Laman

new post

zzz

Rabu, 22 Februari 2012

Kelas B makalh 2 : MEMPERLUAS TEMA KAJIAN DI MASJID


MAKALAH
MEMPERLUAS TEMA KAJIAN DI MASJID

Mata Kuliah: Hadis Tarbawi II
Dosen Pengampu: Muhammad Hufron, M.S.I


stain










Disusun oleh:
Arina Rahmawati
2021110055
Kelas : B (Tarbiyah PAI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012
PENDAHULUAN

Lembaga pendidikan merupakan salah satu system yang memungkinkan berlangsungnya pendidikan secara berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Tanggung jawab lembaga-lembaga pendidikan dalam segala jenisnya menurut pandangan Islam adalah erat kaitannya dengan usaha mensukseskan misinya sebagai seorang muslim. Lembaga pendidikan Islam merupakan hasil pemikiran yang dicetuskan oleh kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang didasari oleh jiwa islami.
Salah satu lembaga pendidikan Islam yaitu Masjid merupakan tempat khusus untuk melakukan aktivitas ibadah dalam arti luas. Dahulu pada zaman Rasulullah SAW. Masjid mempunyai banyak fungsi, bukan hanya sebagai tempat ibadah saja, melainkan masjid juga berfungsi sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan. Namun pada masa sekarang ini fungsi masjid seakin menyempit. Di dalam makalah ini, akan di bahas lebih lanjut tentang lembaga pendidikan Islam khususnya masjid, dengan judul memperluas tema kajian di masjid.















A.      Materi Hadis

عن جابر بن سمرة قال : جالست النبي صلى الله عليه وسلم اكثر من مائة مرة في المسجد يجلس اصحابه يتنا شد ون الشعر وربما تذاكروا امر الجاهلية فيبتسم النبي صلى الله عليه وسلم معهم.

B.       Terjemah Hadis
Dari Jabir bin Samurah berkata : Saya duduk-duduk bersama Rasulullah SAW lebih dari seratus kali di dalam masjid, sahabat-sahabatnya saling membaca syair dan menyebut-nyebut kejadian-kejadian di masa Jahiliyah. Rasulullah diam dan kadang-kadang tersenyum bersama mereka. (HR.Tirmidzi dan Tabrani)

C.      Mufrodat

Teks
Dari Jabir bin Samurah
Berkata
Saya duduk-duduk
Bersama Rasullah SAW
Lebih dari
Seratus kali
Di dalam masjid
Kami duduk
Sahabat-sahabatnya
Saling membaca
Syair
Dan menyebut-nyebut
Kejadian-kejadian
Si masa Jahiliyah
Rasulullah kadang-kadang tersenyum
Bersama mereka
عَنْ جَابِر بن سمرة
قال
جالست
النبي صلى الله عليه وسلم
اكثر من
مائة مرة
في المسجد
يجلس
اصحابه
يتنا شد ون
الشعر
وربما
تذاكروا
امر الجاهلية
فيبتسم النبي صلى الله عليه وسلم
مَعَهُمْ

D.      Biografi
Nama lengkapnya ialah Jabir bin Samurah bin Janadah As-Sawai, Al-Madani. Seorang sahabat yang di juluki dengan Abu Abdullah. Ibunya bernama Khalidah binti Abu Waqqas, saudara kandung Saad dan Utbah. Beliau wafat pada masa kholifah Abdul Malik bin Marwan.[1]

E.       Keterangan Hadis
( يتنا شد ون الشعر ) artinya membaca Syair.
Maksud dari lafadz ini adalah Rasulullah SAW bersama para sahabat berkumpul di masjid dan salah seorang sahabat membacakan syair.
( ويتذاكروان اشياء من امر الجاهلية الخ ) artinya menyebut-nyebut kejadian-kejadian di masa Jahiliyah.
Maksudnya adalah waktu sahabat membacakan syair, sahabat menyebut kejadian di masa Jahiliyah.
Dari pembicaraan tersebut salah seorang sahabat bertanya “Apakah ada manfaat yang bisa diambil dari berhala”. Dahulu berhala-berhala pada masa Jahiliyah terbuat dari bahan makanan seperti gandum, kue-kue dan sebagainya, lalu orang Jahiliyah memanfaatkan untuk persediaan bahan makanan pada musim kemarau. Dan orang Jahiliyah memakan berhala di musim itu.
Dalam kejadian tersebut para sahabat tertawa, Rasulullah diam dan kadang-kadang tersenyum bersama mereka.[2]

F.       Aspek Tarbawi
Secara harfiah, masjid adalah “Tempat untuk bersujud”. Namun dalam arti terminologi, masjid diartikan sebagai tempat khusus untuk melakukan aktifitas ibadah dalam arti luas. Dewasa ini, fungsi masjid mulai menyempit, tidak sebagaimana pada zaman Rasulullah SAW. Pada mulanya, masjid merupakan sentral kebudayaan masyarakat Islam, pusar organisasi masyarakat, pusat pendidikan dan pusat pemukiman, serta sebagai tempat ibadah dan i’tikaf.
Masjid sebagai lembaga pendidikan yang diselenggarakan umat Islam juha berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat terutama berkaitan dengan pendidikan keagamaan.
Fungsi masjid dapat lebih efektif bila di dalamnya disediakan fasilitas-fasilitas terjadinya proses belajar mengajar. Fasilitas yang diperlukan adalah sebagai berikut :
1.      Perpustakaan yang menyediakan berbagai buku bacaan dengan berbagai ilmu.
2.      Ruang diskusi, yang dihunakan untuk berdiskusi sebelum atau sesudah shalat jama’ah. Program inilah yang dikenal dengan i’tikaf ilmiah.
3.      Ruang kuliah, baik digunakan untuk training (tadrib) remaja masjid, atau untuk madrasah diniyah. Dr. Oemar Amir Husen memberikan istilah ruang kuliah tersebut dengan sekolah masjid. Kurikulum yang disampaikan khusus mengenai materi-meteri keagamaan untuk membantu pendidikan formal yang proporsi materi keagamaannya lebih minim dibandingkan proporsi materi umum.
4.      Materi khutbah hendaknya bukan hanya seputar persoalan iman dan ibadah saja tetapi mencakup semua persoalan ciptaan Tuhan di muka bumi ini dan proses kehidupan manusia di dunia dan di akhirat.
5.      Apabila memungkinkan, strategi penyampaiaan materi khutbah dapat diubah dengan interaksi dialogis, yakni antara khotib dengan para audien (ma’mum), para audien  dengan khotib dan audien dengan audien terjadi dialog aktif satu sama lain, sehingga situasi dalam masjid menjadi semakin aktif dan tidak monoton.[3]
























PENUTUP

Masjid berfungsi bukan saja sebagai tempat untuk beribadah, melainkan masjid juga berfungsi sebagai sentral kebudayaan masyarakat, pusat pendidikan, pusat organisasi masyarakat dan i’tikaf. Fungsi masjid akan lebih efektif apabila di dalamnya terdapat fasilitas-fasilitas, seperti: perpustakaan, ruang diskusi, dan ruang kuliah. Dengan behitu masjid akan benar-benar menjadi lembaga alternatif pengembangan pendidikan Islam, karena mampu menyentuh aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik manusia, menuju kearah pengembangan moral Islam yang dicita-citakan dan sekaligus pusat intelektual.





















DAFTAR PUSTAKA

M. Abdul Rahman. Kitab Tukhfatul Akhwadhi Jilid 8.
Yasin, A. Fatah.  2008. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. Malang : UINN – Malang Press.


[1] http://ahlulhadist.wordpress.com
[2] M. Abdul Rahman. Kitab Tukhfatul Akhwadhi Jilid 8, h. 142
[3] A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang : UINN – Malang Press, 2008). H. 237.

7 komentar:

  1. Nama : Khotimatul Khusna
    NIM : 2021110068
    Kelas : b

    Bagaimana cara memaksimalkan fungsi masjid agar bisa berfungsi secara maksimal,tidak hanya sebagai tempat beribadah saja???

    Terimakasih...

    BalasHapus
  2. apa hubungannya antara isi terjemahan hadis tersebut dengan judul hadis?
    dina rina 2021110064

    BalasHapus
  3. Naila Qonita
    2021110076

    Bagaimana caranya untuk menyadarkan para masyarakat, agar masjid bisa lebih ramai oleh para jamaah,,,
    dan bagaimana agar masjid bisa berfungsi dengan lebih baik.

    BalasHapus
  4. nama : A. Ainun Najib
    nim : 2021110093
    kelas : B

    yang ingin saya tanyakan, apakah boleh menggunakan masjid untuk kegiatan yang berbau politik..??? jelaskan alasannya..!!!

    BalasHapus
  5. nama : Wiwid Prihartanti
    nim : 2021110062

    apakah tidak akan mengganggu orang yang sedang beribadah dimasjid nantinya (terutama yang sedang solat) ketika masjid difungsikan tidak hanya sebagai tempat beribadah saja, tetapi untuk yang lainnya juga..???

    BalasHapus
  6. nama:liya ummal khusna
    nim: 2021110085
    kelas: B

    "jika masjid tersebut sudah mempunyai fasilitas penunjang yang tujuannya ingin memfasilitasi masyarakat dalam bidang agama, tapi fasilitas tersebut disalahgunakan oleh masyarakat..
    dengan adanya fasilitas yang salah dipergunakan untuk hal-hal yang negatif. apakah tidak mubadzir dan disayangkan keberadaanya , kan lebih baik untuk mengembangkan masjid dan untuk kepentingan lain yang lebih berguna?

    BalasHapus
  7. nama:rohilatul mukaromah
    nim:2021110075
    kelas:B

    TEMA KAJIAN APA SAJA YANG SEHARUSNYA ada di masjid-masjid?

    BalasHapus