Laman

new post

zzz

Rabu, 27 Maret 2013

b7-2 ifan maulana : sosiologi, linguistik, fisika



MAKALAH
ILMU TENTANG MAHLUK
ASTRONOMI DAN FISIKA

disusun guna memenuhi tugas:
Mata Kuliah :Hadits Tarbawi 2
         Dosen Pengampu  :Muhammad Hufron, M.S.I















Disusun oleh:

Ifan Maulana (2021 111 073)
Kelas B



JURUSAN TARBIYAH (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2013

PENDAHULUAN
            kita meyakini bahwa bahasa Arab bukanlah bahasa orang Arab semata, akan tetapi merupakan bahasa kaum muslimin di seluruh dunia.
            Sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita mempelajari bahasa Arab, di mana bahasa arab itu sendiri merupakan bahasa dari kitab Al-Qur’an, hadis, yang dimana di dalamnya terdapat banyak pengetahuan dan hukum untuk kita pelajari.
            Dalam mengungkapkan suatu persoalan, Rasulullah SAW tidak jarang menggunakan bahasa kiasan atau perumpamaan,  hal ini dilakukan Rasulullah SAW tidak hanya semata-mata agar memudahkan kaum muslim dalam memahami maksud serta tujuan  dari apa yang terkandung di dalam hadis itu, namun juga untuk lebih memuliakan kaum muslim.
            Dari sekian banyak perumpamaan dalam hadis bagi seorang muslim yang telah sebagaimana dikemukakan oleh Rasulullah adalah perumpamaan seorang muslim seperti emas, dan dimana hal itu akan dibahas dalam makalah ini.











PEMBAHASAN I

A.   Materi Hadis 34

قال أبو هريرة ، عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال : { تعلموا من أنسابكم ما تصلون به أرحامكم ثم انتهوا وتعلموا من العربية ما تعربون به كتاب الله ثم انتهوا وتعلموا من النجوم ما تهتدون به في ظلمات البر والبحر ثم انتهوا } (رواه   البيهقي )

B.   Terjemah Hadis
        ”Belajarlah dari nasabmu apa yang dapat kamu sambung dengannya tali persaudaraanmu kemudian sempurnakanlah, dan belajarlah bahasa arab apa yang kamu ucapkannya kitab Allah kemudian sepurnakanlah, kemudian belajarlah dari bintang-bintang apa yang kamu dapatkan petunjuk dengannya di dalam kegelapan daratan dan lautan kemudian sempurnakanlah”. (HR. Imam Baihaqi)


C.   Mufrodat

Arab
Indonesia
تعلموا
Belajar
أرحامكم
Tali persaudaraan
انتهوا
Sempurnakanlah
تعربون
Kamu ucapkan
تهتدون
Petunjuk bintang
البر
Daratan
البحر
Lautan

D.   Biografi Abu Hurairah
            Ia hidup antara tahun 19 sebelum Hijriah sampai tahun 59 Hijriah. Ia adalah seorang periwayat hadits yang paling banyak meriwayatkan hadits Nabi, di samping ‘Abdullah bin ‘Umar , Anas bin Malik, ‘Aisyah, ‘Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdullah dan Abu Sa’id al-Khudri.[1]
            Rasulullah sendirilah yang menjulukinya “Abu Hurairah”, ketika ia membawa seekor kucing kecil. Julukan dari Rasulullah itu semata karena kecintaan beliau kepadanya, sehingga jarang ada orang yang memanggilnya dengan nama sebenarnya (Abdurrahman bin Sakhr). Ia berasal dari Bani Daus bin Adnan.
            Abu Hurairah memeluk islam pada tahun 7 H, tahun terjadinya Perang Khaibar, dan meninggal di Aqiq pada tahun 57 H. Menurut  pendapat yang kuat, Ia adalah pemimpin ahli ShuffIah, yang menggunakan seluruh waktunya beribdah di masjid Nabi.
            Pada masa Umar bin Al-Khathab menjadi khalifah, Abu Hurairah menjadi pegawai di Bahrain. Namun kemudian Umar mencopotnya. Ada yang mengatakan, ketika li bin Abi Thalib menjadi khalifah ia ingin mengangkatnya kembali. Namun tidak bersedia. Belakangan Mu’awiyah mengangkatnya Gubernur Madinah.[2]
            Umar pernah mengikari riwayat Hurairah guna menertibkan dengan ketat periwayatan dari Nabi dengan berkata kepadanya untuk dipilih: “pilihlah, anda meninggalkan periwayatan hadits, atau anda saya pulangkan ke daerah Daus. “ Abu Hurairah pun menjawab, dengan riwayat Nabi yang bersabda :
            من كذ ب على متعمدا فليبو أمقعده من النا ر
Barulah Umar bin Al-Khattab mengakui periwayatan Abu Hurairah, dan berkata : “kalau begitu, anda boleh pergi dan menceritakan hadits.[3]
            Abu Hurairah telah meriwayatkan dari Nabi s.a.w.,dari Abu Bakar, Umar, Utsman, Ubai bin Ka’ab, Utsman bin Zaid, Aisyah, dan sahabat-sahabat lain. Sedangkan jumlah orang yang meriwayatkan darinya melampaui 800 orang, terdiri dari sahabat dan tabi’in. Di antara mereka termasuk ulama sahabat, seperti Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Jabir ban Abdullah, dan Anas bin Malik. Sedang dari ulama’ tabi’in, antara lain, Sa’id bin al-Musayyab, Ibnu Sirin, Ikrimah, Atha’, Mujahid, dan Asy-Sya’bi.
            Sanad paling shahih yang berpangkal darinya ialah : Ibnu Syihab az-Zuhri, dari sa’id bin al-Musayyab, darinya (Abu Hurairah). Adapun yang paling dha’if adalah As-Sari bin Sulaiman, dari Dawuw bin Yazid al-Audi dari bapaknya ( Yadiz al-Audi) dari Abu Hurairah.[4]

E.   Keterangan Hadis
            Pada masa primitif , orang-orang Arab menentukan waktu dengan terbitnya bintang-bintang itu mereka memelihara waktu tahun dengan anwa’ , yaitu bintang-bintang, manzilah-manzilah bulan, pada waktu terbit dan terbenamnya.
            Bagi mereka, pengambilan petunjuk dengan bintang-bintang ada dua macam :
1.      Mengetahui waktu dari malam atau dari tahun.
2.      Mengetahui jalan-jalan dan arah-arah.

            Yang dimaksud dengan kegelapan adalah kegelapan malam, kegelapan bumi atau air, serta kegelapan dalam arti kesalahan dan kesesatan.
            Allah-lah yang menjadikan untuk kalian bintang-bintang, sebagai petunjuk di daratan dan di lautan, apabila yang tersesat jalan atau bingung, sehingga di waktu malam kalian tidak mendapatkan petunjuk. Dengan bintang-bintang itu, kalian mengetahui jalan, lalu kalian menempuhnya dan selamat dari kesalahan dan kesesatan di daratan atau di lautan.[5]
           
F.    Aspek Tarbawi
·         Jadilah muslim baik, yang senantiasa memberikan transformasi kebaikan kepada umat manusia lainnya. 
·         Allah menciptakan semua yang ada di dunia ini pasti manfaatnya.
·         Sebagai muslim yang baik alangkah baiknya jika kita merenungkan, atas kebesaran-Nya.
·         Selalu menambah keimanan pada diri kita bahwa  betapa besar atas  kekuasaan-Nya.
PEMBAHASAN II

A.   Meteri Hadis 35

عن عبد الله بن عمرو بن العاص . أنه سمعرسول الله صلي الله عليه و سلم قال:{والذي نفس محمد بيدهإن مثل المؤمن لكمثل القطعة من الذهب نفخ عليها صاحبها فلم تغير و لم تنقص } .(رواه أحمد في المسند, مسند المكثرين من الصحابة, مسند عبد الله بن عمرو بن العاص)
         
B.   Terjemah Hadis

“Dari Abdullah bin Amru bin Ash menceritakan kepadaku, bahwasanya dia mendengar Rasulullah SAW bersabda:" ........Demi zat yang jiwa Muhammad berada ditangan_NYA, sesungguhnya perumpamaan seorang mukmin seperi sepotong emas, pemiliknya meniupnya namun emas itu tidak berubah dantidak berkurang....”. (HR. Imam Ahmad)


C.   Mufrodat
Arab
Indonesia
نفس
Jiwa
بيدهإ
Tangan-Nya
القطعة
Potong
الذهب
Emas
نفخ
Meniup
تغير
Berubah
لم تنقص
Berkurang

D.   Biografi Imam Ahmad
            Nama lengkapnya adalah Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdulah bin Hayyan bin Abdullah bin Anas bin Auf bin Qasith bin Mazin bin Syaiban bin Dzuhl bin Tsa’labah bin Ukabah bin Sha’b bin Ali bin bakar bin Wa’il, Imam Abu Abdillah Asy-Syaibani.[6]
            Beliau lahir dilahirkan pada tanggal 20 bulan Rabiul awwal tahun 164 H ( 780 M ). Bapaknya adalah seorang mujtahid yang hidup di bashrah. Kemudian ia di bawa ke Baghdad, disinilah beliau mulai mencurahkan perhatiannya untuk belajar dan mencari hadis dengan sungguh-sungguh, sejak beliau berumur 16 tahun (179 H ). Beliau menghafal lebih satu juta hadis sepanjang hidupnya, serta sebagai pelopor dalam sejarah Islam yang mengkombinasikan antara ilmu hadis dan fiqh. Kemudian ia merantau ke kota Mekkah, Madinah, Syam, Yaman, Basrah, dan lainnya, guna menambah pengetahuan di bidangnya.
            Ahmad mendapatkan guru hadis kenamaan, antara lain : Sufyan ibn ‘Uyainah, Ibrahim ibn Sa’ad, Yahya ibn Qathan. Adapun  ulama-ulama besar yang pernah mengambil ilmu darinya antara lain, Imam Bukhori, MUslim, Abu Daud, Ibnu Abid Dunya, dan Ahmad ibn Abi Al-Hawarimy. Beliau sendiri adalah salah seorang murid Al-Syafi’i yang paling setia, yang hampir tidak pernah berpisah dengan gurunya ke mana pun sang guru berpergian.[7]
            Tentang nilai hadis Ahmad bin Hambal dapat dilihat dari segi ketelitian dan selektifnya dalam mengumpulkan dan memilih hadis dari 750.00 hadis, maka yang terpilih hanya 30.000 hadis saja. Karena itu banyak ulama’ yang memberikan penghargaan tinggi terhadap kitab Musnad Ahmad.  Misalnya, al-Hafidz Abu Musa al-Madini menyatakan bahwa Ahmad bin Hambal tidak akan mencantumkan dalam musnadnya, kecuali hadis Hafidz dan periwayat-periwayat yang dapat dipercaya  kejujurannya dan ketaatan agamanya, bukan hadis dari orang-orang yang tidak dapat dipercaya atau buruk kejujurannya. Dengan demikian hadis tentang sekte-sekte yang  diriwayatkannya pun dapat digunakan, mengingat tingkat ketelitiannya yang selalu dihubungkan dengan ketaatan kepada agama, di samping juga banyak ahli hadis mendukung akan keahliannya.[8]
            Imam Ahmad berpulang ke Rahmatullah pada hari jum’at 241 H (855 M) di Baghdad dan di kebumikan di Marwaz. Sebagian ulama menerangkan bahwa di saat meninggalnya jenazahnya diantar oleh sekitar 800.000 orang laki-laki dan 60.000 orang perempuan dan suatu kejadian yang menakjubkan saat itu pula 20.000 orang dari kaum Nasrani, Yahudi dan majusi masuk agama islam. Makamnya paling sering dikunjungi orang.beliau meninggalkan dua orang putera : Shalih, menjabat qadhi di Isfahan ( w. 226 H), dan Abdullah (w. 22 Jumadil Awwal 270 H) yang konon ikut menambah isi kitab musnad tersebut.[9]


E.   Keterangan Hadis
      Dalam hadits diterangkan bahwa perumpamaan seorang mukmin itu seperti sepotong emas artinya bahwa menjadi seorang mukmin itu haruslah bisa menjadi orang yang dibanggakan. Dibanggakan karena dengan ujian yang dialami, kekuatan imannya semakin kokoh, seperti emas yang dipanaskan akan tetap terjaga kualitasnya. Kejujuran merupakan karakter yang selalu menyatu dengan kepribadiannya seperti emas yang ditimbang tidak akan berkurang.
            Dengan kata lain, emas itu tetap emas, kepribadiannya sebagai mukmin tidak akan berubah karena situasi dan kondisi meskipun berada di lingkungan kotor. Emas tetaplah emas, ini juga berarti seorang mukmin seharusnya bisa Istiqomah atau memiliki pendirian yang kuat dalam mempertahankan nilai-nilai Islam kemanapun ia pergi dan dimanapun ia berada dan bagaimanapun situasi dan kondisinya, ia tetap dalam keadaan bertaqwa kepada Allah.[10]

F.    Aspek Tarbawi

            Dari penjelasan di atas dapat kita ambil beberapa hal, yang dapat kita jadikan pegangan        hidup, diantaranya :
1.      Sebagai seorang muslim kita harus terus menambah keimanan kita
2.      Sebagai seorang harus mempunyai pedoman yang kuat
3.      Sebagai seorang muslim kita harus tetap pada pendirian kita, di mana pun itu dan dalam keadaan apapun.
4.      Jadilah seorang mukmin yang dapat dibanggakan.

Penutup

            Matahari, bulan, bintang, dan ciptaan-ciptaan Allah lainnya sesungguhnya adalah bukti betapa besar kekuasaan-Nya, sudah seharusnya sebagai muslim yang baik untuk merenungkan semua yang telah diciptakan Allah kepada kita, karena Allah menciptakan semua yang ada ini tidak ada yang tidak berguna. Dengan merenungkan atas kebesaran-Nya marilah kita menambah ketakwaan kita kepada Allah SWT

            Seorang Muslim yang baik diibaratkan seperti emas, Sampai saat ini emas merupakan batu mulia yang selalu dicari, disetiap sisi emas memberikan kebanggaan tersendiri bagi yang memakai dan melihatnya. Seorang muslim juga harus membanggakan diri, bangga sebagai seorang muslim yang baik, serta dapat dibanggakan bagi yang mengenalnya. Seorang muslim harus mempunyai pedoman yang kuat, harus bisa tetap pada pegangannya itu dimanapun ia berada.













Daftar Pustaka

                Assa’idi, Sa’dullah. Hadis-hadis Sekte, Yogyakarta:  Pustaka Pelajar, 1996

            Ash-Shalih, Subhi. Membahas Ilmu-ilmu Hadis, jakarta:  Pustaka Firdaus, 2009


            Hamid, Abdul. Imam Ahmad bin Hanbal, Jakarta: Pustaka Azzam, 2006

            Suparta, Munzier. Ilmu Hadis, jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002

                Abubakar, Bahrun. Tafsir Al-maragi, Semarang : PT. Karya Toha Putra, 1992
           
            Books.google.co.id









[1] Drs. Sa’dullah Assa’idi, Hadis-hadis Sekte, (Yogyakarta:  Pustaka Pelajar, 1996), hal.47
[2] Dr. Subhi ash-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu Hadis, (jakarta:  Pustaka Firdaus, 2009), hal.332
[3] Drs. Sa’dullah Assa’idi,  Op.cit. hal.48
[4] Dr. Subhi ash-Shalih, Op. Cit. hal.334

[5] Bahrun Abubakar, Tafsir Al-maragi,( Semarang : PT. Karya Toha Putra, 19992), hal.343
[6]  Abdul Hamid dkk, Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, (Jakarta : Pustakaazzam, 2006) hal. 70
[7] Munzier Suparta, Ilmu Hadis, (jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 235
[8]   Drs.Sa’dullah Assa’aidi, Hadis-hadis Sekte,Op. Cit,hal.54
[9] Munzier Suparta, Ilmu Hadis, Op. Cit, hal.234
[10] Books.google.co.id

21 komentar:

  1. 1. Sebagai seorang muslim kita harus terus menambah keimanan kita
    2. Sebagai seorang harus mempunyai pedoman yang kuat
    3. Sebagai seorang muslim kita harus tetap pada pendirian kita, di mana pun itu dan dalam keadaan apapun.
    4. Jadilah seorang mukmin yang dapat dibanggakan.

    PADA ASPEK TARBAWI DI ATAS
    bagaimana caranya agar kita dapat melakukan seperti itu?
    apakah kita harus tetap pada pendirian kita? sedangkan ada orang yg memberi masukan baik kepada kita?

    Khoirun Ikrom 2021111072 B

    BalasHapus
    Balasan
    1. berikut beberapa lagkah yg dpat dilakukan :
      - merenungkan atau memikirkan isi kandungan (Al Quranul Karim)dengan begitu Orang yang membaca, mentadabburi dan memperhatikan isi kandungan Al Quran akan mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang menjadikan imannya kuat dan bertambah.
      -Mengenal Al Asmaul Husna dan sifat-sifat Allah yang terdapat dalam Al Quran dan As Sunnah yang menunjukkan kesempurnaan Allah secara mutlak dari berbagai segi. Bila seorang hamba mengenal Rabbnya dengan pengetahuan yang hakiki, kemudian selamat dari jalan orang-orang yang menyimpang, sungguh ia telah diberi taufiq dalam mendapatkan tambahan iman. Karena seorang hamba bila mengenal Allah dengan jalan yang benar, dia termasuk orang yang paling kuat imannya dan ketaatannya, kuat takutnya dan muroqobahnya kepada Allah Ta’ala.
      -Memperhatikan siroh atau perjalanan hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yakni dengan mengamati, memperhatikan dan mempelajari siroh beliau dan sifat-sifatnya yang baik serta perangainya yang mulia.
      -Mempraktekkan (mengamalkan) kebaikan-kebaikan agama Islam.

      mksud dari kita harus tetap pada pendirian kita disini ialah kita harus tetap bertakwa kpda Allah SWT, kpan pun, di manapun kita berada jangan terpengaruh oleh godaan syetan.

      kita harus terima masukan itu, slama masukan itu baik dan berguna.

      Hapus
  2. Assalamu'alaikum....

    dalam keterngn hadits di atas dijelaskan bahwa dengan bitang-bintang kita bisa mengetahui jalan-jalan & arah-arah. bagaimana kronologinya sehingga bintang itu bisa dijadikan petunjuk?
    kemudian, apakah ada makna filosofis yng lain dari kata-kata dalam hadits (kemudian belajarlah dari bintang-bintang apa yang kamu dapatkan petunjuk dengannya di dalam kegelapan daratan dan lautan)?
    trims....

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikumsalam

      bintang-bintang dijadikan sebagai tanda/penunjuk arah ?
      Sebagaimana Allah SWT berfirman: “Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi agar bumi itu tidak goncang bersama kalian dan Dia menciptakan sungai-sungai dan jalan-jalan agar kalian mendapatkan petunjuk. Dan Dia ciptakan tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.” (An-Nahl: 15)
      Allah menjadikan tanda-tanda di bumi dan di langit bagi musafir sebagai penunjuk arah bagi mereka. Tanda-tanda di bumi seperti jalan-jalan dan gang-gang, demikian pula gunung-gunung. Tanda-tanda di langit berupa bintang, matahari, dan bulan. Orang-orang menjadikan bintang-bintang sebagai petunjuk/tanda bagi mereka ketika mereka melakukan perjalanan. Terlebih lagi di tengah lautan yang tidak bergunung dan tidak ada rambu-rambu. Demikian pula perjalanan di malam hari, dengan melihat bintang tertentu mereka jadi mengerti arah sehingga mereka bisa menuju arah yang mereka inginkan.
      “Dan Dia-lah yang menjadikan bintang-bintang untuk kalian agar kalian menjadikannya sebagai petunjuk dalam kegelapan di daratan dan di lautan.” (Al-An`am: 97)
      Maksudnya, dengan bintang-bintang tersebut kita dapat mengetahui arah tujuan kita (dalam perjalanan).

      makna filosofis yang lainnya yang saya tahu tidak ada...

      Hapus
  3. Nursalim, 2021111217
    , masih terkait pertanyaannya mas Hasan, yakni mengenai bintang di gunakan sbg petunjuk jalan dan arah, lantas bagaiamana kaitannya ilmu astronomi dg hadis ini?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ilmu astronomi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang keadaan di luar angkasa, salah satunya membahas tentang bintang.
      Sedangkan dalam hadits ini juga di jelaskan bahwa Allah-lah yang menjadikan untuk kalian bintang-bintang, sebagai petunjuk di daratan dan di lautan, apabila yang tersesat jalan atau bingung, sehingga di waktu malam kalian tidak mendapatkan petunjuk. Dengan bintang-bintang itu, kalian mengetahui jalan, lalu kalian menempuhnya dan selamat dari kesalahan dan kesesatan di daratan atau di lautan
      Kaitan antara ilmu astronomi dg hadits ini adalah
      bahwa ilmu yang mempelajari tentang benda luar angkasa ini memang berkaiatan erat atau sesuai antara isi hadits ini dengan ilmu astronomi. Dalam hadits ini di jelaskan bahwa dengan bintang dapat dijadikan penunjuk arah dikegelapan malam hari. Sedangkan dalam ilmu astronomi bintang itu dapat mengeluarkan cahaya yang sampai ke bumi. Dengan begitu cahaya tersebut dapat di jadikan penunjuk arah dikegelapan malam.

      Hapus
  4. dewi agus tini
    2021111075

    assalamualaikum,,,
    saya ingin bertanya, mohon jelaskann korelasi antara kedua hadist di atas dengan judul sosiologi, lunguistik, fisika ? kemudian dalam makalah diatas, maksud dari kegelapan bumi atau air itu bagaimana dan seperti apa?mohon dijelaskan,,,
    terimaksih,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumsalam

      korelasinya :
      dari kedua hadits di atas di jelaskan bahwa belajarlah dari nasabmu agar terus dapat menyambung tali persaudaraan kepada sesama muslim atau masyarakat serta belajarlah bahasa arab agar dapat mengetahui isi dari kitab Allah, serta belajarlah dari bintang bahwa bintang itu dapat dibanggakan karena keindahan maupaun di jadikan sebagai penunjuk arah di kegelapan malam, dan jadilah seorang mukmin yang kokoh imannya,tidak goncang oleh godaan-godan kapanpun & di manapun kita berada.


      yang dimaksud dengan kegelapan bumi atau air ?
      Allah-lah yang menjadikan untuk kalian bintang-bintang, sebagai petunjuk di daratan dan di lautan, apabila yang tersesat jalan atau bingung, sehingga di waktu malam kalian tidak mendapatkan petunjuk. Dengan bintang-bintang itu, kalian mengetahui jalan, lalu kalian menempuhnya dan selamat dari kesalahan dan kesesatan di daratan atau di lautan.
      Jadi cahaya bintang tersebut dapat dijadikan penunjuk arah, dengan begitu kita akan terhindar dari kesesatan di daratan atau di lautan pada malam hari

      Hapus
  5. Erni Mun Holifah
    2021111064
    Assalamu'alaikum...........
    Diterjemah hadits diatas bahwa: belajarlah dari nasabmu, kemudian apa hubungannya dengan astronomi dan fisika, jelaskan..............

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumsalam

      ”Belajarlah dari nasabmu apa yang dapat kamu sambung dengannya tali persaudaraanmu kemudian sempurnakanlah, dan belajarlah bahasa arab apa yang kamu ucapkannya kitab Allah kemudian sepurnakanlah, kemudian belajarlah dari bintang-bintang apa yang kamu dapatkan petunjuk dengannya di dalam kegelapan daratan dan lautan kemudian sempurnakanlah"

      dengan astronomi kita akan dapat mengetahui tentang luar angkasa, seperti bintang : cahaya bintang sampai ke bumi dengan cahaya bintang itu kita dapat mengetahui arah, dengan begitu akan terhindar dari kesesatan arah..serta sambunglah tali persaudaraan diantara kalian serta jadilah seorang mukmin itu seperti sepotong emas artinya bahwa menjadi seorang mukmin itu haruslah bisa menjadi orang yang dibanggakan. Dibanggakan karena dengan ujian yang dialami, kekuatan imannya semakin kokoh, seperti emas yang dipanaskan akan tetap terjaga kualitasnya. Kejujuran merupakan karakter yang selalu menyatu dengan kepribadiannya seperti emas yang ditimbang tidak akan berkurang.

      Hapus
  6. Nailis Suraya
    2021 111 068
    Assalamu'alaikm...
    Bagaimana pandangan anda tentang adanya ramalan perbintangan seperti zodiak, bolehkah kita mempercayai hal-hal seperti itu. tolong jelaskan.
    Trima ksh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikumsalam

      kita tidak boleh percaya dengan ramalan apa pun sprti zodiak. hukumnya haram karena termasuk syirik
      padahal bintang-bintang tidak ada hubungannya dengan nasib dan keberuntungan seseorang.
      percaya kepada kekuatan selain dari kekuatan Allah dalam bentuk apapun hukumnya haram dan termasuk dosa besar.

      beberapa faedah Allah menciptakan bintang :
      -“Sesungguhnya Kami menghiasi langit dunia dengan perhiasan bintang-bintang.” (Ash Shaffat: 6)

      - bintang-bintang dijadikan sebagai tanda/penunjuk arah
      Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi agar bumi itu tidak goncang bersama kalian dan Dia menciptakan sungai-sungai dan jalan-jalan agar kalian mendapatkan petunjuk. Dan Dia ciptakan tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.” (An-Nahl: 15)


      Hapus
  7. Mas Ifan saya hendak bertanya,,
    Mengenai tema astronomi diatas tentang bintang2, yang mana dulunya tu djdikan utk menetapkan waktu dan petunjuk arah, nha bgmna perkembangn ilmu perbintngan/astronomi sekarang? Apakah masih dimanfaatkan sprti zaman Arab dulu ataukah sudah berkembang pesat? Tolong jelaskan....!
    Anisa Amalia Zikrina
    2021111050
    B

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak anisa


      Memang pada masa dulu (primitif) , orang-orang Arab menentukan waktu dengan terbitnya bintang-bintang itu mereka memelihara waktu tahun dengan anwa’ , yaitu bintang-bintang, manzilah-manzilah bulan, pada waktu terbit dan terbenamnya.
      Bagi mereka, pengambilan petunjuk dengan bintang-bintang ada dua macam :
      1. Mengetahui waktu dari malam atau dari tahun.
      2. Mengetahui jalan-jalan dan arah-arah
      Sedangkan pada perkembangannya seperti masa sekarang, hal seperti itu jarang digunakan dalam keseharian , sebab penentuan waktu ataupun arah dengan cara lama itu, juga sangat bergantung pada keadaan cuaca, yang mana bila cuaca tidak mendukung maka susah digunakan cara ini.
      Dengan perkembangan dan kemajuan teknologi , banyak alat-alat yang canggih yang dibuat dan digunakan untuk dalam penentuan waktu dan arah. Seperti hal nya seperti arloji (jam tangan) dan kompas yang mudah di bawa serta mudah penggunaannya, dan tingkat keakuratannya dalam menunjukkan waktu dan arah.
      Namun hal itu tidak menutup kemungkinan juga, penggunaan cara sderhana itu dalam menentukan waktu dan arah dalam keadaan tertentu, misal seperti dalam penentuan awal atau akhir bulan Ramadhan. Dengan perhitungan-perhitungan tertentu.

      Hapus
    2. Ya terima kasih mas atas jawabannya
      Bisa sedikit saya tambahi, kadang seorang nelayanpun sering hidupnya di tengah laut yang tdk jelas arah mata anginnya, kebanyakan dari mereka melihat/mengamati rasi bintang2 yg di langit untuk menentukan mana arah mata angin, seperti kalo nggak salah rasi bintang pari, biduk, dlsb.

      Hapus
  8. ida syarifah rahmawati
    2021110015

    Bolehkah kita mempercayai ramalan2 para normal / orang pintar, untuk mengetahui barang / benda kita yang hilang??

    BalasHapus
    Balasan
    1. tidak boleh mbak yu....
      perbuatan itu termasuk pebuatan syirik.
      yang namanya percaya kepada kekuatan lain selain kekuatan dari Allah, itu hukumnya haram. dan termasuk dosa besar.

      Hapus
  9. nurhadi hidayat
    2021110038

    berkaitan dengan hadits no.35, dalam aspek tarbawi "Sebagai seorang muslim kita harus terus menambah keimanan kita" bagaimanakah apabila ada seorang muslim tidak menambah keimanan tetapi justru berbuat maksiat di dunia ini,,,?

    BalasHapus
    Balasan
    1. barang siapa yang menjalankan perintah Allah akan mendapatkan pahala, sedangkan jika melanggar perintah Allah akan mendapatkan dosa..

      maka seorang itu akan menerima akibat nya dari perbuatannya tersebut.

      yang pertama akibat di dunia(masyarakat) berupa :
      orang tersebut pastinya akan dijauhi oleh masyarat, orang-orang pasti akan menjauhi orang tersebut atas kemaksiatan yang dilakukannya, bila orang tersebut sudah melanggar ketentuan hukum di negaranya, orang itu dapat di penjara

      kedua dari Allah, diantaranya :
      -Maksiat Menimbulkan Jarak dengan Allah
      -Maksiat Memperpendek umur dan menghapus keberkahan
      -Maksiat menggelapkan hati
      - maksiat membuat sulit semua urusan kita
      -Para pelaku maksiat yang seperti itu akan menjadi para pewaris umat yang pernah diazab Allah swt
      -Maksiat melenyapkan nikmat dan mendatangkan azab.dll

      jadilah seorang muslim itu seperti sepotong emas artinya bahwa menjadi seorang mukmin itu haruslah bisa menjadi orang yang dibanggakan. Dibanggakan karena dengan ujian yang dialami, kekuatan imannya semakin kokoh, seperti emas yang dipanaskan akan tetap terjaga kualitasnya.

      Hapus
  10. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus