengan segala pemahaman dan penafsiran mistisnya terhadap islam, dalam berbagai segi tertentu “cocok” dengan latar belakang masyarakat setempat yang dipengaruhi asketisme Hindu Buddha dan Sinkritisme kepercayaan lokal. Dalam proses islamisasi tahap pertama ini islam tidak langsung secara merata diterima oleh lapisan bawah masyarakat.
Jelas bahwa islam pada awal masuk ke wilayah nusantara, nuansa tasawuf sangat dominan. Hal ini disebabkan karena masyarakat Indonesia menganut faham Animisme, Dinamisme, Hindu dan Budha dimana kepercayaan tersebut sangat kuat dengan nuansa mistik, masuknya islam dengan tasawuf yang lebih menekankan faham mistik yang pada saat itu sedang populer dimasyarakat Indonesia.
Menurut Prof. Dr. Azyumardi Azra, Islam bisa dengan cepat diterima oleh masyarakat Indonesia, salah satunya disebabkan adanya “kesamaan” antara bentuk Islam yang pertama kali datang ke Nusantara dengan sifat mistik dan sinkritisme kepercayaan nenek moyang setempat.Masa – masa merebaknya islam di Indonesia memang bebarengan dengan masa pertumbuhan dan perkembangan tarekat di dunia islam pada umumnya. Bahkan islam Indonesia sampai sekarang masih diliputi dengan sikap – sikap sufistik dan kegemaran pada berbagai hal yang mengandung keramat. Perkembangan tasawuf semakin semarak dengan hadirnya para tokoh tasawuf dan tarekat yang turut berjasa dalam perkembangan agama islam di Indonesia.
Perkembangan tasawuf semakin marak dengan hadirnya para tokoh tasawuf dan tarekat yang turut berjasa dalam pengembangan agama Islam di Indonesia, seperti Syaikh Ismail Al-Khalid Al-Minangkabawi, Syaikh Ahmad Khatib Sambas, Syaikh Abdul Karim Banten, dll.
Sementara di Jawa, proses islamisasi sudah berlangsung sejak abad ke-11 M, meskipun belum meluas, terbukti dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik yang berangka tahun 475 H/1082 M. Adapun para penyebar islam di jawa  yaitu Walisongo, mereka ialah:
a.       Maulana Malik Ibrahim
b.      Sunan Ampel
c.       Sunan Bonang
d.      Sunan Derajat
e.       Sunan Giri
f.       Sunan Kalijaga
g.      Sunan Kudus
h.      Sunan Muria
i.        Sunan Gunungjati
Demikian perkembangan tarekat, membawa pengaruh yang besar dalam perkembangan islam. Para tokoh tasawuf dan tarekat cukup berjasa dalam perkembangan islam di Indonesia. Dikarenakan melalui pendekatan tasawuf islam justru diterima dengan mudah dan proses islamisasi berjalan damai tanpa ada unsur kekerasan.[6]

C.      SEBAB-SEBAB ISLAM CEPAT BERKEMBANG DI INDONESIA
Ada beberapa hal yang menyebabkan agama Islam cepat berkembang di Indonesia. Menurut Dr. Adil Muhyiddin Al-Allusi, seorang penulis sejarah Islam dari Timur Tengah, dalam bukunya Al-Urubatu wal Islamu fi Janubi Syarqi Asia alhindu wa Indonesia, menyatakan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan Islam cepat berkembang di Indonesia, yaitu sebagai berikut.
1.         Faktor Agama
Masyarakat diyakinkan bahwa dalam Islam semua lapisan masyarakat sama kedudukannya, tidak ada yang lebih utama dalam pandangan Allah Swt. kecuali karena takwanya. Mereka juga sama di dalam hukum, tidak ada yang diistimewakan meskipun keturunan bangsawan. Dengan demikian, semua lapisan masyarakat dapat saling hidup rukun, bersaudara, bergotong royong, saling menghargai, saling mengasihi, bersikap adil, sehingga toleransi islam merupakan ciri utama bangsa ini yang dikenal dunia hingga dewasa ini.
2.         Faktor Politik
Adanya faktor politik yang diwarnai oleh pertarungan dalam negeri antara negara-negara dan penguasa-pengguasa di Indonesia, serta adanya pertarungan negara-negara bagian itu dengan pemerintah pusatnya yang beragama Hindu tersebut mendorong para penguasa dan para bangsawan di negara-negara bagian tersebut untuk menganut agama Islam, yang dipandang mereka sebagai senjata ampuh untuk melawan dan menumbangkan kekuatan Hindu, agar mendapat dukungan kuat dari seluruh lapisan masyarakat.
3.         Faktor Ekonomi
Faktor ini pertama diperankan oleh para pedagang yang menggunakan jalan laut, baik antar kepulauan Indonesia sendiri, maupun yang melampaui perairan Indonesia ke Cina, India dan Teluk Arab atau Parsi.
Ternyata orang-orang yang terlibat dalam perdagangan itu bukan hanya para pedagang, tetapi diantara mereka terdapat para bangsawan. Hal itu disebabkan karena perdagangan yang ada banyak melalui lautan Indonesia dan India, yang mana proses itu hampir seluruhnya dikuasai para pedagang Indonesia yang terdiri dari para pejabat dan bangsawan itu, yang juga bertindak sebagai agen-agen barang Indonesia yang akan dikirim ke luar dan sebagai penyalur barang-barang yang masuk ke Indonesia, banyak juga yang berhubungan dengan para pedagang muslim Arab yang sekaligus mengajak mereka kepada agama baru itu.[7]

D.      KESULTANAN ISLAM DILUAR INDONESIA
1.      Kerajaan Malaka
Kesultanan ini terletak di semenanjung Malaka. Islam di Malaka berasal dari kesultanan Samudra Pasai. Pendiri kesultanan Malaka adalah Parameswara, seorang pangeran Majapahit. Parameswara menikahi puri sultan Samudra Pasai dan kemudian masuk Islam. Kesultanan Malaka mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Sultan Muzaffar Syah pada tahun 1445 – 1459.
Kerajaan Malaka menjadi maju dalam perdagangan karena Malaka sebagai kota pelabuhan yang dikunjungi banyak pedagang sebagai pusat transit perdagangan di wilayah Asia Tenggara. Sebagai kota dagang yang ramai dikunjungi oleh pedagang asing, kota pelabuhan Malaka memberi kesempatan kepada para pedagang asing untuk membuka perwakilan pedagang di kota Malaka. Disamping menjalankan dagang untuk memperoleh keuntungan, mereka juga dapat mengenal dari dekat cara hidup orang – orang muslim di Malaka bagi yang berminat mendapat kesempatan untuk mempelajari agama islam dan kemudian memeluknya.
Adapun sultan – sultan Malaka adalah:
a.       Parameswara (Megat Iskandar Syah) (1402-1424)
b.      Sultan Muhammad Syah (1424-1444)
c.       Sri Parameswara Dewa Syah (1444-1446)
d.      Sultan Muzaffar Syah (1446-1459)
e.       Sultan Mansyur Syah (1459-1477)
f.       Sultan Alauddin Riayat Syah (1477-1488)
g.      Sultan Mahmud Syah (1488-1528)
Pada masa pemerintahan sultan Mahmud, tepatnya bulan Agustus tahun 1511 M, Malaka jatuh ketangan kekuasaan Portugis. Meskipun Sultan Mahmud selalu berusaha untuk dapat merebut Malaka kembali dari tangan Portugis tetapi tidak pernah berhasil. Atas usaha putranya Kerajaan Melayu berhasil dilanjutkan dengan berpusat di Johor. Peninggalan sejarah kesultanan Malaka berupa mata uang yang merupakan peningglan dari akhir abad ke-15 dan benteng A-Farmosa yang merupakan bukti penaklukan Malaka oleh Portugis. Pada masa pemerintahan Sultan Ibrahim (1677-1685 M) pusat kerajaan dipindahkan ke Bintan, tepatnya pada tahun 1678 M.[8]
2.      Kesultanan Islam Pattani
Kehadiran islam di Pattan di mulai dengan kedatangan Syaikh Said, mubaligh dari Pasai, yang berhasil menyembuhkan raja Pattani bernma Phaya Tu Nakpa yang sedang sakit parah. Phaya Tu Nakpa (1486-1530 M) beragama Budha, kemudian masuk islam dan bergelar sultan Islamil Syah. Kesultanan Pattani kemudian menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan, terutama bagi pedagang dari Cina dan India. Kejayaan Pattani berakhir setelah dikalahkan Kerajaan Siam dari Bangkok. Peningglan sejarah Pattani berupa nisan kubur yang disebut Batu Aceh yang melambangkan kedekatan hubungan dengan Samudra Pasai.
3.      Kesultanan Brunei Darussalam
Raja pertama Brunei yang bernama Awang Betatar tertarik menerima Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan Muhammad Syah, yang diikuti oleh seluruh kelurga istana, termasuk putranya yang menggantikannya menjadi Sultan kedua, yakni Sultan Ahmad.
Pada tahun 1511 M, kerajaan Malaka jatuh ketangan Portugis. Maka atas kekosongan ini Brunei mengambil alih menjadi pusat penyebaran islam dan perdagangan di pulau Melayu. Di pemerintahan Sultan Bolkiah (1473-1521 M), Sultan Brunei ke-5, Brunei berkembang menjadi suatu kerajaan yang kuat dan maju. Sultan Bolkiah gemar mengadakan ekspedisi pelayaran hingga diberi gelar Nahkoda Ragam.
Brunei merdeka sebagai negara islam di bawah pimpinan Sultan ke-29, yaitu Sultan Hasanal Bolkiah Muizaddin Waddaulah. Panggilan resmi kenegaraan Sultan adalah Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Baginda Sultan dan Yang Dipertuan Negara. Gelar Muizaddin Waddaulah (Penata Agama dan Negara) merupakan ciri sebutan yang selalu melekat pada setiap rajayang memerintah Brunei. Sultan Hasanal Bolkiah sebagai sultan yang memegang kepala Negara sekaligus Pemerintahan.
4.      Kesultanan Islam Sulu
Kesultanan ini berada di Filipina bagian selatan, yang masuk dan berkembang melalui orang Arab melalui jalur perdagangan Malaka dan Filipina. Dan pembawa Islam di Sulu adalah Syarif Karim Al-Makdum, muballigh Arab yang ahli ilmu pengobatan. Kemudian ada Abu Bakar, da’i dari Arab yang menikah dengan putri pangeran Bwansa yang kemudian memerintah di Sulu dengan mengangkat dirinya sebagai Sultan. Lantas, sebagai seorang Sultan, Sayid Abu Bakar menerapkan Islam baik di pemerintahan maupun dalam kehidupan masyarakatnya.
5.      Kesultanan Johor
Kesultanan Johor berdiri setelah Kesultanan Malaka dikalahkan oleh Portugis (1511 M). Sultan Alauddin Riayat Syah membangun Kesultanan Johor sekitar tahun 1530 – 1536.  Kesultanan Johor merupakan lanjutan dari Kerajaan Melayu Malaka yang dikalahkan portugis (1511 M). Kesultanan Johor merupakan kerajaan yang gigih mengadakan perlawanan terhadap penjajahan Portugis. Pada masa pemerintahan Sultan Johor yang ketiga, yaitu Sultan Abdul Jalil Riayat Syah I, kerajaan ini sangat disegani penjajah. Demikian pula pada masa pemerintahan Sultan yang keempat yaitu Sultan Abdul Jalil Riayat II, Sultan Johor keempat ini, Kesultanan Johor mengalami masa puncak kemegahannya. Sultan Abdul Jalil Riayat Syah II, wafat pada tahun 1597 M pada masa pemerintahan Sultan Sayid Al-Mukamil di Aceh, dan sejaman dengan Maulana Muhammad di Banten, dan juga sejaman dengan Sunan Senopati ing Alago di Mataram.
Adapun para Sultan Johor adalah:
1.      Sultan Alauddin Riayat Syah
2.      Sultan Muzafar Syah
3.      Sultan Abdul Jalil Riayat I
4.      Sultan Abdul Jalil Riayat II
Masa kejayaan kesultanan ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil Riayat Syah II. Kesultanan Johor memperkuat dirinya dengan mengadakan aliansi bersama kesultanan Riau sehingga disebut Kesultanan Johor-Riau. Kesultanan Johor-Riau berakhir setelah Raja Haji wafat dan wilayahnya dikuasai oleh Belanda.[9]



E.       KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
1.      Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan ini terletak di pesisir Timur Laut Aceh. Kemunculannya sebagai Kerajaan Islam diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M, sebagai hasil islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang-pedagang Muslim sejak abad ke-7. Bukti berdirinya kerajaan Samudera Pasai pada abad ke-13 M itu didukung oleh adanya nisan kubur terbuat dari granit asal Samudera Pasai.[10] Husain Djajadiningrat, sebagaimana dikutip Taufik Abdullah, memperkirakan waktu berdirinya adalah 1270 atau 1275 M.
Malik al-Saleh, ialah raja pertama yang juga merupakan pendiri kerajaan tersebut. Hal itu diketahui melalui tradisi Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat Melayu, dan juga hasil penelitian sarjana-sarjana Barat, khususnya para sarjana Belanda, seperti Snouck Hurgronye, J.P Moquette, dan lain-lain.Dalam Hikayat Raja-raja Pasai disebutkan gelar Malik al-Shaleh sebelum menjadi raja adalah Merah Sile atau Merah Selu.
Dalam kehidupan perekonomiannya, kerajaan maritim ini, tidak memiliki basis agraris. Basis perekonomiannya adalah perdagangan dan pelayaran. Ditinjau dari segi geografis dan sosial ekonomis Samudera Pasai ini memang merupakan suatu daerah penting yang menghubungkan  antara pusat-pusat perdagangan yang terdapat di kepulauan Indonesia, India, Cina dan Arab. Pada masa kerajaan ini sudah terdapat mata uang emas yang bertuliskan nama-nama sultan yang berkuasa. Adanya mata uang dirham tersebut membuktikan bahwa kerajaan ini pada saat itu merupakan kerajaan yang makmur.
Taufik Abdullah sebagaimana dikutip Badri Yatim, menerangkan dalam bukunya, Kerajaan Samudera Pasai berlangsung sampai tahun 1524 M.

2.      Kerajaan Perlak
Peureulak adalah nama suatu daerah diwilayah Aceh Timur yang banyak ditumbuhi Kayei Peureulak atau Kayu Perlak. Kayu ini sangat bagus sebagai bahan pembuatan kapal, sehingga banyak orang luar datang untukmembeli kayu tersebut. Mereka menyebut daerah tempat pembelian dengan nama kayu yang dihasilkanya sehingga terkenal dengan nama sebutan negeri Perlak.
Perkawinan menyebabkan berdirinya kerajaan Islam Perlak yang pertama pada hari Selasa Satu hari bulam Muharam tahun 225 H/840 M dengan rajanya Syah Maulana Abdul Azia Shah (peranakan Arab Quraisy dengan puteri Perlak).
Adapun urutan Sultan yang memerintah adalah:
a.       Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Kadir Shah Johan Berdaulat (306-310 H/928-932M).
b.      Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Shah Johan Berdaulat (310-334 H/932-956 M)
c.       Sultan Makhdum Alaidin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat (334-362 H/956-983 M).
3.      Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh terletak didaerah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Besar. Disini pula letak ibu kotanya. Kurang begitu diketahui kapan kerajaan ini sebenarnya berdiri. Anas Machmud berpendapat Kerajaan Aceh berdiri pada abad ke-15 M, di atas puing-puing kerajaan Lamuri, oleh Muzaffar Syah (1465-1497). Dialah yang membangun kota Aceh Darussalam.
Menurutnya, pada masa pemerintahannya, Aceh Darussalam mulai mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan, karena saudagar-saudagar muslim yang sebelumnya berdagang dengan Malaka, memindahkan kegiatan mereka ke Aceh, setelah Malaka dikuasai Portugis (1511 M). Sebagai akibat dari penaklukan Malaka oleh Portugis itu, jalan dagang yang sebelumnya dari Laut Jawa ke Utara melalui selat Karimata terus ke Malaka, pindah melalui selat Sunda dan menyusuri pantai Barat Sumatera terus ke Aceh. Dengan demikian Aceh menjadi ramai dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri. H.J. De Graaf berpendapat bahwa raja Aceh yang pertama ialah Ali Mughayat Syah.Sultan-sultan yang pernah memerintah Aceh diantaranya sebagai berikut:[11]
·         Sultan Johan Syah
·         Sultan Riayat Syah
·         Sultan Mahmud Syah
·         Sultan Firman Syah, dan beberapa Sultan lainnya.
Peletak dasar kebesaran Aceh adalah Sultan Alauddin Riayat Syah yang bergelar Al-Qahar.  Puncak kekuasaan kerajaan Aceh terletak pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1608-1637). Pada masanya  Aceh menguasai seluruh pelabuhan pesisir Timur dan Barat Sumatera. Tidak seperti Iskandar Muda yang memerintah dengan tangan besi, penggantinya, Iskandar Tsani bersikap lebih liberal, lembut dan adil. Pada masaanya Aceh terus berkembang untuk masa beberapa tahun. Pengetahuan agama maju dengan pesat. Akan tetapi kematiannya diikuti oleh masa-masa bencana, setelah sultan-sultan berikutnya berkuasa sekitar abad ke-18 kerajaan ini mulai runtuh dan terpecah belah.
4.      Kerajaan Demak
Pendiri kerajaan Demak ialah Raden Patah. Dia adalah seorang putera raja Majapahit dari istri Cina yang dihadiahkan kepada Raja Palembang. Adapun nama Patah merupakan perubahan dari kata Arab Fattah yang berarti pembuka. Makseudnya, pembuka pintu gerbang kemenangan, dan nama sebelumnya adalah pangeran Jinbun, tatkala dia memperdalam agama Islam kepada Sunan Ampel, dan Raden Rahmat, dia pun memperoleh gelar Fattah.Raden Patah adalah salah satu murid Sunan Kudus yang sulung. Atas nasihat Sunan Kudus, Raden Patah membuat siasat:
a.       Menghancurkan kekuatan Portugis diluar Indonesia
b.      Membuat pertahanan yang kuat  di Indonesia.
Tatkala perjuangan melawan Portugis  belum selesai, pada tahun 1518 Raden Patah wafat, dan digantikan oleh puteranya Adipati Unus (Pangeran Sabrang Lor).
5.      Kerajaan Pajang
Pengesahan Joko Tingkir sebagai raja pertama Pajang disahkan oleh Sunan Giri (salah seorang Wali Sanga) dan segera mendapatkan pengakuan dari adipati-adipati diseluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Setelah Jaka Tingkir meninggal dunia pada tahun 1587, para penggantinya tidak dapat mempertahankan pemerintahanya. Ahli waris Sultan Pajang ialah tiga orang putra menantu yaitu raja di Tuban, raja di Demak, dan raja di Araos Baya disamping putranya sendiri  Pangeran Benawa yang konon masih sangat muda.[12]
6.      Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Islam Mataram didirikan oleh Panembahan Senopati. Setelah permohonan Senopati Mataram atas penguasa Pajang berupa pusaka kerajaan dikabulkan. Senopati berkuasa sampai tahun 1601 M. Sepeninggalnya, ia digantikan oleh putranya yang bernama Mas Jolang yang terkenal dengan Sultan Seda Ing Krapyak yang memerintah sampai tahun 1613 M. kemudian digantiakn oleh Sultan Agung. Pada tahun 1646 M, Sultan Agung digantikan oleh putranya, yaitu Amangkurat I.
Pada masanya terjadi perang saudara dengan Pangeran Alit yang mendapat dukungan dari para ulama. Akibatnya antara pendukungnya dibantai padatahun 1647 M. pemberontakan itu kemudian diteruskan oleh Raden Kajoran 1677 dan 1678 M. Pemberontakan seperti itulah yang meruntuhkan kerajaan Islam Mataram.

7.      Kerajaan Cirebon
Kerajaan Islam Cirebon merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa Barat. Didirikan oleh Sunan Gunungjati. Karena kedudukanya sebagai Walisongo, ia mendapat penghormatan dari raja-raja Jawa seperti Demak dan Pajang. Dari Cirebon, Sunan Gunungjati mengembangkan ajaran Islam didaerah lain di Jawa Barat.
Sepeninggalnya kesultana Cirebon diperintahkan oleh dua orang putranya, yaitu Martawijaya atau Panembahan Sepuh yang memerintahkan Kesultanan Kesepuhan dengan gelar Syamsuddin dan Kartawijaya.
8.      Kerajaan Banten
Kerajaan Islam Banten didirikan oleh Sunan Gunungjati. Setelah Sunan Gunungjati menaklukkan Banten pada tahun 1525 M, ia kembali ke Cirebon, dan kekuasaanya diserahkan kepada anaknya yaitu Sultan Hasnuddin. Hasanuddin kemudian menikahi putri Demak dan diresmikan menjadi Panembahan Banten pada tahun 1552 M. Ia meneruskan usaha-usaha ayahnya dalam meluaskan wilayah islam, yaitu ke Lampung dan daerah sekitarnya di Sumatra Selatan, setelah sebelumnya tahun 1527 menaklukkan Sunda Kelapa.[13]
9.      Kerajaan Gowa-Tallo
Kerajaan Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan yang berhubungan baik. Banyak orang kemudian  mengenal keduanya kerajaan Makassar. Makassar sebenarnya ibu kota Gowa yang disebut juga sebagai Ujungpandang. Karena letaknya yang stategis diperairan timur Indonesia, yaitu di daerah semenanjung barat daya Sulawesi, Kerajaan ini terkenal dengan kerajaan maritim sebagai penghasil rempah-rempah.
Pada tahun 16-17 M Kerajaan Makassaar membentuk jalur perdagangan laut Nusantara. Kerajaan makassar juga memiliki hubungan diplomasi yang baik dengan kerajaan Ternate di Maluku. Sebelum abad ke-16 M raja-raja  Makassar belum memeluk agama Islam baru setelah kedatangan Dato’ Ri Bandang seorang penyiar Islam dari Sumatra, Makassar berkembang menjadi Kerajaan Islam.
Sultan Allauddin adalah raja pertama yang masuk Islam di Kerajaan Makassar. Ia berkuasa dari tahun 1591 sampai 1638. Nama aslinya Karaeng Ma’towaya Tumamenanga ri Agamanna. Dibawah ini kepemimpinannya, Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan maritim. Para pelaut Makassar mengembangkan perahu-perahu layar jenis pinisi dengan majunya kehidupan masyrakat kerajaan Makassar menjadi sejahtera.
Setelah Sultan Allauddin wafat, Kerajaan Makassar dipimpin oleh Muhammad Said, Ia berkuasa pada tahun 1639 sampai 1653. Setelah Muhammad Said wafat raja berikutnya adalah Sultan Hasanuddin, Ia berkuasa sejak tahun 1653. Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin  menjadi masa gemilang kerajaan Makassar. Selain memajukan perdagangan Sultan Hasanuddin juga mengadakan ekspansi wilayah.
Dibawah pimpinannya kerajaan Makassar berhasil menguasai kerajaan–kerajaan kecil di Sulawesi Selatan seperti Sopeng, Luwu, Wojo, dan Bone. Setelah keberhasilannya tersebut Sultan Hasanuddin berniat untuk menjadikan penguasa tunggal jalur perdagangan di Indonesia  bagian timur. Untuk itu Sultan Hasanuddin harus menghadapi kekuatan armada dagang VOC Belanda. Akibatnya kegiatan perdagangan Belanda dengan Batavia sering terganggu. Keberanian Sultan Hasanuddin menyebabkan ia dijuluki “Ayam Jantan dari Timur”.
           Setelah Sultan Hasanuddin turun tahta pada tahun 1669 M, Mapasomba putranya berusaha meneruskan perjuangan melawan Belanda yang sangat mengharapkan tindakan kooperatif dari Mapasomba, harus mempersiapkan armada perang. Pasukan Kerajaan Makassar akhirnya berhasil di pukul mundur oleh Belanda. Dengan demikian, Makassar dan jalur perdangangannya dikuasai oleh belanda.
           Seperti mayoritas kerajaan Islam di Nusantara. Kerajaan Makassar adalah Kerajaan Maritim sebagai dengan banyak kepulauan, para pelaut Makassar terkenal sangat tangguh. Mereka bahkan merajai jalur pelayaran nusantara. Hal ini ditunjang oleh keahlian masyarakat Makassar yang dapat mendesain berbagai bentuk kapal yang indah. Makassar juga mempunyai hukum perdagangan yang disebut Ade Allopiloping Bicaranna Pabbahi’e.
10.  Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate terletak disebelah barat pulau Halmahera, Maluku Utara. Kerajaan ini berpusat di pulau Tidore.Wilayah kekuasaan ini meliputi Kepulauan maluku dan sebagaian papua. Dari kerajaan ini banyak dihasilkan rempah-rempah, terutama cengkeh dan pala yang banyak dicari pedagang internasional.
Pada abad ke-12 M permintaan cengkeh dan pala di Eropa makin meningkat.Hal ini menyebabkan dibukanya perkebunan di daerah Pulau Buru, Seram dan Ambon. Dengan adanya kepentingan atas penguasaan terjadilah persekutuan daerah antar kerajaan-kerajaan. Adapun persekutuan-persekutuan tersebut disebut dengan Uli Lima (Persekutuan Lima) yaitu persekutuan lima saudara yaitu Obi, Bacan, Seram dan Ambon serta Tidore.
Pada tahun 1512 Portugis datang ke Ternate sedangkan bangsa Spanyol datang mendekati Tidore. Kedatangan mereka ingin menguasai daerah setempat. Setelah 10 tahun berada di kerajaan Ternate, bangsa Portugis berhasil mendirikan benteng yang bernama Saopaolo. Namun, pembangunan benteng menimbulkan perlawanan dari Sultan Hairun yang berkuasa di kerajaan Ternate ketika itu berkuasa pada tahun 1559 M. Sultan Hairun tidak ingin perekonomian dan pemerintahan kerajaannya di kendalikan oleh bangsa lain. Pendirian benteng  dianggapnya hanyalah taktik Portugis agar dapat menguasai perdagangan di Ternate dan menunjukkan niat buruk bangsa Portugis atas Ternate. Sultan Hairun ketidaksetujuannya dalam melakukan perlawanan terhadap Portugis tidak berbentuk kekerasan.Sultan Hairun bahkan bersedia berunding dengan Portugis di benteng tersebut. Niat baik sultan ternyata di curigai oleh para pejabat Portugis sehingga niat baik itu dimanfaatkan Portugis untuk menahan Sultan Hairun  dan  membunuhnya pada tahun 1570 M.
Kematian Sultan Hairun menyebabkan kebencian rakyat Maluku terhadap bangsa Portugis makin besar. Sultan Baabullah yang menjadi raja berikutnya telah memimpin perang melawan Portugis. Usaha ini menampakkan hasil sehingga bangsa Portugis berhasil mundur dan meninggalkan bentengnya di Ternate. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1575. keberhasilan pemerintahannya sultan Baabullah mendapat julukan “Tuan dari tujuh puluh dua pulau”.
Kehidupan sosial masyarakat Maluku sangat dipengaruhi oleh pedagang internasional. Pengaruh agama sangat terasa di pusat penyebarannya, agama Islam sangat berpengaruh budaya dan perkembangan di Maluku Utara. Bukan hanya agama islam saja akan tetapi maluku juga menjadi pusat penyebaran agama katholik dan protestan yang dibawa oleh bangsa Belanda dan Portugis.[14]
BAB III
PENUTUP
A.      Simpulan
Sejak islam dikenal di nusantara, islam terus berkembang dengan pesat, islam masuk ke nusantara melalui berbagai jalur, sehingga dengan cepat dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang masa itu masih kuat menganut paham lama yaitu agama Hindu, Budha bahkan Animisme dan Dinamisme.Jalur–jalur yang dilakukan oleh para penyebar Islam untuk menyebarkan agama islam antara lain; jalur perdagangan, jalur perkawinan, jalur pendidikan, jalur tasawuf, jalan kesenian, dan jalan politik.
Menurut Dr. Adil Muhyiddin Al-Allusi, seorang penulis sejarah Islam dari Timur Tengah, dalam bukunya Al-Urubatu wal Islamu fi Janubi Syarqi Asia alhindu wa Indonesia, menyatakan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan Islam cepat berkembang di Indonesia, yaitu faktor agama, faktor politik, dan faktor ekonomis.
Selain penyebaran islam di Nusantara ada beberapa kesultanan islam yang berada di luar Nusantara, yaitu Kesultanan Malaka, Kesultanan Pattani, Kesultanan Brunei Darus Salam, Kesultanan Sulu dan yang terakhir Kesultanan Johor.
Diantara kesultanan di luar Nusantara juga terdapat beberapa kerajaan islam yang ada di Nusantara seperti kerajaan Samudra Pasai, Perlak, Demak, Aceh Darussalam, Demak, Pajang, Mataram Islam, Cirebon, Banten, Gowa-Tallo, Ternate dan yang  lainnya. Kemudian kerajaan-kerajaan di wilayah lain juga ikut andil dalam penyebaran islam di Nusantara.



DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. 1991. Sejarah Umat Islam Indonesia. Jakarta: Majelis Ulama Indonesia.
Amin, Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban Islam, cetakan ke-2. Jakarta: Amzah.
Ibrahim, Darsono. 2009. Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Saepudin, Didin. 2007. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: UIN Press.
Supartha, I Made, dkk. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Yatim, Badri. 2006. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Yusuf, Mundzirin. 2006. Sejarah Peradaban Islam di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Pinus.



PROFIL

Nama               : Moh. Adam Khabibi
TTL                 : Pekalongan, 12 Agustus 1996
Alamat                        : Perum Puri Utama no. 67,
Kedungwuni, Pekalongan
Hobi                : Mendesain Grafis, Menggambar
Digital
No. Hp                        : 085878741777
Facebook         : Adam Khabibi



Nama               : Anis Mega Kartika
TTL                 : Pemalang, 16 April 1996
Alamat                        : Desa Pesucen Rt.10 Rw.04
  Kecamatan Petarukan, kab
Pemalang
Hobi                : Menulis, Desain Grafis, Editing
Video
No. HP            : 085640079365
Facebook         : Anis Megha Kartika


Nama               : Diana Ayu Lestari
TTL                 : Pekalongan, 21 Juni 1996
Alamat                        : Paninggaran
Hobi                : Badminton
No. Hp                        : 085200567392
Facebook         : Diana Ayu Lestari


[1] I Made Supartha, dkk, SejarahKebudayaan Indonesia, (Jakarta: PT. RajagrafindoPersada, 2009), hlm.65.
[2]SamsulMunir Amin, SejarahPeradaban Islam, (Jakarta: AMZAH, 2010), hlm. 302-303.
[3]Ibid., hlm. 304-306
[4]Taufik Abdullah, Sejarah Umat Islam Indonesia, (Majelis Ulama Indonesia, 1991), hlm. 39.
[5]Samsul Munir Amin, SejarahPeradaban Islam, (Jakarta: AMZAH, 2010), hlm. 306-309
[6]Ibid., hlm.310-316
[7]Ibid., hlm. 316-320
[8]Mundzirin Yusuf, SejarahPeradaban Islam di Indonesia, (Yogyakarta: PenerbitPinus, 2006), hlm. 55-66.
[9]Ibid., hlm. 325-330
[10]BadriYatim, SejarahPeradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2006), hlm. 205
[11]Didin Saepudin, SejarahPeradaban Islam. (Jakarta: UIN Press, 2007), hlm. 204.
[12]Ibid., hlm. 75-82
[13]SamsulMunir Amin, SejarahPeradaban Islam, (Jakarta: AMZAH,  2010), hlm. 337-338.
[14]Darsono Ibrahim, TonggakSejarahKebudayaan Islam, (Solo: PT TigaSerangkaiPustakaMandiri, 2009 ), hlm. 35-40

Tidak ada komentar:

Posting Komentar