KEDUDUKAN ORANG BERILMU
QS.
ALI IMRAN 18
Oleh :
M.Fahrur Afif
(2021113074)
Kelas : B
TARBIYAH PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI IAIN PEKALONGAN
2016
Kata pengantar
Terimakasih kepada dosen pengampu Tafsir Tarbawi I,
Muhammad Hufron, MSI yang telah memberikan tugas makalah yang berjudul
Mendiskripsikan Kedudukan Orang Berilmu, semoga dengan makalah ini teman-teman
bisa mendapatkan ilmu pengetahuan dan mohon maaf, apabila dalam penulisan
makalah terdapat kesalahan.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Ilmu
adalah Pengetahuan yang harus di miliki
oleh semua umat manusia karena Allah akan mengangkat derajatnya dan
memuliakannya. Orang-orang yang berpengetahuan bertambah tinggi pengetahuannya
itu, akan bertambah kagumlah dia memikirkan betapa Maha Besar dan Maha AgungNya
kekuasaan Allah itu meliputi yang besar dan yang kecil.
Tentang surat Ali Imran atau
keluarga Imran, pendapat ahli-ahli tafsir sama, bawa dia diturunkan seluruhnya
di Madinah. Yang harus menarik perhatian kita ialah dari ayat 1 sampai ayat 63
diturunkan berkenaan dengan datangnya perutusan kaum nasrani dari Najran, 60
orang banyaknya, diantaranya adalah 14 orang yang termasuk pemuka-pemuka dan
pimpinan-pimpinan agama. Dalam surat Ali Imran dijelaskan mengenai orang-orang
yang menyimpang, yakni mereka yang hanya mengakui hal-hal yang mutasyabih dalam
Al-Qur’an, dengan tujuan melakukan fitna. Disamping itu disebutkan orang-orang
yang ilmunya mantap, yakni mereka yang beriman kepada ayat-ayat muhkam dan
mutasyabih. Kemudian mereka meyakini bahwa semua itu datang dari Allah.
Surat Al-Imran disebutkan tentang
kejadian Isa. Diserupakannya penciptaan Nabi adam dan Isa, karena penciptan Isa
juga sama dengan penciptaan Adam, yang tidak berjalan sesuai sunatullah yang
biasa berlaku.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Surat Ali Imran ayat 18
yÎgx©
ª!$#
¼çm¯Rr&
Iw
tm»s9Î)
wÎ)
uqèd
èps3Í´¯»n=yJø9$#ur
(#qä9'ré&ur
ÉOù=Ïèø9$#
$JJͬ!$s%
ÅÝó¡É)ø9$$Î/
4
Iw
tm»s9Î)
wÎ)
uqèd
âÍyêø9$#
ÞOÅ6yÛø9$#
ÇÊÑÈ
18. Allah menyatakan bahwasanya tidak ada
Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para
Malaikat dan orang-orang yang berilmu[188] (juga menyatakan yang demikian itu).
tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.[1]
B. Tafsir Ayat
yÎgx©
ª!$#
¼çm¯Rr&
Iw
tm»s9Î)
wÎ)
uqèd
èps3Í´¯»n=yJø9$#ur
(#qä9'ré&ur
ÉOù=Ïèø9$#
$JJͬ!$s%
ÅÝó¡É)ø9$$Î/
Allah
SWT menjelaskan tentang wahdaniyat Allah, dengan menegakkan bukti-bukti
kejadian yang berada di cakrawala luas, dalam diri mereka, dan meenurunkan
ayat-ayat tasyri’yang mencerminkan hal tersebut. Para malaikat memberitakan
kepada para Rasul tentang hal ini, kemudian mereka menyaksikan dengan kesaksian
yang diperkuat ilmu durariy. Ha ini menurut pada Nabi lebih kuat dari semua
keyakinan. Orang-orang yang berilmu telah memberitakan tentang kesaksian ini,
menjelaskan dan menyaksikannya dengan kesaksian 206 yang disertai saksi dan
bukti. Sebab orang yang mengetahui sesuatu tidak mmebutuhkan hujjah lagi untuk
mengakuinya.
Makna Al-Qistu,
artinya dengan keadilan dalam aqidah. Ketauhidan adalah pertengahan antara
ingkar dan syirik terhadap Tuhan. Berlaku adil dalam hal ibadah,akhlak dan amal
adalah adanaya keseimbangan antara kekuatan rohaniyah dan jasmaniyah. Sebagai
perwujudannya adalah berlaku syukur dengan menjalankan salat dan beribadah
lainnya guna meningkatkan rohani, membersihkan jiwa dan memperbolehkan dirinya
hal-hal yang banyak dari kebaikan (rizki), untuk memelihara dan mengurus badan.
Ia juga melarang bagi dirinya berlaku berlaku berlebih-lebihan dalam mencintai
keduniaan.
Iw
tm»s9Î)
wÎ)
uqèd
âÍyêø9$#
ÞOÅ6yÛø9$#
Sifat perkasa mengisyaratkan pada kesempurnaan kekuasaan dan sifat
bijaksanaan mengisyaratkan adanya kesempurnaan pengetahuan. Kekuasaan itu
tidaklah sempurna kecuali jika menyendiri
dan bebas. Dan keadilan itu tidaklah sempurna kecuali jika meliputi
semua kemaslahatan dan kondisi. Maka, yang bersifat seperti itu tidak ada
seorang pun yang bisa mengalahkan terhadap apa yang telah ia tegakkan, yakni
sunnah keadilan dan tidak ada sesuatu pun dari penciptaan yang bisa keluar dari
kebijaksanaan yang sempurna itu.[2]
Setelah menegaskan bahwa Dia melaksanakan segala sesuatu di alam
raya ini berdasar keadilan yang menyenangkan semua pihak, maka kesaksian
terdahulu diulangi sekai lagi,Tiada Tuhan melainkan Dia. Hanya saja
kalau yang terbantah, maka kai kedua ini adalah kesaksian faktual yang dilihat
dalam kenyataan oleh Allah, para malaikat, dan orang-orang yang berpengetahuan.
Itu terlaksana secara faktual, karena Dia yang maha perkasa sehingga tidak
atupun yang dapat menghalangi atau membatalkan kehendak-Nya lagi maha bijaksana,
sehingga segala sesuatu ditempatkan pada tempat yang wajar.
Hendaklah menarik perhatian kita tentang kedudukan mulia yang
diberikan Tuhan kepada Ulil-Ilmi, yaitu orang-orang yang mempunyai ilmu di
dalam ayat ini. Setelah Tuhan menyatakan kesaksian-Nya yang tertinggi sekali,
bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan kesaksian itu datang dari Allah sendiri,
maka Tuhan pun menyatakan pula bahwa kesaksian tertinggi itupun diberikan oleh
malaikat. Setelah itu kesaksian itupun diberikan pula oleh orang-orang yang berilmu.
Artinya tiap-tiap oraang yang berilmu, yaitu orang-orang yang menyediakan akal
dan pikirannya buat menyelidiki keadaan alam ini, baik di bumi ataupun di
langit, di laut dan di darat, di binatang dan di tumbuh-tumbuhan, niscaya
manusia itu akhirnya akan sampai juga, tidak dapat tidak, kepada kesaksian yang
murni, bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Itulah pula sebabnya maka di
dalam surat Fathir (surat 35 ayat 28) tersebut , bahwa yang bisa merasai takut
kepada Allah itu hanyalah ulama, yaitu ahli-ahli ilmu pengetahuan.
Imam Ghazali di dalam kitab al-Ilmi dan dan di dalam kitabnya Ihya
Ulumuddin telah memahkotai karangannnya itu ketika memuji martabat ilmu bahwa
ahli ilmu yang sejati telah diangkat Tuhan dengan ayat ini kepada martabat yang
tinggi sekali, yaitu ke dekat Allah dan ke dekat malaikat.
Itulah kesan yang timbul kembali, meyakinkan kesan yang pertama
tadi demi setelah memperhatikan pendirian Tuhan Allah dengan keadilan itu. Pada
dua nama, Aziz dan Hakim, gagah dan bijaksana, terdapat lagi keadilan. Tuhan
Allah itu gagah, perkasa, hukumNya keras, teguh dan penuh disiplin. Tetapi
dalam kegagah-perkasaan itu, diimbangiNya lagi dengan sifatNya yang lain, yaitu
bijaksana. Sehingga tidak pernah Allah berlaku sewenang-wenang karena
kegagah-perkasaanNya dan tida pernah pula bersikap lema karena
kebijaksanaanNya. Di antara gagah dan bijaksana itulah terletak keadilan.[3]
B.
Aplikasi dalam kehidupan
Ayat 18 surat
Ali Imran ini mengingatkan kita bahwa orang yang berilmu akan menjadi adil
karena mengetahui syariat yang diturunkanNya sehingga seimbang dunia dan
akhirat, rohani dan jasmani. Semuanya bisa kita dapati dimana dengan teropong
ilmu pengetahuan.
Orang-orang
yang berilmu telah memberitakan tentang kesaksian menjelaskan dan menyaksikan
dengan kesaksiannya yang disertai dalil dan bukti, sebab orang yang mengetahui
sesuatu tidak membutuhkan hujjah lagi untuk mengakuinya.
C.
Aspek Tarbawi
1.
Akan diberi kedudukan yang mulia oleh Allah SWT dengan martabat
yang tinggi sekali, yaitu ke dekat Allah dan ke dekat malaikat.
2.
Tidak akan tersesat dan selalu berada di jalan Allah.
3.
Semakin bertambah ilmu pengetahuan kita semakin kuat iman kita.
4.
Berlaku adil dalam hal ibadah, akhlak, dan amal.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hendaklah menarik perhatian kita tentang kedudukan mulia yang
diberikan Tuhan kepada Ulil-Ilmi, yaitu orang-orang yang mempunyai ilmu di
dalam ayat ini. Setelah Tuhan menyatakan kesaksian-Nya yang tertinggi sekali,
bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan kesaksian itu datang dari Allah sendiri,
maka Tuhan pun menyatakan pula bahwa kesaksian tertinggi itupun diberikan oleh
malaikat. Setelah itu kesaksian itupun diberikan pula oleh orang-orang yang
berilmu. Artinya tiap-tiap oraang yang berilmu, yaitu orang-orang yang
menyediakan akal dan pikirannya buat menyelidiki keadaan alam ini, baik di bumi
ataupun di langit, di laut dan di darat, di binatang dan di tumbuh-tumbuhan,
niscaya manusia itu akhirnya akan sampai juga, tidak dapat tidak, kepada
kesaksian yang murni, bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah.
.
DAFTAR PUSTAKA
M. Shihab Quraish, 2002, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:
Lentera Hati)
Ahmad Mustofa Al- Maragi, 1993, Tafsir
Al-Maragi, (Semarang: CV. Toha Putra Semarang)
Hamka, 2003, Tafsir Al-Azhar juz 3, (Jakarta:
Pustaka Panjimas)
BIODATA
Nama
: M Fahrur Afif
Tempat Tanggal Lahir
: Pekalongan 20 September 1995
Riwayat Pendidikan : Tk
Ma arif Proto, MIS proto,MTSs
Proto,MASs Proto,IAIN Pekalongan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar