KEWAJIBAN BELAJAR
SPESIFIK
"(KEKUATAN ILMU PENGETAHUAN)"
QS. AR-RAHMAN AYAT 33)
Muhammad Badrudin
NIM. (2117318)
Kelas A
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2018
Kata Pengantar
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam tetap kita curahkan
kepada baginda Nabi Muhammad SAW, semoga kita semua termasuk umat yang mendapat syafaat di
Yaumul Akhir nanti. Aamiin.
Pada kesempatan
ini, penulis mengucapkan Terima Kasih kepada Bapak Muhammad Hufron selaku dosen
pengampu mata kuliah Tafsir
Tarbawi yang telah memberikan waktu untuk mengizinkan penulis menyelesaikan makalah ini dengan
semampu penulis. Serta
teman-teman yang telah mendukung sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Dengan menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, baik dari segi bahasa, analisis materi kajian
ataupun cara penulisannya. Maka dari itu penulis sangat
mengharap kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya. Aamiin
Pekalongan, 28 September 2018
Muhammad
Badrudin
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-Quran
merupakan kitab suci umat islam yang diturunkan oleh Allah SWT melaui perantara
malaikat jibril kepada Nabi Muhammad SAW yang didalamnya terdapat
bermacam-macam pengetahuan baik yang nyata maupun yang ghoib.
Dengan akalnya
manusia
berusaha menyelidiki, mengungkap keajaiban dan
kegaiban, serta berusaha memanfaatkan kekayaan alam yang
ada untuk kesejahteraan umat manusia. Manusia diberi
potensi oleh Allah Swt. berupa akal. Akal ini harus terus diasah, dengan cara
belajar dan berkarya. Dengan belajar, manusia bisa mendapatkan ilmu dan wawasan
yang baru. Dengan belajar pula ilmu pengetahuan yang di peroleh dapat digunakan
untuk mengetahui apa yang ada di bumi dan di luar bumi (luar angkasa).
Untuk
mengetahui apa yang ada di bumi dan untuk mengetahui apa yang ada di luar bumi
(luar angkasa), harus dengan kekuatan seperti dalam firman Allah dalam surat
Ar-Rahman ayat 33 yang artinya ““Wahai golongan jin dan manusia, jika kamu
sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah! Kamu
tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah Swt.)”
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa hakikat ilmu pengetahuan ?
2.
Apa dalil kekuatan ilmu pengetahuan
3.
Apa aplikasi ilmu pengetahuan dalam kehidupan
sehari-hari?
4.
Apa aspek ilmu pengetahuan dalam bidang
pendidikan ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui hakikat ilmu pengetahuan
2.
Mengetahui dalil kekuatan ilmu pengetahuan
3.
Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahua dalam
kehidupan sehari hari
4.
Mengetahui aspek ilmu pengetahuan dalam bidang
pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Ilmu Pengetahuan
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab ‘Ilm yang berarti
pengetahuan, merupakan lawan kata jahl yang berarti ketidaktahuan atau kebodohan. Sumber lain mengatakan bahwa
kata ’ilm adalah bentuk masdar dari ‘alima, ya’lamu-‘ilman. menurut al-Asfahani
dan al-Anbari, ilmu adalah mengetahui hakikat sesuatu.[1] Di
dalam kamus bahasa indonesia, ilmu merupakan pengetahuan tentang suatu bidang
yang tersusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan
untuk menerangkan gejala-gejala tertentu. Sedangkan pengertian Pengetahuan
ialah hasil dari keingintahuan manusia dengan suatu objek yang ingin diketahui.
Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi common sense, tanpa memiliki
metode dan mekanisme tertentu.[2]
Pengetahuan di bagi menjadi dua : pengetahuan biasa dan
pengetahuan ilmiah. Pengetahuan bisa diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya
kemanusiaan, seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindera, dan intuisi
untuk mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan objek, cara dan kegunaannya.
Pengetahuan ilmiah merupakan keseluruhan bentuk upaya manusia untuk mengetahui
sesuatu , dengan memperhatikan objek yang di telaah, cara yang digunakan, dan
kegunaan pengetahuan tersebut. Dengan kata lain pengetahuan ilmiah
memperhatikan obyek ontologis, landasan epistemologis, dan landasan aksiologis
dari pengetahuan itu sendiri. Jenis pengetahaun ini dalam bahasa inggris
disebut science.[3]
Menurut Perspektif Al-Qur’an, pengetahuan tidak hanya di
dapat melalui empiris atau pengalaman indrawi serta penalaran rasional semata,
tetapi bisa juga didapatkan melalui ilham. Bahkan menurut Al-Ghazali ilham
merupakan jalan pengetahuan yang benar yang dapat mengantarkan manusia kepada
Ilm al-yaqin yaitu suatu keadaan yang benar-benar terbuka pada sesuatu yang
diketahui sehingga tidak ada lagi keraguan.[4]
Dari pengertian Ilmu dan Pengetahuan diatas serta
penjelasan mengenai Ilmu dan Pengetahuan dapat disimpulkan bahwa Ilmu
Pengetahuan adalah seluruh usaha sadar menyelidiki, menemukan dan meningkatkan
pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Ilmu pengetahuan tumbuh dan berkembang dalam diri manusia melalui
pengalaman empiris, rasional, dan ilham yang masuk melalui indra, baik zahir,
batin, maupun kalbu. Dengan kata lain, indra merupakan bagian dari unsur
kepribadian manusia yang menjembatani masuknya ilmu pengetahuan ke dalam diri,
sehingga ilmu tersebut menjadi internal kepribadian manusia. Indra juga
berfungsi karakter. Adapun karakter terbangun berdasarkan ilmu pengetahuan dan
ilmu itu sendiri dipasok oleh indra. Dengan demikian, semakin aktif indra
berinteraksi dengan objek pengetahuan, semakin dalam pengetahuan seseorang.
Oleh karena itu Al-Qur’an selalu mengajak manusia menggunakan indranya untuk
mengkaji alam dan fenomena yang terjadi.[5]
B. Dalil Kekuatan Ilmu Pengetahuan
Dalil kekuatan ilmu pengetahuan tertera dalam Q.S Ar-Rahman Ayat 33
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ
أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانْفُذُوا ۚ لَا تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ
Artinya: “Wahai golongan jin dan manusia, jika kamu
sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah! Kamu
tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah Swt.)”. (Surah
ar-Rahman/55: 33).
1. Tafsir Al-Azhar
“Wahai sekalian jin dan
manusia! jika kamu sanggup melintasi semua penjuru langit dan bumi,
lintasilah!” (pangkal ayat 33). artinya bahwa di antara Rahmat-Nya Allah itu
kepada kita manusia dan jin ialah kebebasan yang diberikan kepada kita untuk
melintasi alam ini dengan sepenuh tenaga yang ada pada kita, dengan segenap
akal dan budi kita, karena mendalamnya pengetahuan. Namun di akhir ayat Tuhan
memberi ingat bahwa kekuatanmu itu tetap terbatas: “Namun kamu tidaklah dapat
melintasinya kalau tidak dengan kekuatan.”(ujung ayat 33).
Suku kata pertama diberi
kebebasan bagi manusia melintasi segala penjuru bumi, baik untuk mengetahui
rahasia yang terpendam di muka bumi ini, ataupun hendak menuntut berbagai macam
ilmu. Banyaklah rahasia dalam alam yang tersembunyi, sudah menjadi tabiat
manusia untuk ingin tahu. Suku kata yang kedua memberi ingat bahwa semua
pekerjaan itu sangat tergantung kepada kekuasaan, yang dalam ayat disebut
Sulthan.
2. Tafsir ibnu katsir
Ibnu katsir dalam
tafsirnya mengatakan ialah: “ bahwa kamu tidaklah akan sanggup lari daripada
kehendak Allah dan takdirnya, bahwa takdir itulah yang selalu mengelilingi kamu
dan kamu tidak akan sanggup membebaskan diri pada kehendak-Nya atas dirimu, ke
mana saja pun kamu pergi takdir itu mengelilingi kamu, demikianlah kamu selalu
dalam kedudukan tertawan di dalamnya. Malaikat berdiri rapat sampai tujuh lapis
sekeliling kamu, sehingga tidaklah kamu akan sanggup membebaskan diri
daripada-Nya, kecuali dengan kekuasaan. Artinya dengan kehendak Tuhan.[6]
3. Tafsir Al-Mishbah
“ Hai kelompok jin dan
manusia, jika kamu sanggup menembus penjuru-penjuru langit dan bumi maka
tembuslah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.”
Awal ayat mengancam
manusia dan jin bahwa Allah akan berkonsentrasi untuk melakukan perhitungan
terhadap amal-amal mereka. Ayat diatas menegaskan bahwa mereka tidak dapat
menghindari dari pertanggungjawaban serta akibat-akibatnya. Allah menantang
mereka dengan menyatakan: “ Hai jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
keluar menuju penjuru-penjuru langit dan bumi guna menghindar dari
pertanggungjawaban atau siksa yang menimpa kamu itu, maka tembuslah keluar.
Tetapi sekali-kali kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan,
sedangkan kamu tidak memiliki kekuatan! Maka nikmat Tuhan kamu berdua yang
manakah yang kamu berdua ingkari? (Ayat 34).
Peringatan diatas
merupakan salah satu bentuk nikmat Allah SWT, dan karena itu pertanyaan yang
mengandung kecaman tersebut di ulang lagi.
Kata “Ma’syar” berarti
jamaah/kelompok yang banyak. Agaknya ia terambil dari kata “ ‘asyrah” yang juga
berarti sepuluh karena mereka tidak dihitung satu persatu, tetapi sepuluh demi
sepuluh.
Didahulukannya penyebutan
jin di sini atas manusia, karena jin memiliki kemampuan lebih besar dari pada
manusia dalam mengarungi angkasa. Bahkan suatu ketika dalam kehidupan duniawi,
mereka pernah memiliki pengalaman, waktu dalam bentuk terbatas (Q.S
Al-jinn[72]: 9). Ketika menantang untuk membuat semacam al-Qur’an, yang
didahulukan penyebutannya adalah manusia (Q.S Al-Isra’ [17]: 88). Itu karena
dalam bahasa Al-Qur’an manusia memiliki kemampuan lebih tinggi dari pada
kemampuan jin, apalagi secara tegas menolaknya adalah manusia.[7]
C. Aplikasi dalam kehidupan
Berdasarkan
penjelasan-penjelasan dari tafsir surat Ar-Rahman maka dapat diambil pelajaran
untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu Senang membaca
buku-buku pengetahuan sebagai bukti cinta ilmu pengetahuan. Selalu ingin
mencari tahu tentang alam semesta, baik di langit maupun di bumi, dengan terus menelaahnya.
Meyakini bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Allah Swt. untuk manusia. Oleh
karena itu, manusia harus merasa haus untuk terus menggali ilmu
pengetahuan. Manusia memiliki ilmu pengetahuan yang dapat memperkuat iman
untuk menjadikan dirinya memiliki derajat tinggi di dunia dan di
akhirat. Rendah hati atas kesuksesan yang diraihya dan tidak merasa rendah
diri dan malu terhadap kegagalan yang dialaminya.
D. Aspek Tarbawi
1)
Manusia dan jin tidak akan mampu menembus penjuru langit dan bumi untuk mengetahui
isinya kecuali atas kekuatan dari Allah SWT.
2)
Kekuatan dari Allah SWT itu berupa akal yang harus dikembangkan dengan cara
belajar.
3) Belajar itu wajib agar kita dapat menguasai dunia untuk
kebaikan umat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam surat Ar-Rohman
ayat 33 tersebut kita dapat diambil pelajaran
untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu Senang membaca
buku-buku pengetahuan sebagai bukti cinta ilmu pengetahuan. Selalu ingin
mencari tahu tentang alam semesta, baik di langit maupun di bumi, dengan terus
menelaahnya. Meyakini bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Allah Swt. untuk
manusia. Oleh karena itu, manusia harus merasa haus untuk terus menggali ilmu
pengetahuan. Manusia memiliki ilmu pengetahuan yang dapat memperkuat iman
untuk menjadikan dirinya memiliki derajat tinggi di dunia dan di
akhirat. Rendah hati atas kesuksesan yang diraihya dan tidak merasa rendah
diri dan malu terhadap kegagalan yang dialaminya.
B. Saran
Semoga yang terdapat dalam materi ini bisa bermanfaat bagi para pembaca,
kami menyadari masih banyak kekurangan dalam materi yang kami berikan. Maka
dari itu kami meminta kritik dan sarannya untuk perbaikan makalah kami
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hamka, Tafsir
Al-Azhar:Juz’ XXVII, Jakarta: Pustaka Pajimas, 1982
Kadar, M. Yusuf. 2013. Tafsir Tarbawi: Pesan-pesan Al-Qur’an tentang pendidikan. Jakarta: Amzah.
Nata, Abudin.2009. Tafsir Ayat-ayat pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers.
Shihab, M. Quraish. 2005. Tafsir
Al-Mishbah:Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’a, Tanggerang: Lentera Hati
www:http//meiisya.blogspot.co.id.
diakses pada tanggal 23 september 2018, pukul: 20.30 WIB.
BIODATA DIRI
Nama : Muhammad
Badrudin
TTL : Pekalongan, 28 Agustus 1986
Alamat : Jl. Karya
Bakti Gg. Pondok No.166 Rt. 01 Rw.06 Medono
Hobi : Membaca
Riwayat Pendidikan : MSI 14
Medono
MTs
SA Al-Muttaqin Medono
MAN
02 Pekalongan
[4]
Kadar M. Yusuf, Tafsir
Tarbawi: Pesan-pesan Al-Qur’an tentang pendidikan, (Jakarta: Amzah, 2013),
hlm. 28
[7] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah:Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’a,
(Tanggerang: Lentera Hati, 2005), hlm. 518-519
Tidak ada komentar:
Posting Komentar