VISI MISI MANUSIA
“KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH
QS. AR-RUUM AYAT
21”
Anugrah Afif Ainun Mujib
2021115078
A
(PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi kehadirat Allah SWT yag telah melimpahkan rahmat serta hidayahNya
kepada kita semua, sehingga saya dapat menyusun makalah Tafsir Tarbawi 2
dengan tema “Visi misi Manusia” yang berjudul Keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah Qs. Ar-rum ayat 21.
Shalawat
serta salam semoga Allah tetap mencurahkan kepada Nabi kita Nabi Muhammad SAW.
Yang mana beliau telah membawa kita dari zaman jahiliyyah menuju zamn
islamiyyah seperti sekarang ini.
Kami
berterima kasih sekali kepada Bapak Dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi 2
yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini, dan saya juga
berterima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam makalah ini.
Saya
berharap semoga makalah ini dapat bermanfa’at bagi para pembaca, tak lepas dari
itu semua saya menyadari sepenuhnya bahwa makallah saya ini masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kata maupun referensi yang ada didalamnya,
maka dari itu saya dengan hati terbuka menerima segala kritik dan saran dari
para pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Pekalongan, 25 Februari
2017
Anugrah Afif Ainun Mujib
2021115078
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Peningkatan mutu kehidupan dapat dicapai dengan berbagai
cara, antara lain dengan pendidikan yang baik dan berkualitas dan penanaman
nilai moral ke dalam sikap dan prilaku individu. Dimana semua itu dapat dicapai
dari sebuah keluarga. Keluarga merupakan awal dari sebuah kehidupan. Dalam
agamapun islam mengajarkan untuk membentuk keluarga. Islam mengajak manusia
untuk hidup dalam naungan keluarga, karena keluarga seperti gambaran kecil
dalam kehidupan stabil yang menjadi pemenuhan keinginan manusia tanpa
menghilangkan kebutuhannya. Dalam mewujudkan keluarga pun di capai dengan
melakukan apa yang di sebut dengan pernikahan atau perkawinan.
Untuk mencapai suatu keluarga yang sakinah, mawaddah dan
warahmah seperti diharapkan Nabi dan rasul mungkin tidaklah mudah tetapi jika
ada kemauan untuk memperbaikinya bisa di mulai dari sekarang. Karena bagi Allah
swt tidak ada kata terlambat untuk berubah ke arah yang benar. Suatu keluarga
yang baik di mulai dari perkawinan atau pernikahan yang baik pula. Pada
dasarnya pernikahan merupakan salah satu cara seseorang untuk mengindari
perbuatan zina. Dimana kita juga dapati bahwa semua agama langit mengharamkan
dan memerangi yang namanya perzinaan.
Terakhir adalah agama Islam, yang dengan sangat keras
melarang dan mengancam pelakunya. Hal ini di karenakan zina menyebabkan simpang
siurnya suatu keturunan, terjadinya kejahatan terhadap keturunan, dan
juga yang akan menyebabkan berantakannya sebuah keluarga, hingga tercerabutnya
akar kekeluargaan dengan menyebarnya penyakit menular, merajalelanya nafsu, dan
maraknya kebobrokan moral. Maha besar Allah swt.
B.
Judul makalah
Makalah Ini berjudul “Keluarga Sakinah Mawaddah
Warahmah” yang mana merupakan tanda-taanda kebesaran
Allah SWT di dunia ini. keluarga yang demikian merupakan keluarga dambaan
setiap insan. Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia sangat membutuhkan kepada
Cinta dan kasih sayang di dalam kehidupannya , karena cinta dan kasih sayang
yang tulus mampu mewujudkan suatu ketenangan, kenyamanan dan ketentraman.
C.
Naskh dan arti QS. Ar-rum ayat 21
وَمِنۡ
ءَايَٰتِهِۦٓ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا لِّتَسۡكُنُوٓاْ إِلَيۡهَا
وَجَعَلَ بَيۡنَكُم مَّوَدَّةٗ وَرَحۡمَةًۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ
يَتَفَكَّرُونَ ٢١
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya
ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”
D.
Mengapa penting untuk di kaji
Karena di dalam Qur’an Surat Ar-Rum ayat 21 di terangkan
bahwasanya di dalam membangun dan membina sebuah keluarga, kita diharapkan memperhatikan dengan
penuh kejelasan terhadap berbagai tugas terpenting dan tujuan berkeluarga
menurut Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Sakinah dalam bahasa Arab
memiliki arti kedamaian, tenang, tentram dan aman. Makna kata sakinah dalam
pernikahan tersebut dapat diartikan sebagai seorang laki-laki dan istri harus
bisa membuat pasangannya merasa tentram, tenang, nyaman dan damai dalam
menjalani kehidupan bersama supaya sebuah rumah tangga bisa langgeng
Mawaddah dalam bahasa indonesia
bisa diartikan cinta atau sebuah harapan. Ketika menjalin sebuah pernikahan,
cinta adalah hal utama yang harus ada padanya. Ketika hubungan sudah berjalan
dan mendapatkan rasa nyaman, saat itu juga cinta yang sudah sudah ada akan
tumbuh menjadi cinta yang semakin besar dan kuat. Adanya cinta itu akan sangat
bermanfaat dalam kehidupan kedua pasangan.
Wa rahmah tidaklah jauh dari
kata sakinah dan mawaddah. Sebab ketiga kata ini memiliki sebuah hubungan yang
saling berkaitan. Wa rahmah dalam bahasa indonesia dapat diartikan “dan kasih
sayang”. Dalam menjalin hubungan keluarga, rasa kasih sayang merupakan inti
dari banyak faktor yang harus ada, dengan adanya rasa kasih sayang, keluarga
tersebut bisa menjadi lebih harmonis dan memperoleh sebuah kebahagiaan.
Sakinah, mawaddah, wa rahmah merupakan sebuah
pokok yang harus ada dalam menjalin kehidupan berkeluarga. Agar kehidupan suami
isteri menjadi aman, tentram dan damai, kedua belah pihak (suami isteri) diharuskan
untuk saling pengertian, saling mencintai, saling menjaga, saling memberi
kepercayaan dan kasih sayang sepenuhnya.
B.
Tafsir
1.
Tafsir Al-Azhar
“Dan
setengah daripada tanda-tanda kebesaran-Nya bahwa Dia ciptakan untuk kamu dari
dirimu sendiri akan isteri-isteri”.(pangkal ayat 21)[1]
Pangkal ayat ini boleh ditafsirkan dengan dua jalan
penafsiran. Pertama kita pakai tafsir yang terbiasa, yaitu bahwa insan pertama
di muka bumi ialah nenek moyang manusia yang bernama Nabi Adam. Tetapi tidak
salah kalau kita menyimpang daripada
tafsir yang biasa itu, kalau kita ingat yang dibahaskan “Dia ciptakan untuk
kamu” itu adalah buat seluruh manusia, bukan untuk satu orang nenek yang
bernama Adam. Teranglah bahwa yang diambil dari baagian badanya untuk jadi
isterinya itu hanyalah Nabi Adam saja. Adapun keturunan Nabi Adam, anak-anak,
cucu-cucu dan cicit Nabi Adam yang telah bertebaran diseluruh permukaan bumi
ini, tidaklah seoran juga lagi yang isterinya diambilkan Tuhan dari bagian
badanya. Di dalam suran ke-32, As-sajdah ayat 7 dan 8 jelas sekali bahwa yang
dijadikan langsung dari tanah hanya adam (ayat 7) adapun keturunan Adam
diciptakan dari saripati air yang lemah, yaitu mani (ayat 8)
“agar
tenteramlah kamu padanya”.[2] Artinya akan gelisahlah hidup kalau hanya seorang diri
karena kesepian, terpencil tidak berteman. Lalu si laki-laki mencari-cari si
perempuan sampai dapat dan si perempuan menunggu-nunggu si laki-laki sampai
datang. Maka hidup pun dipadukanlah jadi satu. Karena hanya dengan perpaduan
jadi satu itulah akan dapat langsung pembiakan manusia. “dan Dia jadikan di antara kamu cinta dan kasih sayang”.
Tentang mawaddatun
wa rahmatun. Cinta dan kasih sayang yang tersebut dalam ayat itu, dapatlah
kita menafsirkan bahwa mawaddatan yang
kita artikan dengan cinta, ialah kerinduan seorang laki-laki kepada seorang
perempuan dan seorang perempuan kepada seorang laki-laki yang dijadikan Allah thabi’at atau kewajaran dari hidup itu
sendiri. Tiap-tiap laki-laki yang sehat dan perempuan yang sehat, senantiasa
mencari teman hidup yang disertai keinginan menumpahkan kasih yang disertai
kepuasan bersetubuh. Bertambah terdapat kepuasan bersetubuh, bertambah
termaterailah mawaddatan atau cinta
kedua belah pihak.
Tetapi sudahlah nyata bahwa syahwat setubuh itu tidaklah
terus-menerus selama hidup. Apabila badan sudah mulai tua, laki-laki sudah
lebih dari 60 tahun dan perempuan sudah mencapai 50 tahun, syahwat setubuh
dengan sendirinya mulai mengendor. Tetapi karena hidup bersuami isteri itu
bukan semata-mata mawaddatan, bertambah mereka tua, bertambah kasih mesra kedua
pihaknya bertambah dalam. Itulah dia rahmatan,
yang kita artikan kasih sayang. Kasih sayang yang lebih mendalam dari
cinta. Bertambah mereka tua bangka, bertambah mendalam rahmatan kedua belah pihak. [3]
2.
Tafsir Al-Maraghi
Di antara tanda-tanda yang menunjukan adanya hari
berbangkit dan dikembalikannya kalian kepada-Nya, ialah bahwa Dia menciptakan bagi
kalian isteri-isteri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian merasa tentram
dengannya, dan Dia menciptakan diantara kalian rasa cinta dan kasih sayang
supaya kehidupan rumah tangga kalian dapat lestari dalam tuntunan yang
sempurna.[4]
إِنَّ
فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ ٢١
Sesungguhnya di dalam hal-hal yang telah lalu, yaitu
penciptaan kalian dari tanah, diciptakan-Nya isteri-isteri kalian dari diri
kalian, dan dilestarikannya raa cinta dan kasih sayang, terdapat pelajaran bagi
orang yang memikirkan seluk-beluk semua kejadian itu yang didasari oleh
hikmah-hikmah dan maslahat-maslahat. Maka semu itu tidaklah diciptakan secara sia-sia,
akan tetapi diciptakan untuk berbagai tujuan. Hal ini perlu dipikirkan oleh
setiap orang yang berakal dan bijaksana supaya ia dapat mencapai pengetahuan
mengenainya secara hakiki.[5]
- Tafsir
Al-Mishbah
Ayat Di atas menguraikan tentang
perkembangbiakan manusia serta bukti kuasa dan rahmat dalam hal tersebut. Ayat
diatas melanjutkan pembuktian bahwa : Dan juga diantara tanda tanda kekuasaanya
adalah dia menciptakan untuk kamu secara khusus pasangan pasangan hidup suami
atau istri dari jenis kamu sendiri, supaya kamu tenang dan tentram serta
cenderung kepadanya yakni kepada masing-masing pasangan itu, dan dijadikannya
kamu mawaddah dan rahmat sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir tentang kuasa dan nikmat Allah.
Kata اَنْفُسِكُمْ adalah bentuk
jamak dari kata نَفْسٌ yang antara lain berarti jenis atau diri atau totalitas
sesuatu. Pernyataan bahwa pasangan manusia diciptakan dari jenisnya menjadikan
sementara ulama menyatakan bahwa Allah tidak membolehkan manusia menikahi
selain jenisnya, dan bahwa jenisnya itu adalah yang merupakan pasangannya.
Dengan demikian pernikahan antara lain jenis , atau pelampiasan nafsu melalui
makhluk lain maka tidak dibenarkan oleh Allah.[6]
Kata تَسْكُن terambil dari kata سَكَنَ yaitu : diam,
tenang setelah sebelumnya goncang dan sibuk. Dari sini rumah dinamai sakan
karena dia tempat memperoleh ketenangan setelah sebelumnya si penghuni sibuk
diluar rumah.
kata اِلَيْهَاmerangkai kata لِتَسْكُن
mengandung makna cenderumg , sehingga penggalan ayat diatas bermakna Allah
menjadikan pasangan suami istri masing-masing agar merasakan ketenangan di
samping pasangannya serta cenderung kepadanya
kata مَوَدَّة dan رَحْمَة. Mawaddah adalah jalan menuju
terabaikannya pengutamaan kenikmatan duniawi bahkan semua kenikmatan untuk
siapa yang tertuju kepadanya mawadah itu, maka siapa yang memilikinya, dia
tidak pernah akan memutuskan hubungan apapun yang terjadi.
Sementara ulama menjadikan tahap
rahmat pada suami istri lahir bersama lahirnya anak, atau ketika pasangan suami
istri berusia lanjut. tanda tanda tersebut dapat ditangkap bagi kaum yang
berfikir.[7]
kata فِكْرٌ biasa digunakan dalam alquran dalam arti
merenungkan hal-hal yang bersifat empiris atau terjangkau oleh panca indera.
Ayat diatas di akhiri dengan yatafakkarun . Disini obyeknya jelas dapat dilihat
dan dirasakan , tetapi untuk memahami tanda itu diperlukan pemikiran dan
perenungan. Betapa tidak , ia terlihat sehari-hari sehingga boleh jadi anda
yang tidak menyadari bahwa hal tersebut adalah berkat anugerah Allah.[8]
C. Aplikasi dalam kehidupan
1.
Ayat ini digunakan sebagai acuan untuk menjalin rumah tangga.
2.
Memberikan petunjuk tentang keluarga sakinah, mawaddah, warahmah
sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan As-Sunnah.
3.
Selalu menjaga diri dengan sebaik mungkin dan berusaha untuk selalu hijrah
pada kebaikan, istiqomah agar mendapatkan pasangan yang baik.
D.
Aspek Tarbawi
Dari beberapa penjelasan mengenai
tafsir QS. Ar-rum
ayat 21, maka dapat diambil hikmah pendidikan yang ada di dalamnya, antara
lain:
1. Kesuksesan dalam
rumah tangga adalah tercapainya keluarga sakinah mawaddah warrahmah
2. Dalam menjalin
bahtera rumah tangga harus desertai rasa ikhlas agar selalu di lindungi oleh
Allah SWT.
3. Allah menciptakan
manusia berpasangan-pasangan agar dapat berkembang biak dan berketurunan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berkeluarga adalah sebuah
karunia Allah yang paling berkesan di dalam kehidupan. Oleh karena itu di dalam
berkeluarga harus tercipta sakinah, mawaddah wa rahmah agar kehidupan di dalam
rumah tangga terasa tentram, damai dan nyaman.
Dalam
mencapai suatu keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah seperti diharapkan
Nabi dan rasul mungkin tidaklah mudah tetapi jika ada kemauan untuk
memperbaikinya bisa di mulai dari sekarang. Karena bagi Allah swt tidak ada
kata terlambat untuk berubah ke arah yang benar.
[4]
Ahmad
Musthofa Al-Maraghiy, Tafsir Al-Maraghiy,( Semarang: CV.Thoha
Putra,1993), hlm.69
[7] M.Quraish
shihab,....hlm.36
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi,
Ahmad Mustofa. 1993. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: Karya Toha Putra
Semarang.
Hamka.
1982. Tafsir Al-Azhar Juz XVI. Jakarta: Pustaka Panji Mas.
Shihab ,
M.Quraish. 2006.Tafsir Al Mishbah.Jakarta: Lentera hati.
PROFIL DIRI
Nama : Anugrah Afif Ainun Mujib
TTL :
Pemalang, 13 Maret 1997
Alamat : Dk. Sumberharjo, Tambakrejo
Pemalang
Motto Hidup : No pain No gain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar