INVESTASI
AMAL SHOLEH
“Iman dan Amal Sholeh Kunci Kejayaan”
(QS. An-Nur Ayat 55)
Khatikah (2021115129)
Kelas A
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah Swt.
yang telah memberikan begitu banyak limpahan nikmat sehingga di antara
nikmat-Nya tersebut penulis dapat menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah
dalam rangka nenuntut ilmu.
Shalawat beriringkan salam semoga
tetap terlimpah curahkan kepada baginda kita yang telah menuntun umatnya dari
zaman jahiliah menuju zaman ilmiah yakni Nabi besar Muhammad saw. juga kepada
keluarganya, para sahabatnya, tabi’in, serta sampai kepada kita selaku umatnya
hingga hari kiamat Amiin.
Selanjutnya makalah yang berada di
hadapan pembaca merupakan uraian materi yang ditulis mengacu kepada silabus
mata kuliah Tafsir Tarbawi II yaitu tentang “INVESTASI AMAL
SHOLEH (iman dan amal sholeh kunci kejayaan)”. Yang Alhamdulillah telah selesai ditulis. Tidak akan
ada kata selesai disusun makalah ini melainkan dukungan dari semua pihak baik
dari orang tua dan dari Muhammad Hufron, M.S.I selaku dosen pengampu mata
kuliah Tafsir Tarbawi II, baik dukungan dari segi moril maupun materil. Untuk itu penulis sampaikan banyak terima kasih.
Sudah barang
tentu dalam makalah ini tidak luput dari kekeliruan ataupun kekurangan baik
dalam materi maupun dalam hal ikhwal penyusunan. Untuk itu
penulis bermohon maaf dan tak lupa untuk sedia menerima berbagai masukan yang
bersifat membangun untuk penyempurnaannya.
Pekalongan, 25
Maret 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap manusia pasti ingin hidup bahagia. Masing-masing manusia dalam
hidupnya mendambakan ketenangan kedamaian kerukunan dan kesejahteraan. Menurut
ajaran agama islam hanya dengan iman dan amal saleh yang dapat menghantarkan
kita baik sebagai individu maupun masyarakat ke arah itu. Dengan iman umat
islam generasi pendahulu dapat mencapai kejayaan, yang berhasil merubah dari
keadaan dunia yang gelap gulita menjadi terang benderang. Para umat islam
terdahulu mengamalkan ajaran agama islam dengan sebaik-baiknya.
Namun saat ini cahaya iman dihati manusia sekarang
itu redup, dengan begitu mudahlah
nilai-nilai kebaikan diantara manusia itu mulai pudar. Allah menciptakan
kehidupan itu bukan tanpa tujuan, tetepi hidup manusia itu harus mempunyai
tujuan. Kita diciptakan di dunia ini bukan hanya untuk sekedar bersenang-senang
atau bermain-main saja. Apapun yang terjadi pasti mendatangkan kebaikan. Bagi
seorang mukmin keberuntungan atau kesengsaraan, sama saja. Keduanya pasti
mendatangkan kebaikan. Kunci kejayaan itu terletak pada iman dan amal sholeh,
keduanya saling berkaitan.
B. Tema dan Judul
Dalam kesempatan kali ini penulis akan membahas tema ”INVESTASI
AMAL SHOLEH”, dengan judul “ iman dan amal sholeh kunci kejayaan”. Menyesuaikan
dengan tugas yang telah diterima penulis.
C.
Nash dan Arti
وَعَدَ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ
مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ
وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُون
Artinya:
Dan Allah telah berjanji kepada
orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh
bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan
sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk
mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir
sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
D.
Arti Penting Untuk
di Kaji
Pada QS. An-Nur
ayat 55 diatas penting untuk dikaji, sebab pada ayat tersebut dijelaskan mengenai
janji Allah. Janji Allah adalah sebuah janji yang pasti terbukti. Tak mungkin
diingkari sebab janji itu dikemukakan oleh Allah sendiri, yaitu janji Allah
kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakkan amal sholeh akan dijadikan sebagai penguasa di
bumi, seperti kaum sebelumnya. Iman dan amal sholeh melahirkan kebahagiaan
sejati di dunia dan diakhirat. Dan bagi yang yang melanggar janji Allah maka
termasuk golongan orang fasik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
Iman merupakan persoalan utama dan terutama. Dalam
sebuah pohon , iman adalah akar. Akar menentkan kualitas sebuah pohon. Pohon
yang tinggi menjulang, berbuah lebat, bisa dipastikan memiliki akar yang kuat.
Begitu pun iman. Iman yang mengakar kuat akan menjadikan pohon islam tumbuh
kokoh menjulang.
Ada pengalaman menarik yang dikemukakan Dr. Carl Jung
dalam buku The Modern Man in Search
of Spirit. Dalam buku tersebut,
psikologi kenamaan ini menuturkan, “ Ratusan pasien telah saya obati. Sebagian
dari mereka berusia 35 tahun ke atas. Ternyata agama menjadi terapi yang
efektif bagi mereka. Kebanyakan mereka jatuh sakit karena kehilangan apa yang
diberikan agama kepada orang-orang beriman. Kunci kesembuhan para pasien itu
adalah kembali kepada keimanan yang benar.”[1]
Iman secara bahasa berarti tashdiq ( membenarkan).
Sedangkan secara istilah syar’i, iman adalah keyakinan dalam hati, perkataan di
lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan. Imam
syafi’i berkata, “ iman itu meliputi perkataan dan perbuatan. Dia bisa
bertambah dan berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang dengan
sebab kemaksiatan.
Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia dikatakan bahwa :
“ iman secara bahasa berasal dari anamah yang berarti menganugerahkan rasa aman dan tentram, dan
yang kedua masuk kedalam suasana aman dan tentram, pengertian pertama
ditunjukkan kepada Tuhan yakni, al-Makmun, yaitu Maha Memberi keamanan dan
ketentraman kepada manusia melalui agama yang diturunkan lewat Nabi. Pengertian
kedua dikaitkan dengan manusia. Seorang mukmin adalah mereka memasukki dalam
suasana aman dan tentram menerima prinsip yang telah ditetapkan Tuhan.[2]
Amal (dari bahasa Arab: عَمَلَ) berarti
mengamalkan, berbuat, bekerja. Kata ini sering dipertukarkan dengan sedekah.
Kemudian Amal Sholeh, dua rangkaian
kata ini sering kita temui karena berkaitan dengan agama. Amal itu sendiri
adalah melakukan segala sesuatu untuk menghasilkan sesuatu. Dan shaleh berarti
segala sesuatu segala sesuatu yang bersifat baik dan berguna. Jika kedua makna
tersebut amal shaleh berarti melakukan sesuatu untuk menghasilkan sesuatu yang
sifatnya baik,menguntungkan dan berguna. Terdapat beberapa janji-janji Allah
SWT kepada mereka yang beriman dan beramal shaleh. Diantaranya ialah keuntungan
dunia dan akhirat, nikmat surga, penghapusan dan pengampunan dosa-dosa, diberi
petunjuk dan panduan,dikurniakan derajat yang tinggi,dianugerahkan kekuasaan,
mendapat rezeki yang mulia (berkat), dibalas dengan pahala yang secara
berterusan, dicurahkan rahmat dan dilepaskan daripada kegelapan hidup kepada
cahaya. Amal shaleh yang amat disukai oleh Allah SWT adalah amal-amal yang
telah diwajibkan kepada manusia untuk dilaksanakan misalnya seperti shalat lima
waktu. Allah SWT senang bila hambaNya menambah amal-amal shaleh dalam rangka
mendekatkan diri kepadanya akan tetapi Ia juga tidak senang bila hambaNya
melalaikan amal yang wajib karena amal yang lain walaupun itu adalah amal
shaleh. Allah SWT tidak akan menghendaki orang yang melaksanakan shalat sunnah
semalam penuh akan tetapi lalai pada shalat yang wajib karena bangun tidur
terlalu siang. Selanjutnya, amal shaleh Allah SWT setelah amal-amal wajib
adalah amal yang bisa dirasakan manfaatnya bagi hambaNya yang lain. Menuntut
ilmu merupakan suatu hal yang akan memberikan manfaat yang besar bagi setiap
umat manusia. Dengan ilmu kita dapat mengetahui hal-hal yang kita tidak tahu
dan kita dapat menjalankan amal shaleh seperti yang diperintahkan oleh Allah
SWT. Buahnya
iman adalah amal shaleh, yang tak saja dinikmati oleh yang bersangkutan saja,
tetapi juga oleh banyak orang.[3]
Kata-kata orang yang beriman adalah laksana sinar
cahaya yang muncul dari matahari. Tidak akan menjadi penghalang beberapa banyak
awan yang menutupi matahari itu, cahayanya akan tetap muncul dari belakang awan
itu dan akan tetap bersinar. Awan tak akan mampu mengubah matahari. Demikian
pula halnya kabut dosa, kabut perbuatan setan dank abut kecemburuan serta kabut
dendam akan selalu berusaha menutupi amal kita. Tetapi jika keimanan,
keyakinan, dan kemantapan hati kita berdiri teguh, maka kita akan mampu menolak
kabut-kabut itu dan pantulan cahaya kebenaran akan bersinar terang lagi dari
diri kita.[4]
B. Penafsiran Ayat
1.
Tafsir Al-Azhar
Pada ayat 55 ini adalah inti tujuan perjuangan hidup.
Dan inilah janji dan pengharapan yang telah dikemkakan Tuhan bagi setiap Mu’min
dalam perjuangan menegakkan kebenaran dan keyakinan di permukaan bumi ini.
Dan pokok pendirian mesti dipegang teguh dan sekali-kali
jangan dilepaskan, baik keduanya atau salah satu diantara kdanya. Pertama ialah
iman atau kepercayaan. Kedua amal shalih, perbuatan baik, bukti dan bakti.
Kalau iman tidak ada haluan pekerjaan tidaklah tentu
arahnya entah berakibat baik ataukah berakibat buruk. Iman sebagai telah
berkali-kali diterangkan adalah pelita yang member cahaya dalam hati, menyinar
cahaya itu keluar dan dapatlah petunjuk, sehingga nyatalah apa yang akan
dikerakan. Oleh sebab itu iman dengan sendirinya menimbulkan amal yang shalih.
Banyak pula amalan yang shalih dikerjakan, tetapi jika
tidak timbul daripada iman, bercampur aduklah diantara yang haq dan yang batil.
Tetapi kalau keduanya telah berpadu satu, amal shalih timbul dari iman dan iman
menimbulkan amal, terdapatlah kekuatan pribadi, baik orang seorang ataupun pada
masyarakat Mu’min itu. Maka kepada orang-orang yang seperti ini, atau
masyarakat yang seperti inilah Tuhan menjanjikan bahwa mereka akan diberi
warisan kekuasaan dipermkaan bumi ini. Kendali bumi ini akan diserahkan ke
tangan mereka, sebagaimana dahulu pun warisan yang demikian telah pernah pula
diberikan kepada umat yang terdahulu dari mereka.
Dengan sendirinya, apabila kekuatan iman amal shalih
itu telah padu satu dan telah menimbulkan hasil nyata dalam masyarakat, maka
agama yang dipeluk pun menjadi kokoh dan teguh, berurat ke bumi, bercabang ke
langit, tidak dapat diusik dan diganggu orang lagi. Sebab dialah agama yang
diridhai Allah.
Kalau sekiranya selama ini dada rasa berdebar, cemas
ditimpa oleh takut, rasa-rasa akan ditimpa oleh bahaya juga, rasa-rasa agama
ini akan diancam orang juga, sehingga keamanan dalam hati tak pernah ada, namun
apabil janji warisan itu telah dikabulkanTuhan, rasa ketakutan itu akan hilang
dengan sendirinya dan kamanan tercapai, sebagai ganti dari ketakutan.
Tetapi dasar pokok keamanan itu diperingatkan kembali
oleh Tuhan, yaitu sifat-sifat dan kelakuan yang dipunyai oleh umat beriman dan
beramal shalih itu. Yaitu mereka hanya beribadah kepada Allah. Mereka tidak
mempersekutukan Tuhan dengan yang lain. Selama hal ini masih dijaga terus dan
dipelihara, selama itu pula janji perwarisan itu tidak akan dicabut oleh Tuhan.
Tetapi kalau sesudah itu mereka kafir lagi, menolak dan ingkar lagi, niscaya
merekapun telah terhitung menjadi orang fasik. Jangan kecewa jika janji itu
dicabut kembali.[5]
2.
Tafsir Al-Maraghi
Allah telah menjelaskan, bahwa
barangsiapa mentaati Rosul, berarti dia telah mengikuti jalan yang haq, dan
barangsiapa mengikuti jalan yang haq, maka balasannya adalah surge yang penuh
kesenangan. Selanjutnya Allah menyampaikan janji-Nya bahwa Dia akan menjadikan
kaum mu’minin yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya sebagai khalifah di bumi,
meneguhkan kedudukan mereka dengan pertolongan dan kemuliaan, serta menjadikan
mereka merasa aman setelah merasa takut kepada musuh, sehingga mereka hanya
menyembah kepada Allah semata dalam keadaan aman. Tetapi, barangsiapa
mengingkari semua nikmat itu sesudah itu, berarti Dia telah durhaka kepada
Tuhannya, dan kafir kepada nikmat-Nya.
Thabrani, Hakim dan Ibnu Mardawih
meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab, ketika Rasulullah saw. dan para sahabatnya
tiba dimadinah dan dilindungi oleh orang-orang anshar, maka orang-orang arab
memanah mereka secara serempak sehingga mereka bermalam dengan selalu memegang
senjata hingga pagi. Mereka berkata, “ Lihatlah, kami tetap akan berjaga hingga
kami dapat tidur dengan aman dan tenang. Kami hanya takut kepada Allah”.[6]
3.
Tafsir Ibnu Katsir
Inilah janji dari Allah Ta’ala kepada rasul-Nya bahwa
Dia akan menjadikan umatnya sebagai pemimpin manusia sehingga Negara menjadi
damai melalui mereka dan hamba-hamba pun tunduk kepada mereka. Dia berjanji
akan menukar rasa takut dengan keamanan dan kekuatan. Allah yang maha suci dan
Mahatinggi telah memenuhi janji itu. Kepunyaan Allahlah segala puja dan karunia
Maka
Allah Ta’ala menurunkan ayat yang mulia ini, “ Dia Allah telah berjjanji kepada
orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakkan amal-amal sholeh”. Ayat
ini sebagaimana firman Allah,” dan ingatlah ketika kamu sebagai minoritas dan
kaum yang lemah dimuka bumi. Kamu takut disambar manusia. Kemudian Allah
menempatkan dan menguatkanmu dengan pertolongan-Nya serta memberimu rezeki yang
baik-baik. Agar kamu bersyukur.” (al-Anfal: 26).
Firman
Allah ,”bahwa Dia bersungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa. Dan
sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk
mereka”.[7]
C. Aplikasi dalam kehidupan
Dengan demikian, keseharian orang mukmin sejatinya
penuh dengan amal shaleh seperti beramal, berusaha, berupaya, berbuat, bekerja.
Sebab amal shaleh buah dari iman. Optimis dalam beribadah kepada Allah SWT atas
segala usaha yang dilakukannya karena percaya pertolongan Allah SWT sangat
dekat kepada orang yang berbuat baik. Kita juga harus menjauhi maksiat. Kita
sebagai makluk sosial harus membiasakan dan senang melakukan amal shaleh,
karena iman dan amal merupakan kunci kejayaan .
D. Aspek Tarbawi
1.
Buah dari iman adalah amal sholih
2.
Di dunia iman menjadi pembimbing dan penerang hati, dan di akhirat iman menjadi penyelamat diri
3.
Iman dan amal sholeh keduanya tidak dapat dipisahkan
4.
Fluktuasi iman dipengaruhi amal, iman akan meningkat dengan amal sholih
5.
Iman akan menurun dengan amal maksiat
6.
Iman dapat memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa
7.
Iman tidak menjanjikan seseorang terbebas dari kesusahan, namun iman
dapat membuat seseorang tegar berjalan melewati perbukitan gelap.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Iman merupakan persoalan utama dan terutama. Dalam
sebuah pohon , iman adalah akar. Akar menentkan kualitas sebuah pohon. Pohon
yang tinggi menjulang, berbuah lebat, bisa dipastikan memiliki akar yang kuat.
Begitu pun iman. Iman yang mengakar kuat akan menjadikan pohon islam tumbuh
kokoh menjulang. Iman secara bahasa berarti tashdiq ( membenarkan). Sedangkan
secara istilah syar’i, iman adalah keyakinan dalam hati, perkataan di lisan,
amalan dengan anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan. Imam syafi’i
berkata, “ iman itu meliputi perkataan dan perbuatan. Dia bisa bertambah dan
berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang dengan sebab
kemaksiatan. Kemudian Amal Sholeh, dua rangkaian kata ini sering kita
temui karena berkaitan dengan agama. Amal itu sendiri adalah melakukan segala
sesuatu untuk menghasilkan sesuatu. Dan shaleh berarti segala sesuatu segala
sesuatu yang bersifat baik dan berguna. Jika kedua makna tersebut amal shaleh
berarti melakukan sesuatu untuk menghasilkan sesuatu yang sifatnya
baik,menguntungkan dan berguna. Iman seseorang dapat bertambah dan
berkurang karena dipengaruhi oleh amal.
B.
SARAN
Kita sebagai makhluk Allah hendaknya dapat memperkuat
keimanan kita melalui amal sholih serta meningkatkan kualitas amal sholih dalam
diri kita masing-masing, dengan begitu iman yang tertanam dalam diri kita akan
kuat tidak mudah tergoyahkan. Karena kualitas iman dilihat dari kualitas amal.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Farisi, Mohamad Zaka Al-Farisi. 2008. Agar
Hidup Lebih Hidup. Bandung: Refika Offset
Al-Maraghiy, Ahmad Mustofa. 1989. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: Toha Putra
Ar-Rifa’i,
Muhammad Nasib. 1999. Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Gema Insani
Press
Hamka, Tafsir
Al-Azha. 2003. Jakarta: Pustaka Panjimas
Hasan,
Riaz, 2006. Keragaman
Iman.Jakarta: RajaGrafindo Persada
Muhayyadin, Bawa. 1997. Tasawuf Mendamaikan Dunia. Bandung: Pustaka Hidayah
PROFIL PENULIS
Khatikah, lahir pada tanggal 26 juni 1996 silam di
pekalongan, jawa tengah. Beralamatkan di desa ngalian kecamatan tirto kabupaten
pekalongan. Kesehariannya sebagai mahasiswi semester empat di IAIN Pekalongan
dengan mengambil jurusan Tarbiyah, prodi Pendidikan Agama Islam. Riwayat
Pendidikannya untuk sekolah dasar di Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Ngalian,
untuk sekolah menengah pertama di MTs S Hidayatul Athfal, dan untuk sekolah
menengah atas di MAS Simbang Kulon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar