Belajar
Ilmu-ilmu Kealaman dan Humaniora
(Qs.
Al-Ghasyiyah Ayat 17-20)
Putri Aqilatul Alimah (2021115068)
Kelas: C
Tarbiyah/PAI
Institut Agama Islam
Negeri Pekalongan
Tahun 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Sholawat
serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw
beserta keluarga, dan sahabat.
Makalah yang berjudul Belajar Ilmu-ilmu Kealaman
dan Humanior, disusun untuk memenuhi tugas
tafsir tarbawi. Adapun dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan serta bimbingan
dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini perkenankanlah
penulis menghaturkan terima kasih kepada Bapak.
Muhammad Hufron,MSI, selaku dosen pengampu mata kuliah tafsir tarbawi, Kedua orang tua, yang telah selalu memberi dukungan
dengan ikhlas baik materiil maupun spirituil, Serta teman-teman yang telah banyak membantu penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena
itu, memohon kritik serta saran yang
membangun dari para pembaca khususnya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.
Pekalongan, September 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul............................................................................................. i
Kata Pengant................................................................................................ ii
Daftar Isi...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
B.
Judul Makalah ................................................................................ 1
C. Nash Dan Arti
Qs. Ghasyiyah Ayat 17-20...................................... 1
D.
Arti Penting Pengkajian Materi...................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Teori................................................................................................ 3
B.
Tafsir Surat Al-Ghasyiyah Ayat 17-20
1.
Tafsir Al-Azhar
2.
Tafsir Al Qurthubi
C.
Aplikasi Dalam Kehidupan Sehari-Hari
D.
Aspek Tarbawi
BAB
III PENUTUP
A.
Simpulan.......................................................................................... 7
B.
Saran ............................................................................................... 7
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Istilah alam dipergunakan dalam arti
alam semesta, yang dalam bahasa inggris diistilahkan dengan universe. Dengan
demikian kajian ini hanya membicarakan alam semesta. Istilah ini terekam dalam
al-qur’an dengan sebutan langit dan bumi
dan segala isinya.
Sudah menjadi keyakinan umat islam,
Allah adalah Pencipta (Khalik) dan alam semesta adalah ciptaa-Nya. Namun
mereka berbeda pendapat dalam memahami proses pencitaannnya. Penciptaan alam
semesta termasuk salah satu perkara penting tidak hanya dalam bahasan bidang
pemikiran islam, akan tetapi juga dalam ilmu pengetahuan kosmologi. [1]
Dari pemaparan tersebut, bertujuan
supaya pembaca bisa merumuskan gambaran-gambaran penciptaan alam semesta secara
universal dan untuk memahami ayat-ayat yang berkaitan dengan kealaman.
B.
Judul Makalah
Dalam kesempatan kali ini penulis
akan membahas tentang “Belajar Ilmu-Ilmu Kealaman Dan Humaniora”. Menyesuaikan dengan tugas yang telah penulis terima.
C.
Nash Dan Arti QS. Ghasyiyah Ayat 17-20
Artinya:
أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ
كَيْفَ خُلِقَتْ(١٧)
وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ(١٨)
وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ(١٩)
وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ(٢٠)
(17). Apakah mereka tidak memandang
kepada unta, bagaimana dia telah dijadikan.
(18). Dan kepada langit, bagaimana dia telah diangkatkan.
(19). Dan kepada gunung-gunung, bagaimana dia telah dipancangkan.
(20). Dan kepada bumi, bagaimana dia telah dihamparkan.
D.
Arti Penting Pengkajian Materi
Dalam
surat al-ghasyiyah ayat 17-20 ini sangat penting untuk dikaji dimana Allah mengajak orang yang ingkar terhadap
kuasanya untuk berfikir memikirkan ciptaan-ciptaan allah yang sangat luar biasa
yakni, bagaiman seekor unta yang mempunyai keistimewaan yang sangat mengagumkan
yang menjadi kendaraan bagi manusia, dan bahan pangan mereka, bagaimana ia
diciptakan oleh allah dengan sanngat mengagumkan. Dan mereka (orang-orang yang ingkar
terhadap kekuasaan allah ) untuk merenungkan tentang langit yang demikian
luas dan yang selalu mereka saksikan bagaimana ia ditinggikan tanpa ada cagak
yang menopangnya? dan juga gunung-gunung yang demikian tegar dan mereka bias
daki bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi tempat kediaman mereka dan yang tercipta
bulat bagaiman ia dihamparkan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Istilah alam yang terpakai disini
dalam arti alam semesta, jagat raya, yang dalam bahasa inggris diistilahkan
dengan universe. Istilah ini dialihbahasakan kedalam bahasa Arab dengan
alam (عالم).
Istilah alam
dalam al-qur’an hanya datang dalam bentuk jamak alamin (عالمين), disebut sebanyak 73 kali yang tergelar
dalam 30 surat. Kata ‘alamin yang dimaksud dalam al-Qur’an yaitu sebagai
kumpulan yang sejenis dari makhluk Tuhan yang berakal atau memiliki sifat-sifat
yang mendekati makhluk yang beakal. Arti ini didasarkan pada ‘alamin yang
menunjukan jamak al-muzakkar yang berakal. Sebab itu dikenal istilah
alam malaikat, alam manusia, alam jin, alam tumbuhan dan lainnya.[2]
B.
Tafsir Surat Al-Ghasyiyah Ayat 17-20
1.
Tafsir Al-Azhar
“Apakah mereka tidak memandang
kepada unta, bagaimana dia telah dijadikan.”
Unta adalah binatang yang paling
dekat kepada hidup orang arab dari zaman ke zaman, sejak tanah itu didiami
manausia. Itulah binatang serba-guna. Binatang pengangkut dalam perjalanan yang
jauh. Binatang peluku ataupun penimba air dari sumur yang dalam. Bulunya pun
dapat dicukur untuk dijadikan benang pakaian. Dagingnya bisa dimakan, susunya
bisa diperas dan diminum.
Dan sangat patuh pada manusia,
disuruh berhenti, dia berhenti. Disuruh duduk dia duduk, disuruh berdiri diapun
tegak. Kadang-kadang bertambah
malam hari tetap dia berjalan, mengangguk-angguk dengan tenangnya dalam
perjalanan jauh dipadang pasir itu.
“Dan kepada langit, bagaimana dia
telah diangkatkan”
Dalam mengiringkan atau mengendarai
unta sambil berjalan malam selalulah mereka ditudungi langit. Dan terasahlah
hubungan diri mereka dengan langit yang tinggi itu, sebab ada binatangnya.
Umpama bintang-bintang itu menghiasi langit, niscaya sesatlah jalan mereka.
Maka setelah memandang langit dan bintang-bintangnya itu disuruhlah pula
memperhatikan bagaimana langit itu diangkatkan keatas, dihiasi indah.
“Dan kepada gunung-gunung, bagaimana dia telah dipancangkan.”
Biasa perjalanan khalifah dilakukan
malam hari dan berhenti kelak pagi hari sepenggalah matahari naik, sebelum
terik panas. Biasanya berlindunglah mereka kekakI gunung-gunung batu yang
terjal keras, terjadi dari batu granit itu. Disana mereka berhenti menunngu
matahari condong kebarat dan panas mulai menurun. Dapatlah dikatakan kalau
tidaklah ada gunung-gunun tempat berlindung kepanasan itu, yang kadang-kadnag
mempunyai gua-gua tempat berteduh, akan sengsaralah mereka karena kena tekanan
cahaya matahari. Maka disuruh pula mereka memandang kembali, bagaimana gunung
itu dijadikan pancang atau pasak dari bumi ini.
“Dan kepada bumi, bagaimana dia telah dihamparkan.”
Dan
perjalanan itu dilakukan di muka bumi, beratap langit, berpasak gunung
berkendaraan dan alat pengangkut unta. Semuanya terjadi dimuka bumi. Maka
dengan sendirinya, sebagai renungan terakhir, disuruhlah mereka memandang pula
bagaimana Allah menghamparkan bumi itu untuk kita anak manusia ini hidup.
Disuruh
memandang, atau merenungkan. Bukan semata-mata melihat dengan mata, melainkan
membawa apa yang terlihat oleh mata kedalam alam aliran dan difikirakan, itulah
yang disebut memandang. [3]
2.
Tafsir Al Qurthubi
alAshma’i Abu Sa’id Malik bin Quraib menyebutkan bahwa Abu Amr
berkata: “siapa yang membaca أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَت “apakah mereka tidak memperhatikan
unta bagaimana dia diciptakan,” yakni tanpa tasydid maka dimaksudkan dengan اَلإِبِل adalah al
ba’ir(unta), karena unta termasuk binatang berkaki empat yang duduk, lalu
diletakkan barang bawaan keatasnya. Sedangkan binatang berkaki empat lainnya
tidak dapat diletakkan barang bawaan keatasnya kecuali dalam keadaan berdiri.
Siapa yang membacanya dengan tasydid, al-ibbil maka yang dimaksudkan
adalah as-sahaab(awan) yang membawa air hujan.
Firman Allah Ta’ala, وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ “dan langit, bagaimana ia ditinggikan?” maksudnya, diangkat dari bumi tanpa
tiang. Ada juga yang mengatakan bahwa maksudnya diangkat, hingga tidak ada
sesuatupun yang dapat mencapainya.
Firman Allah Ta’ala, وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ “Dan gunung-gunung bagaimana ia
ditegakkan?” Maksudnya, bagaimana gunung-gunung ditegakkan diatas bumi
hingga tidak hancur. Sebab, ketika dihamparkan, bumi itu goncang, maka
dikokohkan dengan gunung-gunung. Allah ‘Azzawa Jalla berfirman, وَجَعَلْنَا فِى الأَ رْضِ رَوَسِىَ أَن
تَمِيْدَ بِهِمْ “Dan telah ami jadikan dibumi ini gunung-gunung
yang kokoh supaya bumi itu(tidak) goncang bersama mereka.” (Qs. Al Anbiyaa’: 31)
Firman Allah Ta’ala وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ “dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” Maksudnya, dibentangkan dan
dihamparkan.[4]
C.
Aplikasi Dalam Kehidupan Sehari-hari
1.
Senantiasa untuk memperhatikan alam raya untuk menyadari betapa kuasa
Allah swt dalam segala hal.
2.
Menjaga kelestarian alam semesta sebagai bentuk rasa bersyukur terhadap
Allah SWT.
3.
Senantiasa melakukan kebaikan.
4.
Selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah swt.
5.
Saling mengingatkan antar sesama agar menjaga alam.
D.
Aspek Tarbawi
1.
Semua ciptaan Allah swt sangat mengagumkan. Semua menunjuk kuasa
dan pengetahuan-Nya yang tidak bertepi.
2.
Tugas agamawan/pendakwah hanya menyampaikan. Karena itu ajaran
agama, apalagi jika hanya pendapat pribadi, tidak boleh dipaksakan oleh dan
kepada siapapun, baik secara nyata maupun terselubung.
3. Hendaklah kita terus dan
terus belajar sepanjang hayat yang merupakan kewajiban kita sebagai hambanya.[5]
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dari penafsiran diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam surat
Al-Ghasyiyah ayat 17-20 berisi tentang bahwa Allah mengajak orang yang ingkar terhadap
kuasanya untuk berfikir memikirkan ciptaan-ciptaan allah yang sangat luar biasa
yakni, bagaiman seekor unta yang mempunyai keistimewaan yang sangat mengagumkan
yang menjadi kendaraan bagi manusia, dan bahan pangan mereka, bagaimana ia
diciptakan oleh Allah dengan sanngat mengagumkan. Dan mereka (orang-orang yang ingkar
terhadap kekuasaan allah ) untuk merenungkan tentang langit yang demikian
luas dan yang selalu mereka saksikan bagaimana ia ditinggikan tanpa ada cagak
yang menopangnya? dan juga gunung-gunung yang demikian tegar dan mereka bias
daki bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi tempat kediaman mereka dan yang tercipta
bulat bagaiman ia dihamparkan?
DAFTAR PUSTAKA
ZAR, Sirajuddin, 1994, Konsep Penciptaan Alam Dalam Pemikiran
Islam, Sains Dan Al-Qur’an, Jakarta: PT RAJAGRAFINDOPERSADA
Abdulkarim Amrullah, Abdulmalik, 2002, Tafsir Al-Azhar,
Jakarta: PUSTAKA PANJIMAS
Al Qurhubi, Syaikh Imam, 2009, Tafsir Al-Qurthbi, Jakarta:
PUSTAKA AZZAM
Shihab, M. Quraish, 2012, Al-Lubab, Tangerang: PENERBIT
LENTERA HATI
BIODATA
Nama : Putri Aqilatul Alimah
Ttl :
Pekalongan, 22 Agustus 1997
Alamat :
Karangdadap, Pekalongan
Riwayat
pendidikan : 1. RAM NU karangdadap
2.
MIS Karangdadap
3.
SMP N 1 Karangdadap
4.
MAN 1 Pekalongan
[1] Sirajuddin ZAR, Konsep Penciptaan Alam Dalam Pemikiran Islam,
Sains Dan Al-Qur’an, (Jakarta: Pt. Rajagrafindopersada, 1994, Hlm 1
[2] Ibid, hlm 19-20
[3] Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta:
Pustaka Panjimas, 2002
[4] Al Qurhubi, Syaikh Imam, Tafsir Al-Qurthbi,
(Jakarta:Pustaka Azzam, 2009), Hlm 347-349
[5] M. Quraish Shihab, Al-Lubab, (Tangerang: Penerbit Lentera
Hati, 2012), Hlm 625-626
Tidak ada komentar:
Posting Komentar