HAK
ASASI MANUSIA
Hak
Bebas Berkehendak QS. An-Naml 27:40
Muchammad ErwinSyah
(2021115096)
Kelas A
FAKULTAS TARBIYAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta
alam. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW.
Penulis bersyukur kepada Allah SWT yang
telah memberikan hidayah serta taufiq-Nya kepada penulis sehingga makalah yang
berjudul Perintah Membaca Belajar Agama guna memenuhi tugas mata kuliah tafsir
tarbawi II , telah terselesaikan.
Sehubungan dengan ditugasnya penulis
untuk mengulas materi mengenai Perintah Membaca Belajar Agama, yang sumbernya
berasal dari tafsir QS. An-Naml 27:40
Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung, terutama Bapak Muhammad Hufron, M.Si selaku dosen pengampu mata
kuliah Tafsir Tarbawi II dan untuk orang tua yang telah memberi semangat dan
dorongan dalam menyelesaikan tugas ini, tak lupa juga semua dosen dan Civitas
Akademika IAIN Pekalongan, serta
teman-teman yang telah mendukung dan memberikan semangat yang lebih, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik.
Kemudian kritik pembaca terhadap
kekurangan makalah ini sangat diharapkan. semuanya penulis terima sebagai bahan
perbaikan pembuatan makalah setelahnya. Akhirnya saran dari semua pihak akan
penulis terima dengan baik, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya, dan penulis pada khususnya.
Pekalongan, 02 Maret 2017
Muchammad
Erwin Syah
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahwasannya
Allah SWT memberikan kebebasan terhadap hamba-hambanya akan tetapi Allah
juga,memberikan pilihan kepada hamba-hambanya tentang bersyukur atau
mengingkari hal tersebut sebagai pembelajaran kepada manusia yang beriman dan
berfikir keras. Siapa yang bersukur akan ditambah inkmat oleh Allah SWT dan
barang siapa yang mengingkari maka Allah maha mulia. Maka dari pilihan tersebut
harus mengerti akan dampak yang harus diketahui. Bersyukur terhadap Allah SWT
merupakan suatu hal yang muncul dari hati dan pikiran dimana ia mengerti akan
peran manusia sebagai menerima pilihan dari allah semata yang mana pilihannya
melalui proses-proses tertentu sebagai
B. Tema dan Judul Makalah
Dalam
makalah disini bertemakan tentang Hak Asasi manusia. Denga sub bab Hak Bebas
Berkehendak.
C.
QS. An-Naml 27:40
قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ
قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ
قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ
شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
Artinya :
“Berkatalah
seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana
itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat
singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia
Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan
nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur
untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka
sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (QS. An-Naml 27:40)[1]
D.
Pentingnya Mengkaji Surat An-Naml 27:40
Di dalam Qs.
An-naml ayat 40 penting untuk dikaji karena di dalam surat tersebut banyak
pembelajaran yang amat penting karena mengenai pilihan bersyukur dan ingkar
terhadap Allah, yang mana dari dua pilihan tersebut memiliki sisi yang berbeda
antara positif dan negatif untuk itu mahasiswa perlu mengkaji surat an naml
ayat 40 sehingga dengan demikian kita bisa memperoleh kebaikan dan jauh dari
keburukan yang merugikan kita. Sehingga kita dapat memilah antara yang baik dan
buruk agar kita senatiasa mengintropeksi diri atau mawas diri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
Sebagai manusia yang
hidup di dunia ini pastinya kita semua memiliki hak .hak sendiri setiap manusia
pasti berbeda-beda tergantung pada status yang diberikan olehnya yang dimaksud
dengan hak sendiri adalah hak –hak yang
dimiliki setiap pribadi manusia sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir.
Hak yang dimiliki manusia pada umumnya adalah hak mendapatkan pelayanan
kesehatan, hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, hak untuk memberikan
pendapat atau pandangan ketika dalam forum diskusi dan lain sebagainya.
Kemudian pengertian kebebasan adalah bebas melakukan apa yang kita inginkan dengan memperhatikan
aturan dan norma yang berlaku. Bahwasanya kebebasan mempunyai arti merdeka atau
lepas dari penjajahan, peerbudakan dan kurungan. Kebebasan juga dapat berarti
lepas atau terhindar dari sesuatu yang mencampuri atau mengikatnya dari luar.
Jadi kebebasan atau kemerdekaan yang dimiliki manusia mempunyai arti bahwa
manusia bukanlah individu yang menjadi milik orang lain atau seorang budak,
tetapi seorang yang bebas mengatur dirinya sendiri. Oleh karena itu, manusia
tidak terikat oleh segala macam ikatan yang membatasinya. Manusia memiliki kebebasan
dalam menentukan kemauan dan aktivitasnya. Manusia bebas untuk menerima atau
menolak apapun yang ada dimuka bumi.
Dengan demikian, kebebasan dalam pemikiran etika islam adalah
kebebasan yang bertanggung jawab. Manusia bebas untuk menentukan dan melaksanakan
tindakan yang dikehendaki, tetapi ia tetap akan dimintai pertanggung jawaban
atas semua keputusan dan tindakan yag dilakukannya. Kebebasan dalam bertindak
hanya diberikan kepada manusia, karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang
diberi akal. Dengan akalnya, manusia memiliki kemampuan yang dapat digunakan
untuk memilih dan menentukan mana yang boleh dikerjakan dan mana yang tidak
boleh dikerjakan.[2]
B. Tafsir Surat An-Naml
Ayat 40
a.
Tafsir Al Qurthubi
Sulaiman As berkata,”Aku mau lebih cepat dari
itu,”maka dia berkata,”seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab berkata,”Aku
akan membawa singgasana itu kepadamusebelum matamu berkedip,”
Kebanyakan ulama ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
memiliki ilmu Kitab adalah Ashif bin Barkhaya dan dia itu seorang dari Bani
Isra’il.seorang yang dapat dipercaya,hapal nama Allah yang agung,jika dia
meminta dan berdoa dengan menggunakan nama tersebut ,permintaan dan doanya akan
dikabulkan.[3]
b.
Tafsir Al Azhar
“Berkatalah seorang
yang ada padanya ilmu dari Al Kitab:Aku akan membawa singgasana itu kepada
engkau sebelum matamu berkedip”. (pangkal ayat 40)
Ini lebih cepat lagi.
Kalau Ifrit menunggu dahulu baginda Nabi Sulaiman tegak dari majlisnya, entah
cepat majlis itu bubar entah lambat, maka orang yang mendapatkan ilmu dari
al-Kitab ini lebih cepat lagi. Yaitu singgasana itu akan datang sekejap mata
Baginda, sekejap mata saja! Atau pecingkan mata sebentar, lalu buka kembali
singgasana itu sudah ada! Dan memang ada sekali dihadapan Nabi Sulaiman, sebentar
itu juga.
Siapa orang yang mendapat ilmu dari
al-Kitab ini? Ada riwayar dari Ibnu Abbas bahwa nama orang itu Ashaf bin
Barkhaya. Begitu pula riwayat Muhammad Ishaq yang diterimanya dari Yazid bin
Rauman. Kata riwayat itu Ashaf ini adalah Sekretaris Pribadi Nabi Sulaiaman.
Tetapi menurut riwayat Mujahid namanya ialah Asthum, yaitu seorang shalih dari
Bani Israil. Qatadah dalam satu riwayatnya nama orang itu Balikha, dari Bani Israil juga, bukan Jin
tetapi Manusia juga. Zuhair bin Muhammad meriwayatkan pula namanya ialah zin
Nur (yang bercahaya). Abdullah bin Luhai’ah mengatakan bahwa orang itu Nabi Khidir. Tetapi ada lagi
riwayat lain mengatakan bahwa orang itu ialah Nabi Sulaiman sendiri.
Mana yang benar? Yang benar adalah yang
tertulis di dalam al-Quran itu sendiri,
bahwa ada orang yang mendapat ilmu dari al-Kitab, mungkin dari Luh Mahfud,
sanggup memindahkan singgasana itu dalam sekejap mata. Adapun nama orangnya
siapa, tidaklah penting. Sebaab itu al-Quran tidak mementingkan nama itu. Sebab
iyu adalah semata-mata kelebihan yang diberikan kepada hambaNya. Tentang yang
menyebut Nabi Khidir tidaklah kita salah kalau riwayat ini tidak kita pegang
betul, sebab riwayat tentang hidupnya Nabi Khidir itu sendiripun tidaklah ada
kekuatannya.
Tentang Ashaf bin Barkhaya dapat juga
ditolak. Masakah Ashaf lebih hebat ilmu pengetahuannya dari pda Nabi Sulaiman
sendiri?.
Ar-Razi dalam tafsirnya leebih condong
kepada pendapat bahwa orang itu ialah Nabi Sulaiman sendiri.
Tentang perkataan bahwa singgasana itu akan
hadir dalam sekejap mata, meurut Ar-Razi itu adalah semata-mata pemakian bahsa
semata. Ar-Razi dalam hal ini memegang pendapat dari tafsiran Mujahid. Dalam
pemakian bahasa kalau orang bercakap misalanua:”tunggulah sekejap” artinya
ialah tidak lama!.u
“maka tatkala
dilihatnya sunggasana itu telah terletak dihadapanya, berkatalah dia,”Ini
karena dari karunia tuhanku, untuk menguji aku, bersyukurkah aku atau aku
mengingkari, dan barang siapa yang bersyukur, maka kesyukuranya itu itu adalah
untuk diri sendiri.” (pangkal ayat 40). Beginilah ucapan Nabi Sulaiman a.s
setelah singgasana itu berdiri dihadapanya, yang telah hadir tidak berapa lama
sesudah hal itu diperbincangkan. Menilik isi doa cenderunglah ar-Razi
menguatkan bahwa manusia yang diberi ilmu dari al-Kitab itu memang Nabi
Sulaiman sendiri. Dia hendak menunjukan kelak kepada Ratu Balqis itu bahwa dia
bukan semata-mata seorang raja, bahkan
lebih dari itu, dia adalah seorang Nabi Allah dan RasulNya, yang sewaktu-waktu
diberi perbantuan oleh Tuhan dengan Mu’jizat. Setelah dimohonkanya kepada
Allah, dalam sekejap mata hadirlah singgsana itu. Sebab itu dengan sangat
terharu dia mengakui bahwa itu adalah semata-mata karunia Tuhan ke atas
dirinya. Kalau dia sendiri, tidaklah
sanggup mengerjakannya. Dan patutlah dia bersyukur, dan patutlah dia
berterimakasih kepada Ilahi. Sebab itu Mu’jizat yang amat luar biasa ini,
bahkan dia sendiri pun tercengang, tidak menyangka permohonannya akan terkabul
begitu cepat, merasa bahwa ini adalah suatu ujian bagi dirinya sendiri,
bersyukurlah dia atau kufur, melupakan jaza tuhan atas dirinya ”Dan
barangsiapa yang mengingkari, maka sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Kaya Lagi
Maha Mulia”(ujung ayat 40).[4]
c. Tafsir Al Mishbah
Ayat sebelum ini menjelaskan kesediaan dan kesanggupan jin
untuk menghadirkan singgasana Ratu Saba’ dalam tempo setengah hari. Ayat itu
tidak mengemukakan tanggapan Nabi Sulaiman as. Atas ucapan sang ‘Ifrit. Rupanya
ada tanggapan spontan dari seorang manusia yang selama ini mengasah kalbunya
dan yang dianugrahi oleh Allah swt.
Ilmu. Ayat di atas menjelaskan bahwa:”berkatalah seseorang yang memiliki
ilmu dari al-Kitab: aku akan datang kepadamu
dengannya yaknidengan membawa singgasana itu kemari sebelum
matamu berkedip” maka serta-merta, tanpa menunggu tanggapan dari siapapun,
singgasanaitu hadir dihadapan Nabi Sulaiman as. Dan tatkala dia melihatnya
terletak dan benar-benar mantap dihadapannya bukan berada jauh darinya, diapun
berkata:”ini yakni kehadiran
singgasana sesuai keinginanku termasuk karunia Tuhanku dari sekian banyak karunia yang dilimpahkanNya
kepadaku. Karunia itu adalah untuk menguji aku apakah aku bersyukur dengan
mengakuinya sebagai anugrah atau kufur yakni mengingkari nikmatNya,
dengan menduga bahwa ia memang hakku atau merupakan usahaku sendiri tanpa
bantuan Allah. Dan barang siapa yang besyukur kepada Allah maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan
dirinyasendiri dan barang siapa yang kufurmaka itu adalah bencana buat dirinya. Allah tidak
bertambah kaya dengan kesyukuran hambaNya tidak pula disentuh kekurangan dengan
kekufuran mereka karena sesungguhnya Tuhan pemelihara dan Pembimbingku Maha Kaya Lagi
Maha Mulia”.
Kata tharfka terambil dari kata tharf yaitu
gerakan kelopak mata dalam bentuk membukanya untuk melihat sesuatu, sedang kata
irtadda terambil dari kata radda yang berarti mengenbalikan, dalam
konteks ayat ini adalah tertutupnya kembali kelopak mata itu setelah sebelumnya
terbuka.[5]
d. Tafsir Ibnu Katsir
“berkatalah seseorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab” Ibnu
Abbas berkata “orang ini bernama Ashif. Dia sekretaris Sulaiman. Dia orang yang
jujur dan mengetahui nama Allah Yang Maha Agung.” Aku akan membawa singgasa itu
kepadamu terkedip “ maka sebelum Sulaiman sadar, singgasana Balqis sudah berada
dihadapan Sulaiman. “maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak
dihadapannya, diapun berkata,’ Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku
apakah aku bersyukur atau mengingkari. Dan barang siapa yang bersyukur untuk
kebaikan dirinya sendiri’” Yakni, inilah sebagian dari nikmat Allah yang
dianugrahkan kepadaku agar Dia mengujiku, apakah aku akan mensyukuri nikmat
atau mengingkarinya.
Firman Allah Ta’ala, “ Dan barang siapa yang ingkar maka
sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya Lagi Maha Mulia.” Yakni, Dia tidak membutuhkan
hamba dan penghambaanya. Dia Maha Mulia ZatNya, walaupun hamba tidak
menyembahNya itu tidak tergantung kepada seorang pun. Hal ini sebagaimana
ucapan Nabi Musa a.s, “jika kamu sekalian dan seluruh orang yang ada dibumi
kafir, maka sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya dan Maha Terpuji.” (QS.
Ibrahim 8)[6]
e. Tafsir Jalailain
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab yang diturunkan, ia bernama Ashif ibnu Barkhiya; dia terkenal sangat jujur
dan mengetahui tentang asma Allah Yang Agung, yaitu suatu asama apabila
pipanjatkan doa niscaya doa itu dikabulkan. “aku akan membawa singgasana itu
kepadamu sebelum matamu berkedip”jika kamu tunjukan pandanganmu itu kepada
sesuatu. Maka ashif berkata padanya “coba liat langit itu” , maka Nabi Sulaiman
pun menunjukan pandangannya kelangit, setelah itu ia mengembalikan pandanganya
kearah semula sebebagaimana biasanya,
tiba-tiba ia menjumapai singgasana Ratu Balqis itu telah ada dihadapanya.
Ketika Nabi Sulaiman mengarahkan pandangannya kelangit, pada sat itu Ashif
berdoa dengan mengucap kan Ismu A’zam, seraya meminta kepada Allah supaya Dia
mendatangkan singgasana tersebut, maka dikabulkanya permintaan Ashif itu oleh
Allah. Sehingga dengan seketika singgasana itu telah berada dibawah bumi, lalu
dimunculkanNya dibawah singgasana Nabi Sulaiman maka tatkala Sulaiman
melihat singgasana itu terletak telah berada dihadapannya, ia pun
berkata “ ini yakni didatangkan singgasana itu untukku termasuk karunia
Tuhanku untuk mencoba aku untuk menguji diriku apakah aku bersyukur mensyukuri nikmat atau
mengingkari nikmat Nya dan barang siapa yang bersyukur, maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri artinya pahalanya itu untuk dirinya sendiri dan
barang siapa yang ingkar akan nikmatNya maka sesungguhnya Tuhanku Maha
Kaya tidak membutuhkan kesyukurannya lagi Maha Mulia yakni tatap
memberikan kemurahan kepada orang-orang yang mengingkari nikmatNya.[7]
C. Aplikasi Dalam
Kehidupan
Kita sebagai makhluk
ciptaan Allah swt yang diciptakan paling sempurna diantara makhluk allah yang
lain. Maka sepatutnya agar kita bersyukur dan berterima kasih kepadan-nya. Dengan
demikian maka kita sebagai makhluk ciptaan Allah agar senantiasa beribadah,
menjalankan perintah-nya dan menjauhi larangan-nya sehingga kita bisa menjadi
manusia yang berakhlak dan takut akan dosa. Jika kita senantisa mensyukuri
nikmat allah dan menjalankan perintah-nya pasti kita akan ingat yang namamnya
dosa dan ingat kematian dengan demikian maka kita hidup di dunia ini yang hanya
sebentar namun bisa bermanfaat dan hidup tak sia-sia. Setiap manusia pasti
mempunyai hak untuk hidup didunia.hak setiap manusia itu berbeda – beda. Dengan
adanya hak asasi manusia, manusia bisa melontarkan hak-hak yang dialaminya.
Dalam pembahasan hak kebebasan disini menuntun manusia agar mempunyai bebas
dalam berkehendak dalam kehidupan sehari-harinya. Dan selalu bertanggung jawab
akan tindakannya dan selalu bermuhasabah diri.
D. Aspek Tarbawi
1.
Bersyukur atas pemberaian Allah dan selalu menjalankan perintah allah dan menjauhi larangan-nya.
2.
Senantiasa mengintropeksi diri agar selalu ingat sang pencipta
3.
Kita sebagai manusia harus bisa menjaga pertanggungan akan tindakannya.
4.
Sebagai umat islam yang baik selalu melakukan hal-hal yang baik dalam
tindakannya.
5.
Sebagai manusia selalu menyertakan Tuhan dalam menjalani sebuah
permasalahan.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Kebebasan
atau kemerdekaan yang dimiliki manusia mempunyai arti bahwa manusia bukanlah
individu yang menjadi milik orang lain atau seorang budak, tetapi seorang yang
bebas mengatur dirinya sendiri. Oleh karena itu, manusia tidak terikat oleh
segala macam ikatan yang membatasinya. Manusia memiliki kebebasan dalam
menentukan kemauan dan aktivitasnya. Manusia bebas untuk menerima atau menolak
apapun yang ada dimuka bumi.
Kebebasan
dalam pemikiran etika islam adalah kebebasan yang bertanggung jawab. Manusia
bebas untuk menentukan dan melaksanakan tindakan yang dikehendaki, tetapi ia
tetap akan dimintai pertanggung jawaban atas semua keputusan dan tindakan yag
dilakukannya. Kebebasan dalam bertindak hanya diberikan kepada manusia, karena
manusia adalah satu-satunya makhluk yang diberi akal.
DAFTAR PUSTAKA
QS. Surat An-Naml 27;40
Suraji,Imam. 2015.Hak dan Kewajiban dalam Perspektif
Etika Islam. Pekalongan:
STAIN
Pekalongan Press.
Al-Qurtubi, Syaikh Imam.2009. Tafsir Al-Qurtubi. Jakarta:
Pustaka Azzam.
Hamka. 2003. Tafsir
Al-Azhar Juz XIX. Jakarta: Citra Serumpun Padi.
Shihab, M. Quraish.2004. Tafsir Al-Mishbah. Ciputat: Lentera
Hati.
Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. 2006.
Ringkasan Tafsir Ibnu Katsier III. Jakarta:
Gema Insani.
Al-Mahalli, Imam Jalaludin& Imam Jalaludin As-Suyuti. 2010. Terjemah
Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Jilid 2. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Profil Penulis
Nama :Muchammad
ErwinSyah
Tempat, Tgl Lahir :Batang,
27 Mei 1997
Alamat :
Dekoro Rt 11 Rw 12 No.19 Kecamatan Pekalongan Timur
Kota
Pekalongan
Riwayat Pendidikan
: Lulus dari Mii Dekoro, Smpn 5 Pekalongan,Smk Dwija Praja Pekalongan
dan sekarang masih melanjukan study S1 di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Pekalongan.
[2] Imam Suraji,
Hak dan Kewajiban dalam Perspektif Etika Islam, (Pekalongan: STAIN
Pekalongan Press, 2015), hlm.61-62
[3] Syaikh Imam
Al-Qurtubi, Tafsir Al-Qurtubi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), hlm
515-516
Tidak ada komentar:
Posting Komentar