Laman

new post

zzz

Rabu, 22 Maret 2017

tt2 a6e “Hukum Kekekalan Aksi-Reaksi Amal” Q.S Al-Isra’ [17:7]

INVESTASI AMAL SHALIH
“Hukum Kekekalan Aksi-Reaksi Amal” Q.S Al-Isra’ [17:7]

 
Ro’yal Ain    (2021115177) 
Kelas  A

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN/PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017



KATA PENGANTAR
                                                                 
            Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufik serta hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “INVESTASI AMAL SHALIH” Hukum Kekekalan Aksi-Reaksi Amal “Q.S Al-Isra’ [17:7]” ini dengan baik tanpa suatu halangan apapun.
            Shalawat serta salam semoga selalu senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari kebodohan menuju alam terang benderang ini dengan bercahayakan iman, islam dan ikhsan.
            Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Dosen Pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi Bapak Muhammad Hufron, M.S.I yang telah mendukung terselesaikan nya makalah ini.
            Saya menyadari terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna pada makalah yang penulis buat ini, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi.
            Demikianlah makalah ini dibuat, apabila ada kesalahan dalam penulisan, mohon maaf yang sebesar-besarnya, terimakasih.


Pekalongan,  Maret 2017


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Amal shalih dalam pandangan Islam adalah setiap perbuatan kebajikan manusia yang di Ridloi Allah SWT. Diantara bentuk atau perbuatan Investasi Amal Shalih seperti “Amal Jariyah, Amal Ma’ruf, Berbakti kepada kedua Orangtua” dll. Namun disini kita memfokuskan pada Hukum Kekekalan Aksi-Reaksi Amal yaitu Jaminan pada mereka yang berbuat baik akan mendapati kebaikan pada dirinya sendiri, dan begitu pula sebaliknya apabila mereka berbuat jahat maka celakalah bagi mereka sendiri. Dengan demikian jika kita menginginkan kebaikan didunia dan diakhirat disini kita diharapkan mengingat janji Allah SWT. tersebut untuk selalu berbuat yang baik-baik dan meninggalkan yang tidak baik, Jadi amal shalih adalah melakukan pekerjaan baik yang bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi orang lain dengan ikhlas semata karena Allah SWT.
  1. Judul makalah
Penulis menyusun makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Tafsir Tarbawi II, dengan judul INVESTASI AMAL SHALIH “Hukum Kekekalan Aksi-Reaksi Amal”, Q.S Al-Isra’ [17:7] tentang amal perbuatan baik sesuai dengan kisah Bani Israil.
  1. Nash dan Arti Q.S Al-Isra’ [17:7]
÷bÎ) óOçFY|¡ômr& óOçFY|¡ômr& ö/ä3Å¡àÿRL{ ( ÷bÎ)ur öNè?ù'yr& $ygn=sù 4 #sŒÎ*sù uä!%y` ßôãur ÍotÅzFy$# (#qä«ÿ½Ý¡uŠÏ9 öNà6ydqã_ãr (#qè=äzôuÏ9ur yÉfó¡yJø9$# $yJŸ2 çnqè=yzyŠ tA¨rr& ;o§tB (#rçŽÉi9tFãŠÏ9ur $tB (#öqn=tã #·ŽÎ6÷Ks? ÇÐÈ  
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai”.
  1. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar manusia senantiasa mengingat apa yang diperbuatnya diatas muka bumi ini untuk selalu berbuat kebaikan dan menjauhi perbuatan jahat sesuai dengan firman Allah SWT. dalam Q.S Az-Zalzalah ayat 7-8 :
`yJsù ö@yJ÷ètƒ tA$s)÷WÏB >o§sŒ #\øyz ¼çnttƒ ÇÐÈ   `tBur ö@yJ÷ètƒ tA$s)÷WÏB ;o§sŒ #vx© ¼çnttƒ ÇÑÈ  
7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.
8. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.
Dengan demikian agar kita tidak lupa untuk tidak berbuat kerusakan dibumi karena Hukum Aksi-Reaksi Amal yang Allah SWT. janjikan masih berlaku, dan sebagai salah satu bentuk usaha kita menjadi manusia yang di Ridloi-Nya.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Teori Q.S Al-Isra’ [17:7]
Kami katakan kepada mereka, “Bila kalian berbuat baik dan taat kepada Allah SWT, maka kebaikan itu adalah untuk diri kalian di dunia dan di akhirat. Dan jika kalian berbuat maksiat, maka sebenarnya kalian telah merusak diri kalian sendiri. Ketika datang waktu pembalasan dari perbuatan jahat kalian yang terakhir dari dua kali kejahatan yang telah kalian lakukan dalam membuat kerusakan di muka bumi maka kami datangkan musuh-musuh kalian untuk menorehkan bekas kejahatan, kehinaan dan kepedihan yang menyuramkan wajah kalian. Dan pada akhirnya mereka masuk masjid bayt al maqdis lalu merusaknya seperti pada kali pertama. Mereka juga akan memusnahkan apa yang mereka kuasai dengan sehabis-habisnya”.
Memang terkadang ada amal baik seseorang yang dampaknya menyentuh orang lain, demikian juga dengan amal buruknya, tetapi hal itu pasti tidak demikian di akhirat nanti. Di dunia inipun amal apa saja, dan dari siapapun tidak dapat berdampak kepada pihak lain, kecuali atas izin Allah SWT. dan Allah lah yang maha berkehendak untuk melimpahkan rahmat atau bencana. Jadi amal itu sendiri tidak dapat menimpa balasan kecuali pelakunya sendiri. Karena sang pelaku tidak dapat mengakibatkan amal yang dilakukannya berdampak buruk kepada pihak lain kecuali atas izin-Nya juga. Dan demikian jelas sudah tujuan dari Q.S Al-Isra’ ayat 7 adalah untuk mengingatkan manusia, “Bahwa apapun yang dilakukannya, maka balasan untuk dirinya sendiri, jika berbuat baik maka akan ada balasan atas kebaikannya begitupun sebaliknya jika berbuat jahat maka celakalah mereka.[1]
B.    Tafsir ayat berdasarkan kitab Tafsir Q.S Al-Isra’ [17:7]
1)     Tafsir Al Qhurtubi
÷bÎ) óOçFY|¡ômr& óOçFY|¡ômr& ö/ä3Å¡àÿRL{ ( ÷bÎ)ur öNè?ù'yr& $ygn=sù 4 #sŒÎ*sù uä!%y` ßôãur ÍotÅzFy$# (#qä«ÿ½Ý¡uŠÏ9 öNà6ydqã_ãr (#qè=äzôuÏ9ur yÉfó¡yJø9$# $yJŸ2 çnqè=yzyŠ tA¨rr& ;o§tB (#rçŽÉi9tFãŠÏ9ur $tB (#öqn=tã #·ŽÎ6÷Ks? ÇÐÈ  
7. jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. (Qs. Al Israa’ [17]: 7)

  ÷bÎ) óOçFY|¡ômr& óOçFY|¡ômr& ö/ä3Å¡àÿRL{ ( ÷   Firman Allah SWT :
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri”. Maksudnya, kebaikan yang kalian lakukan akan memberikan manfaat yang kembali pada diri kalian sendiri.
 ÷bÎ)ur öNè?ù'yr& $ygn=sù 4“Dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri
Maksudnya kebaikan yang kalian lakukan akan memberikan manfaat kembali kepada diri kalian sendiri, begitupun sebaliknya yaitu jika kalian berbuat buruk maka kalian menuju kepada keburukan itu kembali. “Baginya balasan dan hukuman”. Kemungkinan firman ini adalah firman untuk Bani Israil.[2]
2)     Tafsir ibnu katsir
Jika kamu berbuat baik, maka kamu berbuat baik kepada dirimu sendiri. Jika kamu berbuat buruk, maka bagi diri kamu pula. Apabila datang hukuman yang kedua, maka mereka disuruh menyuramkam wajahmu, dan mereka masuk ke dalam masjid sebagaimana dahulu mereka memasukinya pada pertama kali dan menghancurkan sehancur-hancurnya apa saja yang mereka kuasai. Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat kepadamu.  Jika kamu kembali, maka Kami pun kembali. Dan Kami telah menjadikan neraka Jahannam sebagai penjara bagi orang-orang kafir. Allah Ta’ala memberitahukan bahwa Dia telah memutuskan atas Bani Israel di dalam  kitab itu. Telah diputuskan terhadap mereka dan diberitahukan di dalam Taurat bahwa sesungguhnya kamu akan berbuat kerusakan di muka bumi dua kali dan pasti akan menyombongkan diri dengan setinggi-tingginya. Yakni, mereka akan berbuat sewenang –wenang , melampaui batas, dan jahat terhadap manusia. Firman Allah Ta’ala, ‘’Maka apabila datang hukuman bagi salah satu dari keduanya,’’ yakni salah satu dari perbuatan kerusakan itu, Kami utus kepadamu hamba-hamba Kami yang berkekuatan besar,’’Kami mengirimkan kepadamu sejumlah tentara makhluk Kami yang memiliki kekuatan dan persenjataan,’’lalu mereka merajalela di pelosok-pelosok kampung,’’ mereka menguasai negerimu dan merajalela di antara di tengah-tengah rumahmu. ‘’Adalah janji Tuhanmu itu pasti terlaksana.’’Maksudnya, janji ihwal hari ini pasti terlaksana dan terwujud, tidak dapat dielakan. Para mufasir, baik salaf maupun khalaf, berselisih mengenai siapakah makhluk yang dikirimkan kepada mereka. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Qatadah bahwa makhluk itu adalah Jalut aj-Jazari dan bala tentaranya. Pertama Allah mengutusnya kepada Bani Israel. Kemudian mereka dapat mengalahkan lawan dan Dawud berhasil membunuh Jalut. Oleh karena itu, Allah berfirman, ‘’Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka”.[3]
3)     Tafsir Al-Azhar
Demikian jelasnya jaminan yang diberikan Tuhan kepada mereka. Tetapi lama kelamaan janji-janji mereka dengan Tuhan satu demi satu mereka mungkiri: ‘’Ayat-ayat Allah mereka tolak, Nabi-nabi mereka bunuh tidak bersebab. Malahan ada yang terang-terangan mengaku: ‘’Hati kami sudah tertutup!’’
Iman sejati sudah hilang, tinggal sedikit sekali. Kemudian setelah Allah menunjukan kekayaan-Nya dengan membuntingkan Maryam binti Imran, mereka tuduhlah Maryam dengan tuduhan yang amat hina. Dituduhnya Isa Almasih anak zina karena beliau dilahirkan Allah tidak menurut yang teradat, yaitu berbapa. Padahal Zakaria, seorang Rasul Allah dan penghulu Baitul Maqdis jadi saksi atas kesucian Maryam, itu pun tidak mereka percayai. Akhirnya Isa Almasih diutus Tuhan mengajak mereka kembali kepada agama yang benar, kembali kepada Taurat. Mereka tolak seruan Almasih itu, bahkan sampai mereka fitnahkan beliau kepada penguasa Romawi. Mereka usulkan supaya Isa Almasih disalibkan sebagai orang jahat.
Karena desakan mereka itu, maka Pilatus, penguasa Romawi itu mengabulkan permintaan mereka. Tetapi pertolongan Allah datang . Nabi Isa terpelihara dari salib.  Yang disalib ialah muridnya yang menghianati dia, Judas Eskhariut. Tetapi mereka, Bani Israil berkeras mengatakan bahwa memang Isa telah mati mereka salib, padahal bukan dia yang mereka salib. Maka murid-muridnya pun dengan penuh cinta mengatakan bahwa dihari yang ketiga beliau telah bangun dari kubur, dan beberapa hari kemudian telah naik ke langit. Kemudian tampilan seorang Yahudi, yang selama ini menganiaya pengikut-pengikut Nabi Isa, mendakwakan dirinya telah diangkat Nabi Isa menjadi Rasul, namanya Paulus. Dia membawa pula ajaran-ajaran yang samasekali berbeda dari ajaran Nabi Isa a.s. dikatannya ajarannya itulah ajaran Isa yang sebenarnya! Yaitu bahwa Tuhan adalah satu, tetapi tiga. Dan tiga, tetapi satu. Yang sama kedudukannya. Yang Sang Bapa; itulah Allah sendiri. Sang Putera, itulah Isa Almasih dan Ruhul Qudus! Itulah kerusakan kedua kali, yang lebih hebat daripada yang pertama, yang sampai sekarang meliputi dunia, gara-gara Bani Israil. Beberapa puluh tahun sesudah Nabi Isa wafat, dengan wajar, di satu tempat yang hanya Allah Yang tahu, maka bangsa Romawi yang menguasai jerusalem itu, meresmikan menerima agama Kristen ajaran Paulus itu sebagai agama resmi kerajaan Roma, sejak itu Jerusalem mulailah di bawah perintah Roma-Nasrani. Dan hilanglah selamanya kebesaran Bani Israil. Hancurlah mereka sehancur-hancurnya, sebagaimana yang diancamkan Tuhan tersebut di Surat al-Isra’ ayat 7 ini. Maka terpecah belahlah Bani Israil dibawa nasib ke mana-mana, ke Mesir, ke Spanyol, ke India dan laini-lain.
Setengahnya lagi berdiam di Tanah Arab, di Khaibar, di Yastrib, (Madinah), yang terdiri dari Bani Nadhir, Bani Qainuqa’, Bani Quraizhah. Tetapi pengharapan mereka akan bangun kembali masih ada. Sebab di dalam Taurat dan Kitab Nabi-nabi disebut bahwa seorang Nabi akhir zaman akan bangkit, mereka namai Messias. Dan pengharapan ini kerapkali mereka terangkan kepada orang-orang Arab di Yastrib. Tetapi Nabi itu tidaklah timbul dikalangan Bani Israil lagi, melainkan di kalangan Bani Ismail, yaitu Muhammad s.a.w.
Dan orang-orang Arab yang diceriterai tentang akan datangnya Nabi itu oleh orang Yahudi itu, dengan sembunyi –sembunyi telah datang menemui  Nabi itu ke Makkah dan telah percaya. Maka terjadilah Isra’ dan Mi’raj dekat masa Nabi akan hijrah ke Madinah. Sebagai hikmat tertinggi dari Allah, Nabi Muhammad s.a.w. Isra’ ke Masjid Al-Aqsha dalam Mi’raj beliau ke langit. Dan kemudian, setelah pindah ke Madinah, dengan resmi dipindahkanlah kiblat ke masjid yang lebih tua, yang didirikan Nabi Ibrahim, dari masjid Baitul Maqdis yang didirikan oleh Nabi Sulaiman. Dengan demikian habislah sejarah nubuwwat Bani Israil.[4]

C.              Aplikasi Dalam Kehidupan
1.     Hendaklah berbuat baik di dunia karena amal perbuatan kita nanti akan di pertanggung jawabkan di akhirat.
2.     Selalu mengingat Allah SWT. dimanapun berada sebagai pengawas diri sebab kapanpun dan dimanapun Allah mengetahui yang diperbuat Hamba-Nya.
3.     Melaksanakan amal shalih seperti Amal Jariyah, Amal Ma’ruf entah terhadap diri sendiri orang tua dan yang lain, terutama Amal shalih kepada Allah SWT.
4.     Mengawali kegiatan dengan menyebut nama Allah “Basmalah” dan mengakhirinya dengan bacaan “Hamdalah”.
5.     Disipiln dalam beribadah dan bertawakkal kepada Allah SWT.


D.    Aspek Tarbawi
1.     Kebaikan di akhirat adalah kebaikan yang abadi, yakni surga yang penuh dengan kenikmatan yang disediakan dan Allah janjikan pada mereka yang berbuat baik.
2.     Yang berbuat baik akan menerima buah dari kebaikannya sendiri, begitupun sebaliknya.
3.     Allah SWT. memberikan kesempatan pada mereka “Manusia” untuk senantiasa memperbaiki diri dan ketika itulah Allah melimpahkan karunia-Nya, tetapi jika mereka kembali durhaka celakalah mereka dengan siksa Allah yang sangat pedih.













BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Al-quran merupakan kitab suci umat islam. Dalam salah satu upaya memahami kajian ayat Al-quran tersebut yakni sesuai dengan  judul di atas INVESTASI AMAL “Hukum Kekekalan Aksi Reaksi Amal” Q.S Al-Isra ayat 7 yang didalamnya berisi perintah untuk melaksanakan perbuatan baik pada sesama, dan keterkaitannya terhadap kisah Bani Israil yang melanggar aturan Allah SWT.
Pokok-pokok kandungan Q.S Al-Isra ayat 7 terdiri dari keimanan, hukum-hukum, kisah Bani Israil, dan Janji Allah yakni untuk mereka yang berbuat baik Syurga sebagai balasannya, sedangkan jika mereka berbuat jahat celakalah mereka. Ayat tersebut juga memiliki kajian disiplin ilmu yang berhubungan dengan disiplin ilmu agama tentang aqidah akhlak yaitu “Bahwa kebaikan seseorang itu tergantung kepada akhlak atau perilaku orang itu sendiri terhadap orang lain.
B.    Saran
Apa yang ada dalam makalah ini bukan semata pemikiran penulis, akan tetapi diambil dari berbagai referensi yang berkaitan dengan judul yang ditugaskan kepada kami, untuk itu marilah kita ambil hikmah dan manfaatnya.





DAFTAR PUSTAKA

Quraish Shihab. 2010. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Jakarta : Lentera Hati
Syaikh Imam. 2008. Tafsir Al-Qurthubi Al Jami’ li Ahkam Al-Qur’an Jakarta : Pustaka Azzam
Ar-Rifa’i. 1999. Tafsir Ibnu Katsir Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari, jil ke 3 Jakarta : Gema Insani Press
Hamka. 1984. TAFSIR AL-AZHAR Juz XV  Jakarta : Pustaka Panjimas





















A.    Biodata Pribadi

Nama Lengkap : Ro’yal Ain
Biasa dipanggil : Qori, Ain
Tempat, tanggal lahir : Pemalang, 22 Agustus 1997
Agama : ISLAM
Warga : Indonesia
Alamat : Jl. Manyung Ds.Krasak Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Pemalang Rt. 001/016
No Hp 085888634701
B.    Riwayat Pendidikan
TK Negeri 01 Pembina Pemalang , SDN 03 Tanjung Sari Pemalang ,MDA Tashwirul Afkar Krasak Pemalang, Majlis Ta’lim Adz’zikriyah, SMP Negeri 01 Warureja Tegal, SMA NU 01 HASYIM ASY’ARI Tarub-Tegal Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari Taru-Tegal, Wustho dan Aliyah Pondok Pesantren , IAIN Pekalongan.





[1] . Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an” (Jakarta : Lentera Hati, 2010) hlm. 37-38
[2] . Syaikh Imam, Tafsir Al-Qurthubi Al Jami’ li Ahkam Al-Qur’an (Jakarta : Pustaka Azzam,2008) hlm. 539-541
[3] . Ar-Rifa’i, Tafsir Ibnu Katsir Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari, jil ke 3 (Jakarta : Gema Insani Press, 1999) hlm. 28-29
[4] . Hamka, TAFSIR AL-AZHAR Juz XV (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1984) hlm. 24-27

Tidak ada komentar:

Posting Komentar