METODE PEMBELAJARAN
METODE PEMBELAJARAN INKONVENSIONAL
M. Rifki Alfarizi
2023116125
KELAS A
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah, serta karunia, dan pertolongan nya. sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang bertema “Metode Pembelajaran” dengan sub tema “Metode Pembelajaran Inkonvensional”. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di hari kiamat. Amin yaarabbal alamin
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ghufron selaku dosen pengampu mata kuliah “STRATEGI BELAJAR MENGAJAR” yang telah memberikan bimbingan kepada kami. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan kontribusi dan partisipasinya.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan manfaat kepada pembaca. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu kami menerima segala kritik, saran, dan masukan agar dapat menyempurnakan pembuatan makalah kami selanjutnya. Terimakasih
Pekalongan, 28 September 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Tema
Metode Pembelajaran
Sub Tema
Metode Pembelajaran inkonvensional
Mengapa penting untuk dikaji?
Metode pembelajaran dengan sub tema metode pembelajaran inkonvensional penting dikaji karena merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah pembelajaran. Yang mana hal tersebut penting bagi kita sebagai calon guru untuk mengetahui metode pembelajaran inkonvensional apakah cocok untuk anak didik dan bertujuan agar guru mengetahui metode pembelajaran inkonvensional sehingga dalam proses belajar lebih cepat dipahami oleh peserta didiknya agar peserta didik lebih aktif,efektif dan kondusif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian metode pembelajaran
Metode berasal dari bahasa Greek-Yunani, yaitu metha yang berarti melalui atau melewati dan hodos yang berarti jalan atau cara. Dari asal makna tersebut dapat diambil pengertian secara sederhana metode adalah jalan atau cara yang ditempuh seorang guru dalam menyampaikan ilmu pengetahuan pada anak didiknya sehingga dapat mencapai tujuan tertentu.
Menurut J.R.David dalam Teaching Strategies for College Class Room (1976) dalam Majid (2013), metode adalah “a way in achieving something” yaitu cara untuk mencapai sesuatu. Untuk melaksanakan suatu strategi digunakan seperangkat metode.
Metode merupakan bagian dari komponen pembelajaran yang menduduki posisi penting selain tujuan, guru, peserta didik, media, lingkungan, dan evaluasi. Dengan kata lain proses pembelajaran dapat dikatakan sulit mencapai hasil manakala pendidik tidak menggunakan metode yang tepat sesuai dengan karakteristik bidang studi masing-masing.
Pembelajaran merupakan proses utama yang diselenggarakan dalam kehidupan di sekolah sehingga antara guru yang mengajar dan anak didik yang belajar dituntut untuk provit tertentu.
Mengajar yang dalam bahasa Inggrisnya disebut teaching, dapat diartikan sebagai upaya memberikan wawasan kognitif pada peserta didik sebagai bagian dari upaya membangun wawasan tentang sesuatu dalam rangka menumbuhkan kemampuan afektif dan psikomotorik pada peserta didik. Dengan demikian, pengajaran lebih merupakan alat dalam rangka memperkaya wawasan serta menumbuhkan penghayatan dan pengalaman yang benar.
Menurut Thoifuri, metode pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam menyampaikan bahan ajar kepada siswa secara tepat dan cepat berdasarkan waktu yang telah ditentukan sehingga diperoleh hasil yang maksimal.
B. Metode pembelajaran inkonvensional
Metode mengajar inkonvensional adalah suatu metode mengajar yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, seperti : metode pengajaran modul, pengajaran berprogram, pengajaran unit, metode CBSA ( cara belajar siswa aktif) dan lain sebagainya.
C. Macam-macam Pembelajaran Inkonvensional
1. Model pengajaran modul
Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik , disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Dalam formatnya meliputi : pendahuluan, tujuan pembelajaran, tes awal, pengalaman belajar, sumber belajar, dan tes akhir.
Untuk guru inisiator hendaknya memperhatikan format tersebut apabila menggunakan modul dalam pengajarannya. Guru perlu apersepsi dalam pendahuluan, perlu adanya tes awal sebagai persiapan belajar siswa, pelaksanaan pengajaran yang interaktif antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, sumber belajar meliputi berbagai macam (tidak hanya guru), dan dilaksanakan tes akhir untuk mengetahui sejauh mana siswa menerima dan memahami pelajaran yang disampaikan guru.
Berikut langkah-langkah menyusun modul :
a. Merumuskan sejumlah tujuan secara jelas, spesifik, dalam bentuk kelakuan siswa yang dapat diamati dan diukur.
b. Urutan tujuan-tujuan itu yang menentukan langkah-langkah yang diikuti dalam modul itu.
c. Tes diagnostik untuk mengukur latar belakang siswa, pengetahuan, dan kemampuan yang telah dimilikinya sebagai pra-syarat untuk menempuh modul itu.
d. Menyusun alasan atau rasional pentingnya modul ini bagi siswa.
e. Kegiatan-kegiatan belajar direncanakan untuk membantu dan membimbing siswa agar mencapai kompetensi-kompetensi seperti dirumuskan dalam tujuan.
f. Menyusun post-test untuk mengukur hasil belajar murid, hingga manakah ia menguasai tujuan-tujuan modul.
g. Menyiapkan pusat sumber-sumber berupa bacaan yang terbuka bagi siswa setiap waktu ia memerlukannya.
2. Model pengajaran berprogram
Metode pengajaran berprogram adalah metode pengajaran yang memungkinkan siswa untuk mempelajari materi tertentu, terbagi atas bagian-bagian kecil yang dirangkaikan secara berurutan untuk mencapai tujuan tertentu pula. Dalam pengajaran ini siswa mempelajari sendiri uraian tertulis, kemudian memberikan jawaban atas pertanyaan (yang biasanya tertulis pula), dan atas jawaban tersebut siswa segera mendapat umpan balik.
Sebagai contoh metode ini adalah pengajaran dengan menggunakan alat tape recorder, film, radio, komputer, internet, dan lain-lainnya. Namun demikian, bukan berarti guru tidak berfungsi atau tidak dipakai lagi, alat tersebut hanya sebagai pembantu guru untuk lebih mudah dan cepat memahamkan siswanya. Disinilah guru inisiator hendaknya melengkapi diri dengan media pengajaran yang representatif.
3. Model pengajaran unit
Metode ini juga disebut metode proyek yang memberi makna bahwa metode pengajaran unit adalah suatu sistem pengajaran yang berpusat pada suatu masalah dan dipecahkan secara keseluruhan sehingga mempunyai arti. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode ini mempunyai kriteria, adanya tujuan ynang luas dan menyeluruh, perencanaan bersama, berpusat pada suatu masalah, dan berpusat pada siswa.
Untuk guru inisiator perlu memperluas wawasan dalam menggunakan metode unit tersebut. Karena bagaimanapun siswa menjadi pusat pembelajaran ketika dihadapkan pada suatu masalah (pelajaran) untuk dapat dipecahkan dalam berbagai sudut pandang.
a. Kelebihan
Ø Dapat memperluas pemikiran siswa yang berguna dalam menghadapi masalah kehidupan.
Ø Dapat membina siswa dengan kebiasaan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari secara terpadu.
Ø Metode ini sesuai dengan prinsip-prinsip didaktik modern yang dalam pengajaran perlu diperhatikan :
1) Kemampuan individual siswa dan kerja sama dalam kelompok.
2) Bahan pelajaran tidak terlepas dari kehidupan riil sehari-hari yang penuh dengan masalah.
3) Pengembangan aktivitas, kreativitas, dan pengalaman siswa banyak yang dilakukan.
4) Agar teori dan praktiok, sekolah dan kehidupan masyarakat menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan.
b. Kekurangan
Ø Model yang berlaku di Indonesia saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode ini.
Ø Pemilihan topik unit yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa, cukup fasilitas dan sumber-sumber belajar yang diperlukan, bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah.
Ø Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.
4. Model cara belajar siswa aktif (CBSA) dan keterampilan proses
Cara belajar siswa aktif (CBSA) adalah model pembelajaran yang difokuskan
pada pelibatan fisik, intelektual, dan emosional para siswa secara optimal dalam rangka memberi pengertian, pemahaman, dan keterampilan dalam mengetahui (to know), mengerjakan (to do), menginternalisasikan dalam diri (to be), dan menggunakannya dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (to life together). Dengan cara demikian, para siswa tidak hanya akan memiliki pengetahuan belaka tentang sesuatu, melainkan juga memiliki kemampuan untuk menerapkan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Cara belajar siswa aktif yang demikian itu pada giliranya akan mendorong para siswa untuk terbina seluruh cita, rasa, dan karsanya, kognitif, afektif, dan psikomotoriknya, sehingga ia menjadi orang yangaktif, kreatif, inovatif, imajinatif, dan berkemampuan kompetitif.
Dengan demikian, CBSA adalah sebuah proses pembelajaran yang melibatkan siswa bersikap aktif baik secara fisik, intelektual maupun emosional, sehingga seluruh potensi siswa dapat digerakkan, dibina, dan dikembangkan secara utuh. Selain itu, pendekatan keterampilan proses adalah merupakan bagian integral dari pendekatan CBSA yang intinya adalah bahwa para siswa tidak hanya mengetahui, memahami, menghayati, dan mengamalkan tentang sesuatu, melainkan mengetahui, memahami, dan melakukan pula tentang cara-cara untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman tersebut. Dengan demikian, dengan pendekatan keterampilan proses ini, para siswa bukan hanya mengetahui tentang isi sesuatu, melainkan juga tentang prosesnya.
Terdapat sejumlah alasan mengapa \pendekatan CBSA dan keterampilan proses diatas perlu dilakukan.
Pertama, karena lulusan pendidikan di Indonesia saat ini pada umumnya hanya menguasai teori yang belum lengkap. Kedua, lulusan pendidikan pada saat ini umumnya lebih suka menerima pengetahuan atau informasi yang sudah jadi. Ketiga, lulusan pendidikan saat ini pada umumnya cenderung verbalitas, menghafal, dan mengikuti pendapat orang, namun tidak mengetahui cara mengamalkannya dan cara memperolehnya. Keempat, lulusan pendidikan saat ini pada umumnya cenderung pasif dan kurang kreatif. Kelima, lulusan pendidikan saat ini pada umumnya belum terberdayakan seluruh potensi dirinya secara optimal dan maksimal. Keenam, lulusan pendidikan saat ini pada umumnya belum memiliki keterampilan dan pengalaman dalam bekerja, sehingga ketika tamat ia hanya mengantongi selembar ijazah, dan ketika melamar kerja ia cenderung tidak diterima.
5. Model pembelajaran inquiry
lnkuiri yang dalam bahasa lnggris “inquiry” berarti pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan. Strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga peserta didik dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam menyampaikan bahan ajar kepada siswa secara tepat dan cepat berdasarkan waktu yang telah ditentukan sehingga diperoleh hasil yang maksimal.
Metode mengajar inkonvensional adalah suatu metode mengajar yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Macam-macam metode pembelajaran inkonvensional :
1. Model pengajaran modul
2. Model pengajaran berprogram
3. Model pengajaran unit
4. Model cara belajar siswa aktif (CBSA) dan keterampilan proses
5. Model inquiry
Dari beberapa macam-macam metode pembelajaran inkovensional diatas dapat di simpulkan bahwa suatu metode belajar mengajar yang baik dan berhasil untuk mencapai tujuan pengajaran bagi sekelompok siswa, belum tentu dapat berhasil untuk kelompok siswa pada situasi dan kondisi tertentu. Dengan demikian tidak ada metode belajar mengajar umum yang dapat dipakai untuk mencapai semua tujuan pengajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Mustakim, Zaenal. 2017. Strategi dan Metode Pembelajaran. Yogyakarta: Matagraf.
Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya Offset.
Nata, Abuddin. 2011. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.
Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno. 2014. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Refika Aditama.
LAMPIRAN
PROFIL
Nama : M. RIFKI ALFARIZI
Tempat,Tanggal lahir : BATANG, 04-12-1998
Riwayat sekolah : SDN PANDANSARI 01
MTS THOLABUDDIN
MA NEGERI 2 PEKALONGAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar