Laman

new post

zzz

Jumat, 15 September 2017

SBM A 3-B “PEMBELAJAR”

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
“PEMBELAJAR”


Sri Fitriyana Yulianti
(2023116042)

KELAS A
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI
(IAIN) PEKALONGAN
20017





KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Ketrampilan dasar Mengajar” dengan sub tema “ Pembelajar “. Shalawat dan salam semoga senantisa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, keluarga,kerabat, dan para sahabatnya.
Dalam penulisan makalah ini, tentunya saya mengucapkan terimakasih kepada segenap pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini sehingga saya dapat memenuhi tugas saya untuk membuat dan menyelesikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas matakuliahSrategi Belajar Mengajar. Dalam makalah ini akan dibahas beberapa pembehasan mengenai pembelajar.
Penulis telah berupaya menyajikan makalah ini dengan sebaik-baiknya,meskipun  makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengundang para pembaca untuk memberikan  kritik dan saran demi menambah motivasi penulis dan agar dapat lebih baik kedepannya . Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua


                                                                                    Pekalongan, April 2017


Penulis




BAB  I
PENDAHULUAN


Tema
Ketrampilan Dasar Mengajar

Sub tema
Pembelajar

Pentingnya dikaji
            Kebanyakan orang belum dapat membedakan mana pengajar dan mana pembelajar. Disini saya akan menjelaskan apa itu pengajar apa itu pembelajar. Pengajar adalah seseorang  yang melakukan pengajaran  yang dilaksanakan  oleh mereka yang berprofesi sebagai pengjar yang tujuannya untuk menyampaikan informasi kepada belajar. Sedangkan pembelajar adalah orang yang melakukan pembelajaran dilaksanakan  oleh mereka yang dapat membuat orang belajar tujuanya agar terjadi belajar pada siswa/ siswi belajar. Jadi perbedaan antara pengaja dan pembelajarr itu sudah jelas bahwa pengajar itu bisa disebut guru dan pembelajar bisa disebut siswa.
            Belajar adalah hal yang wajib bagi kita, sampai kapanpun kita harus belajar karena dengan belajar kita mendapatkan pengetahuan baru dan setiap aat diri dan pikiran kita selalu diperbaruhi. Saat kita berhenti belajar di saat itulah kita menjadi tua dan yakin kita hidup bagaikan seekor katak dalam tempurung yang tak mengetahui apa-apa yang terjadi diluar sana.
            Hidup akan menjadi sepi tanpa adanya pengetahuan baru, pikiran akan menjadi sempit karena tidak pernah mau belajar setiap saat. Ketajaman berpikir hanya dapat dicapai dengan cara belajar dan mengisi otak kita dengan pengetahuan. Maka dari itu mulailah dari sekarang untuk memeberikan waktu luang dengan membaca, karena akan membawakanmu kebahagiaan.



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Belajar
Istilah belajar dan pembelajaran berasal dari bahasa Inggris learning dan instruction. Belajar merupakan suatu proses perubahan kegiatan reaksi lingkungan. Perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan, sementara seseorang seperti kelelahan atau di bawah pengaruh obat-obatan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan dan tingkah laku. Perubahan itu diperoleh melalui pengalaman bukan dengan sendirinya berubah karena kematangan atau keadaan sementara.
Belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berikut adanya pengalaman. Pembentukan tingkah laku ini meliputi perubahan keterampilan,kebiasaan, sikap,pengetahuan,pemahaman,dan apresiasi. Oleh sebab itu, belajar adalah proses aktif, yaitu proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat,mengamati, memahami sesuatu yang dipelajari.
Menurut Klein belajar dapat didefinisikan sebagai hasil proses eksperimental dalam perubahan tingkah laku yang relatif permanen yang dapat diucapkan dengan pernyataan sesaat. Winkel (2007:59) menyatakan belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Demikian  halnya dengan Budiningsih (2005:58) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses pembentukan  pengetahuan, yang mana siswa aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir,menyusun konsep, dan memberi makna tentanghal-hal yang sedang dipelajari.[1]
Belajar mulai dalam masa kecil ketika bayi memperoleh sejumlah kecil keterampilan  yang sederhana, seperti memegang botol susu dan mengenal ibunya. Selama masa kanak-kanak dan masa remaja, diperoleh sejumlah sikap, nilai, dan keterampilan hubungan sosial, demikian pula diperoleh kecakapan dalam berbagai mata ajaran sekolah. Dalam usia dewasa, orang diharapkan telah mahir mengajarkan tugas-tugas pekerjaan tertentu dan keterampilan-keterampilan fungsional yang lain.
Kemampuan orang untuk belajar ialah ciri penting yang  membedakan jenisnya dari jenis-jenis makhluk lain. Kemampuan belajar itu memberikan manfaat bagi individu dan juga bagi masyarakat. Orang sebagai individu dan masyarakat mempunyai kepentingan agar berhasil dalam mengelola belajar. Orang-orang yang sudah terampil belajar mandiri mampu menguasai berbagai keterampilan. Mereka juga megembangkan kemampuan berkehidupan yang kreatif sepanjang hayat.[2]
B.     Strategi Belajar
Menurut Weistein &   Meyer, pemebelajaran yang baik meliputi mengajarkan siswa bagaimana belajar, bagaimana mengigat, bagaimana berpikir, dan bagaimana memotivasi diri mereka sendiri. Jadi , mengajarkan siswa bagaimana belajar merupakan suatu tujuan pendidikan yang sangat penting dan menjadi tujuan utama.
 Strategi belajar mengacu pada prilaku dan proses berpikir yang digunakan oleh siswa yang memengaruhi apa yang dipelajari termasuk proses memori dan matakognitif. Selanjutnya dikatakan strategi-strategi belajar adalah operator-operator kognitif meliputi dan di atas proses-proses yang secara langsung terlibat dalam menyelesaikan suatu tugas( belajar).
Tujuan utama dari strategi adalah mengajarkan siswa untuk belajar atas kemauan dan kemampuan diri sendiri atau pembelajar mendiri yang mengacu pada pembelajar yang dapat melalukan empat hal penting yaitu secara cermat mendiagnosa suatu situasi pembelajaran tertntu,memilih strategi belajar tertentu untuk menyelasaikan masalah belajar tertentu yang dihadapi, memonitor keefektivan strategi yang digunakan, dan termotivasi untuk terlibat dalam situasi belajar sampai masalah terselesikan.[3]
C.    Macam-Macam Strategi Belajar
Strategi belajar dikenal dengan istilah strategi kognitif, karena menitikberatkan pada kognisi seseorang. Strategi belajar ini dapat dibedakan menjadi empat macam.
1.      Strategi Mengulang
Ada dua macam strategi mengulang, yaitu mengulang sederhana dan strategi mengulang kompleks dengan cara menggaris bawahi ide-ide utama dan membuat catatan pinggir.
2.      Strategi Elaborasi
Strategi elaborasi dilakukan dengan menambahkan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bernakna. Salah satu caranya dengan membuat kode.
3.      Strategi Organisasi
Strategi organisasi melatihkan keterampilan mengorganisasikan ide-ide baru dalam mempelajari suatu materi. Siswa perlu membuat kata-kata kunci dan membuatnya dengan bentuk baru.
4.      Strategi Metakognitif.
Metakognitif adalah pengetahuan seseorang tentang pembelajaran diri sendiri atau berpikir tentang kemampuan untuk menggunakan  strategi-strategi belajar tertentu dengan benar.[4]


D.    Teori Belajar dan Fungsi Belajar
Teori belajar secara umum dapat dikelompokan menjadi empat aliran, yaitu aliran Behavioristi, kognitivikasi, humanistik, dan sibernetik. Menurut aliran behavioristik, belajar merupakan perubahan perilaku berdasarkan stimulus respons. Tokoh-tokoh yang berperan antara lain Thorndike, Warton, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner.Aliran-aliran dalam eori belajar juga memengaruhi teori pembeelajaran. Aliran behavioristik melahirkan teori pembelajaran dengan pendekatan modifikasi perilaku, perilaku kognitivistik melahirkan teori konstruk kognitif, yang mana prinsip-prinsip pembelajaran harus memerhatikan perubahan kognitif internal siswa selama terjadi proses pembelajaran. Aliran humanistik melahirkan teori pembelajaran yang mendasarkan pada psikologi humnistik. Sementara aliran sibernetik tampaknya melahirkan  informasi teori pemeblajaran berdasarkan analisis tugas karena pengelolahan informasi diperlukan dalam analisis tugas, tanpa informasi yang jelas tugas tidak akan terselesikan dengan baik.
            Pengertian belajar dikaitkan dengan pembelajaran merupakan proses perubahan perilaku melalui pengalaman dan atau proses berpikir sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Proses belajar dalam konteks pengalaman dan proses berpikir dalam mencapai tujuan memerlukan perencanaan, karena adanya unsur kesengajaan. Dengan demikian, unsur kesengajaan diluar individu yang belajar tersebut adalah perancangan pembelajaran, yaitu pengajar atau ahli pemebalajaran lainnya.[5]
            Fungsi belajar menurut Patrick Suppes 1974 ada empat fungsi umum bagi teori belajar,yaitu :
1.berguna sebagai kerangka kerja untuk melakukan penelitian
2. memberikan suatu kerangka kerja bagi pengorganisasian butir-butir informasi tertentu
3. mengungkapkan kekompleksan peristiwa-pwristiwa yang kelihatannya sederhana.
4 mengorganisasikan kembali pengalaman-pengalaman sebelumnya.[6]
E.     Proses dan Kegiatan Belajar
Menurut bruner, dalam proses belajar dapat dibedakan tiga fase atau episode,yaitu
1)         Informasi
2)         Transformasi
3)         Evaluasi
Informasi, dalam tiap pemebalajarn kita peroleh sejumlah informasi,ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya, misalnya bahwa tidak ada energi yang lenyap.Transformasi, informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditrasformasi didalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan.Evaluasi, kemudian kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh dan trasformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.[7]
Secara khusus kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dapat dikelompokan menjadi meghafal, menggunakan/mengaplikasi, menemukan, dan memilih. Berikut ini penjelasannya.
1)      Menghafal
Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal verbal dan menghafal parafrase. Menghafal verbal yaitu menghafal persis seperti apa adanya. Sedangkan menghafal parafrase adalah materi pembelajaran yang tidak  harus dihafalpersis seperti apa adanya, tetapi dapat diungkapkan dengan bahasa atau kalimat sendiri.



2)      Menggunakan/ mengaplikasi
Materi pemebalajaran setelah dihafal atau dipahami kemudian digunakan atau diaplikasikan. Jadi, dalam proses pembelajaran siswa perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan, menerapkan atau mengaplikasi materi yang telah dipelajari.
3)      Menemukan
Menemukan termasuk kategori keterampilan berpikir tingkat tinggi. Contohnya menemukan cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang telah dipelajari.
4)      Memilih
Memilih disini adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat. Keterampilam ini melibatkan sisi efektif atau sikap. Contohnya, memilih untuk menyontek atau tidak menyontek tapi tidak dapat mengerjakan ujian, memilih bermain game di saat pelajarn daripada memerhatikan tetapi ngantuk, dan sebagainya.[8]
F.     Pengembangan Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah kekuatan pendorong dan pengarah perbuatan belajar. Pendorong dalam arti pemeberi kekuatan yang memungkinkan perbuatan belajar dijalankan. Pengaruh dalam arti pemberi  tuntunan kepada perbuatan belajar kearah tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan belajar, sebagaimana telah dikemukan didepan, adalah penguasaan sesuatu kompetensi baru untuk mengatasi masalah.
Motivasi belajar dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam untuk menguasi sesuatu kompetensi guna mengatasi masalah. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan dari luar untuk menguasai sesuatu kompetensi.
Motivasi intrinsik ada dalam kegiatan-kegiatan tanpa paksaan, tanpa iming-iming sebagai pendorong atau penyebab perbuatan. Sedangkan motivasi ekstrinsik mengharapkan sesuatu reward misalnya berupa pujian.atau nilai, atau menghindari punisment misalnya yang berupa pandangan rendah oleh orang lain.
Proses pembelajaran dapat mengeser jenis motivasi dari motivasi intrinsik ke ekstrinsik, atau sebaliknya. Implikasinya adalah guru harus selalu mengusahakan agar bahan dan metode yang digunakan tetap menarik,sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Akan tetapi bahan ajar dan metode pembelajaran hanyalah sebagian dari faktor fisik yang dapat berpengaruh terhadap pengembangan motivasi belajar. Masih banyak faktor yang lain , termasuk ketersedian sarana belajar, kesempatan belajar, kemampuanbelajar, dan sebagainya.[9]
G.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar tersebut adalah sebagai berikut;
1.      Faktor dari luar
Faktor dari luar terdiri dari dua bagian penting, yakni
a)      Faktor lingkungan
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Limgkungan ini dapat berupa lingkungan fisik/ alam dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik/ alami termasuk di dalamnya adalah seperti keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara, dan sebagainya. Lingkungan sosial baik berwujud manusia maupun hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Seseorang yang sedang belajar memecahkan soal yang rumit dan membutuhkan konstrasi tinggi, akan terganggu bila ada orang lain yang mondar-mndir didekatnya.
b)      Faktor instrumental
Adalah faktor yang keberadaan dan penggunannya dirancangkan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah dirancang.
2.      Faktor dari dalam
Faktor dari  dalam adalah kondisi individu atau anak yang belajar itu sendiri. Faktor individu dapat dibagi menjadi dua yaitu ;
a)      Kondisi fisiologi anak
Secara umum kondisi fisiologi anak seperti kesehatan yang prima tidak dalam keadaan capek,  tidak dalam keadaan cacat jasmani, akan sangat membantu dalam proses dan hasil belajar.
b)      Kondisi psikologi
Pada dasarnya setiap manusia atau anak didik memiliki psikologi  yang berbeda-beda( terutama dalam kadar bukan dalam jenis), maka sudah tentu perbedaan itu sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Seperti minat yang rendah, tentu hasilnya akan lain jika dibandingkan denan anak yang belajar dengan minat yang tinggi dan seterusnya.[10]








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Belajar merupakan suatu proses perubahan kegiatan reaksi lingkungan. Perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan, sementara seseorang seperti kelelahan atau di bawah pengaruh obat-obatan.
Strategi belajar mengacu pada prilaku dan proses berpikir yang digunakan oleh siswa yang memengaruhi apa yang dipelajari termasuk proses memori dan matakognitif. Dikatakan strategi-strategi belajar adalah operator-operator kognitif meliputi dan di atas proses-proses yang secara langsung terlibat dalam menyelesaikan suatu tugas( belajar). Macam-macam strategi belajar meliputi strategi mengulang, elaborasi, organisasi,metakognitif. Teori belajar sendiri meliputi behavoristi, kognitivikasi, humanistik, dan sibernetik.
Fungsi belajar adalah sebagai kerangka kerja untuk melakukan penelitian dan lain sebagainya.Proses belaja rmeliputi informasi,trasformasi, evaluasi, sedangkan kegiatan belajar meliputi kegiatan menghafal, menggunakan/mengaplikasikan dan sebagainya.
Motivasi belajar adalah kekuatan pendorong dan pengarah perbuatan belajar. Pendorong dalam arti pemeberi kekuatan yang memungkinkan perbuatan belajar dijalankan. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah faktor dari luar dan faktor dari dalam.







DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu.1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Margaret.1994. Belajar dan Membelajarkan.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Nasution. 1984.Berbagai Pendekatan dalam ProsesBelajar dan Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Suprihatiningrum, Jamil. 2013.Strategi Pembelajaran.Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.
Tung,Khoe Yao. 2015.Pembelajaran dan Perkembangan Belajar. Jakarta: PT: Indeks.


















PROFIL


Nama   : Sri Fitriyana Yulianti
TTL     : Pemalang, 18 Mei 1996
Alamat            : Ds. Rowosari Dukuh Bandaran Kec. Ulujami Kab. Pekalongan.
Riwayat Pendidikan   : -     TK Muslimat Rowosari
-          SD 03 Rowosari
-          MTs Walisongo Ulujami
-          MA Ali Maksum Yogyakarta
-          IAIN Pekalongan.











[1]  Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2013), hlm.13-15.
[2]Margaret, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1994), hlm.1.
[3]Jamil Suprihatiningrum, Op.cit.,hlm.48-49.
[4]Jamil Suprihatiningrum, Op.cit.,hlm. 54-56.
[5]Ibid.,hlm.15-35.
[6]Margaret, Op.Cit., hlm. 6.
[7]Nasution, Berbagai Pendekatan dalam ProsesBelajar dan Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1984), hlm. 9-10.
[8]Jamil Suprihatiningrum, Op.cit.,hlm.36-37..
[9]Khoe Yao Tung, Pembelajaran dan Perkembangan Belajar, (Jakarta: PT: Indeks, 2015), hlm. 17.
[10]Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997) hlm. 103-107.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar