“Hukum Kausalitas Alam: Sunnatullah”
QS. Ar-Ruum, 30:24
Liya Amaliya (2021115273)
Kelas: B
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU
KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM/PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah......, Segala puji syukur ke hadirat Allah swt, atas
segala nikmat dan karunia-Nya.Sholawat serta salam kami haturkan kepada Nabi
besar Rasullullah, Muhammad SAW Yang telah membawa kita pada cahaya Islam,
agama yang rahmatallil’alamin ini dan Semoga kita tergolong umat beliau yang
mendapat syafaatnya kelak. Aamiin... ,Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
tafsir tarbawi tentang pendidikan Pengetahuan Dasar dengan tema Hukum Kusalitas
Alam: Sunnatullah dalam QS. Ar-Ruum, 30;24 dengan baik dan selesai tepat
waktu. Kamudian terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah tafsir tarbawi II
yakni Muhammad Hufron, M.S.I,. Saya berharap makalah ini dapat menambah wawasan
kita tentang “Hukum Kausalitas Alam:Sunnatullah”.
Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dalam pengetikan maupun isinya,
maka penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca guna
penyempurnaan penulisan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat untuk para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.
Pekalongan,28 Maret 2017
Liya
Amalia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT menuturkan tentang bukti-bukti keberadaan-Nya melalui
apa yang dituturkan-Nya dalam penciptaan manusia, selanjutnya Allah melanjutkan
penjelasan tentang bukti-bukti yang berada pada semesta alam. Hukum Kausalitas
sendiri sudah dipercaya oleh manusia sejak lama dan salah satu kebenaran yang
diakui dalam kehidupan sehari-hari.Manusia mengakui dan percaya bahwa suatu
peristiwa atau kejadian tidak terjadi secara kebetulan melainkan semuanya
terjadi karena adanya suatu sebab akibat yang terjadi sebelumnya.Fenomena hukum
Kausalitas dapat dengan mudah kita lihat misalnya, Menjemur Pakaian dengan
menggunakan panas matahari. Semua orang menyakini bahwa pakaian itu menjadi
kering dikarenakan panas matahari, tetapi sebenarnya ada tahapan-tahapan dimana
pakaian tersebut dapat menjadi kering dan contoh ketika kertas terbakar disebabkan oleh
api yang membakarnya, akibat dari adanya api membakar kertas jadi kertas terbakar.
Hukum kausalitas semesta menjelaskan untuk membuktikan eksistensi kebenaran
yang nyata melalui sebab akibat suatu fenomena peristiwa atau kejadian terjadi.
B. Judul Makalah
Dalam Qs.
Ar-Ruum ayat 24 ini menjelaskan tentang Pendidikan Pengetahuan Dasar dengan
tema “Hukum Kausalitas Alam: Sunnatullah” .
C. Nash dan Terjemahan
وَمِنْ آيَاتِهِ يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا
وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَيُحْيِي بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakuan
dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi
dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya. (QS. Ar-Ruum, 30:24).[1]
D. Arti Penting Pengkajian Materi
Di dalam surat Ar-Ruum ayat 24
terdapat pelajaran bagi orang yang mau berfikir tentang alam dan memperhatikan
alam semesta ini dengan pandangan yang teliti dan mengambil pelajaran, yaitu
tentang keindahan-keindahan dalam semesta ini, dengan maksud sebagai sarana untuk
mengetahui pengaturnya dan penciptanya yang menciptakan segala sesuatu dengan
baik.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Teori
Alam disebut juga dengan alam
semesta, jagat raya. Dalam pandangan islam, alam semesta berasal dari tdak ada
menjadi ada. Allahlah yang mengadakannya, karena itu Allah disebut Khaliq dan
alam semesta ini disebut dengan makhluk.
Seperti firman Nya dalam QS. Yasin: 82
إِنَّمَاأَمْرُهُإِذَاأَرَادَشَيْئًاأَنْيَقُولَلَهُكُنْفَيَكُونُ
Artinya :
“Sesungguhnya urusannya-Nya
apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka
jadilah sesuatu itu.” (Qs. Yasin : 82)
Alam semesta ini diatur oleh Allah
dan hukum alam ( Law of nature) Adanya hukum alam ini membuktikan adanya
yang mengatur alam, yaitu Allah SWT.[2]Prinsip kausalitas berbunyi ,“Segala sesuatu
membutuhkan sebab untuk mengada, kecuali keberadaan itu sendiri.” Sifat penting
kausalitas pertama adalah keselarasan; yaitu satu sebab yang sama akan
menghasilkan akibat yang sama. Selain itu adalah sifat kecemasaan sebab dan
akibat, serta sifat relasi eksistensial antara sebab dan akibat. Hukum ini
adalah merupakan hukum yang beranggapan bahwa ketika bumi ini berputar searah
jarum jam maka ada hukum yang bertindak lanjut seperti itu, apa yang kita
rasakan bila kita mendapatkan kejadian yang memalukan di masyarakat tentu ada
sebab yang melatarbelakanginya.
Bencana-bencana
yang telah terjadi seperti banjir, gunung meletus, dan sebagainya sehingga
menyebabkan dunia ini menjadi kacau-bala, tak lain dan tak bukan adalah akibat
hukum kausalitas pula, karena bencana-bencana ini pasti disebabkan oleh manusia
itu sendiri baik secara sadar maupun tidak, yang jelas adahubungnnya dengan yang
namanya manusia. Allah telah menjelaskan bahwa “kerusakan yang ada di darat dan
yang di laut disebabkan oleh tangan manusia”[3]
2. Tafsir
a. Tafsir Jalalain
وَمِنْ آيَاتِهِ يُرِيكُمُ( Dan
diantara tanda- tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepada kalian) Dia
mempersaksiakan kepada kalian - الْبَرْقَ خَوْفًا(kilat untuk
menimbulkan kekuatan) bagi orang yang melakukan perjalanan karena takut
disambar petir-وَطَمَعًا(dan harapan) bagi orang yang bermukim akan turunnya
hujan- وَيُنَزِّلُ مِنَ
السَّمَاءِ مَاءً فَيُحْيِي بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا(dan Dia
menuerunkan air hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu
sesudah matinya) Dia mengembangkan dengan menumbuhkan tumbuhan-tumbuhan
padanya- إِنَّ فِي ذَٰلِكَ
(Sesungguhnya pada yang demikian itu) hal yang telah disebutkan tadi - لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
(benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya) yaitu
bagi mereka yang berfikir.[4]
b.
Tafsir ibnu Kasir
Allah ta’ala berfirman, “ Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya” yang
menunjukkan kepada keagungan-Nya ialah “Dia memperlihatkan kepadamu kilat yang
menimbulkan ketakutan dan harapan.” Kadang-kadang kamu takut dengan gelegarnya
dan kadang-kadang kamu mengharapkan hujan karenanya. Karena itu, Allah Ta’ala
berfirman: “Serta menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan
air itu sesudah mati, “ setelah sebelumnya bumi itu kering kerontang dan
tandus. Setelah turun hujan, maka bumi pun menjadi subur, gembur, dan
menumbuhkan pepohonan sehingga menjadi rimbun . Pada yang demikian itu terdapat
pelajaran dan dalilyang jelas yang menunjukkan kepada adanya hari kebangkitan.
Karena itu, Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.”[5]
c.
Tafsir Al-Maraghi
وَمِنْ آيَاتِهِ يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا
وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَيُحْيِي بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ
Dan diantara tanda-tanda
yang menujukkan kebesaran kekuasaan-Nya ialah bahwa Dia memperlihatkan kepada
kalian kilat, yang karenanya kalian merasa takut terhadap suara guruh yang
timbul darinya, dan sekaligus kalian berharap akan hujan yang diakibatkannya
turun dari langit. Karena dengan air hujan itu bumi yang tadinya tandus tiada
tanaman dan pohon-pohonan dengannya akan menjadi hidup subur.
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ
لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Sesungguhnya didalam hal-hal
yang telah disebutkan tadi benar-benar terdapat bukti-bukti yang pasti dan adil
yang jelas bagi adanya hari berbangkit dan adanya hari kiamat. Karena
sesungguhnya bumi yang tandus, tiada
tanaman, pohon-pohonan padanya, bila ia kedatangan air maka iya akan menjadi
gembur dan subur, serat dapat menumbuhkan berbagai macam dan jenis
tumbuh-tumbuhan yang tampak indah. Di dalam hal tersebut benar-benar terkandung
gambaran yang jelas dan adil yang terang menunjukkan adanya kekuasaan Allah
yang menghidupkannya. Bahwa Dia mampu untuk menghidupkan kembali makhluk semua
sesudah mereka mati, yaitu di saat semua manusia dibangunkan kembali untuk
menghadap kepada tuhan semesta alam.[6]
3. Implementasi suratQS. Ar-Ruum, 30:24
dalam kehidupan
Hukum kausalitas
juga tidak hanya mencakup tentang fenomena alam tetapi lebih dari itu,hukum
kausalitas juga mencakup tentang amal dan perbuatan manusia. Semuanya akan ada
akibat dan hasil yang sesuai dengan apa yang kita terbuat. Maka dari itu,
Manusia hendaknya Lebih bersikap hati-hati dalam melakukan setiap amal dan
perbuatan.tidak hanya itu Pikiran kita juga harus berhati-hati dalam berfikir
karena pastinya juga akan mengakibatkan adanya suatu akibat dari apa yang kita
pikirkan. Manusia harus berusaha menemukan, memahami, dan menguasai hukum-hukum
alam yang sudah digariskan-Nya, sehingga dengan usahanya ia dapat
mengeksploitasinyauntuk tujuan-tujuan yang baik.
4. Aspek Tarbawi
a. Bukti tanda-tanda kekuasaan Allah SWT
dan keesaan-Nya
b. Menjadikan
manusia lebih berfikir bahwa sesuatu yang terjadi bukanlahsuatu kebetulan
semata,melainkan ada tahapan-tahapan sebab akiibatnya.
c. Manusia
diciptakan oleh Allah SWT dengan mempunyai akal,dan dengan akal manusia mampu
menemukan eksistensi keberadaan Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
QS. Ar-Ruum, 30:24, ayat ini membahas tentang
Hukum Kausalitas Alam; Sunatullah, inilah menunjukkan kuasa-Nya
memperlihatkan dari saaat ke saat kilat, yakni cahaya yang berkelabatdengan
cepat di langit. Itu berpotensi menimbulkan kekuatan jangan sampai ia menyambar
dan juga menimbulkan harapan bagi turunya hujan, lebih-lebih bagi yang berada
di darat. Disamping bukti kuasa-Nya itu, Allah SWT, juga menurunkan hujan dari
awan, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah kegersangan dan ketandusan
tanahnya yang demikian itu itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah
SWT. Bagi kaum yang berakal, yakniyang memikirkan dan merenungkan sehingga
mengikat nafsu agar tidak terjerumus dalam kedurkahaan.
hukum
kausalitas semesta menjelaskan untuk membuktikan eksistensi kebenaran yang
nyata melalui sebab akibat suatu fenomena peristiwa atau kejadian terjadi.
B. Saran
Mungkin
makalah yang saya ketik masih banyak kekurangan dan semoga bermanfaat bagi yang
membacanya, saya minta kritik dan saran dari bapak dosen pengampu dan
teman-teman semua
Pemakalah
mengharapkan adanya kritik dan saran bapak dosen dan teman-teman dalam makalah
ini guna memperbaiki kesalahan–kesalahan yang terdapat dalam makalah ini dan
semoga bermanfaat bagi pembaca.. Aamiin...
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’anul Karim
Putra
Daulay,Haidar, 2014. Pendidikan Islam dalam Prespektif Filsafat,
Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup
Zar, Sirajudin,
1997, Konsep Penciptaan slam Pemikiran Islam, Sains dan Al- Qur’an, Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada.
Sani, Ridwan Abdullah, 2015, Sins Berbasis Al-Qur’an, Jakarta: Bumi
Aksara
Al- Mahalliy,
Imam Jalalud-din dan Imam Jalalud-din As-Syuyuti, 1990, Terjemah Tafsir Jalalain cet.1, Bandung: Sinar
Bandung.
Ar-Rifa’i,
Muhammad Nasib, 1999, Taisiru
al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Kasir, Jilid 3 cet 1, Jakarta:
Gema Insani Press.
Al- Maraghi,
Ahmad Mustafa, 1993, Tafsir
Al-Maraghi, Juz XXI Cet. 2, Semarang: PT. Karya Toha Putra.
BIODATA DATA
Nama : Liya
Amaliya
NIM :
2021115273
Tempat,Tanggal Lahir : Pekalongan, 28 Februari 1997
Alamat :Podosugih
Gg H.Palal,
Kecamatan
Pekalongan Barat,
Kota
Pekalongan
Riwayat Pendidikan
1.
RA MASYITOH 10
2.
MSI 08 MEDONO
3.
MTs HIDAYATUL
ATFAL
4.
MAN 02 PEKALONGAN
5.
Sekarang masih
menempuh pendidikan S1 IAIN PEKALONGAN
[1] QS. Ar-Ruum ini
termasuk dalam golongan surah Makkiyah yang terdiri dari 60 ayat, juz 21 dan surah nomor 30 dalam urutan surah di Mushaf Al Qur’ān
[2] Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam
Prespektif Filsafat, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup,2014), hlm. 27
[3]Ridwan Abdullah Sani, Sins Berbasis Al-Qur’an,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2015), Hlm 115-123
[4] Imam Jalalud-din Al-Mahalliy, Imam Jalalud-din
As-Syuyuti, Terjemah Tafsir Jalalain
cet.1, (Bandung: Sinar Bandung, 1990), hlm. 1721-1722
[5] Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Taisiru al-Aliyyul Qadir li
Ikhtishari Tafsir Ibnu Kasir, Jilid 3 cet 1, (Jakarta: Gema Insani Press,
1999), hlm. 761
[6] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz XXI
Cet. 2, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1993), hlm. 72
Tidak ada komentar:
Posting Komentar