HAKIKAT MAKIYYAH DAN MADANIYYAH
Dina Mufidah
NIM. 2318035
NIM. 2318035
Kelas D
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Hakikat Makiyyah dan Madaniyyah”. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
para sahabatnya, serta orang-orang yang mau mengikuti sunah-sunahnya. Aamiin.
Ucapan terimakasih kami tujukan kepada Bapak Muhammad Hufron, M.Si selaku dosen mata kuliah ulumul quran atas tugas yang telah diberikan sehingga menambah wawasan penulis
tentang “Hakikat Makiyyah dan Madaniyyah”.
Dan kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Semoga bantuan dari berbagai pihak terkait mendapat balasan dari Allah SWT
dengan pahala yang berlipat ganda, aamiin.
Makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik
konstruktif dari pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah ini. Akhirnya
semoga makalah ini menambah khasanah keilmuan dan bermanfaat bagi mahasiswa.
Pekalongan, Maret 2018
Penulis
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
A.
Latar Belakang
Ilmu yang harus dipelajari dalam Al-Quran yaitu makiyyah dan madaniah
karena surat-surat yang terdapat pada al-Qur’an adakala makiyah dan adakala
madaniyah dan adakala ada ayat-ayat dari surat makiyah yang turun di madinah,
sebagaimana ada ayat-ayat dari surat madaniyah yang turun di mekah, sebagaimana
pula setiap ayat dalam alqur’an mempunyai ciri-cirinya sendiri yang dengan
ciri-ciri itu dapatlah kita menggolongkan ayat-ayat itu kedalam golongan
makiyah, atau ke dalam golongan madaniyah.
Mengetahui makiyah dan madaniyah adalah suatu hal yang harus diperhatikan
benar-benar, untuk dapat menentukan marhalah-marhalah dakwah islamiyah dan
mengetahui langkah-langkah yang berangsur-angsur ditempuh oleh alqur’an dan
dapat pula kita mengetahui persesuaiannya ayat-ayat itu dengan miliu atau
lingkungan mekah dan madinah serta dapat pula kita mengetahui uslub-uslub
makiyah dan madaniyah dalam menghadapi orang mukmin,orang musyrikin dan ahli
kitab.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Makiyyah dan Madaniyyah?
2. Bagaimana sejarah perkembangan Makiyyah dan Madaniyyah?
3. Apa Keistimewaan surat-surat Makiyyah dan Madaniyyah?
C.
Tujuan
1. Mengetahui pengertian Makiyyah dan Madaniyyah.
2. Mengetahui sejarah perkembangan Makiyyah dan Madaniyyah.
3. Mengetahui Keistimewaan surat-surat Makiyyah dan Madaniyyah.
BAB II
A.
Pengertian Makiyyah dan Madaniyyah
Dikalangan ulama terdapat beberapa pendapat tentang dasar (kriteria) untuk
menentukan makiyyah dan madaniyyah surat-surat atau ayat. Sebagaimana ulama
menetapkan lokasi turun ayat/surat sebagai dasar penentuan makiyyah dan
madaniyyah. Ada pula ulama yang menyatakan orang yang menjadi sasaran
ayat/surat sebagai keriteria penentuan makiyyah dan madaniyyahnya. Dan adapula
ulama yang menetapkan, bahwa masa turun ayat atau surat adalah merupakan dasar
penentuan makiyyah dan madaniyyahnya. Definisi terakhir ini adalah yang masyhur
di kalangan ulama, karena mengandung pembagian makiyah dan madaniyyah secara
tepat dan safe.[1]
Studi tentang makiyyah dan madaniyyah sesungguhnya tidak lebih dari
memahami pengelompokan ayat-ayat Al-Quran berdasarkan waktu dan tempat turunya.[2]
Jadi pengertian engertian umum dari keduannya yaitu Makiyyah adalah ayat yang
diturunkan kepada rasulullah sebelum hijrah ke Madinah. Madaniyyah adalah ayat
yang diturunkan kepada rasulullah setelah hijrah ke Madinah. Oleh karena itu
pada surat al-Maidah: 3, termasuk ayat Madaniyah walaupun turun kepada
Rasulullah di Makkah (pada haji Wada’ di Arafah).[3]
B.
Sejarah Perkembangan: Klasifikasi Ayat-Ayat Madiniyyah dan Makiyyah
Pada masa awal turunnya Alquran akan didapati sebuah fakta sejarah yang
begitu berbeda antara Mekah dan Medinah. Kondisi sosio-religi
di Mekah saat itu masih kental dengan nuansa jahliliah (baca:
kebodohan). Oleh karena itu, Nabi Muhammad menggunakan pendekatan
persuasif untuk mengembangkan ajaran Islam melalui proses
“nasionalisasi” dan “arabisasi” Islam dengan mengubah kiblat dari
Yerussalem ke Mekah (Ka’bah) dan menetapkan ziarah ke Ka’bah
sebagai salah satu rukun Islam. Sementara di Medinah Nabi Muhammad
memunculkan figur Ibrahim sebagai seorang Islam bukan Yahudi
maupun Kristen, seperti umumnya di Medinah saat itu – yang secara
eksklusif berhubungan dengan kaum Muslimin lainnya. Hal itu dilakukan
karena kaum Yahudi dan Kristen tidak mengakui Muhammad sebagai
nabi (Rahman, 1996:195). Penamaan Alquran itu sendiri masih menimbulkan banyak
penafsiran. Alquran sering diidentifikasikan dengan al-kitab, yang berarti
rangkuman wahyu-wahyu berupa tulisan dari kumpulan hurufhuruf dan menggambarkan
ucapan (lafal). Alquran
diartikan juga sebagai wahyu yang tersimpan dalam dada manusia, sebab nama Alquran
berasal dari kata “qira’ah”, yang bermakna “agar selalu diingat”.
Alquran berbeda dengan kitab suci lainnya karena penulisan wahyu
dalam Alquran di dasarkan pada isnad yang mutawatir (sumber-sumber
yang tidak diragukan kebenarannya) (Subh al-Sâlih, 1996:9).
Pada tahapan
selanjutnya, mulai terdapat penulusuran mengenai ayat-ayat
Alquran yang termasuk kategori Makkiyah dan Madaniyah. Ayat-ayat
termasuk juga surah yang diturunkan di Mekah dan Medinah sering
disebut dengan makkiyah dan madaniyah. Pengertian Makkiyah dan
Madaniyah adalah bagian-bagian kitab suci Alquran yang
termasuk pada kategori Makkiyah dan Madaniyah. (Djalal, 2000:77).[4]
Untuk menjelaskan kriteria, maka perlu diketahui teori yang
menggunakan pendekatan historis sebagai berikut:
Teori “Mulâhazat Zamân al-Nuzûl” (teori historis), yaitu teori yang didasarkan pada sejarah waktu turunnya Alquran. Landasan sejarah teori ini adalah hijrah Nabi Muhammad saw. dari Mekah ke Medinah (Djalal, 2000:84). menurut teori ini, Makkiyah adalah ayatayat Alquran yang diturunkan sebelum hijrah Nabi Muhammad saw. ke Medinah, walaupun ayat-ayat tersebut turun diluar kota Mekah, seperti di Mina, Arafah, Hudaibiyyah. Sedangkan Madaniyah adalah ayat-ayat yang diturunkan setelah hijrah Nabi Muhammad saw. Ke Medinah, walaupun diturunkan di kota Mekah dan sekitarnya, seperti di Badar, Uhud, Arafah, dan Mekah.[5]
Teori “Mulâhazat Zamân al-Nuzûl” (teori historis), yaitu teori yang didasarkan pada sejarah waktu turunnya Alquran. Landasan sejarah teori ini adalah hijrah Nabi Muhammad saw. dari Mekah ke Medinah (Djalal, 2000:84). menurut teori ini, Makkiyah adalah ayatayat Alquran yang diturunkan sebelum hijrah Nabi Muhammad saw. ke Medinah, walaupun ayat-ayat tersebut turun diluar kota Mekah, seperti di Mina, Arafah, Hudaibiyyah. Sedangkan Madaniyah adalah ayat-ayat yang diturunkan setelah hijrah Nabi Muhammad saw. Ke Medinah, walaupun diturunkan di kota Mekah dan sekitarnya, seperti di Badar, Uhud, Arafah, dan Mekah.[5]
C.
Perbedaan Ciri-Ciri Makiyyah dan Madaniyyah
1. Perbedaan dari segi teks Konteks kalimat:
a. Makiyyah:
1) Sebagian besar dalam penyampaiannya dengan cara yang keras dalam konteks
pembicaraan, sebab ditunjukan kepada orang-orang yang mayoritas pembangkang
lagi sombong, seperti dalam surat al-Muddats-tsir.
2) Sebagain bersar suratnya pendek-pendek dan banyak mengandung perdebata,
sebab kebanyakan ditunjukan kepada orang yang memusuhi dan menentang.
b. Madaniyyah:
1) Sebagian besar dalam penyampaiannya dengan cara lembut dalam konteks
pembicaraan.
2) Suratnya penjang-panjang dan berisi tentang hukum-hukum tanpa perdebatan.[6]
2. Perbedaan dari segi tema
a. Makiyyah
Sebagian besar suratnya berisi pengkokohan tauhid dan
akidah yang benar, khususnya berkaitan dengan tauhid uluhiyah dan penetapan
iman kepada Hari Kebangkitan, sebab kebanyakan yang diajak bicara mengingkari
hal itu.
b. Madaniyyah
Sebagaian besar suratnya berisi perincian ibadah-ibadah
dan mu’amalah, sebab kebanyakan yang diajak bicara waktu itu jiwanya telah
kokoh dengan tauhid dan akidah, sehingga membutuhka perincian tentang berbagai
ibadah muamalah.[7]
D.
Keistimewaan surat-surat Makiyyah dan Madaniyyah
1. Keistimewaan surah-surah Makiyyah
a. Pembekalan aqidah islam dalam jiwa melalui ajakan beribadah kepada Allah
swt. beriman kepada risalah Rasulullah, kepada hari akhir, pembatalan
keyakinan-keyakinan jahiliyah, penyembahan kepada selain Allah, serta
pemunculan hujah-hujah dan bukti-bukti.
b. Penetapan dasar-dasar ibadah dan muamalah, etika, dan sebagainya.
c. Pendeknya surah-surah dan ayat-ayat yang dibarengi dengan kuatnya pilihan
diksi dan peristiwa.
2. Keistimewaan surah-surah Madaniyyah
a. Berisi tentang penetapah hukum-hukum syariah, ibadah, dan muamalah,
sanksi-sanksi, dan kewajiban- kewajiban, hukum jihad, dll.
b. Pada umunya, ayat-ayat dan surah-surahnya panajang dan menggambarkan
luasnya aqidah dan hukum islam.[8]
BAB III
Kesimpulan
Studi tentang makiyyah dan madaniyyah
sesungguhnya tidak lebih dari memahami pengelompokan ayat-ayat Al-Quran
berdasarkan waktu dan tempat turunya. Makiyyah adalah ayat yang diturunkan
kepada Rasulullah sebelum hijrah ke Madinah. Madaniyyah adalah ayat yang
diturunkan kepada rasulullah setelah hijrah ke Madinah. Oleh karena itu pada
surat al-Maidah: 3, termasuk ayat Madaniyah walaupun turun kepada Rasulullah di
Makkah (pada haji Wada’ di Arafah)
PROFIL
\
Nama : Dina Mufida
NIM :
2318035
Tempat/Tgl.Lahir : Pekalongan, 28 Oktober 1999
Alamat :
Karanggondang, Karanganyar
Riwayat Pendidikan :- SDN Karanggondang
-
Mts. Ma’arif
Karanganyar
-
MAN Pekalngan
LAMPIRAN
DAFTAR
PUSTAKA
Nasrudin, Moh. 2018. Pengantar Ulumul Quran untuk
Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri. Pekalongan: PT. Nasya Expanding Management.
Hermawan, Acep.2016. Ulumul Quran. Bandung:
Rosdakarya.
Gufron, Mohammad dan Rahmawati. 2013. Ulumul Quran
Praktis dan Mudah. Yogyakarta: sukses offset.
Usman. 2009. Ulumul Qur’an. Yogyakarta:
Teras.
Ilyas, Yunahar. 2017. Kuliah Ulumul Quran. Bandung:
Itqan Publising.
Ali, Moh. KONTEKSTUALISASI ALQURAN: Studi atas
Ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah melalui Pendekatan Historis dan Fenomenologis, Jurnal
Hunafa, Vol. 7, No.1, April 2010:61-68.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar