CARI RIDHA ALLAH
QS. AL-
BAYYINAH AYAT 8
Diah Ayu Nadifiyah Mawadani
(2021216021)
Kelas G
JURUSAN TARBIYAH /
PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur
atas kehadirat Allah swt Yang Maha Kuasa dan berkat Rahman dan Rahim-Nya
penulis dapat membuat makalah ini dengan tema “Tujuan Pendidikan Umum” yang
berjudul “Cari Ridha Allah (Qs. Al-Bayyinah: 8)”. Shalawat serta salam penulis haturkan
kepada Baginda Nabi
Muhammad saw, semoga kelak mendapat syafaat di yaumul qiyamah.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangundemi
kesempurnaan penulisan makalah ini.
Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan
makalah ini, khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah yang bersangkutan. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi
kita semua dan dapat menambah wawasan kita dalam mempelajarinya serta dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
Pekalongan,
7 0ktober 2017
Penulis
(Diah
Ayu N M)
DAFTAR ISI
Kata pengantar
.............................................................................................................. i
Daftar Isi
.............................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan
A.
Latar Belakang
......................................................................................................
...... 1
B.
Judul dan Nash Qs.
Al-Bayyinah ayat 8
........................................................................ 1
a.
Tujuan pendidikan umum “Cari Ridha Allah”
....................................................... 1
b.
Nash Qs.
Al-Bayyinah ayat 8
.................................................................... 1
Bab II Pembahasan
A.
Teori
a.
Mencari Ridha
Allah ..........................................................................................
2
b.
Keutamaan Ridha
..............................................................................................
2
B.
Nash Qs. Al-Bayyinah ayat 8
..............................................................................
3
C.
Tafsir dari Buku
a.
Tafsir Al-Azhar
...........................................................................................
4
b. Tafsi Juz ‘Amma .................................................................................................... 5
D.
Aplikasi dalam Kehidupan
...................................................................................
6
E.
Aspek Tarbawi ....................................................................................................
6
Bab III Penutup
A.
Kesimpulan ...............................................................................................................
7
Daftar Pustaka
.................................................................................................................
8
Tentang Penulis
................................................................................................................
9
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu
unsur penting dalam mencari Ridha Allah adalah dengan niat yang ikhlas tanpa
pamrih. Kehidupan dunia akhirat sangatlah penting jika seimbang dengan apa yang
kita perbuat. Syurga adalah tempat orang-orang yang mematuhi perintah-Nya. Dan
neraka adalah tempat orang-orang yang melanggar perintah-Nya. Sebaik-sebaik
manusia adalah dia yang tahu mana yang baik dan yang buruk. Sebab, kehidupan di
akhirat adalah yang kekal. Maka segala sesuatu yang diperbuat harus dengan niat
yang mulia agar memperoleh balasan berupa pahala.
B.
Judul dan nash Qs. Al-bayyinah ayat 8
a.
Tujuan
pendidikan umum “Cari Ridha Allah”
b.
Nash Qs. Al-Bayyinah ayat 8
جَزَاؤُهُمْ
عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ
فِيهَا أَبَدًا ۖ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ
خَشِيَ رَبَّهُ
Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga-surga, tempat
hunian yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya,
selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun ridha kepada-Nya.
Yang demikian itu adalah (balasan) bagi siapa yang takut kepada Tuhannya.
c.
Arti penting
dikaji
Ayat ini
penting untuk dikaji karena agar kita tahu gambaran syurga yang dijanjikan
Allah untuk orang-orang yang mematuhi perintah-Nya. Selain itu, agar tumbuh
rasa takutnya kepada Tuhan. Maka rasa sayang dan rasa cinta kepada Tuhan, ridha
meridhai dan kasih mengasihi tidaklah sampai menghilangkan wibawa, kekuasaan,
bahkan keangkuhan Tuhan di dalam sifat keagungan dan ketinggian-Nya. Dan agar
orang-orang sangat mengharapkan dimasukkan ke dalam syurga, dan takut akan azab
Tuhan dan dimasukkan ke dalam neraka.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
TEORI
a.
Mencari Ridha
Allah
Mencari
ilmu yang seharusnya berniatan untuk mencari ridha Allah adalah ilmu syara’
yang berkaitan dengan kewajiban secara langsung terhadap Tuhannya dan sesama
makhluk. Al-sundiy pensyarah Sunan Ibn Majah menyatakan, bahwa ilmu yang tidak
menyangkut kewajibah secara langsung seperti saintek, filsafat, biologi, kimia,
dan matematika boleh saja motivasi mempelajarinya untuk mencari uang, mencari
jabatan, dan lain-lain. Tetapi akan lebih baik jika niatnya juga mencari ridha
Allah, untuk menambah keimanan kepada Allah, memajukan umat Islam, dan
lain-lain.
Sebagaimana
dijelaskan dalam hadis yabg berbunyi sebagai berikut:
Dari
Abi Hurairah r.a berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang mempelajari
suatu ilmu dari sesuatu (yang seharusnya) untuk mencari ridha Allah, dia tidak
mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan sedikit dari harta benda, maka ia
tidak mendapatkan bau surga besok hari kiamat.” (HR. Abu Daud).
Hadis
ini membimbing kepada umat agar mempunyai tujuan yang ikhlas dalam mencari ilmu
yakni mencari rihda Allah bukan mencari ridha selain Allah. Ikhlas dalam arti
sederhana adalah bersih dari niat yang tidak baik, bersih hanya karena Allah
atau ridha Allah bukan karena yang lain.[1]
b.
Keutamaan Ridha
Ridha
merupakan maqam yang lebih mulia dan lebih tinggi daripada sabar. Sebab, ridha
merupakan kepasrahan jiwa yang akan membawa seorang ahli makhrifat untuk
mencintai segala sesuatu yang di Ridhai oleh Allah, sekalipun itu adalah
musibah. Dia melihat semua itu sebagai kebaikan dan rahmat. Dan dia akan
menerimanya dengan rela, sebagai karunia dan berkah.
Ketika sahabat Bilal sedang
menghadapi sakaratul maut, dia berkata, “aku sangat bahagia! Besok aku akan
bertemu dengan orang-orang yang aku cintai yaitu Muhammad dan para sahabatnya.”
Rasulullah saw. Telah menjelaskan
bahwa orang yang Ridha terhadap ketetapan Allah adalah orang yang paling kaya.
Sebab, dia adalah orang yang paling merasakan kebahagiaan dan ketentraman,
serta paling jauh dari kesedihan, kemarahan dan kegelisahan. Kekayaan bukanlah
karena banyaknya harta akan tetapi, kekayaan adalah kayanya hati dengan iman
dan Ridha.
B.
Nash Qs.
Al-Bayyinah ayat 8
جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا
الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا
عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ
“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga-surga, tempat
hunian yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya,
selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun ridha kepada-Nya.
Yang demikian itu adalah (balasan) bagi siapa yang takut kepada Tuhannya.”
Surat ini dinamakan surat Al-Bayyinah karena firman Allah pada ayat
1 yang artinya: “ Orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik
(mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang
pada mereka bukti nyata.”[2]
Mufrodaat
جَزَاؤُهُمْ
|
Berkata mereka
|
عِنْدَ رَبِّهِمْ
|
Di sisi Tuhan mereka
|
جَنَّاتُ عَدْنٍ
|
Surga ‘Adn
|
تَجْرِي
|
Mengalir
|
مِنْ تَحْتِهَا
|
Di bawahnya
|
الْأَنْهَارُ
|
Sungai-sungai
|
خَالِدِينَ فِيهَا
|
Maka kekal didalamnya
|
أَبَدًا
|
Selama-lamanya / beradab-abad
|
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
|
Rihda Allah terhadap mereka
|
وَرَضُوا عَنْهُ
|
Dan mereka rihda rela kepada Nya
|
ذَٰلِكَ لِمَنْ
|
Demikian itu bagi orang
|
خَشِيَ رَبَّهُ
|
Ia takut kepada Tuhannya[3]
|
C. Tafsir dari Buku
a. Tafsir Al-Azhar
“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka
ialah syurga-syurga tempat menetap.”
Itulah perhentian dan penetapan terakhir, tempat istirahat menerima
hasil dan ganjaran dari kepayahan berjuang pada hidup yang pertama di dunia:
“Yang mengalir padanya sungai-sungai,” sebagai lambang kiasan dari kesuburan
dan kesejukan, tepung tawar untuk ketenteraman (muthmainnah), kesuburan yang
tiada pernah kering: “Kekal mereka padanya selama-lamanya,” nikmat yang tiada
pernah kering rahmat yang tiada pernah terhenti, tidak akan keluar lagi dari
dalam nikmat itu dan tidak lagi akan merasakan mati.
Sebab mati itu
hanya sekali yang dahulu saja. Dan yang menjadi puncak dan puncak dari nikmat
itu ialah: “Allah ridha kepada mereka,”
Allah senang, Allah menerima mereka dengan tangan terbuka dan penuh
Rahman, sebab tatkala di dunia mereka taat dan setia: “Dan mereka pun ridha
kepada-Nya,” Ridha yang seimbang, balas membalas, kontak mengontak, bukan
laksana bertepuk sebelah tangan. Karena Iman dan keyakinan jualah yang mendorong
mereka memikul beban perintah Allah seketika mereka hidup dahulu, tidak ada
yang dirasa berat dan tidak pernah merasa bosan. “Yang demikian itulah untuk
orang yang takut kepada Tuhannya.” (ujung ayat 8).
Dengan ujung ayat ini diperkuatlah kembali tujuan hidup seorang
Muslim, Tuhan meridhai mereka, dan mereka pun meridhai Tuhan. Tetapi betapa pun
akrab hubungannya dengan Tuhan, namun rasa takutnya kepada Tuhan tetap ada.
Oleh sebab itu maka rasa sayang dan rasa cinta kepada Tuhan, ridha meridhai dan
kasih mengasihi tidaklah sampai menghilangkan wibawa, kekuasaan, bahkan
keangkuhan Tuhan di dalam sifat keagungan dan ketinggian-Nya. Sebab itulah maka
si Muslim mengerjakan suruh dan menghentikan tegah. Dia sangat mengharapkan
dimasukkan ke dalam syurga, namun di samping itu dia pun takut akan diazab
Tuhan dan dimasukkan ke dalam neraka.[4]
b.
Tafsi Juz ‘Amma
Kalimat جَزَاؤُهُمْ
عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا Balasan bagi
mereka ialah surga-surga, tempat hunian yang mengalir di bawahnya sungai-sungai...
Kata جَنَّاتُ ( jannat)
berarti kebun-kebun yang ditumbuhi pohon-pohon yang rindang dan segar.
Kata عَدْنٍ (‘Adn) bermakna hunian. Dan نْهَارُ
(‘anbar), kata jamak dari nahr yang berarti sungai besar. Yang dimaksud
di sini adalah tempat hunian penuh kenikmatan dalam kehidupan akhirat. Hal ini
merupakan salah satu akidah yang wajib kita imani. Kenikmatan di dalamnya lebih
besar dan lebih sempurna dari segala macam kenikmatan dunia. Ia juga adalah
tempat tinggal kekal. Sipa saja masuk kedalamnya, tidak akan keluar untuk
selama-lamanya. Itulah makna kalimat selanjutnya, خَالِدِينَ
فِيهَا أَبَدًا mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Namun kita tidak
dibenarkan menyelidikitentang hakikat surga-surga ini; di mana letaknya dan
begaimana bentuk kenikmatan di dalamnya? Semua itu tidak ada yang mengetahuinya
selain Allah Swt.
Kalimat رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ Allah ridha terhadap mereka, karena mereka tidak melanggar
batas-batas syariat-Nya dan tidak mengabaikan pengalaman sunnah (hukum dan
aturan)-Nya. Adapun ridha Allah adalah limpahan karunia dan kebaikan-Nya.
Kalimat وَرَضُوا عَنْهُ dan mereka pun ridha kepada-Nya. Karena
mereka senantiasa memuji dan berterimakasih kepada-Nya, atas segala
karunia-Nya, yang berupa kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Di samping itu,
dengan adanya keyakinan yang kuat kepada-Nya, maka dengan penuh kepuasan dan
kesenangan hati mereka mematuhi segala perintah-Nya di dunia. Sehingga mereka
benar-benar merasa ridha kepada-Nya. Dan kelak, ketika berada pada kenikmatan alam
akhirat, mereka akan mendapati karunia Allah yang sedemikian besarnya, sehingga
tak ada tempat sedikit pun untuk menyesal atau kecewa. Dalam setiap keadaan apa
pun, mereka senantiasa ridha kepada Allah Swt.
Kalimat ذَٰلِكَ لِمَنْ
خَشِيَ رَبَّهُ yang demikian
itu (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya, balasan amat baik ini, dan
keridhaan seperti ini, hanyalah bagi orang yang jiwanya penuh perassan khasyyah
(diliputi cemas dan harap) kepada Tuhannya.
Tentunya dapat dimengerti bahwa penjelasan Allah Swt, seperti itu,
adalah demi menghilangkan kesalahpahaman yang sering terjedi, dan masih terus
saja terjadi di kalangan kaum awam
bahkan juga kaum terpelajar bahwa
kepercayaan (‘itiqad) yang diperoleh melalui pewarisan orang tua dan leluhur,ditambah
lagi dengan sedikit pengetahuan sepintas tenetang beberapa hukum, serta
pelaksanaan beberapa jenis ibadat seperti gerakan-gerakan dalam shalat dan
menahan diri dari lapar dalam shiyam; ini saja sudah cukup memadai guna menraih
balasan yang disediakan Allah bagi orang-orang
yang beriman dan beramal saleh; walaupun hati mereka penuh dengan iri,
dendam, angkuh dan riya’; lidah mereka selalu melancarkan kebohongan, fitnahan
dan kepalsuan; tubuh mereka berbalut dengan kebanggan diri dan kesombongan; dan
jiwa-jiwa mereka dijadikan wadah penghambaan diri kepada para pejabat tinggi
(bahkan yang bukan pejabat tinggi), kosong sama sekali dari khusyuk dan ikhlas
kepada Allah Swt., Tuhannya langit dan bumi!
Tidak! Tidak mungkin orang yang seperti ini memperoleh balasan yang
sebaik-baiknya, sedangkan perasaan takut kepada Allah Swt. Meski pada peringkatnya yang terendah-- tidak berhasil meningkatkan jiwa mereka.
Padahal, balasan seperti disebutkan dalam ayat di atas, hanyalah tersedia bagi
siapa-siapa yang takut kepada Tuhannya, dan ketakutan seperti itu menguasai
seluruh hatinya. Wallahu a’lam.[][5]
D.
Aplikasi dalam
kehidupan
1.
Hendaknya Kita harus mengerjakan segala
perintah Allah dengan ikhlas.
2.
Takut akan
adzab Allah sehingga kita harus memperbanyak amalan-amalan yang dikerjakan.
3.
Memperbaiki
diri agar selalu di Ridhai Allah swt.
4.
Penuh harap
akan keridhaan Allah agar senantiasa di rahmati oleh-Nya.
E.
Aspek tarbawi
1.
Agama yang
lurus dan diridhai oleh Allah adalah
agama yang berdiri di atas tauhid serta mengajarkan shalat, zakat serta
meninggalkan agama-agama selain Islam.
2.
Balasan bagi orang yang tidak masuk Islam
(setelah Rasulullah saw. datang) adalah seburuk-buruk pembalasan.
3.
Orang yang
beriman dan masuk Islam serta melaksanakan ajarannya, (pada hari kiamat nanti)
akan mendapatkan sebaik-baik balasan yaitu keridhaan Allah dan kekal di surga.
4.
Keutamaan
Khasy-yah (takut kepada Allah) membawa seseorang untuk ta’at kepada Allah dan
Rasul-Nya dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan baik berupa
keyakinan, perkataan maupun perbuatan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa syurga yang didalamnya kenikmatan-kenikmatan yang sangat banyak, yang
tiada pernah kering rahmat yang tiada pernah terhenti, tidak akan keluar lagi
dari dalam nikmat itu dan tidak lagi akan merasakan mati. Syurga adalah tempat
bagi orang-orang yang senantiasa menjalankan perintah Allah dengan penuh ikhlas
dan keridhaannya. Orang-orang yang hanya mengharapkan pahala dari Allah swt.
Namun sebaliknya, neraka adalah tempat orang-orang yang selalu mengingkari
perintah-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Majid Khon, Dr. H. Abdul, 2012. Hadis Tarbawi Hadis-hadis
pendidikan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Ali Nashif, Syekh Manshur. 1996. Mahkota Pokok-Pokok Hadis
Rasulullah SAW, Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Hadi. Drs. H. Nor . Juz ‘Amma Cara Membaca dan Memahami Al-Qur’an
Juz ke-30. Erlangga
Prof. Dr.
Hamka, 1982.Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas
Abduh, Muhammad.
1999. Tafsir Juz ‘Amma, Bandung: Mizan.
TENTANG PENULIS
Nama : Diah Ayu Nadifiyah
Mawadani
TTL : Pemalang, 16
Desember 1998
Alamat : Ds. Botekan
Kec.Ulujami Kab. Pemalang
Riwayat Pendididikan: 1. SD N 02 Botekan
2.
SMP N 1 Ulujami
3. SMA N 1
Wiradesa
[1] Dr. H. Abdul
Majid Khon, Hadis Tarbawi Hadis-hadis pendidikan, (Kencana Prenadamedia Group :
Jakarta, 2012), hal. 189-190.
[2] Syekh Manshur
Ali Nashif. Mahkota Pokok-Pokok Hadis Rasulullah SAW, (Sinar Baru Algensindo :
Bandung, 1996). Hal. 904.
[3] Drs. H. Nor
Hadi. Juz ‘Amma Cara Membaca dan Memahami Al-Qur’an Juz ke-30 (Erlangga) hal.
298.
[4] Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Pustaka Panjimas : Jakarta,
1982), hlm.236.
[5] Muhammad Abduh, Tafsir Juz ‘Amma, (Bandung:Mizan, 1999), hlm
278-279.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar