TAFSIR TARBAWI: BAKTI PADA ORANG TUA
"Bersyukur kepada Ibu Bapak"
"Dialog Mohon Pertimbangan Suatu Masalah"
Putri Alfa 2021114134
Kelas : H
PRODI PAI/JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Agung Nabi Muhammad Saw. yang selalu kita nantikan syafaatnya di hari akhir nani.
Makalah ini disusun agar dapat memperluas ilmu Tafsir Tarbawi yang kemudian kami mengambil judul “Berbakti Kepada Orang Tua” yang bisa dispesifikan lagi yaitu mengenai bahasan bersyukur kepada ibu dan bapak yang menjadi acuan terdapat dalam tafsiran QS. Luqman ayat 13-15 dan juga tentang dialog mohon pertimbangan suatu masalah yang terdapat dalam QS. Yusuf ayat 4-5 yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi dan juga beberapa referensi. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa STAIN PEKALONGAN.
Pembuatan makalah ini tidak terlepas dari beberapa pihak yang membantu. Kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu kami dalam penyusunan makalah ini, terkhusus untuk Bapak dosen Bapak Ghufron Dimyati M.S. I selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi II. Kami juga sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada para mahasiswa ataupun mahasiswi, dan pembaca pada umumnya kami meminta kritik dan sarannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang.
Pekalongan, 26 Febuari 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mendidik anak adalah tugas yang tidak mudah bagi orang tua, karenan semakin berkembangnya zaman dengan segala kemajuan teknologi orang tua harus lebih ekstra memperhatikan perkembangan anak. Banyak sekali referensi mengenai cara mendidik anak yang dituangkan oleh seorang tokoh. Seperti halnya Luqman dalam mendidik anaknya. Awalnya beliau mananam dengan kuat keimanan kepada Allah kepada anaknya, dan selalu memberi nasehat kepada anaknya untuk selalu berbakti kepada orang tuanya. Karenan ridho Allah itu berada diridhonya orang tua.
Al-Qur’an pun sering menyinggung tentang bagaimana seharusnya seoarang anak harus menghormati kedua orang tuanya. Dalam makalah ini penulis mencoba menuangkan bagaimana seharusnya orang tua bisa memberikan yang terbaik kepada anaknya dengan meniru Luqman didalam mendidik anak dan bagaimanan seharusnya menjadi seorang anak menghormati berbakti dan patuh kepada kedua orang tuanya.
Adapun intisari Surat Yusuf ayat ke 4-5 adalah tentang betapa seorang ayah semestinya mencintintai anaknya dengan memberikan nasihat yang baik untuk anaknya dan bagaimana semestinya seorang anak selalu terbuka kepada ayahnya (orang tua).
Jika kita lihat realita pada zaman sekarang, ketidak karuan kondisi bangsa ini terutama dalam perihal karakter ataupun moral maka perlu sekali pemahaman tentang kedua surat tersebut kepada masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Surat Luqman 13 – 15 (Bersyukur kepada Ibu Bapak)
1. Definisi Judul
Birrul Walidain (Arab: بر الوالدين) adalah bagian dalam etika Islam yang menunjukkan kepada tindakan berbakti (berbuat baik) kepada kedua orang tua. Yang mana berbakti kepada kedua orang tua ini hukumnya fardhu ain (wajib) bagi setiap Muslim, meskipun seandainya kedua orang tuanya adalah non muslim. Setiap muslim wajib mentaati setiap perintah dari keduanya selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan perintah Allah.
Dalam Islam tidak saja ditekankan harus menghormati kedua orang tua saja, akan tetapi ada akhlak yang mengharuskan orang yang lebih muda untuk menghargai orang yang lebih tua usianya dan yang tua harus menyayangi yang muda. Seorang ulama dalam bukunya juga menjelaskan hal yang serupa. Dalam segala kegiatan umat Islam diharuskan untuk mendahulukan orang-orang yang lebih tua usianya, penjelasan ini berdasarkan perintah dari Malaikat Jibril, karena dikatakan bahwa menghormati orang yang lebih tua termasuk salah satu mengagungkan Allah.
2. Terjemah
وَاِذْقَالَ لُقْمَانُ لِاَبْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللّهِ اِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13) وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ اُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ(14) وَاِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى اَنْ تُشْرِكَ بِي ما لَيْسَ لكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا وَاتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ اِلَيَّ ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَاكُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ (15)
Artinya:
(13) “dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar”
(14) “dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapih dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu.hanya kepada-Kulah kembalimu.
(15) “dan jika keduanya memaksa untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuan tentang itu. Maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergauilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu. Maka kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”
.
3. Penjelelasan Ayat
a. Tafsir Ayat ke 13
Kata ) ( يعظه ya’izhuhu terambil dari kata (وعظ) wa’zh yaitu nasihat menyangkut berbagai kebajiakan dengan cara yang menyentuh hati. Ada juga yang mengartikannya sebagai ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman. Penyebutan kata ini sesudah kata dia berkata untuk memberi gambaran tentang bagaimana perkataan itu beliu sampaikan, yakni tidak membentak, yakni penuh kasih sayang sebagaimana dipahami dari panggilan mesrahnya kepada anak. Kata ini juga mengisyaratkan bahwa nasehat itu dilakukanya dari saat ke saat, sebagaimana dipahami dari bentuk kata kerja masa kini dan datang pada kata ) ( يعظه ya’izhuhu.
Sementara ulama yang memahami kata ( وعظ ) wa’zh dalam arti ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman, berpendapat bahwa kata tersebut mengisyaratkan bahwa anak Luqman itu adalah seorang musyrik, sehingga sang ayah yang menyandang hikmah itu terus menerus menasehatinya sampai akhirnya sang anak mengakui Tauhid. Dikemukakan oleh Thahir Ibn Asyur ini sekedar dugaan yang tidak memiliki dasar yang kuat. Nasihat dan ancaman tidak harus dikaitkan dengan kemusyrikan. Disisi lain, bersangka baik terhadap anak Luqman jauh lebih baik daripada bersangka buruk.
Kata ( نبنيّ ) bunnayya adalah patron yang menggambarkan kemungilan asalnya adalah ( ابني ) ibny dari kata ( ابن ) ibn yakni anak laki-laki. Pemungilan tersebut mengisyaratkan kasih sayang. Dari sini kita dapat berkata bahwa ayat di atas memberi isyarat bahwa mendidik hendaknya didasari oleh rasa kasih sayang terhadap anak didiknya.
b. Tafsir Ayat ke 14
“Dan kami wasiatkan kepada manusia kepada kedua ibu bapaknya” (pangkal ayat 14). Wasiat kalau datang dari Allah sifatnya adalah perintah. Tegasnya bahwa Tuhan memerintahkan kepada manusia agar mereka menghormati dan memuliakan kedua ibu bapaknya. Sebab dengan melalui jalan kedua ibu-bapaknya itulah manusia dilahirkan ke muka bumi. Sebab itu, sudah semestinya jika keduanya dihormati. Maka jauhlah berbeda anggapan dan ajaran Islam dengan ajaran yang lain yang mengatakan bahwa persetubuhna ibu bapak menyebabkan manusia menderita malang dalam dunia ini. Dalam Islam sendiri diajarkan bahwa hidup dinuia adalah untuk beribadat kepada Tuhan, dan sebagai khalifah di muka bumi ini.
“ibunya telah mengandungnya dengan susah payah”. Dalam sepatah ayat ini digambarkan bagaimana payah ibu mengandung. Payah sejak dari mengandung sampai puncak diwaktu anak hendak dilahirkan. “Dan memeliharanya dalam masa dua tahun”. Yaitu sejak melahirkan lalu mengasuh, lalu menyusukan, menjaga selamam sakit dan senangny sampai berjalan, tegak, jatuh dan tegak sampai tidak jatuh lagi dalam masa dua tahun.
“Bahwa bersyukurlah kamu kepada Allah dan kepada kedua orang tuamu”. Syukur pertama adalah kepada Allah, karena semuanya itu berkat Rahmat Allah belaka. Setelah itu bersyukurlah kepada kedua orang tuamu. Ibu yang mengasuh dan Ayah yang melindungi dan membela ibu serta anak-anaknya. Ayah yang berusaha mencari sandang dan pangan setiap hari. Akhirnya diperingatkanlah kemana akhir perjalan ini. “kepada-Kulah tempat kembali”. (ujung ayat 14)
Dibayangkanlah ujunag ayat ini keharusan yang musti ditempuh yaitu lambat atau cepat bapk ibu akan dipanggil oleh Tuhan, dan anak yang ditinggalkan akan bertugas pula mendirikan rumah tangga, mencari teman hidup dan beranak cucu, untuk semuanya akhirnya pulang juga kepada Tuhan.
c. Tafsir Ayat ke 15
“dan jika keduanya mendesak engkau bahwa hendak mempersekutukan-Ku dalam hal yang tidak ada ilmu padanya” (pangkal ayat 15). Ilmu yang sejati niscaya diyakini oleh manusia. Manusia yang telah berilmu amat payah buat digeserkan oleh sesamanya manusia kepada sesuatu pendirian yang tidak berdasarkan ilmiah. Bahwa, Allah itu Esa, adalah puncak dari segala ilmu dan hikmat. Satu waktu seorang anak yang setia kepada orang tuanya akan didesak, dikerasi, kadang-kadang dipaksa oleh orang tuanya untuk mengubah pendirian yang telah diyakininya. Sekarang terjadi ibu-bapak yang wajib dihormati itu sendiri yang mengajak agar menukar ilmu dengan kebodohan, menukar tauhid dengan syirik. Tegas-tegas dalam ayat ini Yuhan memberi pedoman “Janganlah engkau ikuti keduanya”.
“Dan pergauilah keduanya di dunia ini dengan sepatutnya”. Artinya ialah bahwa keduanya selalu dihormati, disayangi, dicintai dan sepatutnya dengan yang ma’ruf. Jangan mereka dicaci dan dihina, melainkan tunjukkan saja bahwa dalam hal aqidah memang berbeda aqidah engkau dengan aqidah beliau. Kalau mereka sudah tua asuhlah mereka dengan baik.
“dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaku”. Yaitu jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang beriman. Karena itulah jalan yang selamat, yang tidak berbahaya. “kemudian kepada-Kulah kalian semua akan pulang”. Karena datangnya kita ini adalah dari Allah, perjalanan hidupp di dunia ini dalam jaminan Allah dan kelak akan pulang kepada-Nya juga. “maka akan aku beritakan kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. Allah kelaklah yang akan menilai baik buruknya apa yang kamu amalkan selama dalam dunia. Sebab itulah maka dari sekarang bimbingan wajib Tuhan diterima, dengan menempuh jalan yang ditempuh oleh orang yang beriman. Jangan menempuh jalan sendiri
4. Hadits Pendukung
Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Abdullah bin Mas’ud r.a, ia berkata: ketika turun ayat, :Orang-orang yang beriman beriman dan tidak mencampuadukkan iman mereka dengan kezaliman” (terjemah Al An’aam ayat 82). Para sahabat Rasulullah Saw berkata, :Siapakah diantara kami tidak melakukan kezaliman kepada dirinya?” maka Allah menurunkan ayat Al-Luqman ayat 13.
Al Hafizh dalam Al Fath juz 1 hal. 95 berkata, riwayat Syu’bah ini menghendaki, bahwa pernyataan tersebut merupakan sebab turunnya ayat yang ada dalam surah Luqman, akan tetapi Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari jalan yang lain dari Al A’masy, yaitu Sulainman yang disebutkan dalam hadits bab ini, maka riwayat Jarir darinya disebutkan, bahwa mereka (para sahabat) berkata, “siapakah diantara kami yang tidak mencampuradukkan keimanannya dengan kezaliman?” maka beliau berkata, “Bukan seperti itu. Tidakkah kamu mendengar kata-kata Luqman. Dalam riwayat Waki’ darinya (Ibnu Mas’ud) pula disebutkan, “Bukan seperti yang kamu kira”, sedangkan dalam riwayat Isa bin Yunus disebutkan, “Sesungguhnya ia adalah sirik. Dan tidakkah kamu mendengar kata-kata Luqman.
Zahir hadits ini menunjukkan bahwa ayat yang disebutkan dalam surat Luman sudah diketahui oleh para sahabat.
Artinya: “Sembahlah Alloh dan jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan apa pun. Berbuat baik lah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya, Alloh tidak menyukai orang sombong dan membanggakan diri. (QS An-Nisa: 36)
5. Aplikasi dalam Kehidupan
Ayat ini memperbincangkan tokoh pendidikan qur’ani yaitu Luqman al-Hakim ia seorang yang bijak, maka dengan kebijakannya ia berhasil mendidik anak dan istrinya menjadi muslim yang taat kepada Allah, padahal pada mulanya anak dan istrinya bukan muslim tetapi kafir.
Fokus daripada ayat ke 13-15 itu adalah berkenaan dengan akidah tauhid dan juga pembelajaran tentang menghormati kedua orangtua. Kajian-kajian keislaman yang meliputi hal-hal itu adalah materi yang harus diajarkan kepada anak-anak dalam keluarga. Persoalan-persoalan ini semestinya menjadi perhatian utama dalam suatu keluarga, hingga setiap anggota keluarga menguasai dan mampu mengamalkannya.
Mengikuti model pendidikan Luqman terhadap anaknya, maka materi pelajaran yang semestinya diberikan kepada anak dalam keluarga adalah meliputi akidah, akhlak dan hukum fiqh yang berkaitan dengan kewajiban sehari-hari.
Dari paparan ayat tersebut jika dikorelasikan, maka akan terlihat bahwa hikmah yang diberikan Allah kepada Luqman, mampu menjadikan dia sebagai orang yang mensyukuri nikmat Allah yang telah diberikan kepada dirinya. Kondisi ini relatif berbeda dengan kebanyakan manusia, dimana ia mendapatkan nikmat dari Tuhannya, yang nampak pertama kali dalam dirinya dalam sifat kufur dan dari kekufuran tersebut ia berupaya menjadikan nikmat yang ada pada orang lain, berkumpul menjadi miliknya atau setidaknya ia menginginkan agar orang lain tidak mendapatkan seperti apa yang ia dapatkan.
Selain Luqmann Hakim, al-Qur’an juga memperbincangkan banyak tokoh pendidik. Perbincangan itu meliputi keberhasilan mereka dalam mendidik keluarganya.mereka itu antara lain Nabi Ibrahim, Ya’kub dan Imran. Keberhasilan mereka ini membuat mereka menjadi hamba atau keluarga pilihan. Maka dalam rangka mendidik keluarga cara atau pola yang mereka lakukan perlu diteladani oleh setiap kepala keluarga muslim.
Dalam ayat tersebut diatas, juga dijelaskan bagaimana penyampaian pesan Tuhan yang ditujukan kepada Luqman melalui anaknya, al-Qur’an menggunakan sapaan Ibn, yang memberikan kejelasan kondisi psikologis antara keduabelah pihak dalam suasana yang akrab dan humanis, dan diantara pesan psikologis yang nampak dari kondisi tersebut dan bisa kita teladani atau implementasikan dalam kehidupan sehari-hari adalah:
a. Keseriusan yang didasari rasa tanggungjawab, dimana pesan itu muncul dari lubuk hati yang tulus, tanpa ada pamrih dan harapan apapun kecuali semata-mata hanyay diilhami oleh rasa mahabbah, yaitu mahabbatullah atas amanat yang harus dilakukan dan mahabbah al-abna atas hubungantali kasih keturunan.
b. Pesan yang disampaikan adalah himbauan moral, yang oleh al-Qur’an biasanya dikatkan dengan ungkapan wa’dz/mau’idzah.
6. Aspek Tarbawi
Sudah secara gamblang dan jelas bahwa Islam sendiri sangat memperhatikan pendidikan seorang anak, sehingga dicertakanlah kisah Luqman dan anaknya. Dari Q.S Al-Luqman ayat 13-15 ada beberapa aspek yang dapat kita pelajari antara lain:
a. Menanamkan pemahaman kepada anak sedini mungkin untuk selalu beriman menjalankan perinta Allah dan menjauhi larangan untuk menyekutukan-Nya
b. Nasihat Luqman kepada anaknya mengisyaratkan bahwa mendidik itu tidak hanya sebatas upaya transfer ilmu tetapi juga transfer nilai
c. Panggilan Luqman terhadap anaknya mengisyaratkan bahwa mendidik hendaknya di dasari oleh rasa kasih sayang terhadap peserta didik
d. Meninggalkan yang buruk yang puncaknya adalah syirik lebih utama dari pada mengamalkan yang baik
e. Salah satu hikmah yang tersebar adalah syukur, yakni memfungsikan anugerah yang diterima sesuai dengan tujuan penganugerahannya
f. Tidak dibenarkan mematuhi siapapun, walau ibu bapak dalam hal-hal yang berkaitan dengan ajaran agama
g. Wajib menghormati orang tua
B. Surat Yusuf ayat 4-5
1. Definisi Judul
Mimpi menurut pandangan hidup orang beragama adalah satu kenyataan yang tidak boleh dibawa lalu saja. Menurut sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Aisyah istri Nabi Muhammad s.a.w:
“Mulai sekali turun wahyu kepada Rosulullah s.a.w ialah mimpi yang benar, maka tiap-tiap mimpi itu datang, dia menyinar laksana cahaya subuh”.
Beberapa ayat di dalam al-Qur’an menyatakan mimpi-mimpi penting dari Nabi Muhammad s.a.w:
1) Tersebut di dalam surat al-Isra’ ayat 60, bahwa mimpi Rasulullah s.a.w menjadi fitnah atau ujian bagi manusia
2) Dalam surat al-Anfal ayat 43, diperhatikan di dalam mimpi Rasulullah s.a.w bahwa bilangan musuh dalam peperangan Badar nampak hanya sedikit. Padahal mereka banyak, sehingga sepintas lalu seakan-akan berbeda yang dilihat dalam mimpi dengan kenyataan yang sebenarnya.
Al Qurthubi menulis dalam tafsirnya: “Mimpi adalah suatu hal yang mulia dan penempatan yang tinggi. Dia bisa terjadi pada Nabi-nabi dan Rasul-rasul dan terjadi pula pada orang-orang yang shaleh.
2. Terjemah
(4)إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَا أَبتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَباً وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ
(5)قَالَ يَا بُنَيَّ لاَ تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُواْ لَكَ كَيْداً إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلإِنسَانِ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Artinya:
“(ingatlah) ketika Yusuf berkata kepada Ayahnya: wahay Ayahku sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan, kulihat semuanya sujud kepadaku (4) “Ayahnya berkata: hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara saudaramumu. Maka mereka akan membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi manusia (5)”.
3. Penafsiran
a. Tafsir ayat ke 4
Yusuf Menceritakan Mimpinya Kepada Ayahnya
Yusuf berkata kepada ayahnya, Ya’kub: sesungguhnya aku melihat dalam tidurku sebelas bintang, matahari dan bulan, semuanya bersujud kepdaku. Ayahnya tau, bahwa ini adalah mimpi ilham, bukan sebagai perintah tidur yang ditimbulkan oleh lintasan pikiran. Dan Yusuf bakal menjadi orang yang sangat penting dan mempunyai kekuasaan. Ia akan mengusai kleluarganya sampai bapak ibunya sendiri sampai saudara-saudaranya. Namun, Ya’kub khawatir juga jika saudaranya mendengar apa yang telah dia dengar itu, dan paham apa yang telah dia pahami itu, lalu mereka mendengki Yusuf dan berdaya upaya untuk membinasakannya. Oleh karena itu, beliau melarang anaknya itu menceritakan mimpinya kepada mereka.
b. Tafsir Ayat ke 5
Ayahnya Melarang Yusuf Menceritakan Mimpinya Kepada Saudaranya
Ya’kub berkata: hai anakku janganlah kamu menceritakan apa yang kamu lihat dlam mimpimu itu kepada saudara-saudaramu. Karena aku khawatir mereka akan mendengkimu, lalu ia berupaya membencimu dengan suatu rencana yang mereka atur dalam pikiran dan pendapat mereka. Kemudian Ya’kub menerangkan pula sebab kejiwaan dari daya upaya yang busuk itu. Beliau berkata: Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagi Adam dan seluruh anak keturunannya. Permusuhan itu benar-benar setan nyatakan kepada manusia. Karena itu, hati-hatilah jangan-jangan setan itu menggoda-goda saudaramu, kalu mencelakakan kamu karena kedengkian mereka terhadapmu, bila kamu menceritakan kepada mereka mimpimu itu. Sebab, biasanya setan itu segera memutuskan hubungan diantara sesama manusia ketika mereka kedatangan penyebab yang menimbulkan hawa nafsu. Lebih-lebih dengki yang memang sudah menjadi naluri dalam fitrah manusia.
4. Hadits Pendukung
Adapun hadits ayat pendukung dari surat Yusuf ayat ke 4-5 adalah:
وَكَذَلِكَ يَجْتَبِيكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِن تَأْوِيلِ الأَحَادِيثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَعَلَى آلِ يَعْقُوبَ كَمَا أَتَمَّهَا عَلَى أَبَوَيْكَ مِن قَبْلُ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبَّكَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
Artinya: “Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta'bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya ni'mat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan ni'mat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. Yusuf ayat ke 6)
5. Aplikasi dalam Kehidupan
Dari penjelasan Surat Yusuf ke 4 dan 5 maka banyak sekali pembelajaran yang bisa di dapatkan. Dengan kita tau itu maka kita bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut disebutkan diantara hal-hal yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari hari diantaranya, semestinya seorang Ayah memperhatikan pendidikan anknya, mengkondisikan anaknya agar siap menerima pemahaman, ilmu dan fiqh serta memberikan perhatian lebih terutama bagi mereka yang menunjukkan keseriusan.
Allah SWT memilih siapa saja diantara hamba-hamba-Nya menjadi orang pilihan-Nya dan yang demikian merupakan nikmat. Kita misalnya, Dia menjadikan kita manusia dan tidak menjadi benda mati, terlebih Dia menjadikan kita sebagai orang-orang muslim. Kita berharap kepada-Nya agar Dia mengistiqamahkan kita diatas agama-nya sampai akhir hayat dan mengumpulkan kita bersama orang-orang yang diberi-Nya nikmat.
6. Aspek Tarbawi
Dari ayat tersebut pelajaran yang dapat dipetik diantaranya:
a. Tidur dan mimpi sebenarnya merupakan salah satu jalan memperoleh kebenaran untuk sebagian orang tertentu. Mimpi yang baik berasal dari Allah.
b. Orang tua harus menjalin hubungan erat dengan ank-anak mereka, sehingga anak-anak mereka akan menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada keduanya.
c. Seorang bapak semestinya bersikap adil kepada anak-anaknya sedapat mungkin, dan jika salah seorang diantar mereka berhak mendapat perhatian lebih maka janganlah ia tampakkan agar tidak membuat yang lain cemburu
d. Dari rumah yang baik akan menghasilakan generasi yang baik, maka dari itu perlu memperhatikan lingkungan keluarga yang didasari dengan nilai-nilai keislaman
e. Sebagaimana mengisahkan sebuah dapat menimbulkan fitnah, maka semua yang kita saksikan di alam nyata pun tidak seharusnya diceritakan kepada semua orang. Karena hal itu bisa membangkitkan fitnah
f. Bahaya hasut yang timbul yang timbul dirumah tangga atau masyarakat adalah perkara serius, dimana sebagian besarnya dapat dicegah dengan sikap menyimpan rahasia.
KESIMPULAN
Dari pemaparan penulis mengenai dua surat diatas adalah bahwa surat Al Luqman ayat 15-16 mengajarkan sebagai seorang anak kita harus harus menghormati kedua orang tua saja, akan tetapi ada akhlak yang mengharuskan orang yang lebih muda untuk menghargai orang yang lebih tua usianya dan yang tua harus menyayangi yang muda. Seorang ulama dalam bukunya juga menjelaskan hal yang serupa. Dalam segala kegiatan umat Islam diharuskan untuk mendahulukan orang-orang yang lebih tua usianya, penjelasan ini berdasarkan perintah dari Malaikat Jibril, karena dikatakan bahwa menghormati orang yang lebih tua termasuk salah satu mengagungkan Allah.
Untuk Surat Yusuf ayat 4-5 mengajarkan bahwa Allah SWT memilih siapa saja diantara hamba-hamba-Nya menjadi orang pilihan-Nya dan yang demikian merupakan nikmat. Kita misalnya, Dia menjadikan kita manusia dan tidak menjadi benda mati, terlebih Dia menjadikan kita sebagai orang-orang muslim. Kita berharap kepada-Nya agar Dia mengistiqamahkan kita diatas agama-nya sampai akhir hayat dan mengumpulkan kita bersama orang-orang yang diberi-Nya nikmat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulmalik, Syaikh. 2006. Surabaya: Yayasan Latimojong
Hamka. 2002. Tafsir Al-Azhar Juz XII. Jakarta: Pustaka Panjimas
M. Yusuf, Kadar. 2013. Tafsir Tarbawi. Jakarta: Sinar Grafika Offset
Munir, Ahmad. 2008.Tafsir Tarbawi. Yogyakarta: Teras
Mushthafa Al Maraghiy. Ahmad. 1988. Tafsir Al Maraghiy. Semarang: Tohaputra Semarang
Nasib ar-Rifa’i, Muhammad. 2006. Tafsir Ibnu Katsir, Jil.3.Jakarta: Gema Insani
Shihab, M. Quraish. 2006. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Penerbit Lentera Hati
PROFIL PENULIS RESENSI
NAMA : PUTRI ALFA
TTL : BATANG, 15 DESEMBER 1995
NIM : 2021114134
ALAMAT : NGEPUNG – SUBAH - BATANG
E-MAIL : putrialfa95@gmail.com
CP :085741138934
MOTTO : LIFE IS BEAUTY, ADMIRE IT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar