Laman

new post

zzz

Senin, 20 Februari 2017

TT2 a2b KHALIFAH DI MUKA BUMI (QS.AL-Baqarah, 2: 30)

VISI MISI MANUSIA
      KHALIFAH DI MUKA BUMI
(QS.AL-Baqarah, 2: 30)


        
ISLA NUR SABILLA
(2021115074)
KELAS : A

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2017



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah atas segala kemudahan yang diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang tepat. Tak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurahkaan untuk baginda Nabi Muhammad SAW,yang kita nantikan syafaatnya di Yaumul Kiyamah.
Ucapan terimakasih pula penyusun sampaikan kepada :
1.     Ayah dan Ibu yang senantiasa memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis.
2.     BapakMuhammad Hufron, M.Si selaku dosen matakuliah Tafsir Tarbawi II, yang telah memberikan amanah untuk menyelesaikan tugas ini
3.     Teman-teman yang senantiasa memberikan masukan dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari , bahwa  makalah  ini masih jauh dari kata sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan. Baik dari segi penyusunan dan pemilihan kata. Oleh karena itu, penulis mengharap saran dan kritik dari pembaca yang membangun,sebagai bahan evaluasi agar dalam tahap penyusunan lebih baik lagi.
Semoga makalah tafsir tarbawi ini bermanfaat bagi masyarakat luas pada umumnya, dan bagi para mahasiswa khususnya.











BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki dua predikat, yaitu sebagai hamba Allah dan sebagai wakil Allah di muka bumi. Sebagai hamba Allah, manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan. Oleh karna itu, tugasnya hanya menyembah kepada-Nya. Tetapai sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar, karna Allah Maha Besar maka manusia sebagai wakil-nya di muka bumi memiliki tanggung jawab dan otoritas yang besar, oleh karnanya, sudah selayaknya manusia memperbagus amal kebajikan dan berusaha menjadi yang terbaik serta bermanfaat bagi orang lain.
Dalam menjadi khalifah tentu banyak ujian di dalam dunia ini. Banyaj ujian di alam dunia ini. Keberhasilan dalam menghadapi ujian tentu tergantung dari pribadi masing-masing. Apabila berhasil melalui ujian tentu Allah SWT janjikan di jannah-Nya. Diangkat derajatnya seelah mengarungi ujian dari sang punya Hidup.
Sebagai manusia, hamba sang Khalik, tentu perintah Allah SWT harus kita laksanakan, dan tentu tak luput dari ujian dari Allah SWT. Bagi orang yang bersungguh-sungguh pastilah dunia ini tidak akan menyusahkan atau akan mengatakan bahwa dunia itu sempit. Mereka berusah seoptimal mungkin menggapai ridho’Nya, menyadari bahwa dunia adalah tempat berperih, tempat berjuang. Ada tempat kesempurnaan yang telah sang Maha Janjikan.
Mereka itulah hamba Allah SWT yang mengikhlaskan diri akan hidupnya yang sebentar ini untuk mengabdikan diri kepada Allah SWTdengan beribadah dan selalu berusaha dalam menjalankan kebaikan. Semoga kkita semua digolongkan kedalam hamba-hamba Allah SWT yang menjanjikan surga-Nya. Amin.


B.    Tema dan judul
Tema : “visi Misi Manusia”
Judul : “Khalifah di Muka Bumi”

QS. Al-Baqoroh ayat30
Nash dan Arti Surat Al-Baqoroh Ayat 30:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Artinya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Qur’an surat Al-BaqorohAyat 30).



C.    ArtiPenting

Penafsiran Qur’an Surat Al-Baqoroh ayat 30 yang dikaji terma pentingnya yaitu Manusia, dimana Allah hendak menjadikan Adam (manusia) sebagai kholifah.Kata Khalifah padamulanya berarti yang menggantikan atau yang dating sesudah siapa yang dating sebelumnya.Pada ayat 30 redaksi “Innija’ilunfilar-ardhkholifah..”(Sesungguhnya Aku ingin jadikan khalifah di muka bumi) dan subyeknya dapat dipahami bahwa pembicara adalah Allah yang menetapkan khalifah bagi-nya bukan untuk yang lain Allah Swt menjelaskan bahwa manusia  
Adalah khalifah-nya. Ada lagi yang memahaminya dalam arti yang menggantikan makhluk lain dalam menghunibumi.
           



BAB II
PEMBAHASAN
1.     Teori Kholifah di Muka Bumi
a.      Pengertian
Pengertian Khalifah, artinya jenis lain dari makhluk sebelumnya. Bisa juga diartikan sebagai pengganti Allah untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya terhadap umat manusia.
Kholifah memiliki dua makna, yaitu menggantikan dan menguasai.Makna menggantikan dapat kita lihat pada ayat 30 surat al-Baqarahini. Manusia di tunjuk Allah SWT. Sebagai pengganti Allah SWT. Dalam mengolah bumi sekaligus memakmurkannya.Manusia diberitugas dan tanggung jawwab untuk menggali potensi-potensi yang dapat di bumi ini, mengolahnya, dan menggunakannya dengan baik  sebagai sarana untuk beribadah kepada  Allah SWT.
Makna Khalifa hyang keduaa dalam m enguasai atau menjadi penguasa. Terlepas dari kedua makna Khalifah,       manusia menempati kedudukan istimewa di muka bumi ini. Bukan berarti manusia di istimewakan kemudian boleh berbuat semaunya, melainkan sebaliknya. Kedudukan istimewaan manusia menuntu tkearifan dan tanggung jawab besar tarhadap alam dan masyrakatnya. Al-Raghib al-Isfahani menjelaskan bahwa menggantikan yang lain berarti melaksanakan sesuatu atas nama yang digantikan, baik bersama yang digantikannya maupun sesudahnya. Lebih lanjut, Al-Iafahani menjlaskan bahwa kekhalifahan tersebut dapat terlaksana akibat ketiadaan di tempat, kematian, atau ketidakkemampuan orang yang digantikan, dan dapat juga akibat penghormatan yang diberikan kepada yang menggantikan. Kata al-khalifah juga memiliki arti al-imarat yaitu kemimpinan, atau al-sulthan yaitu kekuasaan.[1]
                       
b.     Tanggung jawab manusia sebagai khalifah
            jika tugas manusia sebagai khalifah (pemimpin), tentu ia harus dapat membangun dunia ini dengan sinergis, dapat me  lakukan perbaikan-perbikan, baik antara dirinya dengan alam, maupun antar sesana manusia itu sendiri. Seorang pemimpin dengan kekuasaan yang diberikan kepadanya, kemampuan untuk mengolah dan mengeksplorasi alam, maka sebenarnya ia tak boleh semena-mena terhadap alam dan sesama manusia, ia harus m engelola dengan baik dan harus menjadi suri tauladan yang baik.[2]  

2.     Penafsiransurat Al-Baqarahayat 30
1.     Tafsir Al-azhar
Di dalam ayat terbayanglah oleh kita bahwa Malaikat, sebagai makhluk Ilahi, yang tentu saja pengetahuannya tidak seluas pengetahuan Tuhan, meminta penjelasan, bagaimana agaknya corak khalifah itu ? Apakah tidak mungkin terjdadi dengan adanya khalifah, kerusakan yang akan timbul dan penumpahan darahlah yang akan terjadi ? padahal alam dengan kudrat idarat Allah ta’ala telah tentrtam, sebab mereka, malaikat, telah diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang patuh, tunduk,taat dan setia.
Tuhan menyebut didalam al-Qur’an tentang adanya makhluk Allah bernama Malaikat. Disebutkan pekerjan atau tugas mereka,ada yang mencatat amalan makhluk setiap hari, dan mencatat segala ucapan, ada yang membawa wahyu kepada rasul-rasul dan nabi-nabi, ada yang menjadi duta (safarah) yang memelihara al-Qur’an,ada yang memikul Arsy Tuhan, ada yang menjaga surga dan yang menjaga neraka, dan ada yang siang dan malam berdoa, memuji-muji Allah dan bersujud, dan ada pula yang mendoakan agar makhluk yang taat di beri ampun dosanya oleh Tuhan. Dan banyak lagi yang lain. Tetapi Tuhan Allah tidak menyebutkan dari bahan apa Malaikat itu dijadikan. Dan tersebut juga bahwa ada Malaikat itu yang menyatakan dirinya,sebagai yang datang membawakan Ilham kepada Maryam bahwa dia akan diberi putra atau yang kelihatan oleh Nabi kita  Muhammad s.a.w. seketika beliau  mula-mula menerima wahyu. Dan disebut juga ada Malaikat itu yang bersayap, du-dua, tiga-tiga, dan empat-empat. [3]



2.     Tafsir Ibnu Katsier
Allah Ta’ala memberitahukan ihwal pemerian karunia kepada Nabi Adam dan penghormatan kepada mereka dengan membicarakan mereka di al-Mala’ul A’la, seelum mereka diadakan. Maka Allah berfirman, “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “maksudnya, hai Muhammad, ceritakanlah hal itu kepada kaummu. “sesungguhnya Aku berhak menjadikan khalifah di bumi. “ yakni suatu kaum yang akan menggantikan satu sama lain, kurun demi kurun, dan generasi demi generasi, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,”Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi.
Atsar razaq, dari Muammar dan dari Qatadah berkata berkaitan dengan firman Allah:” Mengapa engkau hendakmenjadikan di bumi oang yang akan membuat kerusakan padanya.” Seolah-olah Allah memberitahukan kepada para malaikat bahwa apabila  di bumi ada makhluk, maka mereka akan membuat kerusakan dan menupahkan darah disana. Perkataan malaikat ini bukanlah sebagai bantahan kepada Allah sebagaimana diduga orang, karena malaikat disifati Allah sebagai makhluk yang tidak dapat menanyakan apapun yang tidak diizinkaNya.
      Ibnu Juuraji berkata bahwa sesungguhnya para malaikat itu berkata menurut apa yang telah diberitahukan Allah kepadanya ihwal keadaan penciptaan Adam. Maka malaikat berkata, “Mengapa engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya?” Ibnu Jabir berkata,”sebagian ulama mengatakan,”sesungguhnya malaikat mengatakan hal seperti itu, karena Allah mengizinkan mereka untuk bertanya ihwal hal itu setelah diberitahukan kepada mereka bahwa khalifah itu terdiri atas keturunan Adam. Mereka berkata “Mengapa Engkau hendak menjadikan orang yang akan membuat kerusakan padanya?”sesungguhnya mereka bermaksud mengatakan bahwa diantara keturunan Adam itu bersifat meminta informasi dan mencari tahu ihwal hikmah. Maka Allah berfirman sebagai jawaban atas mereka,” Allah berkata, “sesungguhnya aka mengetahui apa yang tidak kamu ketahui,” yakni Aku mengetahui kemaslahatan yang baik dalam penciptaan series yang suka melakukan kerusakan seperti yang kamu sebutkan,dan kemaslahatan itu tidak kamu ketahui, karena Aku akan menjadikan diantara mereka para nabi, rasul, oarang-orang saleh, dan para wali.[4]


3.     Tafsir Al-Maraghi
Kandungan ayat ini sama dengan ayat-ayat sebelumnya, yakni menjelaskan nikmat-nikmat Allah. Diciptakannya Nabi Adam dalam bentuk yang sedemikian rupa di samping kenikmatan memiliki ilmu dan berkuasa penuh untuk mengatur alam semesta serta berfungsi sebagai khalifah Allah di bumi, hal tersebut merupakan nikmat yang paling agung dan harus disyukuri oleh keturunanya dengan cara taat kepada Allah dan tidak ingkar kepada-Nya, termasuk manjauhi kemaksiatan yang dilarang Allah.
          Pada ayat ini dan sebelumnay juga menceritakan kisah-kisah tentang kejadian umat manusia. Dalam penciptaan manusia itu mengandung hikmah dan rahasia yang diungkap dalam bentuk dialog dan musyawarah sebelum melakukan penciptaan. Ayat ini termasuk di ntara ayat mutasyabih (tidak mungkin ditafsirkan dengan makna zahirnya saja). Sebab, jika kita artikan Allah mengadakan musyawarah dengan hamba-Nya, hal ini merupakan kejadian yang sangat mustahil.
          Pendapat ulama mutaakhirin mereka lebih cenderung menakwilkan ayat mutasyabih yang berkaitan dengan masalah kaidah-kaida agama. Sebab pada prinsipnya kaidah tersebut diletakkan berdasarkan pengertian akal. Jadi jika ada dalil-dalil nash yang bertentangan dengan akal rasio maka nas tersebut ditakwilkan dengan pengertian tidak seperti lahiriyah nash, tetapai disesuaikan dengan pengertian akal rasio.
            Berdasarkan ini maka kisah yang ada di dalam Al-Qur’an tadi diungkapan dalam bentuk tamsil agar lebih muda dipahami manusia, khususnya mengenai proses kejadian Adam dan keistimewaanya. Untuk maksud tersebut Allah memberitahukan kepada malaikat bahwa Allah akan menciptakan khalifah dibumi. Para malaikat merasa terkejut, mereka bertanya kepada Allah dengan cara dialog. Mereka menghadap Allah agar diberi pengetahuan tentang makhluk-Nya ini. Pernyataan malaikat ini seakan mengatakan, kenapaTuhan menciptakan jenis makhluk ini dengan bekal iradah(kehendak) yang mutlak (tak terbatas) dan ikhtiyar (usaha) yang terbatas pula? Sebab, sangat mungkin jika ia mempergunakan iradahnya akan bertentangan dengan maslahat dan hikmah yang berakibat fatal, yakni kerusakan.[5]


3.     Aplikasi dalam kehidupan
1.     Tanamkan keyakiana bahwa setiap manusia adalah khalifah atau pemimpin, baik bagi diri, keluarga, masyarakat mauun alam lingkungannya, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan Allah swt.
2.     Tugas manusia sebagai khalifah atau menjadi pmimpin di bumi hendaknya selalu di laksanakan atau di aplikasikan ke dalam kehidupan. Seperti, mengelola bumi (lingkungan tempat tinggal) dengan sebaik-baiknya agar bermanfaat bagi manusia itu sendiri juga makhluk Allah yang lainnya.
3.     Mulailah mempraktikkan sikap perilaku khalifah di muka bumi, dari hal-hal yang paling muda dan selalu berusaha untuk meningkatkannya, sehingga kelak kita menjadi seorang khalifah yang baik dan benar di hadapan Allah swt.

4.     Aspek Tarbawi
1.     Manusia harus mengerti tugasnya sebagai khalifah yaitu mengelola apa yang ada di alam ini.
2.     Hendaknya manusia mengetahui awal penciptaan manusia dan tujuan diciptakannya manusia.
3.     Hendaknya kita bertawakkal kepada Allah.
4.     Hendaknya kita bertanya jika tidak tahu sebagaimana malaikat menanyakan tentang manusia sebagai khalifah kepada Allah.









  BAB III
          PENUTUP

A.          Kesimpulan
Sebagai khalifah, manusia di beri tanggung jawab pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan ummat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Allah untuk manusia. Sebagai hamba manusia adalah kecil, tetapi sebagai khalifah Allah, manusia memiliki fungsi yang sangat besar dalam menegakkan sendi-sendi kehidupan di muka bumi. Oleh karna itu, manusia dilengkapi Tuhan dengan kelengkapan psikologis yang sangat sempurna, akal, hati,syahway dan hawa nafsu, yang kesemuanya sangat memadai bagi manusia untuk menjadi makhluk  yang sangat terhormat dan mulia, disamping juga sangat potensial untuk terjerumus hingga pada posisi lebih rendah di banding binatang. Jadi Manusia diciptakan oleh Allah swt. Pada dasarnya memiliki dua peran dan fungsi, yaitu sebagai hamba Allah serta khalifah di muka bumi. Manusia yang ditugaskan sebagai kholifah di bumi harus mampu memahami isi kandungan Al-Qur’an, baik secara tertulis maupun tidak tertulis.













DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mustofa Al Maraghi, 1985, Tafsir Al-Maraghi, semarang, karya:cv. Toha putra
Yusuf, Musfirotun. 2015. Manusia dan kebudayaan perspektif islam. Pekalongan. Duta Media Utama
H Bahreisy Said  H Bahreisy Salim, 1987 Ringkasan Tafsir Ibnu Katsier jilid 1, Surabaya Bina Ilmu Offset
http://kbbi.web.id/khalifah
Prof.Dr. Hamka,2001, Terjemahan Tafsir Al-Azhar jilid 1, Jakarta, pustaka panjimas











PROFIL


NAMA                                                 : ISLA NUR SABILLA 
NIM                                                    : 20211 15074
T T L                                                   : P EMALA NG , 2 7 AGUST US  1996                                   
ALAMAT                                             : SIDOREJO COMAL PEMALANG
RIWAYAT PENDIDIKAN                 : 1. MI MAHADUL MUTA’ALIMIN
                                                              2. MTS MAHADUL MUTA’ALIMIN
  3. SMAN 1 WIRAD ES A















[1]H.SaidBahreisy H.SalimBahreisy, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsier jilid 1,(Surabaya:PT Bina Ilmu Offset,1987) hlm.80-81

[2]http://kbb.web.id/khalifah,diakses tanggal 23-02-2017,pukul9:12 WIB
[3] Prof.Dr.Hamka,Tafsir Al-azhar Juz 1,(Jakarta:pustaka panjimas,1982). Hlm.199-202
[4]H.SaidBahreisy H.SalimBahreisy  1987 Ringkasan Tafsir Ibnu Katsier jilid 1, (Surabaya: PT Bina Ilmu Offset,1987). hlm.80-86

[5]Ahmad Mustofa Al Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (semarang, karya:cv. Toha putra,1985).hlm 127-130

Tidak ada komentar:

Posting Komentar