KEKUATAN ILMU PENGETAHUAN
(AR-RAHMAN (55): 33)
Laelatul Khamidah
2021216016
KELAS : L
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA
PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Kekuatan Ilmu Pengetahuan” sesuai rencana. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
para sahabatnya, serta orang-orang yang mau mengikuti sunnah-sunnahnya, aamiin.
Ucapan terimakasih kami tujukan kepada Bapak M. Hufron, M. S. I selaku Dosen Pengampu mata kuliah Tafsir
Tarbawi, semoga tugas yang telah diberikan dapat menambah wawasan penulis
tentang Kewajiban
Belajar Mengajar secara “Spesifik” menurut al-Qur’an (Kekuatan Ilmu Pengetahuan), serta kepada seluruh teman-teman yang telah
mendukung dalam pembuatan makalah ini.
Demikianlah kata pengantar dari.Penulis
mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan.
Saran dan masukan yang konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan bisa menambah
wawasan khususnya kepada mahasiswa IAIN
Pekalongan dan umumnya kepada pembaca.
Pekalongan, 01 Oktober 2017
Penulis
Laelatul
Khamidah
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar................................................................................................ii
Daftar Isi.......................................................................................................
iii
BAB I. PENDAHULUAN
...........................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN
A. QS. Ar-rahman:33 dan Terjemah.............................................................2
B. Mufrodat
.............................................................................................2
C. Penjelasan.............................................................................................2
D. Tafsir...................................................................................................4
BAB III PENUTUP
A. Simpulan.................................................................................................8
B. Saran.........................................................................................................8
Daftar Pustaka......................................................................................9
Profil penulis .......................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu
adalah cahaya yang dengannya kita akan menggapai keuntungan dan kedekatan kepada-Nya.
Islam tidak tegak dan tidak akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada jalan untuk
mengenal allah dan sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Karena ilmu merupakan
jalan menuju surga, maka ilmu memiliki kedudukan yang agung.
Al-Qur’an
sebagai kitab suci, diyakini oleh muslim keabadian, keuniversalan serta
kebenarannya. Al-qur’an adalah kitab suci yang dipedomani umat Islam hingga
akhir zaman. Manusia dituntut untuk bisa mengambil sebagian dari petunjuk dan
hidayah yang yang dikandung al-Qur’an sesuai dengan human interest,
spesialisasi serta subjektifitas masing-masing. Manusia diberi potensi oleh
Allah SWT berupa akal. Akal ini harus terus diasah agar semakin tajam sehingga
mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dengan selalu belajar dan
berkarya, manusia mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang baru. Dengan kata lain,
manusia juga akan mengetahui apa yang ada dibumi dan apa yang ada di langit
(luar angkasa). Namun, untuk bisa mengetahuinya perlu adanya kekuatan ilmu
pengetahuan. seperti dalam firman Allah SWT. Dalam surat Ar-Rahman ayat 33 yang
artinya “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali
dengan kekuatan”
BAB II
PEMBAHASAN
A. QS. Ar-Rahman (55): 33 dan Terjemah
u|³÷èyJ»t Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ÈbÎ) öNçF÷èsÜtGó$# br& (#räàÿZs? ô`ÏB Í$sÜø%r& ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur (#räàÿR$$sù 4 w cräàÿZs? wÎ) 9`»sÜù=Ý¡Î0 ÇÌÌÈ
Artinya:
“Hai jama'ah
jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan
bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.”
B. MUFRODAT
Kalian keluar : (#räàÿZs?br&
Jamak dari quthr, penjuru : $sÜø%r&
Kekuatan dan kekuasaan: السُّلطَانِ
|
C. Penjelasan
Ilmu
merupakan suatu istilah yang berasal dari bahasa Arab, yaitu ‘alima yang
terdiri dari huruf ‘ayn, lam, dan mim. Al-Qur’an sering
menggunakan kata ini dalam berbagai sighat (pola), yaitu masdar,
fi’il mudhori’, fiil madzi, amr, isim fail, isim maf’ul, dan isim tafdil.
Secara
harfiah “ilmu” dapat diartikan kepada tahu atau mengetahui. Secara istilah ilmu
berarti memahami hakikat sesuatu, atau memahami hukum yang berlaku atas
sesuatu. Saliba mendefinisikan ilmu itu
dengan “memahami secara mutlak, baik tasawwur atau tasdiq dan
baik yakin maupun tidak”. Menurut Ikhwan al-Shafa’, seperti yang dikutip
Jihami, ilmu adalah tasawwur
hakikat sesuatu dan asalnya. [1]
Dalam
pandangan Al-Qur’an ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul
atas makhluk lain yang dapat membentuk sikap atau sifat-sifat. Atau dengan kata
lain, sikap atau karakter seseorang adalah gambaran pengetahuan yang
dimilikinya. Sedangkan pengetahuan adalah hasil dari keingintahuan manusia
dengan suatu objek yang ingin diketahui. Pengetahuan biasa diperoleh dari
keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan, seperti perasaan, pikiran, pengalaman,
pancaindera, dan intuisi untuk mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan objek,
cara dan kegunaannya. [2]
Dari
pengertian ilmu dan pengetahuan serta penjelasan keduanya dapat disimpulkan
bahwa ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar menyelidiki, menemukan, dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Dengan kata lain, ilmu pengetahuan merupakan anugerah yang sangat agung, dan
rahasia Illahi yang paling besar dari sekian banyak rahasia Allah di alam ini.
Allah menciptakan dan membentuk manusia dengan perangkat akal dan pikiran yang
responsif terhadap berbagai kehidupan di muka bumi, beserta berbagai macam
tanda kebesaran-Nya di jagad raya. Adapun karakter terbangun dalam diri manusia
berdasarkan ilmu pengetahuan dan ilmu iti sendiri dipasok oleh indera. Dengan
demikian, semakin aktif kita berinteraksi dengan objek pengetahuan, semakin
dalam pengetahuan seseorang, begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, al-Qur’an
selalu mengajak manusia mengajak manusia untuk menggunakan inderanya untuk
mengkaji alam dan fenomena yang terjadi. [3]
D. Tafsir QS.
Ar-Rahman (55): 33
1.
Tafsir
Al Azhar Juzu’ XXVII
“Wahai
sekalian jin dan manusia! Jika kamu sanggup melintas semua penjuru langit dan
bumi, lintasilah!” (pangkal ayat 33). Artinya bahwa di antara RahmanNya Allah
itu kepada kita manusia dan jin ialah kebebasan yang diberikan kepada kita
untuk melintasi alam ini dengan separuh tenaga yang ada pada kita, segenap akal
dan budi kita, karena mendalamnya pengetahuan. Namun di akhir ayat Tuhan
memberi ingat bahwa kekuatanmu itu tetap terbatas, “Namun kamu tidaklah
dapat melitasinya kalau tidak dengan kekuasaan.”(ujung ayat 33)
Dalam
suku kata yang pertama diberi kebebasan bagi manusia melintasi segala penjuru bumi,
baik untuk mengetahui rahasia yang terpendamdi muka bumi ini, ataupun hendak
menuntut berbagai macam ilmu. Karena banyaklah rahasia dalam alam ini yang
tersembunyi, yang sudah tabiat daripada
manusia itu sendiri ingin tahu. Namun di suku kata yang kedua diberi ingat bahwa
semua pekerjaan itu sangat bergantung pada kekuasaan, yang dalam ayat disebut Sulthan.
Ibnu
katsir dalam tafsirnya mengatakan ialah: “Bahwa kamu tidaklah akan sanggup lari
daripada kehendak Allah dan takdirnya, bahwa takdir yang akan selalu
mengelilingi kamu dan kamu tidak akan sanggup membebaskan diri pada kehendaknya
atas dirimu, ke mana saja pun kamu pergi takdir itu mengelilingi kamu, demikianlah
kamu selalu dalam kedudukan tertawa didalamnya. Malaikat berdiri rapat sampai
tujuh lapis sekeliling kamu, sehingga tidaklah kamu sanggup membebaskan diri,
kecuali dengan kekuasaanNya. Artinya dengan kehendak Tuhan. [4]
2.
Tafsir
Al-Misbah
Ayat
sebelumnya mengancam manusia dan jin bahwa allah akan berkonsentrasi untuk melakukan
perhitungan terhadap amalan-amalan mereka. Kemudian ayat 33 menjelaskan bahwa manusia
tidak bis menghindar dari pertanggungjawaban serta sebab-akibatnya. Allah
menantang mereka dengan mengatakan: Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu
sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi guna menghindar dari
pertanggungjawaban atau siksa yang menimpa kamu itu, maka temmbuslah
keluar. Tetapi sekali-kali kamu tidak
dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan, sedangkan kamu kamu tidak
memiliki kekuatan! Maka nikmat Tuhan kamu berdua yang manakah yang kamu
berdua ingkari? Peringatan diatas yang merupakan salah satu bentuk nikmat
Allah SWT, dan karena itubpertanyaan itu yang menggugah atau mengandung kecaman
tersebut diulang lagi. [5]
3.
Tafsir
Al Maraghi
Dalam
QS. Ar-Rahman (55): 33 menjelaskan bahwa kalian takkan mampu melakukan itu.
Karena Dia meliputi kamu sehingga kamu takkan kuasa melepaskan diri dari
padanya kemanapun kamu pergi, maka kamu tetap terkepung. Kemudian Allah SWT
berfirman menerangkan sebab ketidak mungkinan orang melarikan diri. Firman-Nya:
w cräàÿZs? wÎ) 9`»sÜù=Ý¡Î0
Sesungguhnya
melarikan diri hanyalah bisa dilakukan dengan kekuatan dan kekuasaan. Namun
dari mana kamu memperoleh kekuatan dan kekuasaan itu. Dari siapa kamu
mendapatkannya psadahal kamu waktu itu tidak mempunyai daya dan kekuatan. [6]
4.
Tafsir
Al-Qurthubi
Firman
AllAah SWT, NçF÷èsÜtGó$#ÄÈbÎ)§RM}$#ur`Ågø:$#|³÷èyJ»t Hai jama'ah jin
dan manusia. Ibnu Mubarok menyebutkan: juwaibir
mengabarkan kepada kami, dari adh-dhahhak, dia berkata, “apabila tiba hari
kiamat nanti, Allah SWT memerintahkan kepada langit dunia. Maka langit itu pun
terbelah dan para malaikat pun diperintahkan oleh Allah SWT turun ke bumi, lalu
mengitari bumi beserta isinya. Kemudian Allah SWT memerintahkan langit kedua
seperti perintah-Nya kepada langit dunia, lalu para malaikat turun hingga
berbaris-baris. Kemudian langit ketiga, keempat, kelima, keenam, dan ketujuh.
Lalu malaikat tertinggi turun dengan kebesaran dan wibawanya ke neraka jahanam.
Mereka mendengar raungannya. Mereka tidak mendatangi suatu tempat dari
tempat-tempatnya kecuali mereka mendapatkan barisan-barisan malaikat.
Adh-Dhahhak
juga berkata, “Ketika manusia berada dipasar-pasar mereka, langit terbuka dan
para malaikat turun. Manusia dan jin pun berlarian. Lalu, para malaikat membawa
mereka. Itulah makna firman Allah SWT,
w cräàÿZs? wÎ) 9`»sÜù=Ý¡Î0
Menurut Al Qurthubi: berdasarkan penafsiran ini, kejadian itu
terjadi di dunia. Sedangkan berdasarkan penafsiran Ibnu Mubarak, kejadian itu
terjadi di akhirat. Diriwayatkan dari Adh-Dhahhak juga
bahwa maksudnya: jika kalian mampu untuk lari dari kematian maka larilah.
Ibnu
Abbas RA berkata, “maksudnya: jika kalian mampu untuk mengetahui apa yang ada
di langit dan apa yang ada di bumi maka ketahuilah. Akan tetapi kalian tidak
dapat mengetahuinya kecuali detngan sulhtaan, yakni keterangan dari Allah SWT.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA juga bahwa makna لاتَنْفُذُونَ إِلاَّبِسُلْطَن adalah janganlah kalian keluar dari kerajaan-Ku dan
kekuasaan-Ku atas kalian.
Menurut
Qatadah: kalian tidak dapat menembusnya melainkan dengan kerajaan, sementara
kalian tidak memiliki kerajaan. [7]
5. Al-Lubab
Dalam ayat 33 menantang manusia dan jin, guna membuktikan kepada
masing-masing, ketidak berdayaan mereka bahwa: hai kelompok jin dan manusia,
lebih-lebih yang durhaka, jika kamu sanggup menembus keluar penjuru-penjuru
langit dan bumi guna menghindar dari pertanggungjawaban atau siksa yang menimpa
kamu itu., maka tembuslah keluar! Tetapi sekali-kali kamu tidak dapat
menembusnya melainkan dengan kekuatan, sedangkan kamu tidak mempunyai kekuatan!
Maksudnya ayat 33 bukan mengisyaratkan kemampuan manusia menembus
angkasa luar, karena ayat ini berbicara tentang kehidupan akhirat dan
menegaskan bahwa manusia di akhirat nanti tidak akan mampu menghindar atau lari
dari penjuru alam raya. [8]
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Pada hakikatnya, ilmu adalah salah satu sifat Allah. Segala pengetahuan
yang diperoleh manusia merupakan anugerah-Nya. Ilmu Allah tidak terbatas,
manusia hanya memperoleh sedikit daripadanya. Sedalam apapun pengetahuan
manusia mengenai sesuatu, ia tetap saja terbatas karena keterbatasan pikiran
dan potensi yang ada dalam jiwanya. Ilmu
pengetahuan itu akan tumbuh dan berkembang dalam diri manusia melalui
pengalaman empiris, rasional, dan ilham yang masuk melalui indera, baik zahir,
batin, maupun kalbu. Dengan kata lain, indra merupakan bagian dari unsur
kepribadian manusia yang menjembatani masuknya ilmu pengetahuan ke dalam diri,
sehingga ilmu tersebut menjadi internal kepribadian manusia. Tidak hanya itu,
indera juga dapat membangun karakter.
Allah memerintahkan kepada golongan jin dan manusia untuk menembus
(melintasi) langit dan bumi tetapi mereka tidak mampu kecuali dengan kekuatan.
Dalam ayat diatas Allah menantang jin dan manusia, jika mampu menembus langit.
Yang mana manusia dan jin tidak mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (ilmu
pengetahuan).
B.
SARAN
Demikianlah
makalah ini penyusun sajikan, semoga dapat menambah wawasan kita semua. Dan
apabila dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan, mohon
maaf yang sebesar besarnya. Kami bersedia menampung kritik dan saran dari
pembaca guna kemajuan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Hamka. 2000. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXVII. Jakarta: IKAPI.
Imam Al-Qurthubi, Syaikh. 2009. Tafsir Al Quthubi. Jakarta:
Pustaka Azam.
M. Yusuf, Kadar.
2013. Tafsir Tarbawi: Pesan-pesan Al-Qur’an tentang Pendidikan. Jakarta:
Amzah.
Munir, Ahmad. 2008.
Tafsir Tarbawi: Mengungkap Pesan Al-Qur’an tentang Pendidikan. Yogyakarta:
Teras.
Musthafa
Al-Maraghi, Ahmad. 1989. Tafsir
Al-Maraghi juz XXVII. Semarang: Toha putra.
Quraish Shihab,
M. 2012. Al-Lubab: makna, tujuan, dan pelajaran dari surah Al Qur’an. Tangerang:
Lentera Hati.
_______________.
2005. Tafsir Al-Misbah: pesan, kesan, dan keserasian Al Qur’an juz 13. Tangerang:
Lentera Hati.
BIODATA PENULIS
NAMA : Laelatul Khamidah
NIM : 2021216016
TTL : Batang, 12-11-1994
ALAMAT : Cepagan Rt/Rw 10/03 Warungasem Batang
PEKERJAAN : Mengajar di TK TUNAS
CERIA
RIWAYAT PENDIDIKAN :
Ø TK TUNAS CERIA
Ø SD N 01 CEPAGAN
Ø SMP N 1 WARUNGASEM
Ø MA FUTUHIYYAH 2 MRANGGEN
|
|
[1] Kadar M.
Yusuf, Tafsir Tarbawi: Pesan-pesan Al-Qur’an tentang Pendidikan,
(Jakarta: Amzah, 2013), hlm. 16-17.
[2] Ahmad Munir, Tafsir
Tarbawi: Mengungkap Pesan Al-Qur’an tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Teras,
2008), hlm. 79-80.
[3]Kadar M. Yusuf,
op.cit., hlm. 29.
[4] Hamka, Tafsir
Al-Azhar Juzu’ XXVII, (Jakarta: IKAPI, 2000), hlm. 197.
[5] M. Quraish
Shihab, Tafsir Al-Misbah: pesan, kesan, dan keserasian Al Qur’an juz 13,
(Tangerang: Lentera Hati, 2005), hlm. 518-519.
[6] Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi juz XXVII,
(Semarang: Toha putra, 1989), hlm. 206-207.
[7] Syaikh Imam
Al-Qurthubi, Tafsir Al Quthubi, (Jakarta: Pustaka Azam, 2009), hlm.
553-555.
[8]M. Quraish
Shihab, Al-Lubab: makna, tujuan, dan pelajaran dari surah Al Qur’an,
(Tangerang: Lentera Hati, 2012), hlm.138.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar