Laman

new post

zzz

Rabu, 27 Maret 2013

f7-1 nasrul kamal : alam raya & astronomi



MAKALAH
PERINTAH UNTUK MENGAMATI ALAM SEMESTA DAN ILMU ASRTONOMI

Disusun untuk memenuhi tugas:
Mata kuliah                 : Hadits Tarbawi II
            Dosen Pengampu          : Muhammad Hufron, M.S.I


 







Disusun Oleh :


NASRUL KAMAL
2021 111 247
Kelas F



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) PEKALONGAN

2013


PENDAHULUAN

Manusia sudah tidak asing lagi dengan yang namanya alam semesta. Alam semesta, merupakan suatu ruangan atau selungkup dengan bumi yang datar sebagai lantainya dan langit besert
bintang sebagai atapnya.
Apa yang ada di antara bumi dan langit, seperti udara, hujan, gunung, sungai, dan sebagainya itu adalah ciptaan Allah SWT.
Dan dalam makalah ini saya akan mencoba menjelaskan tentang perintah untuk mengamati alam raya, dan juga untuk menyadari bahwa Allah itu Maha Esa.




















PEMBAHASAN
TENTANG PERINTAH UNTUK MENGAMATI ALAM SEMESTA

A. Materi Hadits
عن ابي  ذر رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلي الله عليه وسلم : تفكّر فى خلق الله ولا تفكّرو فى الله فتهلكوا

B. Terjemah Hadits
Dari Abu Dzar ra. berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Berpikirlah kamu sekalian tentang yang di ciptakan Allah (makhluk-Nya Allah) dan janganlah kamu sekalian  memikirkan tentang dzat Allah, niscaya kamu sekalian akan binasa/celaka”.
C. Mufrodat
berfikirlah                         :
تفكّروا
pada ciptaan Allah           :
فى خلق الله
hancurlah                          :
فتهلكوا
D. Biografi Abu Dzar
Nama lengkapnya yang mashur ialah Jundub bin Junadah Al Ghifari dan terkenal dengan kuniahnya Abu Dzar.
Abu Dzar berasal dari suku Ghifar, Bani Ghifar adalah qabilah Arab suku badui yang tinggal di pegunungan yang jauh dari peradaban orang-orang kota. Lebih-lebih lagi suku ini terkenal sebagai gerombolan perampok yang senang berperang dan menumpahkan darah serta pemberani. Bani Ghifar terkenal juga sebagai suku yang tahan menghadapi penderitaan dan kekurangan serta kelaparan.[1][1]
Ia memeluk Islam dengan sukarela, ia salah satu sahabat yang terdahulu dalam memeluk Islam. Ia mendatangi Nabi Muhammad langsung ke Mekkah untuk menyatakan keislamannya.


Abu Dzar, sosok pria pemberani yang bila meyakini kebenaran sesuatu perkara, dia tidak akan peduli menyatakan keyakinannya di hadapan siapapun meskipun harus menghadapi resiko seberat apapun. Dan apa yang dihadapinya, tidak menciutkan nyalinya untuk mengulang proklamasi keimanannya di depan Ka’bah menantang para dedengkot kafir Quraisy.
Dia dikenal sangat setia kepada Rasulullah. Kesetiaan itu misalnya dibuktikan sosok sederhana ini dalam satu perjalanan pasukan Muslim menuju medan Perang Tabuk melawan kekaisaran Bizantium. Karena keledainya lemah, ia rela berjalan kaki seraya memikul bawaannya. Saat itu sedang terjadi puncak musim panas yang sangat menyayat.
Dia keletihan dan roboh di hadapan Nabi SAW. Namun Rasulullah heran kantong airnya masih penuh. Setelah ditanya mengapa dia tidak minum airnya, tokoh yang juga kerap mengkritik penguasa semena-mena ini mengatakan, "Di perjalanan saya temukan mata air.
Setelah wafatnya Rasulullah SAW. Abu Dzar cenderung menyendiri. Tampak benar kesedihan pada wajahnya. Dia adalah orang yang keras, tegas, pemberani, dan sangat kuat berpegang dengan segenap ajaran Nabi Muhammad SAW disamping kebenciannya kepada segala bentuk kebid’ahan (yakni segala penyimpangan dari ajaran Nabi SAW). Dia adalah orang yang penyayang terhadap orang-orang lemah dari kalangan faqir dan miskin. Abu Dzar Al Ghifary, sahabat setia Rasulullah itu, mengabdikan sepanjang hidupnya untuk Islam.[2][2]

E. KETERANGAN HADITS                                     
 (تفكروا في خلق الله )  artinya “Berpikirlah kamu sekalian tentang yang di ciptakan Allah (makhluk-Nya Allah).
Maksudnya adalah bahwa kita sebagai makhluk Allah dianjurkan untuk berfikir tentang makhluk-makhluk Allah yang diketahui oleh hamba-hamba Allah secara global, bukan secara terperinci seperti langit dengan bintang-bintangnya, bumi dengan apa yang ada di dalamnya seperti gunung, sungai, hewan dan tumbuhan, laut, dan sebagainya, dan apa yang ada di antara bumi dan langit, seperti udara, hujan, dan lain sebagainya.


Ciptaan-ciptaan-Nya dapat memberikan petunjuk kepada hamba-hamba-Nya, menunjukkan atas keagungan dan kebesaran Allah.
( ولا تفكروا في الله فتهلكوا ) artinya “dan janganlah kamu sekalian  memikirkan tentang dzat Allah, niscaya kamu sekalian akan binasa/celaka”.
            Menurut Ibnu Arobi, kemampuan akal manusia itu sangat terbatas.[3][3]

F. ASPEK TARBAWI
Aspek Tarbawi dari hadits ke 32 ini adalah, bahwa kita sebagai manusia di perintahkan untuk berpikir tentang segala sesuatu yang telah Allah ciptakan. Kita juga harus sadar bahwa Allah itu maha Agung.
Dan juga kita harus bisa berpikir tentang makhluk-makhluk Allah, seperti langit-langit,  bintang-bintang, perubahan dan perputaranya dalam terbit dan terbenamnya, dan bumi terdapat sesuatu di dalamnya dari gunung-gunungnya, sungai dan lautnya, hewan dan tumbuh-tumbuhannya dan diantara keduanya, mendung, hujan, petir dan halilintar. Itu semua menunjukan atas keagungan dan kebesaran Allah, dan yang terperinci itu panjang.
Sebagai manusia seharusnya kita tidak memikirkan akan Dzat Allah, karena akal manusia itu sangatlah terbatas dan tidak akan sampai jika untuk memikirkan dzat Allah.













PENUTUP

Alam semesta atau jagat raya adalah suatu ruangan yang maha besar yang di dalamnya terdapat berbagai macam peristiwa yang dapat diungkapkan manusia maupun yang tidak dapat diungkap oleh manusia.
Dalam makalah ini sudah di jelaskan, bahwa kita sebagai makhluk Allah harus bisa berpikir bahwa Allah itu yang menciptakan alam semesta ini beserta seluruh isinya. Allah itu Maha Esa, dan karena ciptaan-ciptaanNya itu yang menunjukkan keagungan Allah.













DAFTAR PUSTAKA

Imam Nawawi. 2003. Faidhul Qodir. Juz 3. Mesir. Maktabah
















PEMBAHASAN
TENTANG ILMU ASRTONOMI



A. Materi Hadits

عن بن ابي اوفى قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ( ان خيارعباد الله الدينيراعون الشمس والقمر والنجوم والاظلة لدكراله عزوجل) تفرد به عبد الجباربن العلاءباسناده هكداوهوثقة[4][1]

B. Terjemah Hadits

             Dari ibni Abi Aufa berkata, Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya sebaik-baik hamba Allah yaitu orang-orang yang meneliti, mengamati matahari, rembulan, bintang, dan awan (mengintai masuknya wakyu) untuk mengingat Allah ( karena untuk berdzikir kepada Allah)”.



C. Mufrodat ( Penggalan Kata)

خيار             = Terbaik                                                      

عبادالله           = Hamba Allah

يراعون         = Orang-orang yang meneliti

الشمس         = Matahari

القمر            = Bulan          

النجوم          = Bintang

الاظلة           = Awan

لدكرالله           = Untuk mengingat Allah



D. Biografi Perawi

            Ibnu Abi Aufa adalah Abdullah[5][2]. Nama lengkapnya Abdullah bin Abu Aufa Al-Islami dijuluki dengan Abu Muawiyah, Shahabat yang ikut dalam perdamaian Hudaibiyah dan peristiwa-peristiwa lainnya ini berdomisili di kota Madinah sampai Rasulullah wafat, setelah itu beliau pindah ke kota Kuffah. Dialah shahabat yang terakhir meninggal disana.[6][3]

E. Keterangan Hadits

            Sohibul Burhan berkata, didalam menjaga beberapa perkara itu ada dhohir dan batin. Adapun yang dhohir ialah melihat dengan panca indra mata didalam terbitnya, tengahnya, terbenamnya, berubahnya. Ketika kamu berangan-angan maka ia akan mengingat Allah dan mensucikannya serta mengagungkannya dengan nyata, apalagi ketika Allah menerbitkannya atas rahasia nafilahnya ( matahari dan lain-lain) dan pekerjaannya, setengah dari condong pada ( matahari dan lain-lain) yang menujukan beberapa hukum Qudrat azali didalam penciptaan yang tertib atas beberapa sebab. Seorang laki-laki datang kepada ku, dia berkata “saya menghendaki keluar untuk berdagang, adahal bulan ini akhir dari bulan Qomariah”, kemudian Sohibul burhan berkat : “kamu menghendaki jika Allah melebur daganganmu? Hadapkanlah bulan dengan keluar.” Al-khakim berkata: sohih. Adzahibi mengakuinya, Al-haitsami berkata: “Para perawi Thobroni semuanya kuat hapalannya, al-mandziri berkata: hadits itu diriwayatkan Ibnu Syahih.[7][4]

Keberadaan benda-benda langit misalnya seperti matahari dan bulan mempunyai banyak manfaat diantaranya yaitu sebagai penentu waktu dalam Islam:

1.Matahari sebagai penentu awal waktu shalat

            Dalam waktu pelaksanaan shalat perlu ada ketegasan lebih lanjut untuk memudahkan orang muslim mengerjakan kewajiban shalat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya pada saat awal waktu Maghrib, matahari benar-benar sudah masuk di ufuk sebelah barat, dan mega merah mulai kelihatan,dll.[8][5]

2.Bulan sebagai penetap awal bulan Qomariyah (Hisab)

            Hisab adalah penetapan awal bulan Qamariyah yang didasarkan pada perhitungan peredaran bulan mengelilingi bumi. Sistem ini dipergunakan untuk menetapkan awal bulan jauh sebelumnya, sebab tidak tergantung pada terlihatnya hilal pada saat matahari terbenam menjelang masuknya bulan baru.[9][6]








F. Kandungan Aspek Tarbawi
           
Dari hadits di atas aspek tarbawi yang terkandung adalah:
  1. Segala sesuatu yang Allah ciptakan pasti ada manfaatnya.
  2. Orang yang berakal adalah orang-orang yang senantiasa menggunakan akalnya untuk    memikirkan hasil ciptaan Allah.
  3. Dengan selalu merenungi keajaiban alam maka kita akan selalu ingat kepada zat penciptanya yaitu Allah SWT, dan tentunya dengan demikian akan meningkatkan ketakwaan kita kepada-Nya.
  4. Hamba Allah yang terbaik adalah orang-orang yang senantiasa mentafakuri alam.



























BAB III

PENUTUP



            Matahari, bulan, bintang, dan ciptaan-ciptaan Allah lainnya sesungguhnya adalah sesuatu yang harus dijadikan bahan renungan bagi kita semua, karena pada dasarnya hanyalah orang-orang berakal yang mau menggunakan akalnya untuk memikirkan hal-hal yang demikian, sehingga dengan seperti itu akan meningkatkan ketakwaan kita kepada zat penciptanya, sesungguhnya orang-orang terbaik disisi Allah lah yang mau merenungkan segala ciptaan Allah.

            Dari penjelasan makalah di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hadits yang saya bahas mengandung nilai tarbawi yang pada intinya semakin sering seseorang memikirkan/ merenungkan segala sesuatu yang ada di sekitarnya, maka akan semakin meningkat ketakwaannya terhadap Allah SWT





















DAFTAR PUSTAKA

Ahmad,Syehabuddin bin Ali bin Khajar al-Askolani. 1995. al kitab Tahdibuttahdib jilid   X. Tanpa kota: Darul fikri.

Muslih,M.Husein. 2008. Matahari,Ka’bah dan Bulan. Tanpa kota: Tanpa penerbit.

Tanpa nama pengarang. 1938. Al kitab Faidlul Qadir juz X no.2268. Tanpa kota: Muktabah Mashor.

Abihumaid.wordpress.com/2011/01/21/abdullah-bin-abu-aufa-wafat-86-h/















[3][3] Imam Nawawi, Faidhul Qodir, Maktabah, Mesir, juz 3, hal 338
[4][1] Al kitab faidlul qadir juz 2 no.2.268,(Muktabah mashor,1938),hal.579
[5][2] Syehabuddin ahmad bin ali bin khajar al-askolani,al kitab Tahdibuttahdib jilid X,(Darul fikri,1995),hal.320
[6][3] Abihumaid.wordpress.com/2011/01/21/abdullah-bin-abu-aufa-wafat-86-h/
[7][4] Al kitab faidlul qadir,loc.cit.,
[8][5] M.Muslih Husein,Matahari,Ka’bah dan Bulan,(2008),hal.1-3
[9][6] M.Muslih Husein,op.cit.,hal.28

10 komentar:

  1. Assalamualaikum
    Subur Mukti Wibowo (2021111063)
    F
    Bagaimana tanggapan pemakalah tentang fenomena alam yang sekarng ini semakin mengkhawatirkan, seperti menipisnya lapisan ozon dll yang semua itu karna ulah manusia dan bagaimana tanggapan anda apabila ada seorang ilmuan yang mencetuskan teori tentang alam jagad raya ini yang bertentangan dengan al quran dan hadits...
    Wassalam.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikum salam mas bowo yang sangat polos dan baik hati, terimakasih atas pertanyaanya.......
      menurut pendapat saya tentang hal tersebut, itu boleh-boleh saja asalkan hal tersebut memberikan kemanfaatan pada manusia...... dalam keterangan firman Allah diterangkan bahwa Allah tidak akan merubah nasib seseorang jika manusia itu tidak berusaha merubah nasibnya sendiri.....
      dari firman Alllah tersebut sudah dapat disimpulkan bahwa memang sudah ada kehendak Allah mengenai keadaan alam pada saat ini, tapi sebagai manusia kita untuk selalu berusaha menghindari hal tersebut dan bukan pasrah, karena pasrah yang dimaksud itu bukan kita diam saja ketika akan tertimpa bencana.sebagai contoh ketika ada batu yang ditakdirkan jatuh dari tebuing dan akan mengenai kita, apakah kita harus diam saja karena batu tersebut yang menggerakan adalah Allah? tentu tidak kan.... tentu kita akan berusaha menghindar dari batu tersebut agar tidak mengenai kita.dalam firman Allah dijelaskan.....
      “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS Al-Ra’d [13] ayat 11)

      Hapus
  2. Ups Lupa,,,,Satu lagi bagaimana pendapat anda tentang UFO? yang sekarang ini menjadi perdebatan para ahli astronomi,,,,
    tolong jelaskan, kalau bisa dijelaskan sesuai al quran dan hadits

    BalasHapus
    Balasan
    1. pertaanya anda itu harusnya dipikir-pikir lagi, anda bertanya seperti halnya anda tidak pernah belajar tentang agama.....dari jaman dahulupun tidak ada hadis yang menjelaskan tentang hal tersebut, dan nabipun tidak pernah menceritakan tentang uvo.
      kan sudah sangat jelas diterangkan bahwa Allah itu hanya menurunkan makhluknya dibumi.....apa mungkin Allah itu berdusta dan tiba-tiba menurunkan makhluknya diplanet lain?
      sudah sangat dijelaskan dalam surat adz zariyat.
      Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Adz Zaariyat 56). Jadi kalo bukan manusia ya jin (kebanyakan ngomong gini)

      Hapus
    2. sungguh pertanyaan anda itu septi halnya anda bukan orang yang berpendidikan ......sepetinya sia-sia orang tua anda menyekolahkan anda selama ini...apakah anda tidak bisa memakai bahasa indonesia yang baik dan benar?
      baik akan saya jawab pertanyaan anda... menuut saya, belum tentu uvo itu jin, karena belum ada keterangan yang jelas dan dapat dipercaya tentang keberadaan uvo....tapi bisa saja hal itu terjadi, artinya jin yang menyerupai makhluk lain dan menempati planet lain, karena jin kan juga rdapat terbang ke alam lain. dan jin juga bisa saja melakukan hal tersebut agar menjadi fitnah serta perdebatan dikalangan manusia.

      Hapus
  3. sopi yudin
    2021 111 134

    assalamu'alaikum Wr, Wb ??
    saya mau tanya adakah makhluk di luar angkasa (planet selain bumi)? ada dan tidaknya mohon di terangkan ya mz ?
    bagaimana cara kita untuk memahami dan mengambil ilmu-ilmu atau pengatahuan dari alam raya ini ? terimakasih ?

    wassalamu'alaikum Wr, Wb??

    BalasHapus
    Balasan
    1. wa'alaikum salam mas udin.....
      dari pertanyaan anda hampir mirip dengan pertanyaanya mas bowo diatas......
      menurut pendapat dan sepaham saya bahwa tidak ada makhluk lain yang menghuni planet-planet selain manusia dibumi.....karena Allah sendiri berfirman bahwa Allah itu menurunkan manusia ke bumi sebagai kholifah dibumi dan tidak ada keterangan dalam Al qur'an ataupun hadist yang menjelaskan bahwa Allah menurunykan makhluknya diplanet lain.

      Hapus
  4. kang JIHAD S.Y
    2021 111 250
    assalamualek,,,, ya shohiby

    sedikit merespon dari pada makalah anda. maka kami mhon keterangan masalah apakah ketika kita berfikir seperti itu dapat dinilai ibadah?
    tsumassalam,,..?

    syukron

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumalam ya sohiby,,
      menurut sepengetahuan saya ibadah itu bukan hanya saja solat ataupun puasa, melainkan juga memikirkan tentang ciptaan allah, ketika kita memikirkan tentang ciptaan allah akan timbul pada pemilkiran kita bahwa allah itu maha segalanya yang mampu menciptakan alam seisinya dari situ akan menambah rasa keyakinan kita terhadap allah swt.
      dijelaskan dalam hadis
      Berfikirlah kalian tentang nikmat Allah, dan janganlah kalian memikirkan tentang (dzat) Allah (HR. Thabrani dan Baihaqi).
      Semakin manusia tafakkur atas semua ciptaan Allah swt maka merasa sebagai makhluk yang lemah dan makin yakin keagungan Allah swt, sehingga makin takut dan ta’at beribadah kepada-nya.

      Hapus