KEWAJIBAN BELAJAR
SPESIFIK
"DO’A TAMBAHKAN ILMU"
QS. THAHAA AYAT 114
Yusuf Aditya Wibowo
NIM. (2021116373)
Kelas A
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN
PEKALONGAN
2018
Kata Pengantar
Alhamdulillahirobbil
‘Alamiin
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang yang telah melimpahkan Rahmat, Nikmat dan hidayah-Nya kepada hamba-Nya. Salah satunya adalah nikmat yang diberikan
kepada penulis yaitu bimbingan, petunjuk dan kemudahan dalam menyusun makalah sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini tanpa suatu halangan apapun.
Sholawat serta salam juga tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita
Nabi Agung Muhammad SAW. begitu pula kepada keluarganya serta para sahabatnya. Tak lupa juga penulis ucapkan terimakasih
kepada kedua orang tua yang telah mendo’akan. Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah memberikan tugas serta
teman-teman semua, sehingga tersusunlah makalah ini yang berjudul “Kewajiban Belajar
Spesifik” dengan sub pembahasan ”Do’a Tambahkan Ilmu”.
Dalam
penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih jauh dari sempurna baik dari segi teknik penulisan maupun dari segi
materi yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk memperbaiki makalah ini dimasa mendatang.
Pekalongan, 28 September 2018
Penulis,
Yusuf
Aditya Wibowo
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-qur’an adalah kalamullah yang diberikan
kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril secara
berangsur-angsur untuk pedoman dan petunjuk bagi umat manusia untuk
hidup di dunia maupun diakhirat. Didalam Al-qur’an banyak sekali do’a-do’a, pesan-pesan dan ajaran-ajaran yang baik dan
benar untuk dihafalkan serta di amalkan.
Do’a merupakan permohonan seorang hamba kepada
penciptanya untuk meminta sesuatu yang diinginkan.Semua makhluk perlu Allah dan
membutuhkan-Nya ,sedangkan Allah Maha KayA tidak membutuhkan mereka.Allah telah
mewajibkan hamban-Nya untuk berdo’a kepadaNya. Allah tidak suka terhadap makhluk yang tidak
mau berdo’a, sedangkan Allah senang dan mencintai hamba-Nya yang
selalu terus menerus berdo’a tanpa merasa lelah dan bosan. salah
satu cara hambaNya untuk selalu mengingat dan mendekatkan
diri kepada Allah yaitu dengan cara berdo’a. tidak ada yang
bisa memberikan sesuatu melebihi yang diberikan oleh Allah SWT.
Secara fitrah, dalam seiap individu manusia,pasti tertanam
rasa ingin menjadi orang yang lebih baik dan sempurna. Oleh karena itu Allah menyediakan jalan bagi
hambaNya agar mereka mau berusaha dan semakin dekat kepadaNya.
Islam secara tegas mengajarkan bahwa segala
yang diraih oleh manusia adalah sesuai dengan usaha dan jerih payahnya.Manusia
yang selalu beusaha dengan sungguh-sungguh karena Allah pasti akan menuai hasil
usahanya itu.
Do’a menjadi bagian penting dalam setiap usaha
manusia. Berdo’a
berarti mengetahui bahwa Allahlah yang menentukan segala
usahanya.Sejatinya,tujuan do’a adalah meningkatkan kedekatan diri kepada kepada
Allah SWT sekaligus untuk memperbaiki diri.
Dengan do’a, kedamaian dapat diraih, semangat hidup dapat
ditingkatkan dan emosi dapat dikendalikan. Dengan do’a, ada harapan yang terbentang. Do’a juga menjadi penyejuk pada saat
menghadapi musibah. Do’a adalah tempat kembalinya manusia setelah seharian melakukan usaha (ikhtiar). Walaupun tak terlihat hasilnya, do’a harus tetap dipanjatkan karena dibalik
do’a tersimpan rahasia Allah yang amat mengagumkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat do’a?
2. Apa dalil do’a tambahkan ilmu?
3. Apa aplikasi do’a dalam kehidupan
sehari-hari?
4. Apakah aspeknya dalam bidang pendidikan?
C. Tujuan
1. Mengetahui hakikat dari do’a
2. Mengetahui dalil dari do’a tambahkan ilmu
beserta tafsirnya
3. Dapat mengaplikasikan do’a dalam kehidupan
sehari-hari
4. Mengetahui aspek do’a dalam bidang
pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Do’a
1.
Pengertian Do’a
Secara bahasa Do’a berasal dari bahasa arab
yaitu kata ad-du’a yang artinya permohonan atau permintaan.
Do’a menurut istilah adalah permohonan manusia
kepada Allah SWT dengan penuh pengharapan agar tercapai segala sesuatu yang
diinginkandan terhindar dari segala perkara yang ditakuti dan tidak diinginkan.
Do’a ialah memohon kepada Allah SWT,sesuatu
permintaan yang dirumuskan dalam serangkaian kalimat yang diucapkan oleh hamba
dengan penuh harap dan akan mendapatkan kebaikan dari sisinya dan dengan
merendahkan diri kepadan Nya untuk memperoleh apa yang diinginkan.[1]
Do’a ialah memohon perlindungan dan atau
bantuan pertolongan dari Allah.Meman Allah San Maha Pemberi dan selalu
menjawabDo’a hambaNya.
Allah berfirman:
وَاذَا
سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا
دَعَا ن
Artinya: Dan apabila
diajukan pertanyaan kepadamu tentang tentang dIri-Ku oleh
hamba-hamba-Ku,Bahwasannya Aku sangat dekat.Aku memperkenankan do’a orang
yang berdo’a jika ia berdo’a kepada-Ku.(Q.S.Al-baqarah/2:186).
Inti kandungan berdo’a dapat dibagi menjadi 2 kategori,yaitu:
1) Memohon agar
diberikan langsung apa yang diinginkan;
2. Jenis-jenis do’a
1) Ibadah
2) Permintaan dan permohonan
3. Keutamaan Do’a
1) Do’a adalah ibadah yang paling mulia disisi Allah SWT
2) Do’a adalah Otak Ibadah
B. Dalil Do’a
Tambahkan Ilmu
Seorang muslim diwajibkan
untuk menuntut ilmu .Seorang hamba dalam mencari ilmu pasti ada
rintangan dan hambatan serta cara-cara untuk memahami ilmu yang di pelajari
supaya bisa dipahami dan mendapatkan tambahan ilmu.Yaitu dengan cara berusaha
dan berdo’a agar ditambahkan ilmu serta diberikan pemahaman atas ilmu yang
didapat.Berdo’a agar ditambahkan ilmu ini sesuai dengan pembahasan makalah ini yang
membahas tentang kewajiban belajar spesifik dengan sub
pembahasanDo’a tambahkan ilmu yang terdapat
didalam Al-qur’an surat thahaa:20 ayat 114,yang bunyinya sebagai
berikut:
فَتَعَا لَي اللهُ اْلمَلِكُ اْلحَقِّ
وَلَا تَجْعَلْ بِالْقُرْءَا ن مِنْ قَبْلِ اَنْ يُقْضَّي اِلَيْكَ
وَحْيُهُ وَقُلْ رَّبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا
Artinya:
“Maka Maha Tinggi Allah Raja yang sebenar-benarnya ,dan janganlah kamu
tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya
kepadamu,dan katakanlah:Ya Tuhanku, Tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”.(QS. Thahaa/20:114)[4]
C. Tafsir
1. Tafsir Al-Mishbah
Didalam tafsir Al-mishbah
Penempatan firman-Nya:
فَتَعَا
لَى اللهُ اْلمَلِكُ اْلحَقِ(Maha Tinggi Allah ,Maha Raja
yang Haq) antara uraian tentang Al-qur’an yang diturunkan dengan menggunakan
bahasa Arab(Q.S thahaa ayat 113)dengan larangan tergesa-gesa membacanya
(penggalan terakhir Q.S thahaa ayat 114), mengisyaratkan bahwa kandungannya adalah sesuatu yang sangat luhur dan
Tinggi serta haq lagi sempurna ,serta harus diagungkan dengan mengikuti
tuntunnya karena Al-qur’an bersumber dari Yang Maha Tinggi,dan dari Maharaja
yang tunduk kepada-Nya semua makhluk.[5]
Firman-Nya: مِنْ
قَبْلِ اَنْ يُقْضَّي اِلَيْكَ وَحْيُهُ (sebelum
disempurnakan untukmu pewahyuannya), dapat dipahami dalam arti sebelum malaikat
selesai membacakannya kepadamu. Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah
tergesa-gesa membaca ayat-ayat Al-Qur’an sebelum malaikat Jibril menyelesaikan
bacaannya. Sahabat Nabi Muhannad SAW, Ibn ‘Abbas, menguraikan
bahwa Nabi Muhammad SAW sering kali mendahului
malaikat Jibril, sehingga beliau membaca Al-Qur’an sebelum Jibril
membacanya, guna mengukuhkan hafalan beliau karena beliau khawatir lupa (HR
Bukhori). Misalya satu ayat yang akhirnya kata rahiman, baru saja
jibril membaca rahim langsung Nabi saw menyempurnakannya
dengan menambahkan kata ma, sehingga mendahului jibril dalam
penyebutan kata rahiman.[6]
Dapat juga ayat 114 ini
merupakan tuntutan kepada Nabi Muhammad SAW untuk tidak membacakan, yakni
menjelaskan makna pesan-pesan Al-Qur’an kepada sahabat-sahabat beliau setelah
jelas buat beliau maknanya,baik dalam merenungkannya dengan sungguh-sungguh
maupun sebelum datangnya malaikat jibril as mengajarkan beliau tentang
maknanya.Pendapat ini sangat sejalan dengan lanjutan ayat tersebut yang
memerintahkan beliau berdo’a agar ditambah ilmunya.Jika makna ini diterima
,maka hal tersebut menjadi peringatan buat semua orang yang melibatkan diri
dalam penafsiran Al-Qur’a agar berhati-hati dalam menafsirkannya.[7]
2. Tafsir Al-lubab
Didalam tafsir al-lubab, surat thahaa ayat 114
menyatakan bahwa: Maha Tinggi Allah dengan ketinggiannya yang tidak terjangkau
oleh nalar dan tidak dapat dilukiskan oleh kata-kata. Dialah Maharaja yang
sebenar-benarnya, yang tidak
dapat disentuh oleh kerajaan-Nya.[8]
Selanjutnya karena
kehebatan tuntutan dari ayat-ayat Al-Qur’an atau kekhawatiran melupakan satu
kata dari ayat-ayat Al-Qur’an, Nabi Muhammad saw dilarang tergesa-gesa
membacanya sebelum malaikat jibril selesai membacakannya, atau dilarang
tergesa-gesa menjelaskan maknanya sebelum merenungkannya ataupun sebelum
datangnya malaikat jibril mengajarkan maknanya. Nabi Muhammad SAW
juga diperintahkan bermohon kepada Allah dengan berharap: ”Tuhanku, Tambahkanlah
untukku ilmu,” yakni baik melalui wahyu-wahyu-Mu maupun melalui apa yang
terbentang dari ciptaan-Mu di alam raya.[9]
3. Tafsir Ibnu Katsier
Didalam tafsir ini, Allah berfirman yang artinya, ”janganlah engkau tergesa-gesa membaca
Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, hai Muhammad.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW jika menerima wahyu mengalami kesukaran menggerakkan lidahnya untuk mengikuti jibril
membacakan ayat-ayat yang dibawanya, maka oleh Allah beri petunjuk agar jangan tergesa-gesa membacakannya sebelum jibril selesai membacakannya, agar Nabi Muhammad saw menghafal dan memahami
betul-betul ayat yang diturunkan.[10]
4. Tafsir Al-Azhar
“Maha Tinggi Allah, Raja
Yang Besar” itu ;yang janjinya benar,ancamannya benar, Rasul-rasul yang
diutusnya benar, syurga yang disediakan untuk yang taat benar, neraka yang
disediakan buat yang durhaka itu benar. Dan lantaran Dia benar, Dia adalah Adil. Dia belum mengazab sebelum memberi peringatan
dengan mengirimkan Rasu-rasul.[11]
Raja yang benar itulah
Allah, dan dari Dia turunlah Al-Qur’an.Oleh karena hati Nabi Muhammad Saw
bertambah sehari, bertambah juga merasa tidak dapat dipisahkan lagi dari
Al-Qur’an itu, sampai beliau ingin segera datang wahyunya itu, sedih hatinya
jika jibril terlambat datang dan gembira jika ayat turun, dan bila jibril turun
membacakan satu ayat, segera disambutnya dan diulangnya, walaupun kadang-kadang
belum selesai turun. Maka datanglah teguran Allah:”Dan janganlah engkau
tergesa-gesa dengan Al-Qur’an itu sebelum selesai kepada engkau wahyunya.”[12]
Yang demikian itu adalah
sangat asyik dan rindu beliau kepada wahyu illahi itu. Maka datanglah teguran Tuhan, bahwa tidak perlu dia tergesa-gesa. Lebih baik tunggu wahyu itu sampai selesai
turun, karena
“kamilah”kata Tuhan, yang memerintahkan jibril menyampaikannya dan menumpulkannya dalam dirimu, hai Muhammad, sampai engkau hafal diluar kepala dan menghafalkannya, setelah dibacakan dengan jelas oleh jibril. Bilamana jibril telah selesai membacakannya, sampai pada cara mengucapkan dan mengeluarkan (makhraj) tiap-tiap hurufnya, ikutilah dengan baik bacaan itu, kemudian dari hal keterangan tentang isi dan
maksudnya, jibril juga
yang disuruh Tuhan menafsirkannya.[13]
“Dan katakanlah: Ya Tuhanku, Tambahkanlah bagiku ilmu.”(ujung ayat
114).
Do’a Nabi Saw ini penting sekali artinya yaitu, bahwasannya disamping wahyu
yang dibawa oleh jibril itu, Nabi Saw pun disuruh untuk selalu berdo’a kepada
Tuhan agar untuknya selalu diberi tanbahan ilmu. Yaitu ilmu-ilmu yang timbul dari pengalaman, pergaulan dengan manusia, memegang pemerintahan, memimpin peperangan, sehingga disamping wahyu datang juga petunjuk
yang lain, seumpama mimpi
atau ilham.[14]
Berkata Ibnu Uyainah:”Selalu bertambah ilm beliau s.a.w sampai atang ajal
beliau.”
Didalam hadis yang dirawikan oleh ibnu Majah daripada Abu Hurairah salah
satu dari Do’a Nabi s.a.w , adalah sebagai berikut:
اَلّلهُمَّ
ا نْفَعْنِيْ بِمَاعَلَّمْتَنِيْ وَعَلِّمْنِيْ مَا يَنْفَعُنِيْ وَزِدْ نِيْ
عِلْمًا وَالْحَمدُ لِّلهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ(رواه ابن ماجة عن ابي هريرة)
Artinya: “Ya Allah
,bermanfaatlah ilmu untukku dari ilmu yang Engkau ajarkan kepadaku dan beri aku
ilmu dari pada apa yang memberi manfaat kepadaku,dan selalulah tambah ilmu
untukku, dan segala puji-pujianlah bagi Allah dalam segala hal.”[15]
D.
Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari
Do’a merupakan permohonan seorang hamba kepada
pencipta dengan harap untuk memperoleh yang dinginkan.
Orang mukmin percaya bahwa kehidupan ini hanya merupakan persiapan untuk
menuju kehidupan di akhirat. Maka mereka sadar akan pentingnya perlindungan dan pertolongan Allah SWT
agar mendapatkan keselamatan di dunia maupun di akhirat serta dijauhkan dari
neraka. Seseorang ketika akan melakukan suatu usaha atau kegiatan pasti akan
berdo’a terlebih dahulu, ini merupakan perintah Allah agar semua makhluknya
untuk berdo’a kepadaNya. Setiap hari, setiap orang muslim pasti
melakukan kegiatan berdo’a seperti halnya dalam sholat, berzikir, mencari ilmu
dan sebagainya. Didalam sholat
dan berzikir bacaan-bacaannya sudah mengandung do’a dan setiap orang yang
menuntut ilmu pasti diawali dengan niat yang baik dan berdoa agar
ditambahkan ilmunya oleh Allah.Begitupun dengan hal-hal yang
lainnya.
E. Aspek tarbawi
1)
Janganlah merasa bosan dan lelah dalam berdo’a
2)
Beroptimislah bahwa do’anya akan dikabulkan
3)
Keharusan berhati-hatilah dalam
menjelaskan kandungan Al-Qur’an
4)
Rasa takut melupakan Al-Qur’an adalah sesuatu yang terpuji
5)
Betapapun tinggi kedudukan seseorang dan dalam ilmunya,hendaknya terus
belajar karena ilmu adalah samudera tak bertepi.
6)
Hendaknya dalam usaha menuntut ilmu itu dikaitkan dengan Allah karena tidak
ada sesuatu yang dapat diketahui tanpa bantuanNya.
7) Janganlah tergesa-gesa dalam menyampaikan
ilmu.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari makalah ini yang membahas tentang kewajiban
belajar spesifik dengan sub judul do’a tambahkan
ilmu yang termuat dalam Al-Qur’an surat thahaa ayat 114 dapat
disimpulkan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. dilarang tergesa-gesa dalam
menyampaikan wahyu dan menjelaskan maknanya kepada para sahabatnya sebelum
malaikat jibril selesai mengucapkan, memberikan makna serta menjelaskannya.
Oleh sebab itu, kita sebagai
mahasiswa janganlah tergesa-gesa dalam menyampaikan ilmu kepada orang lain
sebelum kita menguasainya dan mengetahui sumber dari manakah ilmu itu berasal
serta sebelum dosen menjelaskan dengan rinci.
B.
Saran
Saran penulis
kepada para pembaca adalah, janganlah tergesa-gesa dalam segala hal. Tidak
hanya dalam menyampaikan ilmu, karena tergesa-gesa adalah salah satu perbuatan
setan.
DAFTAR PUSTAKA
As-Suyuthi, Imam. 2014. Asbabun nuzul, terjemahan Andi Muahammad Syahril dan Yasir Al-Maqasid. Jakarta: Al-kautsar
Ash Shiddieqy, Teuku Muhammad Hasbi. 1998. Al-Islam. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra
Bahreisy, Salim dan Said Bahreisy. 1990. Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsier. Surabaya: PT. Bina Ilmu
Departemen Agama RI. 2002. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta Timur: CV. Darus Sunnah
Hamka. 1982. Tafsir Al-Azhar juz XVI. Jakarta: Pustaka
Panjimas
Shihab, M. Quraish. 2012. Al-Lubab. Tangerang: Lentera Hati
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati
Yusuf, Musfirotun. 2015. Manusia dan Kebudayaan Perspektif Islam. Pekalongan: CV. Duta Utama
Biodata Penulis
Nama : Yusuf
Aditya Wibowo
TTL : Tegal, 30 Juni 1998
Alamat : Ds. Tembok
Lor rt 10/02 Adiwerna-Tegal
Hobi : Olahraga
Riwayat Pendidikan : SDN Harjosari
Lor 02
MTs
SS Hasyim Asy’ari
MASS
Hasyim Asy’ari
[1]
Musfirotun
Yusuf,Manusia dan Kebudayaan Perspektif Islam(Pekalongan:CV. Duta
Utama,2015)hlm 174-175.
[2]
Teugku
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy,Al-ISLAM,(Semarang:PT.pustaka Rizki
Putra,1998),cet 1. Hlm 632
[10]
Salim Bahreisy dan Said Bahreisy,Terjemahan Singkat Tafsir
Ibnu Katsier,(Surabaya:PT. Bina Ilmu,1990),hlm.279
Tidak ada komentar:
Posting Komentar