Sejarah Peradaban Islam
"TIGA KERAJAAN BESAR ISLAM"
Oleh:
1. Ahmad Syihabuddin
2. Reza Pahlevi
3. Indah Istianah
4. Sara Toroki Kaliza
HUKUM EKONOMI SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah S.W.T, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul” Tiga Kerajaan Besar Islam” dengan baik.
Makalah ini di buat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu demi kelancaran makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini sangat sederhana dan belum sempurna. oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Pekalongan, Maret 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR..................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kerajaan Turki Utsmani.................................................................2
B. Kerajaan Safawi.............................................................................9
C. Kerajaan Mughal...........................................................................13
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan....................................................................................16
2. Saran..............................................................................................16
Daftar Pustaka............................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Runtuhnya ke Kholifahan Bani Abbasiyah atas serangan bangsa Mongol merupakan kemunduran peradaban umat islam pada saat itu. Kemudian wilayah kekuasaan Bani Abbasiyah terbagi menjadi beberapa dinasti kecil, dan di antara dinasti kecil tersebut saling memerangi satu sama lain. Kemajuan peradaban Islam yang pernah dicapai pada masa kejayaanya, hanyalah tinggal puing-puingnya, karena hancur akibat serangan tentara Mongol yang di pimpin oleh Hulagu Khan. Ribuan karya ilmiah peninggalan Dinasti Abbasiyah dibakar dan di buang ke sungai.
Keadaan umat islam secara keseluruhan mengalami kemajuannya kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, yaitu Kerajaan Turki Utsmani, Kerajaan Safawi di Persia, dan Kerajaan Mughal di India. Kerajaan tersebut merupakan kerajaan islam terbesar dan paling lama masa kekuasaanya. Menariknya, walaupun ke-tiga kerajaan tersebut berlangsung pada masa yang sama, tetapi ke-tiga kerajaan Islam ini mempunyai keadaan sosial, ekonomi, dan politik yang berbeda.
1. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah tentang Kerajaan Turki Utsmani ?
b. Bagaimana sejarah tentang Kerajaan Safawi ?
c. Bagaimana sejarah tentang Kerajaan Mughal India ?
2. Tujuan Penulisan
a. Untuk menjelaskan sejarah tentang Kerajaan Turki Utsmani
b. Untuk menjelaskan sejarah tentang Kerajaan Safawi
c. Untuk menjelaskan sejarah tentang Kerajaan Mughal India
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerajaan Turki Utsmani
1. Berdirinya Kerajaan Turki Utsmani
Dalam waktu yang singkat, pada abad ke-15 (9 H), Bangsa Turki membuat debut panggung sejarah. Pendiri kerajaan ini berasal dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan utara negeri Cina.
Dibawah kepemimpinan Ertoghrol, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II (Sultan Saljuk) yang kebetulan sedang berperang melwan Byzantium. Berkat bantuan mereka, sultan Alauddin mendapat kemenangan. Atas jasa baik tersebut, Sultan Alauddin II menghadiahkan sebidang tanah diwilayah Asia Kecil yang berbatasan langsung dengan Byzantium.
Pada tahun 1289 M, Ertoghrol meninggal dunia dan kemudian Sultan Alauddin II menunjuk cucunya yang sulung Utsman sebagai penguasa diwilayah yang berbatasan dengan Byzantium. Utsman memerintah pada tahun 1290 – 1326 M. Tidak lama kemudian Sultan Alauddin wafat dan tidak ada yang layak untuk menggantikannya. Melihat kekosongan pemerintahan tersebut. Maka terbukalah peluang bagi Utsman untuk menuju tingkat yang lebih tinggi. Dengan naiknya Utsman menggantikan sultan Alauddin II, maka berakhirlah masa pemerintahan Saljuk dan berdirilah Kerajaan Turki Utsmani yang dipimpin oleh Utsman, yang bergelar Padisyah Al-Utsman (Raja Besar Keluarga Utsman.
Nama kerajaan Utsmani itu diambil dan dibangsakan kepada nenek moyang mereka yang pertama, Sultan Utsmani ibn Sauji ibn Etoghrol ibn Sulaiman Syah ibn Kia Alp, di Asia tengah.
2. Sultan Turki Utsmani
Kerajaan Turki Utsmani berkuasa sekitar 625 tahun (1299 – 1924 M ). Tidak kurang dari 38 – 40 sultan yang memerintah di kerajaan tersebut.
Antara lain sebagai berikut :
a. Sultan Urkhan ( 726 – 761 H / 1362 – 1359 M )
Utsman wafat pada tahun (1326 M), kemudian digantikan oleh puteranya yang bernama Urkhan yang melanjutkan siasat dari perjuangan ayahnya.
1) Usaha-usaha Urkhan dalam negeri :
· Sultan Urkhan memfokuskan perhatianya untuk mengatur peraturan pemerintahan.
· Mendirikan pabrik mata uang.
· Membangun pasukan tentara yang teratur bernama Inkhisyariyah (Janissary) yang berarti tentara baru. Pasukan Inkhisyariyah merupakan tentara gabungan dari bangsa Turki dan non turki. Tentara ini dapat mengubah kerajaan Utsmani menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukan negeri-negeri non muslim.
2) Usaha di luar negeri:
· Ia mengirimkan tentaranya ke Byzantium, sehingga dapat menaklukan Azmir (Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanli pada tahun 1330 M, Iskandar (1338 M), dan Gallipoli (1356 M).daerah tersebut merupakan bagian dari benua Eropa yang pertama kali diduduki Kerajaan Utsmani.
b. Sultan Murad I (761-789 H / 1359-1389 M)
Sultan Murad I menggantikan ayahnya (Urkhan) dari tahun 1359 M. Selain memantapkan keamanan dalan negeri, beliau dapat menaklukan Andrianopel (1363 M), yang kemudian dijadikan sebagai ibukota baru.
Dengan jatuhnya Andrianopel, kerajaan Turki Utsmani dapat mengepung Kerajaan Byzantium dari segala penjuru. Sehingga daerah ini menjadi daerah terpencil, dan tidak dapat berhubungan dengan kerajaan-kerajaan Kristen lainya di Eropa. Pada saat itu pasukan Turki Utsmani sedang menghadapi serangan dari bangsa-bangsa Slavia, Serbia, Bulgaria dan kerajaan Hongaria (Magyar) yang bergabung menjadi satu. Dalam pertempuran di Kassawa tahun 1389 M, tentara Slavia kalah dan raja Serbia terbunuh. Maka tunduklah kerajaan Serbia dan Bulgaria kepada Turki Utsmani.
c. Sultan Bayaazid I (1389-1403 M)
1) Usaha dalam negeri :
Ia senantiasa mendidik kader-kader militan yang akan diserahi jabatan-jabatan tinggi dalam ketentaraan maupu dalam pemerintahan. Semasa pemerintahanya, ia dapat manaklukan Saloniki dan tanah Semenanjung Morea.
2) Usaha luar negeri
Sultan Bayazid I berhasil membawa kemenangan dalam pertempuran di Nivopolis tahun 1396 M. Dalam pertempuran tersebut ia berhadapan dengan pasukan Kristen Magyar dan Slavia dibawah pimpinan Raja Hongaria Sijisman.
Sultan Bayazid I memulai penyerangannya terhadap kerajaan Hongaria serta mengepung Kota Konstantinopel, tetapi terhalang oleh datangnya Banga Monggol Tartar di bawah pimpinan Timur Lenk yang akan menyerang Asia Barat, sehingga mereka sampai di Asia Kecil. Pertempuran terjadi di Ankara tahun 1402 M. Tentara Turki Utsmani mengalami kekalahan. Bayazid I bersama puteranya Musa tertawan dan wafat dalam tawanan tahun 1403 M.
d. Sultan Muhammad I (1403-1421 M)
Kekacauan-kekacauan akibat kekalahan Bayazid I baru dapat diatasi oleh Sultan Muhammad I putera bungsu Sultan Bayazid, hingga tahun 1413 M. Ia berusaha menyatukan daulat-daulatnya, untuk mengembalikan kekuatan dan kekuasaan sebagaimana semula. Untuk itu, ia harus memerangi daerah yang sudah terpecah belah akibat serbuan pasukan Mongol, dan selama 10 tahun baru dapat berhasil. Ia juga mengadakan perjanjian damai dengan kerajaan Byzantium dan Republik Venesia.
e. Sultan Murad II (1421-1451 M)
Sultan Murad II membalas dendam terhadap Byzantium dengan mengadakan pengepungan ke Kota Konstantinopel beberapa minggu. Pengepungan tersebut terpaksa dibubarkan, karena Asia Kecil meletus pemberontakan dari saudaranya sendiri yang berkhianat. Akhirnya pemberontakan itu dapat diselesaikan dan saudaranya mati dalam pertempuran.
Bangsa-bangsa Serbia, Bulgaria, Bosnia, Albania, dan Hongaria bersatu dibawah pimpinan Raja Hunyodi dari Hongaria melawan pasukan Turki Utsmani. Maka bertemulah kedua pasukan itu di dekat Kota Belgrado.
Dalam pertempuran ini Pasukan Turki mengalami kekalahan pada tahun 1422 M. Pertempuran itu dilanjutkan lagi pada tahun 1443 M, yang mana pasukan Turki harus menghadapi pasukan gabungan tersebut ditambah pasukan Salib.
Pasukan Turki terpaksa mundur dan Sultan Murad II meminta berdamai. Maka terjadilah perjanjian di Zegedin pada tahun 1444 M, yang isinya adalah :
· Serbia mendapatkan kemerdekaan kembali.
· Rumania bergabung dengan Hongaria.
· Diadakan gencatan senjata selama 10 tahun
Tetapi tidak lama kemudian pasukan gabungan Hunyodi melanggar perjanjian, dengan mengadakan penyerbuan mendadak ke wilayah Turki sampai Laut Hitam. Dengan terpaksa Sultan Murad II berperang lagi, dengan dikawal 40.000 pasukan untuk menyerbu Hongaria.
Dan kali ini Turki Utsmani memperoleh kemenangan yang gemilang, sehingga Serbia dan Bosnia kembali menjadi wilayah kekuasaan Turki Utsmani pada tahun 1450 M. Mulai saat itu, kekuasaan Turki Utsmani di Balkan tegak kembali.
f. Sultan Muhammad II (1451-1484 M)
Turki Utsmani mencapai puncak kejayaanya pada masa Sultan Muhammad II dan beliau juga disebut Muhammad Al-Fatih. Sultan Muhammad Al-Fatih dapat mengalahkan Byzantium dan menaklukan Kota Konstantinopel pada tahun 1453 M. Kemenangan inilah yang telah melepaskan umat Islam selama 800 tahun dari keadaan sebaliknya, telah menggairahkan kembali seluruh dunia muslim, dan membangkitkan kembali semangatnya. Umat muslim merasa bahwa mereka dapat menggantungkan harapan mereka pada Bangsa Turki Utsmani sebagai pemimpin-pemimpin yang berkemampuan membangkitkan Islam kembali, mereka dapat di percaya untuk keepemimpinan umat Islam.
g. Sultan Salim I (1512-1520 M)
Usahanya adalah mengalihkan perhatian ke arah timur dengan menaklukan Persia, Syiria, dan dinasti Mamalik di Mesir. Sultan Salim I juga meminta kepada bekas ke khalifahan Abbasiyah di Mesir agar menyerahkan kekhalifahan kepadanya, ketika ia menaklukan dinasti Mamalik di sana.
h. Sultan Sulaiman Al-Qonuni (1520-1566 M)
Usaha Sultan Sulaiman Al-Qonuni adalah melanjutkan usaha Sultan Salim I. Ia mengerahkan ekspansinya ke seluruh wilayah yang berada di sekitar Turki Utsmani. Sultan Sulaiman berhasil menundukkan Irak, Belgrado, Pulau Rodhes, Tunis, Budapest, Yaman.
Setelah Sultan Sulaiman meninggal dunia, terjadilah perebutan kekuasaan antara puteranya-puteranya dan menyebabkan kemundurannya. Meskipun demikian, Kerajaan Turki Utsmani tetap mencapai kemajuan dalam bidang sebagai berikut :
1) Bidang militer dan pemerintahan
Kekuatan militer kerajaan ini mulai di organisasikan dengan baik dan teratur pada masa pemerintahan Sultan Murad I. Tahap selanjutnya Orkhan mengadakan perombakan dalam tubuh organisasi militer dalam bentuk mutasi personil pimpinan dan perombakan dalam keanggotaan. Bangsa-bangsa non Turki dimasukkan sebagai anggota. Program ini ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang disebut Jenissari dan Inkisyariyah. Pasukan ini dapat mengubah negara Utsmani mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukan negeri non muslim. Faktor utama yang mendorong kemajuan ini adalah tabiat Bangsa Turki itu sendiri yang bersifat militer, disiplin, dan patuh terhadap peraturan.
2) Bidang ilmu pengetahuan dan budaya
Turki Utsmani lebih banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran, sementara dalam bidang ilmu pengetahuan mereka tidak begitu kelihatan menonjol. Namun demikian, mereka banyak berkiprah dalam pembangunan arsitektur yang indah seperti Masjid Jami’ Sultan Muhammad Al-Fatih.
3) Bidang keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan yang besar dalam sosial dan politik. Masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syari’at sehingga fatwa Ulama menjadi hukum yang berlaku.
B. Kerajaan Safawi di Persia
1. Berdirinya Kerajaan Safawi
Kerajaan Safawi berdiri pada saat kerajaan Turki Utsmani mencapai puncak kejayanannya. Kerajaan Safawi ini berasal dari sebuah gerakan tarekat di Ardabil sebuah kota di Azerbaijan (wilayah Rusia) yang berdiri hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan Turki Utsmani di Turki.
Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya Safi’ Al-Din pada tahun 1252-1334 M). Kerajaan Safawiyah menganut paham aliran Syi’ah dan ditetapkan sebagai madzhab negaranya. Safi’Al-Din keturunan dari imam Syi’ah yang ke enam yaitu Musa Al-Kazhim. Karena alim dan sifat zuhudnya, maka Safi’ Al-Din diambil menantu oleh gurunya yang bernama Syekh Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M), yang dikenal dengan julukan Zahid Al-Gilani. Dalam waktu yang tidak lama, tarekat ini berkembang pesat di Persia, Syria, dan Asia Kecil.
Fanatisme penganut tarekat Safawiyah yang menantang golongan selain Syi’ah mendorong gerakan ini memasuki gerakan politik. Kecenderungan terhadap politik ini terwujud pada masa kepemimpinan Junaid pada tahun 1447-1460 M. Dimana sang Imam menambahkan gerakan politik selain gerakan keagamaan. Hal ini menimbulkan konflik antara tarekat Safawiyah dengan penguasa Kara Koyunlu (Domba Hitam), salah satu cabang bangsa Turki yang berkuasa di wilayah ini. Sang imam berhasil diusir oleh pihak penguasa dan diasingkan. Selanjutnya sang Imam bersekutu dengan Uzun Hasan, seorang pemimpin Ak-Koyunlu (Domba Putih) . Persekutuan Imam Junaid dengan Uzun Hasan semakin kuat, akibat pernikahannya saudara perempuan Uzun Hasan. Imam Junaid tidak berhasil meraih supremasi politik di wilayah ini, lantaran upayanya merebut kota Ardabil dan Sircassia megalami kegagalan.
Sepeninggal Imam Junaid, pimpinan tarekat Safawiyah digantikan oleh anaknya yang bernama Haidar. Atas persekutuan dengan Ak-Koyunlu, Haidar berhasil mengalahkan kekuatan Ak-Koyunlu dalam pertempuran yang terjadi pada tahun 1476 M. Kemenangan ini membuat nama Safawiyah semakin besar, dan hal ini tidak dikehendaki oleh Ak-Koyunlu. Persekutuan antara Safawiyah dengan Ak-Koyunlu berakhir oleh sikap Aka-Koyunlu yang memberikan bantuan kepada Sirwan. Ketika terjadi pertempuran antara pasukan Haidar dengan pasukan Sirwan. Pasukan Safawiyah mengalami kehancuran, dan Haidar sendiri terbunuh dalam peperangan ini.
Kekuatan Safawiyah bangkit kembali dalam kepemimpinan Isma’il. Selama lima tahun, ia mempersiapkan kekuatan dengan membentuk pasukan Qizilbash (Pasukan Baret Merah) yang bermarkas di Gilan pada tahun 1501 M. Pasukan Qizilbash berhasil mengalahkan Ak-Koyunlu dalam peperangan didekat Nakhchivan dan berhasil menaklukan Tibriz, pusat kekuasaan Ak-Koyunlu. Di kota ini Ismai’l memproklamirkan berdirinya kerajaan Safawiyah dan sekaligus menobatkan diri sebagai raja pertaamanya.
2. Para Penguasa Kerajaan Safawi
Isma’il berkuasa selama 23 tahun, yakni antara tahun 1501-1524 M. Hanya selang waktu 10 tahun wilayah kekuasaan Isma’il sudah meliputi seluruh Persia dan bagian timur Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent). Ambisi politik mendorongnya untuk terus menambah kekuasaan, namun Isma’il terbentur musuh yang sangat kuat dan membenci golongan Syi’ah, yaitu Kerajaan Turki Utsmani. Peperangan dahsyat terjadi pada tahun 1514 M, di wilayah Chaldiran dekat sungai Tibriz dan kemenangan akhirnya berpihak pada Turki Utsmani. Sepeninggal Isma’il peperangan antara dua kerajaan besar ini kembali berlanjut pada pemerintahan Tahmasp I, Isma’il II, dan Muhammad Khudabanda. Pada masa tiga kerajaan ini, Safawi melemah karena sering terjadi pertentangan antar kelompok didalam negeri.
Munculnya Raja safawi Ke lima, Abbas I (1588-1628 M) mampu memulihkan kekuatan kerajaan Safawi dengan menempuh kebijakan sebagai berikut :
· Mengurangi dominasi pasukan Qizilbash dengan cara membentiuk pasukan baru yang direkrut dari budak tawanan perang, seperti : Bangasa Georgia, Bangsa Armenia, dan Bangsa Siecassia.
· Mengadakan perjajian damai dengan Kerajaan Turki Utsmani, yaitu ia rela melepaskan wilayah Azerbaijan, Georgia, dan sebagian wilayah lainnya. Dia juga berjanji tidak akan menghina Abu Bakar As-Shidiq, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan. Sebagai jaminan atas perjanjian tersebut, Abbas I menyerahkan saudara sepupunya Haidar Mirza sebagai sandera di Istanbul.
Dengan langkah-langkah yang ditempuh olehnya, boleh dikatakan Abbas I membuat kerajaan Safawi menjadi menguat. Ia kembali melirik wilayahnya yang sempat lepas. Kemudian ia kembali mencoba menyusun kekuatan militer yang kuat, setelah membina militernya dengan baik, Abbas I berusaha merebut wilayah kekuasaanya kembali dari Turki Utsmani. Perbedaan aliran antar kedua kerajaan ini menyebabkan rasa permusuhan yang tidak pernah padam. Pada tahun 1602 M, disaat Turki Utsmani berada di bawah kepemimpinan Sultan Muhammad II, Abbas I menyerang dan berhasil menguasai Tibriz, Sirwan, dan Baghdad. Pada tahun 1622 M, pasukan Abbas I berhasil merebut kepulauan Hurmuz.
3. Masa Kejayaan Safawi
Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Ia berhasil mengatasi gejolak politik dalam negeri yang mangganggu stabilitas negara, dan sekaligus berhasil merebut kembali beberapa wilayah kekuasaannya yang sebelumnya lepas tersebut oleh kerajaan Turki Utsmani.
· Kemajuan bidang ekonomi
Bukti nyata perkembangan perekonomian Kerajaan Safawi adalah dikuasainya kepulauan Hurmuz dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas pada masa Abbas I. Maka salah satu jalur dagang yang menghubungkan antara Timur dan Barat sepenuhnya menjadi milik Kerajaan Safawi. Disamping sektor perdagangan, Kerajaan Safawi juga megalami kemajuan di sektor pertanian terutama didaerah Bulan Sabit Subur (Fertille Crescent).
· Bidang ilmu pengetahuan
Bangsa Persia dalam sejarah Islam dianggap berjasa bersar dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Maka tidaklah mengherankan apabila kondisi tersebut terus berlanjut, sehingga muncul ilmuwan seperti Baha Al-Din Asy-Syaerozi, Sadar Al-Din Asy-Syaerozi, dan Muhammad al-Baqir Al-Din ibn Muhammad Damad, masing-masing adalah ilmuwan dibidang filsafat, sejarah, teolog, dan ilmu umum.
· Bidang seni
Kemajuan seni arsitektur ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan megah yang menghiasi ibukota kerajaan ini. Sejumlah Masjid, sekolah, rumah sakit, jembatan yang memanjang diatas Zende Rud dan Istana Chihilsutun. Kota Isfahan turut berpindah dengan kebun wisata.
C. Kerajaan Mughal India
1. Berdirinya Kerajaan Mughal di India
India menjadi wilayah Islam pada masa Dinasti Umayyah, yakni pada masa Khalifah Al- Walid. Penaklukan wilayah ini dilakukan oleh pasukan Umayyah yang dipimpin panglima Muhammad ibn Qasim. Kemudian pasukan Ghaznawiyah dibawah pimpinan Sultan Mahmud mengembangkan kedudukan Islam di wilayah ini dengan berhasil menaklukan seluruh kekuasaan Hindu dan mengadakan pengislaman sebagian masyarakat India pada tahun1020 M. Setelah Ghaznawi hancur, muncullah beberapa dinasti kecil yang menguasai negeri India, seperti Dinasti Khalji (1296-1316 M), Dinasti Tuglag (1320-1412 M), Dinasti Sayyid (1414-1451 M) dan Dinasti Lodi (1451-1526 M).
Kerajaan Mughal didirikan oleh Zahiruddin Babur, yang merupakan seorang keturunan Timur Lenk, ayahnya bernama Umar Mirza adalah penguasa Farghana, sedangkan ibunya keturunan Jenghis Khan.
Kerajaan Mongol dan Mughal di India memiliki keterkaitan, karena sama-sama didirikan oleh bangsa Mongol dan keturunannya.sedangkan pengambilan nama Mughal dari nama kebesaran Bangsa Mongol.
2. Usaha yang dilakukan oleh Zahiruddin Babur
a. Menaklukan Kota Samarkand pada tahun 1494 M.
b. Menaklukan Kabul yang merupakan Ibukota Afghanistan (1504 M).
c. Melakukan penyerangan India, dibawah pemerintahan Ibrahim Lodi. Dalam menaklukan kota-kota tersebut, Zahiruddin Babur memperoleh bantuan dari raja Safawi dan Isma’il I.
3. Raja-raja Mughal
Sepeninggal Zahiruddin Babur, pemerintahan selanjutnya dipegang oleh anaknya Humayyun. Selama roda kepemimpinannya, kondisi pemerintahan tidak pernah stabil. Selain banyak menghadapi peperangan, ia harus menghadapi gerakan pemberontak Bahdur Syah penguasa gujarat dan pertempuran besar dengan Sher Khan di Kanauj pada tahun 1540 M. Pada tahun 1556 Humayyun meninggal.
Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh Akbar (1556-1603 M). Jika dilihat sosio-historis menjelang pemerintahan Akbar ini ternyata budaya hindu-astrologi, kasta dan sihir sudah mendarah daging. Dalam pemerintahan militeristik, Akbar adalah penguasa diktator. Akbar juga menerapkan politik Sulakhul (Toleransi Universal). Dengan demikian, tidak ada perbedaan antar etnis dan agama.
Kemajuan yang dicapai Akbar masih dapat bertahan oleh 3 sultan berikutnya, yaitu Jehangir (1605-1628 M). Syah Jehan (1628-1658 M). Dan Aurangzeb (1658-1707 M).
4. Kemajuan yang dicapai Kerajaan Mughal
Stabilitas politik yang berhasil diciptakan oleh Akbar mendukung pencapaian kemajuan dibidang perekonomian, ilmu pengetahuan dan perdaban. Kemajuan dibidang ekonomi ditandai dengan sektor pertanian dan perindustrian. Pada masa ini dikembangkan penaganan pertanian secara terstruktur.
Ilmu pengetahuan tidak banyak mengalami kemajuan dibandingkan dengan kemajuannya dimasa–masa sebelumnya. Sementara yang lebih menonjol adalah kemajuan dalam bidang seni syair dan seni arsitektur. Karya seni yang masih dapat dinikmati sekarang adalah merupakan karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya arsitektur yang indah dan mengagumkan, seperti Istana Fatpur Sikri di Sikri dan Taj mahal yang dibangun pada masa Syah Jehan di Kota Agra.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Ketiga kerajaan ini mempunyai unsur-unsur yang menarik untuk dibandingkan. Unsur yang terpenting adalah target yang ada pada masa tiga kerajaan ini. Sebagaimana yang telah diketahui, target utama Kerajaan Turki Utsmani adalah Eropa dan peradaban Kristen, sedangkan Kerajaan Mughal mangacu pada peradaban Hindu, begitu pula dengan Kerajaan Safawi yang menghadapi dua kerajaan tersebut.
Dari rentetan sejarah Islam, pada masa tiga kerajaan besar Islam merupakan masa kebangkitan dan masa kejayaan Islam. Setelah peradaban Islam dihancurkan oleh Bangsa Mongol, tiga kerajaan besar tersebut mampu mengukir prestasi.
2. Saran
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan gambaran dan menambah wawasan kita tentang Tiga Kerajaan Besar Islam. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik maupun saran yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Fatah Syukur NC, M.Ag. Sejarah Peradaban Islam (Semarang:PT Pustaka Rizki Putra)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar