PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS
“Bertuturlah Lembut Jangan Teriak Kasar”
QS. Luqman ayat 19
Ainuz Zulfa 2021115207
Kelas A
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayahNya sehingga pada kali ini penulis dapat menyelesaikan
makalah ini untuk memenuhi tugas matakuliah Tafsir Tarbawi II yang berjudul “Bertuturlah
Lembut Jangan Teriak Kasar”. Sholawat serta salam tetap tercurah keharibaan
Nabi agung Nabi Muhammad Saw., yang telah membawa perubahan pada umat manusia
dari masa jahilliyah ke masa yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini, semoga
kita tetap termasuk dalam umatnya hingga akhir nanti. Amin.
Dengan selesainya makalah ini, penulis mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Pertama,
penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak. Muhammad Hufron, M.S.I selaku
dosen pengampu matakuliah Tafsir Tarbawi II. Kedua, penulis mengucapkan
terimakasih kepada kedua orang tua yang telah mendukung penulis. Yang ketiga,
kepada teman-teman sekalian yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga
dalam membantu penulisan makalah ini. Dan tak lupa penulis ucapakan terimaksih
kepada semua staff perpustakaan IAIN Pekalongan.
Penulis memohon maaf apabila dalam makalah ini, masih banyak akan
kekurangan dan kesalahannya. Hal tersebut tidak lepas karena penulis hanyalah
manusia biasa dan masih dalam tahap belajar. Dan penulis berharap dengan adanya
kritik dan saran yang membangun, dapat membantu penulis dalam penulisan makalah
yang lainnya dengan baik dan benar.
Pekalongan,
3 April 2017
Ainuz
Zulfa
NIM.
2021115207
|
DAFTAR ISI
COVER 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang 4
B.
Judul Makalah 5
C.
Nash al-Qur’an 5
D.
Arti Penting Pengkajian Materi 5
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Teori 6
B.
Tafsir QS. Luqman ayat 19
1.
Tafsir Al-Maragi 6
2.
Tafsir Al-Qurthubi 7
3.
Tafsir Al-Mishbah 8
C.
Aplikasi Dalam Kehidupan 9
D.
Aspek Tarbawi 9
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan 10
DAFTAR PUSTAKA 11
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan
merupakan aktivitas untuk mengembangkan seluruh potensi serta aspek kepribadian
manusia yang berjalan seumur hidup sepanjang kehidupan manusia. Dengan demikian
pendidikan dimaksudkan bukan sekedar pendidikan yang berlangsung di dalam ruang
dan waktu yang terbatas yang sering orang sebut dengan pendidikan formal. Akan
tetapi ia mencakup seluruh kegiatan yang mengandung unsur pengembangan setiap
potensi dasar yang dimiliki manusia kapan saja dan di mana saja ia lakukan.
Karena itu pendidikan dikatan sebagai sarana utama untuk mengembangkan
kepribadian manusia (Andre Rinanto, 1982: 11).
Oleh karena itu
fungsi dan peran pendidikan agama tentu akan lebih dominan daripada pendidikan
secara umum, hal itu dikarenakan pendidikan agama akan secara langsung menyentuh
unsur pembentukan kepribadian manusia, sementara pendidikan secara umum tidak
selalu demikian adanya. Untuk itu kualifikasi Islam untuk pendidikan memberikan
kejelasan bentuk konseptualnya, dimana pembentukan kepribadian yang dimaksud
sebagai hasil pendidikan adalah kepribadian muslim, dan kemajuan masyarakat dan
budaya yang dituju adalah yang sesuai dengan ajaran al-Qur’an dan sunnah Rasul.
Berangkat dari
hal di atas maka al-Qur’an melalui lisan Lukman al-Hakim telah menetapkan bahwa
akidah tauhid harus dijadikan dasar yang melandasi tegaknya syari’ah dan akhlak
agar pengetahuan manusia dapat memberi manfaat yang seluas-luasnya untuk
kepentingan kehidupan manusia, karena hanya darI jiwa yang terpola dengan
keimanan yang benarlah akan terlahir akhlak mulia (Ahmad Fuad al-Ahwani, 1919:
15).
B.
Judul Makalah
Sesuai dengan
materi yang telah diberikan, makalah ini berjudul “Bertuturlah Lembut Jangan
Teriak Kasar” penafsiran QS. Al-Luqman ayat 19.
C.
Nash al-Qur’an
وَٱقۡصِدۡ
فِي مَشۡيِكَ وَٱغۡضُضۡ مِن صَوۡتِكَۚ إِنَّ أَنكَرَ ٱلۡأَصۡوَٰتِ لَصَوۡتُ ٱلۡحَمِيرِ
١٩
Artinya: “Dan sederhanalah kamu dalam
berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara
keledai”
D.
Arti Penting Pengkajian Materi
Ayat ini berisi
nasehat Lukman yang ditujukan kepada anaknya, ayat ini penting untuk dikaji
karena yang menjadi pokok dari kajian ayat ini adalah tentang dasar pendidikan
anak tentang kesederhanaan yang menganjurkan agar bersikap sederhana dan
bersahaja dalam berjalan dan bersuara. Muatan ayat ini mengandung makna bahwa,
dalam berjalan dan berbicara tidak mengesankan kesombongan dan keangkuhan. Hal
ini perlu dijadikan landasan dasar bagi para orang tua khususnya dan para
pendidik pada umumnya dalam perjalanan panjangnya melakukan pendidikan pada
anak-anaknya, demi terwujudnya cita-cita pendidikan Islam yaitu manusia yang
beriman, berilmu, dan bertaqwa kepada Tuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Gaya dan nada
suara seseorang merupakan bagian dari identitas kedirian/kepribadiannya, karena
dengan gaya dan penampilan serta nada suaranya orang akan diketahui corak kepribadiannya. (Sayyid, Quth., 2782).
Ayat dari surat
Luqman ini menjadi pokok dari kajian tentang dasar pendidikan anak yang berisi
nasehat Lukman tentang kesederhanaan yang secara spesifik menganjurkan agar
anaknya bersikap sederhana dan bersahaja dalam berjalan dan bersuara, maksudnya
bahwa cara berjalan dan mengeluarkan pendapat/berbicara tidak mengesankan kesombongan
dan keangkuhan, sehingga suara yang angkuh digambarkan sebagai suara himar yang
memekik-mekik.
Sesungguhnya
bukan hanya pada bagaimana orang berjalan dan bersuara yang sopan akan tetapi
Islam telah mengajarkan kepada umatnya untuk tidak berlebihan dalam setiap
tindakan yang dilakukan karena segala sesuatu yang berlebihan akan menjadi
tidak baik. Karena itu menurut Islam sebaik-baik perkara adalah yang
sedang-sedang saja.[1]
B.
Tafris QS. Luqman ayat 19
1.
Tafsir Al-Maragi
(وَٱقۡصِدۡ
فِي مَشۡيِكَ)
Dan
berjalanlah dengan langkah yang sederhana, yakni tidak terlalu lambat juga
tidak terlalu cepat, akan tetapi berjalanlah dengan wajar tanpa dibuat-buat dan juga tanpa pamer
menonjolkan sikap rendah diri atau sikap tawadhu’.
(وَٱغۡضُضۡ
مِن صَوۡتِكَۚ)
Kurangilah tingkat
kekerasan suaramu, dan perpendeklah cara bicaramu, janganlah kamu mengangkat
suaramu bilamana tidak diperlukan sekali. Karena sesungguhnya sikap yang
demikian itu lebih berwibawa bagi yang melakukannya, dan lebih mudah diterima
oleh jiwa pendengarnya serta lebih
gampang untuk dimengerti.
(إِنَّ
أَنكَرَ ٱلۡأَصۡوَٰتِ لَصَوۡتُ ٱلۡحَمِيرِ)
Sesungguhnya suara yang
paling buruk dan paling jelek, karena ia
dikeraskan lebih dari pada apa yang diperlukan tanpa penyebab adalah
suara keledai. Dengan kata lain, bahwa orang yang mengeraskan suaranya itu
berarti suaranya mirip suara keledai. Dalam hal ini ketinggian nada dan
kekerasan suara, dan suara yang seperti itu sangat dibenci oleh Allah SWT.[2]
2. Tafsir Al-Qurthubi
Firman Allah SWT, وَٱقۡصِدۡ
فِي مَشۡيِكَ“Dan
sederhanalah kamu dalam berjalan”. Ketika Luqman
melarang anaknya dari perilaku buruk, dia pun menjelaskan perilaku baik yang
harus diterapkannya. Dia berkata, وَٱقۡصِدۡ
فِي مَشۡيِكَ“Dan
sederhanalah kamu dalam berjalan”, maksudnya
adalah berjalanlah biasa-biasa saja. Kata القصدartinya
berjalan antara cepat dan lambat. Artinya, janganlah kamu berjalan seperti
orang lunglai dan janganlah pula seperti orang terlalu semangat.
Firman Allah SWT, وَٱغۡضُضۡ
مِن صَوۡتِكَ“dan lunakkanlah
suaramu”, maksudnya
adalah rendahkan suaramu. Artinya, jangan berlebihan dengan meninggikan suara
dan bersuaralah sesuai kebutuhan. Sebab, suara nyaring yang dikeluarkan
melebihi dari yang dibutuhkan dapat membebani diri sendiri dan dapat mengganggu
orang lain. Maksud keseluruhannya adalah
bersikap tawadhu’.
Firman
Allah SWT, إِنَّ أَنكَرَ ٱلۡأَصۡوَٰتِ
لَصَوۡتُ ٱلۡحَمِيرِ“Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai”. Lafazh أَنكَرَberarti paling buruk dan paling jelek. Contoh lain adalahأتانا بو جه منكر(dia datang menemui kami dengan wajah yang
sangat buruk). Keledai adalah perumpamaan dalam mencela dan memaki. Begitu juga
dengan suaranya.[3]
3.
Tafsir Al-Mishbah
Dan
bila engkau melangkah, janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh, tetapi
berjalanlah dengan lemah lembut penuh wibawa. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
yakni tidak melimpahkan anugerah kasih sayang-Nya kepada orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri. Dan bersikap sederhanalah dalam berjalanmu,
yakni jangan membusungkan dada dan jangan juga merunduk bagaikan orang sakit.
Jangan lari tergesa-gesa dan jangan juga sangat perlahan menghabiskan waktu.
Dan lunakkanlah suaramu sehingga tidak terdengar bagaikan teriakan keledai.
Sesungguhnya seburuk-buruknya suara ialah suara keledai karena awalnya siulan
yang tidak menarik dan akhirnya tarikan nafas yang buruk.[4]
C.
Aplikasi Dalam Kehidupan
1.
Hendaknya berjalanlah dengan lemah lembut penuh wibawa.
2.
Berjalanlah dengan wajar tanpa dibuat-buat dan juga tanpa pamer
menonjolkan sikap rendah diri atau sikap tawadhu’.
3.
Hendaknya dalam berbicara rendahkanlah tingkat kekerasan suaranya,
janganlah mengangkat suara bila tidak diperlukan sekali.
4.
Hendaknya berbicara dengan nada yang lemah lembut penuh dengan adab
sopan santun.
D.
Aspek Tarbawi
1.
Bersikap sederhana atau tawadhu’.
2.
Tidak mengeraskan suara di hadapan orang-orang karena meremehkan
mereka.
3.
Seburuk-buruk suara adalah suara keledai, oleh karena itu berbicara
yang lemah lembut; dikeraskan hanya jika diperlukan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ayat ini
mengandung wasiat Luqman, yang mana dapat kita ambil kesimpulan bahwa ayat ini
mengandung dasar-dasar pokok pendidikan bagi seorang Muslim. Ayat ini pun
memberi pimpinan bagi kita agar bersikap halus, bersuara lemahlembut, sehingga
bunyi suara itu pun menarik orang untuk memperhatikan apa yang dikatakan. Sebab
itu tidak ada salahnya jika orang bercakap yang lemah lembut, dikeraskan hanyalah ketika dipakai hendak mengerahkan
orang banyak kepada suatu pekerjaan besar. Atau seumpama seorang komandan
peperangan ketika mengerahkan perajuritnya tampil ke medan perang.Seperti
halnya dengan orang tua dan para pendidik dalam mendidik anak-anaknya. Supaya
menciptakan generasi emas yang berakhlakuk karimah.
DAFTAR PUSTAKA
Al Maragi, Ahmad Mustafa. 1992.Tafsir Al-Maragi. Semarang:
PT. Karya Toha Putra Semarang.
Al Qurthubi, Syaikh Imam. 2009. Tafsir Al Qurthubi. Jakarta:
Pustaka Azzam.
Juwariyah. 2010. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Dalam Al-Qur’an.
Yogyakarta: Teras.
Shihab, M. Quraish. 2002.Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian
Al Qur’an. Jakarta: Lentera
Hati
PROFIL PENULIS
Nama
: Ainuz Zulfa
Tempat,
tanggal lahir : Batang, 7 Agustus 1996
Alamat
: Jl. Kramat, Kedungrejo rt06/rw05, Proyonanggan Selatan, Batang
Riwayat
Pendidikan :
1.
TK. Masyitoh, Bogoran
2.
SD N Proyonanggan 11 Batang
3.
SMP N 1 Batang
4.
SMK N 1 Batang
5.
IAIN Pekalongan (masih dalam proses)
[1] Juwariyah, Dasar-Dasar
Pendidikan Anak Dalam Al-Qur’an, (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm. 57
[2] Ahmad Mustafa
Al Maragi, Tafsir Al-Maragi (Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang,
1992), hlm. 162-163.
[3] Syaikh Imam Al
Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), hlm.
169-170.
[4] M. Quraish
Shihab, Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), hlm. 139.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar