Pendekatan Belajar Mengajar
"Penerapan Pendekatan"
Hikmah Putri Nofianti
2021115189
Kelas F
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobil’alamin, puji syukur kehadirat Allah Swt. Yang
telah melimpahkan nikmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Pendekatan Belajar Mengajar “
dengan sub tema “Penerapan Pendekatan”
Tersusunnya makalah ini, tentu bukan Hanya karna kerja keras
penulis saja, namun juga berkat doa dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan doa dan dukungannya
selama ini.
Bapak M. Ghufron. M.S.I selaku dosen pengampu mata kuliah “Strategi
Belajar Mengajar”
Teman – teman yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis sudah menyusun makalah ini dengan sebaik – baiknya. Namun,
kritik dan saran tetap penulis harapkan dari para pembaca. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin ya robbal’aalamiin.
Pekalongan, 5 oktober 2017
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Tema : Pendekatan Belajar Mengajar.
B.
Sub Tema : Penerapan Pendekatan.
C.
Mengapa Penting Dikaji?
Tema
ini penting dikaji oleh mahasiswa khususnya bagi calon pendidik karena
pendekatan merupakan hal yang harus dikuasai sebelum terjun langsung ke dunia
pendidikan.dengan tujuan mengajar pelajaran yang berfikiran penuh, yang aktif
mengejar ilmu, guru juga akan lebih aktif terlibat dalam perubahan-perubahan
berarti dalam cara menyampaikan kurikulum serta mengembangkan potensi belajar
siswa, guru akan segan menggunakan catatan-catatan ringkas dan aturan-aturan
cepat, guru akan menggabungkan dan memasangkan bermacam-macam hasil riset yang
mendukung taktik untuk memastikan bahwa siswa tidak hanya belajar lebih banyak,
tapi lebih baik dan lebih cepat juga lebih cerdas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pendekatan
Pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinnya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, diantarannya
mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoritis tertentu.
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya
diturunkan kedalam strategi pembelajaran, sanjaya mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.[1]
Pendekatan yang dipakai dalam penyusunan perencanaaan pengajaran
suatu negara sangat tergantung kepada kebijaksanaan pemerintah yang
dilaksanakan. Kerenannya adalah wajar jika timbul pendekatan yang berbeda beda
antara beberapa negara bahkan juga terjadi perbedaan dalam pendekatan
perencanaan antara berbagai periode pambangunan dalam suatu negara, dalam
kebijaksanaan lima tahunan harus dipenuhi sektor pendidikan, dengan kata lain
kebutuhan akan pendidikan yang akan menjadi sasaran dalam perencanaannya selalu
dijadikan penuntut dan disebut juga sebagai
kebijaksaan awal perencanaan.[2]
B.
Penerapan Pendekatan.
Tujuan belajar yang utama adalah bahwa yang dipelajari itu berguna
dikemudian hari, yakni membantu kita untuk dapat belajar terus dengan cara yang
lebih mudah. Apa yang kita pelajari dalam situasi tertentu memungkinkan kita
untuk memahami hal – hal lain. Dalam teori belajar dibedakan transfer mengenai
unsur – unsur identik atau sama, jadi transfer dalam hal –hal yang spesifik.
Jika dahulu diutamakan soal mengajar, maka akhir – akhir ini di
tonjolkan soal belajar, setidakny dalam teori. Selain itu diketahui bahwa
belajar akan lebih berhasil, bila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhan dan
minat anak. Diketahui pula bahwa setiap anak itu berbeda secara individual ini
perlu mendapat perhatian yang lebih banyak.[3]
1.
Kecerdasan multipel gardner.
Kecerdasan
verbal/linguistik (bicara/bahasa) adalah kecerdasan kata kata atau kemampuan
untuk menggunakan inti dari cara kerja bahasa dengan jelas, komponen utama dari
kecerdasan ini dijalankan melalui komunikasi dengan cara membaca, menulis,
mengdengar dan berbicara, lebih utama lagi penggunaan kecerdasan ini membantu
menghubungkan antara ilmu dan pemahaman yang telah dimiliki dengan
informasi-informasi baru serta menjelaskan bagaimana hubungan itu terjadi,
kecerdasan verbal/ lenguistik memungkinkan pemikiran seseorang dikomunikasikan
dengan pihak lain, sehingga kecerdasan seperti ini memiliki nilai lebih
disekolah.
2.
Penolakan Terhadap Pendekatan Minimalis.
Pada dekade
terdahulu, konflik antara “guru dan sekolah” yang berkecerdasan dominan dengan
siswa-siswa dengan jenis kecerdasan yang berlawanan, terlihat sangat jelas.
Seluruh siswa harus dinilai berdasarkan ukuran yang mengacu pada kecerdasan
logika/ matematika atau verbal/ linguistik, yaitu kecerdasan yang sealur dengan
sekolah-sekolah tradisional, kecerdasan ini telah erperan besar dalam menghapus
minat lain yang dikembangkan oleh siswa yang memiliki jenis kecerdasan yang
lain nya.akibatnnya seni musik dan visual, sains dan bidang ilmu lainnya dapat
dipelajari siswa dengan cara masing-masing semakin tersisihkan.
3.
Belajar Lebih dari Sekedar Menghafal.
Pendapat lain
memperkuat fakta yang mendukung pemikiran bahwa proses belajar mengajar lebih
dari mengingat ulang fakta dan bentuk, diantara yang memiliki pendapat ini
adalah anne brown dan ane plincssar. Telah menunjukan pengaruh kuat
metakognisi, pengalaman kerja mereka dalam mengajar secara timbal balik, kunci
strategi pembelajaran aktif, menggambarkan apa yang bisa terjadi saat guru
memberi kesempatan agar perhatian murid dipusatkan pada proses membaca dengan
mengembangkan kemampuan murid untuk memperkirakan materi dari buku yang mereka
baca.
4.
Kurikulum Berorientasi Transfer.
Sebagian
kurikulum yang di desain untuk mendorong siswa sebagai pemikir yang kritis
harus memberikan waktu yang cukup luang bagi guru, untuk memperhatikan
perkembangan proses berfikir sampai pada titik mentransfer pemikiran yang
dihasilkan, hal ini akan berhasil dengan baik bila pengajaran berfikir kritis,
menjadi dasar dalam menyusun pengajaran-pengajaran lainnya. Dalam menentukan
isi kurikulum yang diperlukan untuk mengembangkan pemahaman siswa, guru harus
mengembangkan kemampuan kognitif siswa agar dapat bersesuainan dengan kurikulum
yang dibuat.
5.
Pembelajaran Aktif.
Pembelajaran
aktif bekerja pada berbagai tingkat dikelas, menantang siswa belajar lebih
cerdas. Pada tingkat pertama, guru memanfaatkan penggunaan taktik pengajaran
secara ekstensif dan terlatih, yang terbukti telah memberikan pengaruh terhadap
prestasi siswa, taktik tersebut sebagian besar ada dalam strategi paling
efektif meta-study memberikan siswa kesempatan yang seimbang untuk melibatkan
pikirannya secara teratur selama berada dikelas dan disekolah.
6.
Aktivitas Memusatkan Perhatian.
Dalam kelas
dengan jumlah siswa yang banyak, guru pembelajaran aktif harus merancang bahan
pelajaran dan tugas-tugas yang mumungkinkan siswa mengumpulkan informasi
berdasarkan berbagai strategis kecerdasan yang dimilikinya. Strategi-strategi
tersebut akan memusatkan perhatian siswa yang malas pada pelajaran yang
dihadapinya dan mengajak siswa menanggapi minatnya, ada beberapa taktik dan strategi
sederhana supaya guru dapat merangsang perhatian siswa , misalnya menggunakan
pertanyaan bertingkat tiga, pikir-pasang-lagi, menjawab bergantian, atau soal
acak untuk memacu tanggapan siswa dan meningkatkan pengumpulan informasi untuk
bahan pelajaran.
7.
Struktur Kooperatif.
Guru
pembelajaran aktif harus merancang pengajaran yang akan melibatkan siswa dalam
tugas praktis dan kooperatif sesuai dengan kecerdasan dituju dan sasaran
kurikulum. Guru membentuk kelompok-kelompok siswa dengan tugas dan peran tertentu,
membimbing partisipasi siswa, menguji pemahaman siswa, mengatur peranan siswa,
dan menempatkan ruang gerak yang sesuai bagi siswa.
8.
Mediasi.
Guru
menjembatani keberhasilan setiap siswa dalam menyelesaikan pelajarannya dengan
berbagai cara. Pada setiap cara tersebut selalu termuat minat, timbal balik,
makna dan tantangannya, guru dapat menjembatani tantangan, daya saing, serta
tingkah laku yang akan diambil siswa.
9.
Transfer.
Guru
pembelajaran aktif menunjukan siswannya bagaimana memahami bagian-bagian tertentu
dari satu pelajaran, dan mentransfer pemahaman tersebut kepada bagian pelajaran
lainnyadan kepada keadaan nyata.
10.
Penilaian Diri.
Guru
pembelajaran aktif mengevaluasi pelajaran siswannya dengan bermacam-macam tolak
ukur pendekatan. Termasuk diantara pendekatan ini adalah soal buatan guru yang
dapat mengukur tingkat hapalan, pemahaman dan penerapan pelajaran, penyediaan
ruang untuk menampung kegiatan hasil kerja dan tugas-tugas siswa, memberi tugas
nyata seperti menulis, menjawab langsung maupun vidio.
11.
Membangun Lingkungan Pembelajaran yang Melibatkan Siswa.
Menggunakan
teori kecerdasan multipel gender, guru yang meningkatkan keterlibatan siswa
akan menekankan cara untuk membangun lingkungan yang mendukung prinsip-prinsip
dan praktik-praktik yang membuat siswa terlebih jauh dalam mengerjakan tugas
akademisnnya.
12.
Prinsip Tantangan.
Reuvan
feurstein, psikologi kognitif yang seluruh hidupnya didedikasikan untuk
menemukan cara bagaimana membantu siswa mengembangkan kecerdasannya. Telah
mengembangkan sistem untuk menjebatani siswa-siswa yang dicap “tidak dapat
diajari”. Sistem tersebut telah terbukti berhasil di berbagai tempat. Sistem ini
mengembangkan kognitif-kognitif siswa dengan cara sistematik dan memiliki arah
sehingga siswa mendapatkan kesuksesannya tahap demi tahap, selama mereka
membangun keterampilan belajarnnya.
13.
Dari Nalar menjadi Riset.
Pada permulaan,
terdapat pusat aktifitas, aktivitas yang diberikan guru kepada siswa dan
ditekankan agar belajar dengan cara mengerjakan sesuatu, ada kalannya aktifitas
tertentu digunakan untuk mengajarkan satu pelajaran, misalnnya menghitung balok
untuk mengerjakan bilangan atau membuat diaroma sebagai tugas pelajaran
sejarah.
14.
Memilih Pengajaran untuk Kelas.
Salah satu
model pemiliha dimulai dari seluruh kelas bersama-sama mencari informasi, guru
kemudian membuat slide untuk presentasi dengan tampilan menarik disertai musik
latar untuk meninjau ulang ilmu yang telah didapatkan sebelumnya. Guru kemudian
memasangkan siswa untuk membuat jaringan ide-ide kunci yang mereka dapat dari
presentasi dan membahasnnya dengan pasangan lain.
15.
Membentuk Kelas Berkomunitas Pembelajaran.
Setiap kelas
memiliki karakteristik suasana berbeda, bila suasana mendorong pembelajaran
pasif, siswa akan menerima norma-norma sikap yang mendorong mereka menjadi
pasif. Sebaliknya jika suasana mendorong pembelajaan aktif, siswa akan lebih
siap menerima norma-norma keterlibatan aktif dan harapan belajar lebih cerdas,
tidak ada strategi yang menjadikan guru lebih mudah untuk membentuk norma
keterlibatan aktif kecuali dengan pembelajaran kooperatif secara formal dan
informal sebagai sarana yang memungkinkan guru membentuk komunitas pembelajaran
yang kuat yang dapat berbagi nilai dan harapan.[4]
C.
Beberapa Variasi Penerapan Pendekatan.
Keharusan bagi setiap guru untuk mengetahui taraf kematangan yang
telah di capai siswa serta taraf kesediaannya untuk belajar adalah mutlak, guru
harus menjaga taraf kematangan dan taraf kesediaan siswa pada setiap proses
belajar dan pada setiap proses pengalaman yang ingin dipelajarinya. Hal ini
dilakukan agar usahannya berhasil dan menjamin siswa dapat mengambil manfaat
dari unsur-unsur yang dilakukannya dalam pengajaran, bimbingn dan pelatihannya.[5]
1.
Kantong Ilmu Pengetahuan.
Sekilas
Aktivitas
Tujuan
: menjembatani ilmu pengetahuan sebelumnya dengan informasi dan ilmu
pengetahuan baru.
Kapan
digunakan :
-
Saat menghubungkan ilmu pengetahuan yang dimiliki saat ini dengan
pelajaran yang akan datang.
-
Selama jam pelajaran untuk mengetahui apakah siswa dapat
menghubungakan informasi baru dengan ilmu pengetahuan sebelumnya.
2.
Jaringan Pertanyaan.
Sekilas
Aktifitas
Tujuan
: untuk menjelaskan konsep-konsep kunci yang di perkenalkan pada setengah
bagian pertama dari unit atau pelajaran.
Kapan
digunakan :
-
Ditengah tengah unit atau pelajaran untuk menguji pemahaman siswa
mengenai apa yang sedang mereka pelajari.
3.
Terangkan Mengapa.
Sekilas
Aktifitas
Tujuan
: untuk memperluas pemikiran dan mengembangkan pemahaman dengan menjawab
pertanyaan secara lengkap.
Kapan
digunakan :
-
Pada diskusi dalam kelas saat siswa memberi tanggapan atau jawaban.
4.
Contoh Teladan.
Sekilas
Aktifitas
Tujuan
: untuk menentukan karakteristik atau sifat-sifat interpersonal menggunakan
contoh-contoh narasi atau laporan.
Kapan
digunakan :
-
Saat mengembangkan keahlian menulis narasi, laporan, atau berita.
-
Saat memperkenalkan berbicara di depan publik.
5.
Bangku Berkaki Tiga.
Sekilas
Aktifitas
Tujuan
: untuk memahami desain dari esai laporan tiga paragraf.
Kapan
digunakan :
-
Saat memperkenalkan struktur esai laporan atau saat menekankan
pentingnya menyediakan fakta – fakta pendukung untuk ide – ide di dalam esai.[6]
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
1.
Pendekatan Pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinnya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, diantarannya
mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoritis tertentu.
2.
Penerapan Pendekatan.
-
Kecerdasan multipel gender.
-
Penolakan terhadap pendekatan minimalis
-
Belajar lebih dari sekedar menghafal.
-
Kurikulum berorientasi transfer.
-
Pembelajaran aktif.
-
Aktifitas memusatkan perhatian.
-
Struktur kooperatif.
-
Mediasi
-
Transfer.
-
Penilaian diri.
-
Membangun lingkungan pembelajaran yang melibatkan siswa.
-
Prinsip tantangan.
-
Dari nalar menjadi riset.
-
Memilih pengajaran untuk kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad abu, strategi
belajar mengajar,Pustaka Setia.
Bellanca
james,2011, 200+ strategi dan proyek pembelajaran aktif, Indeks
Haryanto,1997,
perencanaan pengajaran, Rineka Cipta.
Mustaqim
zaenal,2017, strategi dan metode pembelajaran, IAIN press.
Nasution,2000, berbagai
pendekatan dalam proses belajar dan mengajar, PT bumi aksara.
DATA DIRI
Biodata Penulis
Hikmah Putri Nofianti, lahir di Tegal, tanggal 9 november 1997.
Ayahnya bernama Nasrudin seorang wirausaha, dan ibu nya bernama sriyanti,
seorang ibu rumah tangga serta menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya,
Penulis merupakan anak sulung dari 4 bersaudara,perempuan semua.
Pendidikan dimulai dr SD mangunsaren 02. Pada tahun 2009 penulis melanjutkan studi nya di pondok pesantren sejak Tamat SD. Masuk di Pesantren Al-Hikmah 02 benda, bumiayu, brebes. Selain menempuh pendidikan di pesantren, penulis juga menempuh pendidikan formal di MTs AL-Hikmah 02 ,tahun 2012 penulis melanjutkan jenjang pendidikan di tingkat SLTA masih di pesantren yang sama serta melanjutkan pendidikan formal di MA AL-hikmah 02. Dan sekarang penulis sedang menempuh studi jenjang S1 di IAIN PEKALONGAN dengan program studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan sejak tahun 2015.
Pendidikan dimulai dr SD mangunsaren 02. Pada tahun 2009 penulis melanjutkan studi nya di pondok pesantren sejak Tamat SD. Masuk di Pesantren Al-Hikmah 02 benda, bumiayu, brebes. Selain menempuh pendidikan di pesantren, penulis juga menempuh pendidikan formal di MTs AL-Hikmah 02 ,tahun 2012 penulis melanjutkan jenjang pendidikan di tingkat SLTA masih di pesantren yang sama serta melanjutkan pendidikan formal di MA AL-hikmah 02. Dan sekarang penulis sedang menempuh studi jenjang S1 di IAIN PEKALONGAN dengan program studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan sejak tahun 2015.
Sejak MA penulis aktif di organisasi OASIS menjabat sebagai
koordinator kominfo (komunikasi dan informasi), kemudian di GEPA (Gerbang Pena
Al-hikmah 2) sebagai sekertaris, selain itu penulis juga aktif menjadi pengurus
ORDA (organisasi daerah) konsulat HiSTE (himpunan santri Tegal).
[1] Zaenal
Mustaqim, Strategi dan metode pembelajaran, (pekalongan : STAIN
pekalongan press, 2017), hlm 131
[2] Harjanto,Perencanaan
Pengajaran,(jakarta : Rineka Cipta) hlm 32
[3] Nasution,
berbagai pendekatan dalam proses, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2000) hlm 3 - 23
[4] Ibdi.,hlm 2 -
22
[5] Abu ahmadi,
strategi belajar mengajar,(bandung: pustaka setia) hlm 111-112
Tidak ada komentar:
Posting Komentar