KEDUDUKAN
ORANG BERILMU
Q.S. Ali-Imran ayat 18
Khoirul
Muttakin (2021114004)
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN)
PEKALONGAN
2016
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang
telah memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga makalah yang berjudul “kedudukan
orang berilmu” ini dapat diselesaikan.
Shalawat
dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, para
sahabatnya, keluarganya, dan sekalian umatnya hingga akhir zaman.
Makalah ini tentu tidak terlepas
dari kekurangan dan kesalahan baik isi maupun tulisan. Oleh karena itu, penulis
dengan senang hati menerima saran dan kritik konstruktif dari pembaca guna
penyempurnaan penulisan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah sederhana ini
menambah khazanah keilmuan dan bermanfaat bagi mahasiswa dalam kegiatan menulis
makalah yang baik dan benar.
Amin yaa
robbal ‘alamin.
Pekalongan, 5 september 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
islam, mencari ilmu sangat diwajibkan bagi siapapun dan tidak memandang usia,
laki-laki atau perempuan. Karena ilmu bagikan cahaya yang selalu menerangi
hati, jika tidak punya ilmu maka hati akan gelap dan selalu melakukan hal-hal yang negatif atau kotor.
Sedangkan
orang yang berilmu atau mempunyai ilmu, maka hatinya akan selalu memancarkan
aura dan tidak mungkin melakukan hal-hal yang negative. Orang berilmu juga
mempunyai kedudukan dan nilai, kedudukan
orang yang berilmu diatas orang-orang yang tidak berilmu. Untuk itu kita
sebagai kaum muslimin harus mengetahui tentang ilmu dan siapa saja orang yang
mempunyai kedudukan dan nilai orang yang berilmu.. .
Judul
: “kedudukan orang berilmu”
B.
شَهِدَ
اللَّهُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا
بِالْقِسْطِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
C. Artinya
:
“Allah menyatakan bahwa
tidak ada tuhan(yang berhak disembah) melainkan dia, yang menegakan keadilan.
Para malaikat dan orang-orang yang berilmu(juga menyatakan yang demikian itu).
Tak ada tuhan (yang berhak disembah)
melainkan dia, yang maha perkasa lagi maha bijaksana. (Qs- ali imran 18)”
Apa
arti penting dibahas :
- karena didalam ayat tersebut dapat memberikan
motivasi supaya kita dapat menuntut ilmu sebaik mungkin sehingga apa yang kita
lakukan mendapatkan pahala yang setimpal.
- karena segala sesuatu perbuatan jika dilakukan
tanpa ilmu tidak akan ada hasil nya atau hasilnya kurang.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Teori
Secara harfiah “ilmu” dapat diartikan kepada
mengetahui. Secara istilah ilmu berarti memahami hakikat sesuatu, atau memahami
hokum yang berlaku atas sesuatu. Dalam pandangan al-qur’an, ilmu tersebut dapat
membentuk sikap atau sifat-sifat manusia. Atau dengan kata lain, sikap atau
karakter seseorang merupakan gambaran pengetahuan yang dimilikinya. Maka
perbedaan sikap dan pola pikir antara seseorang dengan lainnya dilatarbelakangi
oleh perbedaan pengetahuan mereka.
Ilmu adalah salah satu sifat Allah, karena sifat
itulah Dia disebut dengan ‘Alim (Yang Maha Tahu). Dia adalah sumber utama ilmu.
Segala pengetahuan yang diperoleh manusia merupakan anugerah-Nya. Ilmu Allah
tiada terbatas, manusia hanya memperoleh sedikit saja dari padanya. Sedalam apa
pun pengetahuan manusia mengenai sesuatu, ia tetap saja terbatas karena
keterbatasan pikiran dan potensi yang ada dalam jiwaNya.[1]
hadits Rassulullah melalui Abu Dzar yang
meriwayatkan sebagai berikut; “saya pernah mendengarkan Rassulullah Saw bersabda
yang artinya :
Barangsiapa
berjalan dengan tujuan mencari ilmu, maka Allah akan menunjukan baginya
beberapa jalan menuju surga. Dan para malaikat telah meng-hamparkan
sayap-sayapnya bagi orang yang mencari ilmu karena ia senang dengan apa yang ia
cari. Keutamaan seorang alim atas hamba-hamba-Nya bagaikan keutamaan bulan
purnama atas bintang-bintang. Makhluk di bumi dan di langi, bahkan ikan di
laut, senantiasa memohonkan ampunan untuk orang alim. Para ulama’ adalah
warasatul ambiya’ (pewaris para Nabi), dan para Nabi tidaklah mewariskan emas
ataupun perak, melainkan yang mereka wariskan adalah ilmu. Barang siapa
memperolehnya, sungguh ia telah memperoleh bagian yang sempurna.” (Hadits)
Di
dalam hadits riwayat Abu Dzar yang lain Rasulillah Saw bersabda;
“Menghadiri
suatu majlis ilmu lebih utama daripada sholat seribu rakaat, lebih utama dari
membesuk seribu orang sakit dan menyaksikan seribu jenazah muslim. Ada yang
bertanya , ‘apa lebih utama pula membaca al-Qur’an ?’ Rasulullah saw. balik
bertanya, “apakah dapat membaca al-Qur’an tanpa dengan ilmu ?’ (Hadits)[2]
Dari sini dapat dipahami bahwa, barang
siapa mencari ilmu dengan tujuan untuk mendapatkan harta kekayaan, untuk
kmendapatkan kedudukan diantara manusia, untuk mendapatkan pengaruh di antara
teman-teman dan kerabatnya, demi mendapatkan perlindungan atas diri dan
hartanya, atau untuk mendapatkan keringanan pajak dari pemerintah, atau untuk
menghindarkan diri dari penganiayaan tetangga, dari kesombongan teman-teman
atau kedengkiannya, dan semua yang merupakan tujuan, selain untruk mendapatkan
keridhoan Allah dan menjalnkan perintah-perintah-Nya serta mendekatkan diri
kepada-Nya, menghidupkan agama dan syariat-Nya, maka dia adalah orang yang
dengan belajarnya itu sengaja untuk mendapatkan murka Allah, menjerumuskan diri
dalam jejak langkah ulama’su’ serta menantang ancaman Allah sebagaimana yang
telah terjadi pada diri Bal”am bin Bi’ura. Dia telah di sebut sebagai orang
yang lacur, mengikuti jejak langkah syetan serta lepas dari ayat-ayat Allah dan
dipersamakannya dengan anjing. Semua itu dikarenakan ia telah menganggap kekal
hidup di dunia dan selalu memperturutkan nafsu.
2.
Tafsir
dari buku
a.
tafsir al-misbha
Kata “ شَهِد” syahida yang diatas diterjemahkan dengan
menyaksikan, mengandung banyak arti, antara melihat, mengetahui, menghadiri dan
menyaksikan, baik dengan mata kepala maupun dengan mata hati. Seorang saksi
adalah yang menyampaikan kesaksian dipengadilan atas dasar pengetahuan yang
diperolehnya, kesaksian mata atau hati. Dari sini kata menyaksikan diatas
dipahami dalam arti menjelaskan dan menerangkan kepada seluruh makhluk.
Allah menyaksikan bahwa tiada tuhan melainkan Dia. Kesaksian
Allah terlaksana bukan saja melaui pernyataan-pernyataanNya dalam Al-qur’an,
seperti misalnya firmanNya dalam ayat al-kursi, dan surah al-ikhlas , atau
penyampainnya dalam kitab-kitab suci yang lain, tetapi juga pada tanda-tanda
keesaan dan kebesaran –Nya yang dia bentangkan di alam raya[3].
Setelah menjelaskan kesaksian Allah atas diriNya,
ayat ini melanjutkan bahwa para malaikatpun ikut menyaksikan. Kesaksian
malaikat tercermin dalam ketaatan mereka kepada Allah. Mereka melaksanakan
seluruh perintahNya dan menjauhi segala larangannya atas dasar pengetahuan
mereka bahwa tiada selain-Nya, uyang maha esa lagi maha kuasa.bukan hanya para
malaikat, tetapi orang-orang yang berilmu juga menyaksikan bahwa tiada
tuhan melainkan Dia, Allah yang maha esa . kesaksian mereka berdasarkan
dalil-dalil logika yang tidak terbantahkan juga pengalaman-pengalaman
rohaniyang mereka dapatkan, serta fitrah yang melekat pada diri mereka dan yang
mereka asah dan asuh setiap saat.
b.
tafsir al-qurthubi
Kata شَهِد bermakna,
menjelaskan dan memberitahukan. Seperti seorang saksi yang memberikan
kesaksiannya dihadapan hakim, maka artinya ia sedang menjelaskan dan
memberitahukan apa yang dipersaksikannya.
Az-zujaj mengatakan syahidu (saksi) itu
adalah yang mengetahui sesuatu lalu menjelaskannya. Dan makna ayat ini adalah,
Allah SWT menunjukan dan menjelaskan kepada manusia tentang keesaan-Nya melalui
segala apa yang telah diciptakan oleh-Nya.
Mengenai
qiraat, Al Kisa’I membaca kata “annahu” pada ayat ini sama seperti
jumhur ulama lainnya, sedangkan kata “inna” pada ayat selanjutnya juga dibaca
dengan “anna”, berbeda dengan bacaan jumhur[4].
c.
tafsir al-maraghiy
شَهِدَ
اللَّهُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا
بِالْقِسْط
Allah SWT menjelaskan tentang wahdaniyat Allah,
dengan menegakkan bukti-bukti kejadian yang berada di cakrawala luas, dalam
diri mereka, dan menurunkan ayat-ayat tasyri yang mencerminkan hal
tersabut. Para malaikat memberitakan kepada para rasul tentang hal ini,
kemudian mereka menyaksikan dengan kesaksian yang diperkuat ilmu dhaururiy.
Hal ini, menurut para Nabi lebih kuat dari semua keyakinan. Orang-orang berilmu
telah memberikan tentang kesaksian ini, menjelaskan dan menyaksikannya dengan
kesaksian yang disertai dalil dan bukti. Sebab, orang yang mengetahui sesuatu
tidak membutuhkan hujjah lagi untuk mengakuinya.[5]
Makna لْقِسْط artinya
dengan keadilan dalam akidah. Ketauhidan adalah pertengahan antara ingkar dan
syirik terhadap tuhan. Berlaku adil dalam hal ibadah, akhlak, dan amal, adalah
adanya keseimbangan antara kekuatan ruhaniyah dan jasmaniayah. Sebagai
perwujudannya adalah berlaku syukur dengan menjalankan shalat dan beribadah
lainnya, guna meningkatkan rohani, membersihkan jiwa dan memperbolehkan dirinya
hal-hal yang banyak dari kebaikan (rizki), untukmemlihara dan mengurus badan.
Ia juga melarang bagi dirinya berlaku berlebih-lebihan dalam mencintai
keduniaan. Juga berlaku adil dalam melaksanakan hokum-hukumNya.
Allah swt telah menjadikan sunnah
penciptaan ini berdasarkan asas keadilan. Karenya, siapa saja memikirkan sunnah
dan tatanan yang teliti ini akan tampak pada dirinya keadilan allah dalam
bentuk yang paling sempurna dan jelas.
Kemudian allah swt mengukuhkan diri-Nya yang
menyindiri dengan sifat uluhiyah dan yang menciptakan dengan keadilan, melalui
firmanNya (ayat berikutnya):
لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيم
Sifat perkasa mengisyaratkan pada kesempurnaan
kekuasaan, dan sifat kebijaksaan mengisyaratkan adanya kesempurnaan
pengetahuan. Kekuasaan itu tidaklah sempurna kecuali jika menyadari dan bebas.
Dan keadilan itu tidaklah sempurna kecuali jika meliputi semua kemaslahatan dan
kondisi. Maka, yang bersifat seperti itu tidak ada seorang pun yang bisa
mengalahkan terhadap apa yang telah ia tegakkan: yakni sunnah keadilan. Jika
tidak ada sesuatu pun dari penciptaan yang bisa keluar dari kebijaksanaan yang
sempurna itu.
Adapun penjelasan mengenai pengulangan padafirman
Allah SWT, لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ
الْحَكِيم “tak
ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang maha perkasa lagi maha
bijaksana “ adalah syahadat yang pertama yang
menjadi pokok pembahasan, sedangkan syahadat yang kedua sebagai penjabaran dari
yang pertama. Sedangkan Ja’far Ash-shidiq berpendapat bahwa syahadat yang
pertama sebagai pentauhidan dan penafsiran, sedangkan syahadat yang kedua
sebagai pejelasan dan penjabaran, maksudnya katakanalah tidak ada tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia yang maha perkasa lagi Maha Biajaksana.[6]
3. Aplikasi dalam kehidupan
Berlaku syukur dengan menjalankan sholat dan
beribadah lainnya guna meningkatkan
rohani membersihkan jiwa dan memperbolehkan dirinya hal-hal yang banyak dari
kebaikan. Berlaku adil dalam melaksanakan hukum Allah tidak membandingkan satu
sama lain.
4. Aspek tarbawi
a. Orang yang berilmu adalah orang-orang yang
memiliki pembuktian dan mampu menyadarkan
orang lain.
b. Orang
yang berilmu akan diangkat derajat nya disi Allah.
c. Barangsiapa
berjalan dengan tujuan mencari ilmu, maka Allah akan menunjukan baginya
beberapa jalan menuju surge.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Didalam surat ali-imran:18 menjelaskan kedudukan
orang yang berilmu. Dan di perkuat dalam hadist menjelaskan orang yang berilmu “
Barangsiapa berjalan dengan tujuan mencari ilmu, maka Allah akan menunjukan
baginya beberapa jalan menuju surga”. barang siapa mencari ilmu dengan tujuan
untuk mendapatkan harta kekayaan, untuk kmendapatkan kedudukan diantara
manusia, untuk mendapatkan pengaruh di antara teman-teman dan kerabatnya, demi
mendapatkan perlindungan atas diri dan hartanya, atau untuk mendapatkan
keringanan pajak dari pemerintah, atau untuk menghindarkan diri dari
penganiayaan tetangga, dari kesombongan teman-teman atau kedengkiannya, dan
semua yang merupakan tujuan, selain untruk mendapatkan keridhoan Allah dan
menjalnkan perintah-perintah-Nya serta mendekatkan diri kepada-Nya,
menghidupkan agama dan syariat-Nya, maka dia adalah orang yang dengan
belajarnya itu sengaja untuk mendapatkan murka Allah.
PROFIL
Nama :
Khoirul Muttakin
Tempat,TanggalLahir :
Pekalongan, 12 November 1996
Alamat : Ds. Gejlig Dk.
Gumiwang RT 12/RW 06
kec. Kajen kab.pekalongan
RiwayatPendidikan : SD N 01 GEJLIG
MTs
MUHAMMADIYAH KAJEN
SMA PGRI
2 KAJEN
IAIN Pekalongan
PengalamanOrganisasi
: 1. OSIS 2.
PRAMUKA
3. PKS
4. PMR
5.
PK. IMM BUYA HAMKA
Status : Mahasiswa IAIN Pekalongan
DAFTAR PUSTAKA
Rizal, Yose.2009.Falsafah
Hidup Untuk Pencinta Ilmu.Bandung:Pustaka Al Fikrii
M.
Quraish Shihab. 2006,tafsir al-misbha .Jakarta:lentera hati
Syaikh
imam al qurthubhi, 2008, tafsir al-qurthubi .Jakarta: pustaka azzam
Mushtafa, Ahmad
Al-Maraghiy.1989.Terjemahan TafsirAl-Maraghi.Semarang:Tohaputra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar