ILMU
TENTANG ATURAN DAN HUKUM
“HADITS
TENTANG BERFIKIR DAN BERJUANG UNTUK RAKYAT”
Disusun guna memenuhi
tugas :
Mata
Kuliah : Hadits Tarbawi II
Dosen
Pengampu : Muhammad Hufron, M.S.I
Oleh:
CHABIBAH ILLIYIN
NIM. 2021111117
Kelas C
JURUSAN TARBIYAH / PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2013
PENDAHULUAN
Hadits
merupakan sumber hukum Islam setelah Kitab suci al-Qur’anul Karim, posisinya
sangat penting sekali, karena sebagai penjelas, penguat, dan penafsir dari
Al-Qur’an.
Agama
Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad Saw, datang tidak hanya membawa aqidah
keagamaan atau ketentuan moral dan etika yang menjadi dasar masyarakat
semata-mata. Akan tetapi Islam juga membawa syariat yang jelas mengatur
manusia, perilakunya dan hubungan antara satu dengan lainnya dalam segala
aspek: bak bersifat individu, keluarga, maupun hubungan individu dengan
masyarakat.
Sebenarnya
Islam telah membawa ketentuan syariat yang menjadi tuntunan otomatis bagi
kepentingan terwujudnya suatu umat dan negara berdasarkan prinsip-prinsip yang
rasional dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dalam
makalah ini akan membahas hadits tentang pemimpin yang berfikir dan berjuang
untuk rakyat sehingga mampu mensejahterakan kehidupan umat.
PEMBAHASAN
Pada
hakikatnya setiap manusia adalah seorang pemimpin dan setiap orang akan
dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Manusia sebagai pemimpin
minimal harus mampu memimpin dirinya sendiri.
1. Sanad dan Matan Hadist tentang Berfikir
dan Berjuang untuk Rakyat
أن عبيد الله
بن زياد عاد معقل بن يسار في مرضه فقال له معقل اني محدثك بحديث لولا اني في
الموتي لم احدثك به سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : {مَا مِنْ أَمِير
يَلِي أَمْر الْمُسْلِمِينَ ثُمَّ لَا يَجْهَد لَهُمْ وَيَنْصَح إِلَّا لَمْ
يَدْخُل مَعَهُمْ الْجَنَّة}[1]
(رواه مسلم)
Sesungguhnya Ubaidillah bin Ziad menjenguk Ma’qil bin Yasar dalam sakitnya kemudian Ma’qil
berkata kepadanya: “aku akan membacakan hadits ku kepadamu, seandainya jika aku
tidak akan meninggal maka aku akan tidak membacakan hadits ini kepadamu. Aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda: tidaklah seorang pemimpin yang memimpin perkara orang
muslimin kemudian dia tidak bersungguh-sungguh dan tidak berbuat baik kepada
mereka kecuali dia tidak akan masuk surga bersama mereka” H.R. Muslim
2.
Makna mufrodat
أَمِير : Seorang
pemimpin
لَا يَجْهَد : tidak
brsungguh-sungguh
وَيَنْصَح : dan berbuat
baik
الْجَنَّة : surga
3.
Biografi Perawi
a.
Biografi ‘Ubaidillah bin Ziad
‘Ubaidillah bin Zaid
merupakan seorang gubernur di Basrah pada masa pemerintahan dinasti Umayyah,
beliau diangkat menjadi seorang gubernur oleh khalifah Muawiyyah untuk
memperkuat posisi khalifah dalam mengendalikan pemerintahan hingga wafatnya
Muawiyyah tahun 680.[2]
b.
Biografi Imam Muslim
Nama lengkap beliau adalah Abu al Husein bin Al Hajjaj bin Muslim al
Qusyairi an-Naisaburi, lahir pada tahun 204 H.[3]
Keramahannya kepada orang lain membuat dirinya sebagai pedagang yang
sukses, Ia di kenal sebagai dermawan Naisabur. Seperti pada umumnya Ulama’ lain
Ia belajar semenjak kecil, tahun 218 H pelajaran di mulai dari kampung
halamannya dihadapan para Syeikh disana, hampir semua negeri pusat kajian
hadist tidak luput dari persinggahannya, seperti, Irak atau baghdad, Hijaz,
mesir, Syam, dan lain-lain.[4]
Beliau meriwayatkan hadist dari Yahya ibn Yahya an Naisabury, Ahmad bin
Hambal, Ishaq ibn Rawaih dan Abdullah ibn Maslamah al Qa’naby, Al Bukhori, dan
lain-lain.[5]
Ada lebih dari dua puluh buku telah di tulis oleh Imam Muslim. Yang
terkenal adalah Shahih Muslim, di dalam kitab Shohih Muslim terdapat 3.030
hadis (tidak termasuk di dalamnya yang di tulis berulang-ulang), jumlah hadist
seluruhnya ada lebih kurang 10.000 buah.
Salah satu hadis yang di riwayatkan oleh Imam Muslim adalah hadist
tentang pemimpin yang befikir dan berjuang untuk rakyat, yang di tulis oleh Yahya
ben Saraf al-Nawawi Dalam kitab Shohih
Muslim Bisarh al-Nawawi, jilid.2, كتاب الإيمان, باب استحقاق الوال العاش
لرعـيـة الناس
Dengan sebutan Shahih Muslim, penulisan bermaksud menjamin bahwa semua
hadist yang terkandung di dalamnya shohih.[6]
Imam Muslim wafat pada
tanggal 26 Rajab 261 H, di dekat naisabur.[7]
4.
Keterangan Hadist
Dari hadist yang diriwayatkan Imam Muslim di atas menjelaskan tentang
pemimpin yang tidak masuk surga, dengan pentakwilan: pendapat pertama, bermakna
mustahil (tidak akan mungkin masuk surga), pendapat kedua mempunyai makna di
cegah (tidak akan masuk surga dengan orang-orang yang masuk surga), yaitu masuk
surga bersama para Nabi dan Syuhada’.
Hadits tersebut juga memberikan peringatan bahwa seorang pemimpin itu
akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah SWT atas apa yang telah
dipimpinnya, sehingga seorang pemimpin seharusnya bisa memperhatikan nasib dan
kemaslahatan rakyatnyabaik urusan dunia maupun akherat.
Jika seorang pemimpin menghianati amanat tersebut maka kepemimpinannya
tidak akan dianggap bersih sehingga kelak akan dimintai pertanggung jawabannya.[8]
Dalam kaitannya didunia kepemimpinan (khilafah), pemimpin yang baik
ialah apabila Ia mampu menjalankan amanat (tanggung jawab) dengan semangat
amanah yang di landasi dengan keikhlasan dan nilai-nilai keadilan.
jika pemimpin tidak memiliki sifat amanah, tentu yang terjadi adalah
penyalahgunaan jabatan dan wewenang untuk hal-hal yang tidak baik. Oleh karena
itu, kepemimpinan sebaiknya tidak dilihat sebagai fasilitas untuk menguasai,
tetapi justru dimaknai sebuah pengorbanan dan amanah yang harus diemban
sebaik-baiknya.
Dalam
pandangan Islam kepemimpinan tidak jauh berbeda dengan model kepemimpinan pada
umumnya, karena prinsip-prinsip dan sistem-sistem yang digunakan terdapat
beberapa kesamaan. Kepemimpinan dalam Islam pertama kali dicontohkan oleh
Rasulullah SAW, kepemimpinan Rasulullah tidak bisa dipisahkan dengan fungsi
kehadirannya sebagai pemimpin spiritual dan masyarakat. Prinsip dasar
kepemimpinan beliau adalah keteladanan. Dalam kepemimpinannya mengutamakan
uswatun hasanah pemberian contoh kepada para sahabatnya yang dipimpin.
Rasulullah memang mempunyai kepribadian yang sangat agung.[9]
Dalam politik Islam, Kepala Negara (pemimpin) adalah pemegang kekuasaan
dalam negara, jabatan ini di maksudkan agar dapat mengatur umat dengan hukum
Allah dan syari’atNya serta membimbing kepada kemaslahatan dan kebaikan,
mengurus kepentingan dengan jujur dan adil serta memimpinnya kearah kehidupan
mulia dan terhormat.[10]
Usaha yang dilakukan oleh seorang pemimpin dalam berfikir dan berjuang
untuk rakyatnya yaitu dengan cara melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai
kepala negara dengan sebaik-baiknya.
Kaidah umum yang ditetapkan
oleh shariat Illahi maupun hukum duniawi adalah bahwa setiap hak harus
diimbangi dengan kewajiban, jadi seseorang tidak dapat menuntut haknya sebelum
melaksanakan tugas dan memenuhi kewajibannya.[11]
Adapun kewajiban-kewajiban
kepala negara adalah:
a.
Menegakkan agama, menjelaskan hukum dan pengajarannya, kepada seluruh
umat.
b.
Mengatur kepentingan negara sesuai dengan ketentuannya, sehingga
membawa kebaikan bagi individu maupun jama’ah, kedalam ataupun ke luar.[12]
Sedangkan hak-hak kepala
negara yaitu: ditaati dalam hal yang baik, mendapatkan bantuan dalam hal-hal
yang diperintahkan, mendapatkan hak finansial yang mencukupi diri dan
keluarganya secara tidak berlebihan.
Dalam hal ini al-Mawardi
mengatakan bahwa apabila imam atau kepala negara telah melaksanakan
kewajiban-kewajiban kepada umat, berarti ia telah menunaikan hak Allah
berkenaan dengan hak dan tanggung jawab umat, dan saat demikian imam mempunyai
dua macam hak terhadap umat, yakni hak ditaati dan hak di bela selama imam
tidak menyimpang dari garis yang telah di tetapkan.[13]
5.
Aspek
Tarbawi
Dari hadis
diatas dapat kita ambil pelajarannya sebagai berikut:
a. Memberikan
pengertian yang baik dan benar kepada mahasiswa sehingga mampu menjadi pemimpin
masa depan yang beriman, bertaqwa serta berilmu pengetahuan tinggi.
b. Menumbuhkan
sikap kepemimpinan yang memiliki integritas tinggi yang meneladani teladan
Rasulullah Saw.
c. Menumbuhkan
sikap amanah pada diri individu sebagai khalifah di muka bumi ini sehingga
terciptanya kehidupan yang aman dan sejahtera.
d. Mengetahui dan
mengerti pentingnya berfikir dan berbuat
baik kepada rakyat sebagai seorang pemimpin sehingga mampu memberikan manfaat
atau kontribusi untuk kemajuan umat.
KESIMPULAN
Dari hadist yang diriwayatkan Imam Muslim di atas menjelaskan tentang
pemimpin yang tidak masuk surga, dengan pentakwilan: pendapat pertama, bermakna
mustahil (tidak akan mungkin masuk surga), pendapat kedua mempunyai makna di
cegah (tidak akan masuk surga dengan orang-orang yang masuk surga), yaitu masuk
surga bersama para Nabi dan Syuhada’.
Dalam kaitannya didunia kepemimpinan (khilafah), pemimpin yang baik
ialah apabila Ia mampu menjalankan amanat (tanggung jawab) dengan semangat amanah
yang di landasi dengan keikhlasan dan nilai-nilai keadilan.
jika pemimpin tidak memiliki sifat amanah, tentu yang terjadi adalah
penyalahgunaan jabatan dan wewenang untuk hal-hal yang tidak baik.
Usaha yang dilakukan oleh
seorang pemimpin dalam berfikir dan berjuang untuk rakyatnya yaitu dengan cara
melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai kepala negara dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR
PUSTAKA
Darr
al Bazz, team. 2007. Syarah Hadits Qudsi.
Jakarta:Pustaka Azzam.
Hasbi
ash Shiddieqy, Muhammad. 1999. Sejarah
dan Pengantar Ilmu Hadis. Semarang:Pustaka Riski Putra.
Muhibbin.
1996. Hadis-Hadis Politik.Yogyakarta:Pustaka
Pelajar Offset.
Saraf
al-Nawawi, benYahya. 2010. Shohih Muslim
Bisarh al-Nawawi. Lebanon:Dar al-Katob al-Ilmiyah.
Zuhri,
Muhammad. 2011. Hadis Nabi Telaah dan
Metodologis. Yogyakarta:Tiara Wacana.
http://seputarbiografi.blogspot.com/2010/12/khalifah-dinasti-umayyah-ketika.html.
Diakses, 13 Februari 2013.
http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/pengertian-kepemimpinan-menurut-islam.html,
Diakses, 14 Februari 2013.
[1] Yahya ben Saraf
al-Nawawi, Shohih Muslim Bisarh
al-Nawawi, jilid.2, (Lebanon:Dar al-Katob al-Ilmiyah, 2010), hlm. 142.
[2] http://seputarbiografi.blogspot.com/2010/12/khalifah-dinasti-umayyah-ketika.html. Diakses, 13 Februari
2013.
[3] Team Darr al Bazz, Syarah Hadits Qudsi, cet.4, (Jakarta:Pustaka
Azzam, 2007), hlm.19
[4] Muhammad Zuhri, Hadis
Nabi Telaah dan Metodologis, Cet.III (Yogyakarta:Tiara Wacana, 2011), hlm.
171.
[5] Muhammad Hasbi ash
Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu
Hadis, cet.4, (Semarang:Pustaka Riski Putra, 1999), hlm.296.
[6] Muhammad Zuhri, op.cit,
hlm.172.
[7] Ibid, hlm.171.
[9] http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/pengertian-kepemimpinan-menurut-islam.html, Diakses 14 Februari
2013.
[10] Muhibbin, Hadis-Hadis Politik, cet.I,
(Yogyakarta:Pustaka Pelajar Offset, 1996), hlm.30.
[11] Ibid, hlm.31.
[12] Ibid, hlm.32.
Dewi Suryani 2021 111 093
BalasHapusAssalamu'alaikum wr.wb
Dari hadist yang diriwayatkan Imam Muslim di atas menjelaskan tentang pemimpin yang tidak masuk surga, dengan pentakwilan: pendapat pertama, bermakna mustahil (tidak akan mungkin masuk surga), pendapat kedua mempunyai makna di cegah (tidak akan masuk surga dengan orang-orang yang masuk surga), yaitu masuk surga bersama para Nabi dan Syuhada’. Yang ingin saya tanyakan seorang pemimpin sekarang seperti presiden tidak sesuai dengan janji-janjinya terhadap rakyat kecil dan pertanggung jawabannya masih kurang lalu apakah presiden tsb bisa masuk surga. karena kita sebagai rakyat kecil mudah dibodohi oleh rakyat besar. trimsss
Wassalamu'alaikum wr.wb
Waalaikumsalam wr.wb
HapusTerimakasih atas pertanyaannya
kalau saya ditanyai apakah pemimpin itu masuk surga atau tidak, menurut saya semua itu adalah Hak Allah SWT yang tidak dapat diketahui oleh manusia biasa, Allah pasti memberikan Rohmah & RokhimNya kepada siapa saya yang dikehendaki, jika kita kaitkan dengan pentakwilan pendapat pertama maka seorang tersebut tidak layak untuk masuk surga sama sekali, sedangkan pendapat kedua memberikan pendapatnya kalau pemimpin itu bisa masuk surga akan tetapi didalam surga kelak tidak bersama dengan para Nabi & Syuhada'.
Wallahua'lam
amilatun istiqomah 2021111100
BalasHapusassalamu'alaikum,,,
mo tanya mb cably,, pemimpin seperti apa yang pas atau cocok untuk memimpin negara kita yang keadaannya seperti ini.
mkshhhhhhh
wassalamu'alaikum
Waalaikumsalam
HapusTerimakasih atas pertanyaannya,,,,,,,,
Menurut pendapat saya pemimpin yang dibutuhkan dinegara kita saat ini yaitu pemimpin yang bertaqwa kepada Allah SWT yang mana pemimpin tersebut
akan selalu menjalankan perintah Allah SWT dan akan selalu menjauhi segala laranganNya, karna Taqwa tersebut mencakup sikap adil, bijaksana, jujur & tanggung jawab, sehingga pemimpin tersebut akan melaksanakan amanah yang di embannya dengan baik dan benar tanpa ada penyelewengan atas kepemimpinannya.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNur Faizatul Khaeriyah
BalasHapus2021 111 111
C
Assalamualaikum umi....
mau tanya dunk... pada aspek tarbawi kan dituliskan bahwa Memberikan pengertian yang baik dan benar kepada mahasiswa sehingga mampu menjadi pemimpin masa depan yang beriman, bertaqwa serta berilmu pengetahuan tinggi. nah,,, caranya bagaimana mi..??? agar mampu menjadi pemimpin masa depan yang beriman, bertaqwa serta berilmu pengetahuan tinggi.? makasih umi...
wassalam... :)
Waalaikumsalam
HapusTerimakasih atas pertanyaannya...
Kalau menurut saya, cara menjadi pemimpin masa depan yang beriman, bertaqwa dan berilmu pengetahuan tinggi itu dengan kita beriman terlebih dahulu, yaitu sebuah kepercayaan yang tidak hanya di ucapkan dengan lisan saja, tetapi kita harus bisa membenarkan dengan hati & melaksanakan dengan wujud tindakan yang nyata, jika kita mengetahui yang bathil itu untuk ditinggalkan & yang baik itu untuk dilakukan maka lakukanlah dengan hati yang ikhlas & dengan penuh tanggung jawab, sedangkan cara bertaqwa yaitu dengan kita amar ma'ruf nahi mungkar, yang terakhir cara menjadi orang yang berilmu pengetahuan tinggi dengan kita bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu sehingga apa yang kita dapatkan akan menjadi manfaat buat diri kita sendiri dan bagi orang lain, dengan kita memiliki kesemuanya itu maka kelak kita akan menjadi seorang pemimpin masa depan yang selalu berjuang & berfikir untuk kemajuan & kesejahteraan rakyat karna sejatinya Kehidupan di dunia ini adalah nyata tetapi fana, segala sesuatu yang ada di dunia ini akan hilang, musnah, rusak dan mati kecuali amaliah kita semasa hidup di dalamnya yang akan diminta pertanggunjawabannya oleh Dzat Yang Maha Adil Allah SWTdi yaumil hisab kelak.
Hasan Basri (2021 111 241) C
BalasHapusassalamu'alaikum mba
bagaimana tanggapan anda tentang keaddan masyarakat sekarang yang semakin tahun semakin berubah dalam konsep kehidupan sekarang?
dan apa korelasinya dengan berpikir berjuang untuk masyarakat?
makasih mba
wassalamu'alaikum
waalaikumsalam
Hapusterima kasih atas pertanyaannya......
menurut saya perubahan itu ada 2 macam, yaitu: perubahan yang membawa kebaikan (manfaat) & perubahan yang membawa kesengsaraan (madhorot), sebaiknya perubahan itu dijadikan sebagai peluang bagi umat islam untuk memberikan kontribusi sumbangan pemikiran agar islam bisa di terima oleh peradaban global yang kini dominan, karena Islam datang untuk mengatur dan membimbing masyarakat menuju kepada kehidupan yang baik dan seimbang.
Ideologi Islam lahir berdasar akidah Islam. Islam dilahirkan dari proses berpikir yang mana setiap apa yang menjadi pikirannya itu selalu membawa perubahan yang lebih maju, dengan seperti itu maka seorang pemimpin akan berjuang untuk kemaslahatan umat sebagai tanggung jawabnya sebagai khalifah dimuka bumi ini, mungkin seperti itu korelasinya
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusrisqa murnia 2021111102
BalasHapusassalamualaikum....
Dari hadist yang diriwayatkan Imam Muslim di atas menjelaskan tentang pemimpin yang tidak masuk surga, dengan pentakwilan: pendapat pertama, bermakna mustahil (tidak akan mungkin masuk surga),pertanyaannya mengapa hal itu mustahil? dan pendapat kedua mempunyai makna di cegah (tidak akan masuk surga dengan orang-orang yang masuk surga), yaitu masuk surga bersama para Nabi dan Syuhada'. apa yang menjadi pencegahnya? mohom jawabannya..
terima kasih.
Waalaikumsalam...
HapusTerimakasih atas pertanyaannya
maksud dari pentakwilan pertama itu mempunyai pengertian bahwa mustahil masuk surga karena pemimpin yang tidak berfikir dan berjuang untuk rakyat itu bagi golongan pertama ia telah melakukan dosa besar, sehingga tidak layak untuk masuk surga, sedangkan maksud pentakwilan kedua yaitu bagi golongan kedua, seorang pemimpin masih bisa masuk surga, apabila ia mau bertobat sebelum ajal menjemput, begitu saja ya mbk semoga bisa di pahami :)
assalamu'alaikum...wr.wb
BalasHapusmb liyinnn..
saya marlihatin 2021111123
mb saya mau nanya, bagaimana caranya agar menjadi pemimpin yang baik yang bisa menimbulkan banyak kemaslahatan bagi rakyatnya baik yang berhubungan dengan urusan dunia atau urusan akhirat.. terimakasih mb eaa :_)
Waalaikumsalam
HapusTerimakasih atas pertanyaannya......
Dalam buku hadist-hadist politik karya Muhibbin, di jelaskan bahwa pemimpin yang baik ialah apabila Ia mampu menjalankan amanat (tanggung jawab) dengan semangat amanah yang di landasi dengan keikhlasan dan nilai-nilai keadilan. jika pemimpin tidak memiliki sifat amanah, tentu yang terjadi adalah penyalahgunaan jabatan dan wewenang untuk hal-hal yang tidak baik. Oleh karena itu, kepemimpinan sebaiknya tidak dilihat sebagai fasilitas untuk menguasai, tetapi justru dimaknai sebuah pengorbanan dan amanah yang harus diemban sebaik-baiknya,,dengan seperti itu maka akan memberikan kemaslahatan bagi rakyatnya di dunia & akan menjadikan ladang ibadah sebagai bekalnya kelak di akherat,
Ana Lailya 2021 111 121
BalasHapusAssalamu'alaikum...
mw nanya mb, bagaimana pandangan anda mengenai seorang pemimpin yang menjadi pemimpin hanya berfikir untuk berkuasa, padahal dijlskan dlm mkalah bhwa kepemimpinan sebaiknya tidak dilihat sebagai fasilitas untuk menguasai, tetapi justru dimaknai sebuah pengorbanan dan amanah yang harus diemban sebaik-baiknya.mohon penjelasannya mb... mtr nwun...
wassalam...
HapusWaalaikumsalam
Terimakasih atas pertanyaannya.......
kalau menurut saya jika ada seorang pemimpin yang hanya berfikiran buat menguasai segala aspek dalam suatu negara untuk memperkaya diri maka pemimpin tersebut telah melanggar norma-norma yang ada & lambat laun akan menyebabkan suatu kehancuran karena ia telah menyia-nyiakan amanah yang menjadi tanggung jawabnya, sebagaimana Sabda Rasulullah Saw:
إذا اضيعت الأما نة فا نتظر السا عة قيل كيف اضاعتها يا رسول الله قال اذا وسد الأمر إلى غير أهله فا نتظر الساعة
“Apabila amanah disia-siakan maka tunggulah saat kehancuran. (Waktu itu) ada seorang sahabat yang bertanya, apa (indikasi) menyia-nyiakan amanah itu ya Rasul? Beliau menjawab: “Apabila suatu perkara diserahkan orang yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya”. (H. R. Bukhori)
Anamil choir 2021 111 122
BalasHapusAssalamualaikum
dalam kehidupan sekarang ini bagaimanakah cara kita berjuang untuk rakyat ???
wassalamualaikum
Waalaikumsalam..
HapusTerimakasih atas pertanyaannya
cara berjuang untuk rakyat dalam kehidupan sekarang ini dengan cara melaksanakan hak & kewajiban sebagai seorang pemimpin secara moril & spiritual, adapun hak & kewajibannya sudah di jelaskan dalam makalah bisa dibaca sendiri ya.:)
Rahmawati 2021111092
BalasHapusAssalamu'alaikum Wr.Wb
Dalam keterangan hadits bahwa kewajiban kepala negara adalah:
a. Menegakkan agama, menjelaskan hukum dan pengajarannya, kepada seluruh umat.
b. Mengatur kepentingan negara sesuai dengan ketentuannya, sehingga membawa kebaikan bagi individu maupun jama’ah, kedalam ataupun ke luar.
Dari kewajiban tersebut tolong jelaskan dan berikan contohnya.
Terimakasih
Wassalamu'alaikum Wr.Wb
Waalaikumsalam
HapusTerimakasih atas pertanyaannya:
a. Maksud kewajiban kepala negara yang Menegakkan agama, menjelaskan hukum dan pengajarannya kepada seluruh umat yakni pemimpin dimaksudkan menjaga prinsip-prinsip agama yang tetap dan meneruskan kepemimpin Rasulallah Saw sebagai khalifah di muka bumi ini, jika ada penyelewengan maka ia berkewajiban untuk meluruskan dan menjelaskan yang benar serta menjatuhkan hukuman atas pelanggarannya, agar dapat memelihara agama dari kerusuhan dan mencegah umat dari kesesatan.
ex:Membela yang benar dan menjatuhi hukuman bagi yang melanggar sehingga keadilan bisa terwujud.
b. maksudnya selalu memperhatikan dan mengikuti perkembangan dengan segala problemnya agar dapat melakukan penanganan umat dengan baik dan memelihara agama, sebaiknya tidak sibuk dengan ibadah dan kenikmatan, karena terkadang orang jujur menjadi khianat dan yang lurus menjadi penipu, habluminallah dan habluminannas harus bisa seimbang.
ex:bisa menjaga keutuhan negaranya dan bisa memperhatikan rakyat kecil, sehingga mampu mensejahterakan rakyat.
fitriasih 2021111099
BalasHapusAssalamualaikum..
mb liyin mau nanya, pada keterangan hadis paragraf 4 dijelaskan kepemimpinan sebaiknya tidak dilihat sebagai fasilitas untuk menguasai, tetapi justru dimaknai sebuah pengorbanan dan amanah yang harus diemban sebaik-baiknya, dari pernyataan tersebut bisa dijelaskan apakah pemimpin itu sama sekali tidak mempunyai hak untuk menggunakan fasilitas kekuasaannya?atau hanya dibatasi?
yang kedua pada aspek tarbawi point B disebutkan Menumbuhkan sikap kepemimpinan yang memiliki integritas tinggi yang meneladani teladan Rasulullah Saw. bisa disebutkan & dijelaskan bagaimana sikap kepemimpinan Rasulullah yang bisa diteladani oleh pemimpin-pemimpin sekarang!terimakasih
Waalaikumsalam
HapusTerimakasih atas pertanyaannya.........
Maksud dari pernyaataan tidak boleh menguasai itu bukan berarti ia tidak memiliki hak sama sekalitetapi ia mendapatkan hak finansial yang mencukupi diri dan keluarganya secara tidak berlebihan (dibatasi), dengan demikian ia tidak akan berkehendak sewenang-wenang karena sesungguhnya sumber kekuasaan adalah ditangan rakyat atau umat itu sendiri dan bukan dari kepala negara.
Rasulullah merupakan suri tauladan yang baik bagi umatnya dimana ucapan maupun perilaku Beliau menjadi panutan dalam berperilaku umatnya, adapun keteladanan Rasulullah Saw seperti:Kejujuran (al-Amin), tanggung jawab, adil, dan masih banyak lagi yang seharusnya diteladani oleh para pemimpin agar mampu mengurus umatnya kearah kehidupan mulia dan terhormat.
Nama : IDA ZAHIDAH
BalasHapusNIm : 2121111108
Askum....
jenx mw tanya nuy.....
Bagaimana pendapat pemakalah jika pejabat tidak ada yang berfikir dan berjuang untuk rakyatnya ?
jelaskan....
Wass....
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusWaalaikumsalam
HapusTerimakasih atas pertanyaannya
jika penjabat tidak ada yang berfikir dan berjuang untuk rakyat maka yang akan terjadi penyalahgunaan jabatan dan wewenang untuk hal-hal yang tidak baik, sehingga kesejahteraan rakyat tidak akan tercapai sama sekali yang ada hanya kedzaliman, kedurhakaan dan keserakahan para pemimpin yang hanya mementingkan nasib pribadinya dengan cara memperkaya diri tanpa melaksanakan hak dan kewajiban yang seharusnya ada pada seorang pemimpin.
assalamualaikum !
BalasHapusirva silvia NIM: 2021 111 101
tanya nya:
lebih baik mana dipimpin oleh orang muslim tapi mencerminkan sikap seorang pemimpin yang baik atau orang non muslim tapi membawa kesejahteraan bagi rakyatnya? bagaimana pandangan islam menyikapi hal ini? makasih!
Waalaikumsalam.
HapusTerimakasih atas pertanyaannya:
Kalo menurut saya lebih baik pemimpin orang muslim yg memimpinya dg cra baik karena dg kebaikanya itu scara otomatis akan membawa kesejahteraan bagi rakyat, dan pemimpin tersebut akan menerapkan hukum Allah SWT sebagai ideologi kepemimpinannya yang bersumber dari Qur'an dan hadist. pandangan Islam mengenai kepemimpinan ini harusnya lebih mengutamakan pemimpin yang beragama Islam terlebih dahulu, karena jika kita lebih mementingkan non muslim maka akan menimbulkan fitnah dan kenistaan dalam suatu negara karena pemimpin non Muslim tidak mungkin menerapkan Hukum-hukum Allah.
Mirza Fajrian
BalasHapus2021 111 110
Assalamu'alaikum...
Ada Anak bertanya pada Uminya,,
Tolong Jelaskan kembali tentang judul hadits ini ???
Pemimpin yang ideal yang berjuang untuk rakyat itu seperti apa???
trmksh
Wassalamu'alaikum.....
Waalaikumsalam
HapusTerimakasih atas pertanyaannya:
Maksud dari judul hadist tersebut adalah seorang pemimpin harusnya berjuang dan berfikir untuk kesejahteraan rakyatnya, adapun wujud dari semua itu dengan cara melaksanakan hak dan kewajiban seorang pemimpin dengan sebaik-baiknya tanpa ada penyelewengan.(hak & kewajiban kepala negara bisa di baca dalam makalah).
Pemimpin yang ideal itu yang beriman, bertaqwa dan berilmu pengetahuan tinggi (penjelasannya lihat jawaban pertanyaan Nur faizatul khaeriyah).
Mus'aliyah 2021 111 087
BalasHapusDari pemimpin-pemimpin di negara kita tercinta ini apakah sudah ada contoh pemimpin yang sesuai dengan kriteria yang dijelaskan hadits di atas. baik itu cuma pemimpin kelurahan/kecamatan/gubernur/bahkan pemimpin negara.
kalaupun belum ada yang memiliki kriteria yang di jelaskan seperti hadits diatas, bagaimana menurut vpendapat anda
Terimakasih atas pertanyaannya:
HapusKalau menurut pandangan saya mengenai pemimpin di negara kita pada teorinya mereka memang baik namun kenyataan di lapangan apa yang telah menjadi dalih mereka saat pemilu tidaklah mereka jalankan tanggungjawab kepemimpinannya secara baik, mereka lupa akan janji-janjinya bahkan membohongi rakyat dengan jabatan yang di sandangnya, seperti halnya para MPR atau DPR yang katanya wakil rakyat yang berjuang untuk rakyat dalam memberikan aspirasinya, tidak di pungkiri lagi mereka malah berani membolos saat jam kerja, tidur di saat rapat kenegaraan, padahal wakil rakyat yang katanya terhormat itu mendapat fasilitas dari rakyat, dari rumah, mobil, gajinya yang besar tapi sangat di sayangkan kinerja mereka jauh dari yang di harapkan rakyat, para pemimpin itu cenderung mengurusi perutnya sendiri dengan memperkaya diri, hingga muncullah tindakan yang melanggar norma.
seharusnya pemimpin yang baik memiliki skill kepemimpinan yang handal bekerja bukan untuk meraih kekayaan semata, tetapi harus di landasi keikhlasan, ikhlas karena Allah SWT dan negaranya.
Qurrotul Aini (2021 111 098)
BalasHapusAssalamualaikum Wr.Wb.
yang ingin saya tanyakan, kenapa ma'qil berkata kepada Ubaidillah bin Ziad ketika menjelamg ajalnya? bagaimana asbabul wurudnya?
kemudian di antara 2 takwil yang anda jelaskan itu pendapatnya siapa saja dan manakah yang paling mendekati benar jika disesuaikan dengan hadisnya?
dan seperti apakah contoh pemimpin sekarang di Indonesia atau bahkan di dunia yang patut untuk diteladani?
mohon penjelasannya.. Terimakasih...
Terimakasih atas pertanyaannya:
Hapussebelumnya maaf ya mbk karena keterbatasan saya mencari referensi jadi saya belum mengetahui asbabul wurudnya, mungkin saat presentasi bisa ditanyakan bapak dosennya secara langsung yang lebih berkompeten (mohon dimaklumi).
Mengenai keterkaitan pentakwialn tersebut jika dikaitkan dengan hadistnya menurut saya pendapat kedualah yang lebih mendekati kesesuaian yang mempunyai makna di cegah (tidak akan masuk surga dengan orang-orang yang masuk surga), yaitu masuk surga bersama para Nabi dan Syuhada’, dapat kita garis bawahi pada terjemah hadis "tidaklah seorang pemimpin yang memimpin perkara orang muslimin kemudian dia tidak bersungguh-sungguh dan tidak berbuat baik kepada mereka kecuali dia tidak akan masuk surga bersama mereka", maksud dari tidak akan masuk masuk surga bersama mereka itu masuk surga bersama para Nabi dan Syuhada' yang telah terjamin kesurgaannya, benar atau salahnya Wallahu'alam.
Pemimpin yang patut untuk di contoh yaitu pemimpin yang mau berjuan untuk kemaslahatan umat yang membawa kesejahteraan dunia & akherat, yang ikhlas karna Allah SWT dan Negaranya.
hengki NF
BalasHapus2021 111 088
apa yang harus kita lakukan untuk memimpin masyarakat kita, terutama lingkungan disekitar kita agar mereka bisa memperoleh kebahagiaan dan tidak diinjak-injak terus oleh yang diatas ???
mtur nwun
Terimakasih atas pertanyaannya:
Hapusmenurut saya seorang pemimpin harusnya memberikan jaminan sepenuhnya dalam batas-batas hukum dalam hal keamanan jiwa, harta benda dan kehormatan diri, memberikan kesempatan serta hak atas memperoleh manfaat pelayanan masyarakat tanpa memikirkan perbedaan RAS karena didalam negara hukum kita mempunyai hak keadilan yang sama, dengan seperti itu InsyaAllah akan memberikan kebahagiaan warga negara.
Nama
BalasHapusAgus Triyono
Nim
2021 111 135
Salam yaa banii.........
Semoga tuhan memberikan nikmat pada kita semua.
Sebagai mahasiswa dengan apakah kita berjuang untuk kemakmuran dan keadilan rakyat...? dan sejauh mana peranan mahasiswa untuk menuangakan segala fikirannya untuk masyarakat tercinta...
Semoga bermanfaat.........dan tq.
Terimakasih atas pertanyaannya......
Hapusmahasiswa dapat dikatakan (seharusnya) memiliki idealisme. Idealisme adalah suatu kebenaran yang diyakini murni dari pribadi seseorang dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang dapat menggeser makna kebenaran tersebut, cara berjuang untuk kemakmuran dan keadilan rakyat dengan kita memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan baik itu dari segi keprofesian maupun kemasyarakatan, dan tak lupa untuk mempelajari berbagai kesalahan yang pernah terjadi di generasi-generasi sebelumnya karena di tangan generasi mudalah perubahan-perubahan besar terjadi, selanjutnya mengenai peranan mahasiswa untuk menuangakan segala fikirannya untuk masyarakat, yaitu:
1. Mahasiswa dalam hal hubungan masyarakat ke pemerintah dapat berperan sebagai kontrol politik, yaitu mengawasi dan membahas segala pengambilan keputusan beserta keputusan-keputusan yang telah dihasilkan sebelumnya. Mahasiswa pun dapat berperan sebagai penyampai aspirasi rakyat, dengan melakukan interaksi sosial dengan masyarakat dilanjutkan dengan analisis masalah yang tepat maka diharapkan mahasiswa mampu menyampaikan realita yang terjadi di masyarakat beserta solusi ilmiah dan bertanggung jawab dalam menjawab berbagai masalah yang terjadi di masyarakat.
2. Mahasiswa dalam hal hubungan pemerintah ke masyarakat dapat berperan sebagai penyambung lidah pemerintah. Mahasiswa diharapkan mampu membantu menyosialisasikan berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Tak jarang kebijakan-kebijakan pemerintah mengandung banyak salah pengertian dari masyarakat, oleh karena itu tugas mahasiswalah yang marus “menerjemahkan” maksud dan tujuan berbagai kebijakan kontroversial tersebut agar mudah dimengerti masyarakat.
Semoga dapat di pahami......:)
JATI DIRI
BalasHapus2021 111 109
Assalamualaikum
Sebaik baik pemimpin pada masa sekarang ini pasti tidak akan bisa menandingi kepemimpinan Rasulullah SAW. ya g' yuun,, hehee
Kalo bicara tentang pemimpin pasti dalam benak kita tersirat tentang kewajiban seorang pemimpin. heee....
Jika semua tugas dan kewajiban seorang pemimpin sudah dilaksanakan dengan baik, lalu hak yang harus diperoleh dari seorang pemimpin atas rakyatnya itu apa???
Tengkyyuuu
Waalaikumsalam......
HapusTerimakasih atas pertanyaannya
Yups bener bangat tak ada pemimpin didunia ini yang melibihi Beliau Baginda Nabi Muhammad Saw, yang berupakan insan kamil sebagai panutan setiap dalam bertutur kata & berperilakunya.....
Ok saya akan mencoba menjawab pertanyaan dari anda yang sebenarnya sudah di tuliskan dalam makalah,Al-Mawardi mengatakan bahwa apabila imam atau kepala negara telah melaksanakan kewajiban-kewajiban kepada umat, berarti ia telah menunaikan hak Allah berkenaan dengan hak dan tanggung jawab umat, dan saat demikian imam mempunyai dua macam hak terhadap umat, yakni hak ditaati dan hak di bela selama imam tidak menyimpang dari garis yang telah di tetapkan. Sebagaimana Sabda Rasulullah Saw, Yang artinya:
"Adalah kewajiban bagi muslim untuk mendengarkan dan taat kepada imamnya, baik senang atau tidak, selama tidak disuruh untuk berbuat maksiat. Namun apabila di suruh berbuat maksiat, maka tidak ada kewajiban taat dan mendengarkannya." H.R.Bukhari
Ulfatul Maula ( 2021 111 089 )
BalasHapusAssalamu'alaikum
mba liyyin saya mau tanya nih, berkaitan dengan hadits diatas kita berbicara tentang pemimpin. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang benar-benar memikirkan untuk berjuang mamkmurkan rakyat atau himpunannya. Katakanlah disini kita berbicara kondisi dinegara kita. Jika bicara pemimpin pasti tidak lepas dari mainupalasi politik. Segala bentuk kekacauan dinegara kita selalu dikaitkan dengan para pemimpinnya, padahla tidak selamanya pemimpin itu yang salah,
Bagaimana nih, pendapat mb liyin, meaggapi problematika kepemimpinan denga di negara kita? adakah solusi untuk rakyat agar tidak selalu sensitif dengan pemimpin.
Terimakasih :)
Wassalamualaikum