Laman

new post

zzz

Rabu, 26 September 2018

TT B D3 KEWAJIBAN BELAJAR SPESIFIK "Kekuatan Ilmu Pengetahuan"


KEWAJIBAN BELAJAR “SPESIFIK”
"Kekuatan Ilmu Pengetahuan"
QS. AR-RAHMAN 55: 33
Aysul Unsiyah Khikmah
NIM. 2117100
Kelas B 

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2018




KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semuaShalawat serta salam semoga tetap kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, semoga kita semua termasuk umat yang mendapat syafaat di Yaumul Akhir nanti. Amin.
Makalah yang berjudul Kewajiban Belajar “Spesifik” dalam QS. Ar-Rahman 55:33 “Kekuatan Ilmu Pengetahuan”, dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan Terima Kasih kepada Bapak Muhammad Ghufron selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah memberikan waktu kepada penulis untuk menyelesaikan tugas makalah ini.
Dengan menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi bahasa, analisis materi kajian atau pun cara penulisannya. Maka dari itu, penulis berharap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis dan semua pembaca. Amin

Pekalongan, 24 September 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Ilmu adalah cahaya yang dengannya kita akan menggapai keuntungan dan kedekatan kepada-Nya. Islam tidak tegak dan tidak akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada jalan untuk mengenal Allah dan sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Karena ilmu merupakan jalan menuju surga, maka ilmu memiliki kedudukan yang agung.
Al-Qur’an mengajak manusia untuk menyelidiki, mengungkap keajaiban dan kegaiban, serta berusaha memanfaatkan kekayaan alam yang melimpah ruah untuk  kesejahteraan umat manusia. Manusia diberi potensi oleh Allah Swt. berupa akal. Akal ini harus terus diasah, dengan cara belajar dan berkarya. Dengan belajar, manusia bisa mendapatkan ilmu dan wawasan yang baru. Dengan belajar pula ilmu pengetahuan yang di peroleh dapat digunakan untuk mengetahui apa yang ada di bumi dan di luar bumi (luar angkasa).
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa itu Sumber Daya Materi (SDA) dan Immateri (SDM) ?
2.      Apa Dalil Kekuatan Ilmu Pengetahuan (sulthan) ?
3.      Bagaimana Mengendalikan dan Memanfaatkan Ilmu Pengetahuan ?
C.     TUJUAN MAKALAH
1.      Mengetahui dan memahami  sumber daya materi (SDA) dan immateri (SDM).
2.      Mengetahui dan memahami dalil kekuatan ilmu pengetahuan (sulthan).
3.      Mengetahui dan memahami dalam cara mengendalikan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sumber Daya: Materi (SDA) Dan Immateri (SDM)
            Al-Qur’an menggambarkan, ada dua cara Tuhan mengajar manusia, yaitu pengajaran langsung dan pengajaran tidak langsung. Cara yang kedua berarti bahwa Allah mengajar manusia melalui media yaitu fenomena alam yang Dia ciptakan. Allah menciptakan alam dan segala isinya serta hukum yang berlaku padanya. Alam sebagai makhluk Allah, menyimpan berbagai rahasia ilmu pengetahuan. Kemudian manusia mempelajarinya sehingga menemukan sistem hukum alam tersebut yang selanjutnya dapat digunakan bagi kepentingan hidup manusia. Pekerjaan seorang ilmuwan hanya mencari dan menemukan hukum atau teori, bukan menciptakan hukum atau teori tersebut. Artinya para ilmuwan hanya menemukan teori atau hukum yang telah Allah tentukan berlaku pada alam. Jadi alam adalah media yang Allah ciptakan untuk mengajar manusia. Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur’an yang mendorong manusia agar mempelajari fenomena alam.[1]
            Objek ilmu itu ada dua, pertama adalah alam materi dan yang kedua adalah non materi. Dalam hal ini kaum sufi melalui ayat-ayat Al-Qur’an menggambarkan lima hierarki ilmu yaitu alam materi, alam kejiawaan, alam ruh, dan sifat-sifat illahiyah dan wujud zat illahiyyah. Menurut pandangan ilmuwan, dalam mendapatkan ilmu pengetahuan ada tiga cara yang mereka rekomendasikan yaitu pengamatan, percobaan,serta triel and error.
            Sumber ilmu pengetahuan yang dijelaskan dalam Al-Qur’an ada 4 yaitu:
1.      Al-Qur’an dan Sunnah; Dalam hal ini Al-Qur’an sering mengingatkan manusia agar memikirkan ayat-ayat Allah dan mengambil pelajaran darinya serta mengingatkan agar menjadikan Rasul sebagai contoh dalam kehidupan.
2.      Alam semesta; dalam hal ini Al-Qur’an menyeru manusia untuk memikirkan keajaiban ciptaan Allah, serta hubungan manusia dengan penciptanya.
3.      Diri manusia (nafs)
4.      Sejarah ummat manusia.[2]
            Semua ilmu yang dipelajari manusia dari manapun ia pelajari adalah ilmu Tuhan atau bersumber dari Tuhan.
B.     Dalil Kekuatan Ilmu Pengetahuan
QS. Ar-Rahman, 55: 33
Hasil gambar untuk ar rahman ayat 33

Artinya : “Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah).”
1.      Tafsir Al-Mishbah
Ayat di atas menegaskan bahwa Allah menantang mereka (jin dan manusia) dengan menyatakan: Hai kelompok jin dan manusia yang durhaka, jika kamu sanggup menembus keluar menuju penjuru-penjuru langit dan bumi guna menghindar dari pertanggungjawaban atau siksa yang menimpa kamu itu, maka tembuslah keluar. Tetapi, sekali-kali kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan. Sedangkan kamu tidak memiliki kekuatan!
Kata (معشر) ma’syar berarti jamaah atau kelompok yang banyak. Agaknya ia terambil dari kata (عشرة) ‘asyrah yang juga berarti sepuluh karena mereka tidak dihitung satu per satu, tetapi sepuluh demi sepuluh.
Didahulukannya penyebutan jin disini atas manusia karena jin memiliki kemampuan lebih besar daripada manusia dalam mengarungi angkasa. Bahkan suatu ketika dalam kehidupan duniawi, mereka pernah memiliki pengalaman, walau dalam bentuk terbatas, seperti dalam QS. Al-Jinn, 72 : 9 yang artinya: “ dan sesungguhnya kami (jin) dahulu dapat menduduki beberapa tempat dilangit itu untuk mencuri dengar (berita-beritanya). Tetapi sekarang siapa (mencoba) mencuri dengar(seperti itu) pasti akan menjumpai panah-panah api yang mengintai (untuk membakarnya).”
Ayat ini dijadikan oleh sementara orang sebagai bukti isyarat ilmiaah al-Qur’an tentang kemampuan manusia ke luar angkasa. Digarisbawahi bahwa kalaupun kini manusia telah dapat sampai ke bulan atau planet yang lain, itu bukan berarti bahwa manusia telah sanggup keluar menembus penjuru-penjuru angkasa langit dan bumi.[3]
Tim penulis Tafsir al-Muntakhab berkomentar bahwa: “Sampai saat ini terbukti betapa besarnya upaya dan tenaga yang dibutuhkan untuk dapat menembus lingkup gravitasi bumi. Kesuksesan eksperimen perjalanan luar angkasa selama ini masih merupakan waktu yang sangat sedikit dan terbatas jika dibandingkan dengan besarnya alam raya. Itu saja memerlukan upaya yang luar biasa di bidang sains dengan segala cabangnya: teknik, matematika, seni, geologi, dan sebagainya. Belum lagi ditambah dengan biaya yang sangat besar. Hal ini membuktikan dengan jelas bahwa upaya menembus langit dan bumi yang berjarak jutaan tahun cahaya itu mustahil dapat dilakukan oleh jin dan manusia.
Tim penulis Tafsir al-Muntakhab akhirnya menyatakan bahwa pendapat yang memahami ayat di atas berkaitan dengan kemampuan manusia menjelajah ruang angkasa tidak sejalan dengan konteks ayat-ayat sebelum dan sesudahnya. Ayat 29 berbicara tentang pemenuhan kebutuhan makhluk di langit dan di bumi dalam kehidupan dunia ini. Lalu ayat 31 di atas menyatakan bahwa suatu ketika Allah hanya akan berkonsentrasi terhadap manusia dan jin, yakni untuk melakukan perhitungan terhadap mereka. Ini tentu saja bukan dalam kehidupan dunia ini karena kini Allah masih mengurus semua makhluk. Di sisi lain, perhitungan secara sempurna baru akan terjadi di akhirat nanti. Jadi, ayat 33 di atas merupakan peringatan dan tantangan bagi mereka yang bermaksud menghindar dari tanggung jawabnya di hari Kemudian itu. Jika demikian, ayat ini tidak berbicara dalam konteks kehidupan duniawi, apalagi menyangkut kemampuan manusia menembus angkasa luar, tetapi semata-mata sebagai ancaman bagi yang hendak menghidar. Karena itu, perintah di atas tembuslah bukan perintah untuk dilaksanakan, tetapi perintah yang menunjukkan ketidakmampuan memenuhinya. Tidak ubahnya seperti seorang tokoh kuat pemberani yang berkata kepada lawannya yang penakut lagi lemah: “Tembaklah aku”, yakni “Engkau tidak mungkin dapat melakukannya”.[4]
2.      Tafsir Al-Maraghi
Menurut penjelasan dari tafsir Al-Maraghi dijelaskan sebagai berikut:
Hasil gambar untuk ar rahman ayat 33
Hasil gambar untuk ar rahman ayat 33
“Hai golongan manusia dan jin, jika kamu mampu keluar dari penjuru-penjuru langit dan bumi buat menghindari hukuman Allah dan melarikan diri dari adzab-Nya, maka lakukanlah...” Maksudnya ialah bahwa kalian takkan mampu melakukan itu. Karena, Dia meliputi kamu sehingga kamu takkan kuasa melepaskan diri daripada-Nya. Kemanapun kamu pergi, maka kamu tetap terkepung.
Kemudian, Allah swt. menerangkan sebab ketidakmungkinan orang melarikan diri. Firman-Nya:
 Hasil gambar untuk ar rahman ayat 33
Sesungguhnya melarikan diri hanyalah bisa dilakukan dengan kekuatan dan kekuasaan. Namun, dari mana kamu memperoleh kekuatan dan kekuasaan itu. Dan dari siapakah kamu mendapatkannya, padahal kamu di waktu itu tidak mempunyai daya maupun kekuatan.[5]
Tafsiru’l-Mufradat
-          An Tanfudzu : Kalian keluar
-          Al-Aqthar : Jamak dari quthr: penjuru
-          As-Sulthan : Kekuatan dan kekuasaan[6]
3.      Tafsir Al-Azhar
Di dalam Tafsir Al-Azhar dijelaskan sebagai berikut:
 “Wahai sekalian jin dan manusia! jika kamu sanggup melintasi semua penjuru langit dan bumi, lintasilah!” (pangkal ayat 33). artinya bahwa di antara Rahmat-Nya Allah itu kepada kita manusia dan jin ialah kebebasan yang diberikan kepada kita untuk melintasi alam ini dengan sepenuh tenaga yang ada pada kita, dengan segenap akal dan budi kita, karena mendalamnya pengetahuan. Namun di akhir ayat Tuhan memberi ingat bahwa kekuatanmu itu tetap terbatas: “Namun kamu tidaklah dapat melintasinya kalau tidak dengan kekuatan.”(ujung ayat 33).
Suku kata pertama diberi kebebasan bagi manusia melintasi segala penjuru bumi, baik untuk mengetahui rahasia yang terpendam di muka bumi ini, ataupun hendak menuntut berbagai macam ilmu. Banyaklah rahasia dalam alam yang tersembunyi, sudah menjadi tabiat manusia untuk ingin tahu. Suku kata yang kedua memberi ingat bahwa semua pekerjaan itu sangat tergantung kepada kekuasaan, yang dalam ayat disebut Sulthan.[7]
C.     Mengendalikan dan Memanfaatkan Ilmu Pengetahuan
            Ilmu pengetahuan adalah kekuatan, dan siapa yang menguasai ilmu pengetahuan dialah yang akan menang. Inilah yang digambarkan Allah dan RasulNya. Dengan ilmu pengetahuan manusia bisa menguasai alam semesta, dengan ilmu pengetahuan manusia bisa menjadi kuat. Akan tetapi, semua itu bisa dilakukan manusia ketika ia mampu mengendalikan ilmu pengetahuannya.  Saat manusia mencoba menguasai pengetahuan, yang terjadi malah sebaliknya, para cendikiawan tenggelam dalam ilmu itu. Bahkan seakan-akan hidup mereka dikendalikan olehnya. Inilah titik yang membuat seorang ilmuan menggunakan kepintarannya untuk melakukan perbuatan yang menyimpang. Dalam hal ini maka manusia harus selalu mengingat bahwa semuanya adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah.
            Manfaat ilmu bagi manusia tidak terhitung jumlahnya. Sejak Nabi Adam hingga sekarang, dari waktu ke waktu ilmu telah mengubah manusia dan peradabannya. Kehidupan manusia pun menjadi lebih dinamis dan penuh warna dalam peradabannya. 
Cara memanfaatkan ilmu pengetahuan :
1.      Menyadari ilmu pengetahuan sebagai amanah dari Allah swt. yang  harus dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.
2.      Mengamalkan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang dimiliki untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat
3.      Menyadari ilmu pengetahuan sebagai alat untuk kemajuan umat manusia di dunia & akhirat.
            Agar ilmu hanya mendatangkan manfaat bagi manusia , sistem belajar dan pembelajaran mestilah kosong dari dengki, kesombongan, serta keserakahan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Al-Qur’an menggambarkan, ada dua cara Tuhan mengajar manusia, yaitu pengajaran langsung dan pengajaran tidak langsung.Objek ilmu itu ada dua, pertama adalah alam materi dan yang kedua adalah non materi. Semua ilmu yang dipelajari manusia dari manapun ia pelajari adalah ilmu Tuhan atau bersumber dari Tuhan.QS Ar-Rahman ayat 33 di atas menjelaskan peringatan dan tantangan bagi mereka yang bermaksud menghindar dari tanggung jawabnya di hari Kemudian. Ilmu pengetahuan adalah kekuatan, ilmu pengetahuan adalah milik Allah, maka manusia harus selalu mengingat bahwa semuanya adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah.




DAFTAR PUSTAKA
M. Yusuf, Kadar. 2013. Tafsir tarbawi: pesan-pesan Al-Qu’an tentang pendidikan. Jakarta: Amzah.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah 13, Jakarta: Lentera Hati.
Mustofa Al Maraghi, Ahmad. 1994. Terjemah Tafsir Al-Maraghi 27, Semarang: CV. Toha Putra.
Hamka. 2000. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXVII, Jakarta: IKAPI.
Munir, Ahmad. 2007. Tafsir Tarbawi: Mengungkapkan Pesan Al-Qur’an dan Tentang Pendidikan, Yogyakarta: Teras


LAMPIRAN
Hasil gambar untuk Kadar M. Yusuf. Tafsir tarbawi: pesan-pesan Alquran tentang pendidikan            Gambar terkait
Hasil gambar untuk Terjemah Tafsir Al-Maraghi 27          Hasil gambar untuk Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXVII
20180928_141736.jpg
Biodata Diri :
FB_IMG_1526773990526.jpg
Nama : Aysul Unsiyah Khikmah
TTL : PEKALONGAN, 22 MEI 1999
ALAMAT : Ds. Tengeng Kulon Kec. Siwalan Kab. Pekalongan
RIWAYAT PEND. :
1.      SD : SD N 01 TENGENG KULON
2.      SMP : SMP ISLAM COMAL
3.      SMA : MA AL-HIKMAH 2


[1] Kadar M. Yusuf. Tafsir tarbawi: pesan-pesan Al-Qu’an tentang pendidikan (Jakarta: Amzah, 2013) hlm. 20
[2] Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi: Mengungkapkan Pesan Al-Qur’an dan Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2007) hlm. 78-80
[3] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah 13, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) hlm. 307
[4] Ibid., hlm. 308-307
[5]Ahmad Mustofa Al Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi 27, (Semarang: CV. Toha Putra 1994) hlm 216-217
[6]Ibid., hlm. 214
[7] Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXVII, (Jakarta: IKAPI, 2000), hlm. 197.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar